Anda di halaman 1dari 37

Return dan Risiko

Ada dua aspek yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan dalam pengambilan
keputusan keuangan, yaitu tingkat pengembalian (return) dan risiko (risk) keputusan keuangan tersebut.
Tingkat pengembalian adalah imbalan yang diharapkan diperoleh di masa mendatang, sedangkan risiko
diartikan sebagai ketidakpastian dari imbalan yang diharapkan.

Risiko adalah kemungkinan terjadinya penyimpangan dari rata-rata dari tingkat pengembalian
yang diharapkan yang dapat diukur dari standar deviasi dengan menggunakan statistika.

Untuk mengukur risiko relatif digunakan koefisien variasi, yang menggambarkan risiko per unit
imbalan yang diharapkan yang ditunjukkan oleh besarnya standar deviasi dibagi tingkat pengenbalian
yang diharapkan.

Risiko keuangan terjadi karena adanya penggunaan hutang dalam struktur keuangan perusahaan,
yang mengakibatkan perusahaan harus menanggung beban tetap secara periodik berupa beban bunga. Hal
ini akan mengurangi kepastian besarnya imbalan bagi pemegang saham, karena perusahaan harus
membayar bunga sebelum memutuskan pembagian laba bagi pemegang saham. Dengan demikian, risiko
keuangan menyebabkan variabilitas laba bersih (net income) lebih besar.

Jika manajemen perusahaan dapat memanfaatkan dana yang berasal dari hutang untuk
memperoleh laba operasi yang lebih besar dari beban bunga, maka penggunaan hutang dapat memberikan
keuntungan bagi perusahaan dan akan meningkatkan return bagi pemegang saham. Sebaliknya, jika
manajemen tidak dapat memanfaatkan dana secara baik, perusahaan mengalami kerugian.

Pengertian Risiko dan Tingkat Pengembalian (Risk and Return)

Sekarang ini dalam investasi baik invidu maupun bisnis berinvestasi menghabiskan uang untuk
mendapatkan uang yang lebih banyak. Tingkat nilai pengembalian dalam investasi dapat dilihat dari
kinerja keuangan dari uang yang diinvestasikan tersebut. Risiko dapat dikatakan sebagai suatu peluang
terjadinya kerugian atau kehancuran. Lebih luas, risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya
hasil yang tidak diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan. Dalam industri keuangan pada
umumnya, terdapat suatu istilah “high risk bring about high return”, artinya jika ingin memperoleh hasil
yang lebih besar, akan dihadapkan pada risiko yang lebih besar pula.

Risk (risiko) and return (pengembalian) adalah kondisi yang dialami oleh perusahaan, institusi,
dan individu dalam keputusan investasi yaitu, baik kerugian maupun keuntungan dalam suatu periode
akuntansi.
Hubungan antara risiko dengan tingkat pengembalian adalah:

1. bersifat linear atau searah.

2. Semakin tinggi tingkat pengembalian maka semakin tinggi pula risiko.

3. Semakin besar asset yang kita tempatkan dalam keputusan investasi maka semakin besar pula
risiko yang timbul dari investasi tersebut.

4. Kondisi linear hanya mungkin terjadi pada pasar yang bersifat normal.

Jika Anda berinvestasi dalam saham spekulatif (atau saham apapun), Anda mengambil risiko
dengan harapan memperoleh suatu pengembalian yang besar. Risiko suatu aset dapat dianalisis dengan
dua cara:

1) Secara berdiri sendiri (stand- alone), di mana aset tersebut dianggap terpisah.

2) Berdasarkan jumlah portofolio, di mana aset tersebut dianggap sebagai salah satu dari sejumlah
aset dalam portofolio.

Jadi aset stand alone-risk adalah risiko investor yang akan dihadapi jika seorang investor hanya
mengadakan satu aset. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar aset diadakan di portofolio, tetapi
perlu dipahami stand-alone risk berguna untuk memahami risiko dalam konteks portofolio. Tidak ada
investasi yang harus dilakukan kecuali tingkat pengembalian yang diharapkan cukup tinggi untuk
mengkompensasi para investor untuk risiko yang diperoleh dari investasi. Misalnya, dapat dipastikan
bahwa beberapa investor akan bersedia untuk membeli saham perusahaan minyak jika pengembalian yang
diharapkan lebih besar.

Pada umumnya, aset berisiko (risky assets) jarang menghasilkan tingkat pengembalian yang
diharapkan para investor, aset berisiko mendapatkan lebih baik atau kurang dari yang awalnya
diharapkan. Memang, jika aset selalu menghasilkan pengembalian yang diharapkan para investor, maka
tidak akan berisiko. Risiko investasi berkaitan dengan probabilitas yang berproduktif rendah atau
pengembalian yang negatif, sangat besar mempunyai peluang pengembalian yang rendah atau negatif,
yang berisiko investasi.

Pengertian Risk

Bila ingin menjadi pengusaha sukses, maka anda harus berani menghadapi risiko. Kalimat
tersebut dianggap resep untuk menjadi pengusaha dianggap sukses. Kehidupan usaha penuh dengan
risiko, baik itu risiko finansial maupun manajerial.
1. Risiko financial Berkaitan dengan kegagalan usaha untuk merealisasikan rencana finansial yang
telah ditentukan.
2. Risiko manajerial Berkaitan dengan kegagalan pimpinan perusahaan dalam mengelola
perusahaannya yang pada akhirnya diukur dengan kegagalan finansial.

Risiko dapat dikatakan sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau kehancuran. Lebih luas, risiko
dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya hasil yang tidak diinginkan atau berlawanan dari yang
diinginkan. Dalam industri keuangan pada umumnya, terdapat suatu jargon “high risk bring about high
return”, artinya jika ingin memperoleh hasil yang lebih besar, akan dihadapkan pada risiko yang lebih
besar pula. Contohnya dalam investasi saham. Volatilitas atau pergerakan naik-turun harga saham secara
tajam akan membuka peluang untuk memperoleh hasil yang lebih besar, namun sebaliknya, jika harga
bergerak ke arah yang berlawanan, maka kerugian yang akan ditanggung sangat besar.

Menurut Ricky W. Griffin dan Ronald Ebert, risiko adalah uncertainty about future event.

Adapun Joel G.Siegel dan Jae K.Sim mendefinisikan risiko pada 3 hal:

1. Keadaan yang mengarah kepada sekumpulan hasil khusus dimana hasilnya dapat diperoleh dengan
kemungkinan yang telah diketahui oleh pengambilan keputusan

2. Variasi dalam keuntungan penjualan atau variabel keuangan lainnya

3. Kemungkinan dari sebuah masalah keuangan yang mempengaruhi kinerja operasi perusahaan atau
posisi keuangan

David K. Eiteman, Arthur I Stonehill dan Michael H. Moffet mengatakan bahwa risiko dasar adalah the
mismatching of interest rate bases for associated assets and liabilities. Sehingga secara umum risiko dapat
ditangkap sebagai bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya
dengan keputusan yang diambil berdasarkan suatu pertimbangan.

Menurut salah satu definisi, risiko (risk) adalah sama dengan ketidakpastian (uncertainty). Secara umum
risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau perusahaan dimana terdapat
kemungkinan yang merugikan.

Dalam penyusunan anggaran modal, suatu proyek investasi ( perluasan usaha / penggantian aktiva tetap )
kita sering mengalami kegagalan setelah proyek tersebut dilaksanakan. Hal ini karena kita tidak
memperhitungkan unsur risiko didalamnya.
Misal : risiko aliaran kas ( cashflow ) dalam faktor diskonto ( dicountrate ) sebagai biaya modal. Apabila
aliran kas yang ada kita peroleh diwaktu yang akan datang tidak ada risiko, berarti kita dapat menentukan
dengan tepat, keputusan yang akan diambil. Hal ini karena anggaran yang kita susun baik mengenai aliran
kas masuk ( cash in flow ) maupun aliran kas keluar ( cash out flow ) dianggap pasti terjadi dimasa yang
akan datang.

Namun, jika terjadi penyimpangan, yang tidak menguntungkan, maka perusahaan akan kesulitan
menyesuaikannya, karena risiko terjadinya penyimpangan tersebut belum ditentukan oleh perusahaan,
lain jika unsur risiko telah ditentukan didepan. Maka apabila terjadi penyimpangan perusahaan akan lebih
mudah menghitungnya.

Demikian pula biaya modal yang harus dikeluarkan dalam anggaran modal. Apabila kita menganggap
bahwa COC yang akan dikeluarkan tanpa risiko, maka kita akan lebih mudah menghitungnya. Namun,
dalam kenyataannya COC tersebut kemungkinan akan naik atau turun. COC yang turun bagi perusahaan
akan menguntungkan, karena perusahaan mengeluarkan biaya yang lebih kecil, tetapi jika COC tersebut
naik, maka akan mengurangi kebutuhan perusahaan. Apabila perusahaan menganggap bahwa biaya modal
tersebut konstan/risiko, maka perusahaan dapat menggunakan tingkat bunga bebas risiko ( freerate ).

Di Indonesia, nampaknya belum ada tingkat bunga yang bebas risiko secara murni. Tingkat bunga SBI
yang biasanya digunakan sebagai acuan tingkat bunga bebas risiko sebenarnya juga mengandung risiko.
Walau lebih kecil risikonya dibandingtingkat bunga deposito bank-bank di Indonesia. Apalagi dalam
keadaan keadaan perekonomian yang kurang menguntungkan. Besar tingkat risiko yang dimaksukan
dalam panilainaan investasi akan mempengaruhi besarnya hasil yang diharapkan oleh pemodal.

Apabila perusahaan membangdingkan tingkat risiko yang tinggi pada suatu investasi yang dianggarkan,
maka pemodal yang akan menanamkan dananya pada investasi tersebut mengharapkan hasil/
mensyaratkan hasil ( required rate of return ) yang tinggi pula dan terjadi sebaliknya.Memang antara hasil
dan risiko ( risk and return ) memiliki hubungan linear yang berkebalikan. Semakin tinggi risiko, maka
semakin tinggi hasil yang diperoleh.

Sebaliknya semakin rendah risiko maka semakin rendah pula hasil yang diperoleh/disyaratkan.

Risiko terhadap perusahaan tidak dapat dihindari, kita hanya dapat mengelola bagaimana agar risiko
tersebut sekecil mungkin mempengaruhi keputusan perusahaan. Risiko yang terjadi diperusahaan ada
yang dapat dikelola/diatasi perusahaan terdapat pula risiko yang tidak dapat diatasi perusahaan.
Risiko yang tidak dapat diatasi perusahaan ini biasanya karena tidak dapat dikontrol oleh perusahaan.

Risiko yang ada diperusahaan dapat dibedakan tiga jenis risiko :

1. Risiko individual

Risiko yang berasal dari proyek investasi secara individu tanpa dipengaruhi oleh proyek lain.

2. Risiko perusahaan

Risiko yang dapat diukur tanpa mempertimbangkan keanekaragaman yang dihadapi/portofolio yang
dilakukan oleh investor.

3. Risiko pasar( market risk )

Risiko investasi ditinjau dari investor yang menanamkan modalnya pada investasi yang juga dilakukan
oleh perusahaan dan perusahaan-perusahaan lain.

Risiko investasi dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya perbedaan antara actual return dan
expected return, sehingga setiap investor dalam mengambil keputusan investasi harus selalu berusaha
meminimalisasi berbagai risiko yang timbul, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Setiap
perubahan kondisi ekonomi baik mikro ataupun makro akan mendorong investor untuk melakukan
strategi yang harus diterapkan untuk tetap memperoleh return.

Pengertian Return

Return atau pengembalian adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan, individu dan institusi dari hasil
kebijakan investasi yang dilakukan. Menurut R. J. Shook, return merupakan laba investasi, baik melalui
bunga atau deviden.

Beberapa pengertian return yang lain :

• Return on equity atau imbal hasil atas ekuitas merupakan pendapatan bersih dibagi ekuitas pemegang
saham.
• Return of capital atau imbal hasil atas modal merupakan pembayaran kas yang tidak kena pajak kepada
pemegang saham yang mewakili imbal hasil modal yang diinvestasikan dan bukan distribusi deviden.
Investor mengurangi biaya investasi dengan jumlah pembayaran.

• Return on investment atau imbal hasil atas investasi merupakan membagi pendapatan sebelum pajak
terhadap investasi untuk memperoleh angka yang mencerminkan hubungan antara investasi dan laba.

• Return on invested capital atau imbal hasil atas modal investasi merupakan pendapatan bersih dan
pengeluaran bunga perusahaan dibagi total kapitalisasi perusahaan.

• Return realisasi merupakan return yang telah terjadi.

• Return on network atau imbal hasil atas kekayaan bersih merupakan pemegang saham yang dapat
menentukan imbal hasilnya dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan kekayaan
bersihnya.

• Return on sales atau imbal hasil atas penjualannya merupakan untuk menentukan efisiensi operasi
perusahaan, seseorang dapat membandingkan presentase penjualan bersihnya yang mencerminkan laba
sebelun pajak terhadap variable yang sama dari periode sebelumnya.

• Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang.

• Total return merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu.

• Return realisasi portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari return-return realisasi masing-masing
sekuritas tunggal di dalam portofolio tersebut.

• Return ekspektasi portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari return-return ekspektasi masing-
masing sekuritas tunggal di dalam portofolio.
Hubungan Karakteristik Risk and Return

Semakin besar probabilitas berarti pengembalian aktual akan jauh di bawah

pengembalian yang diharapkan dan semakin besar stand-alone risk yang terkait dengan aset. The average
investors adalah orang yang menolak risiko, yang berarti bahwa investor tersebut harus dikompensasi
utuk melakukan aset yang berisiko. Oleh karena itu, aset yang berisiko lebih tinggi memiliki return yang
dibutuhkan daripada aset yang kurang berisiko.

Aset yang berisiko terdiri dari

(1) diversiable risk, yang mana risiko dapat dihilangkan melalui diversifikasi, kemudian

(2) market risk, yang mana risiko tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi.

Risiko yang berhubungan dengan aset individu adalah kontribusi risiko portofolio yang terdiversifikasi
dengan baik yang merupakan aset market risk (risiko pasar). Karena market risk tidak dapat dihilangkan
melalui diversifikasi, para investor harus dikompensasi untuk menahan risiko tersebut.

Menurut Paul L. Krugman dan Maurice Obstfeld bahwa pada kenyataanya, seorang investor yang netral
terhadap risiko cenderung mengambil posisi agresif maksimum. Ia akan membeli sebanyak mungkin aset
yang menjanjikan hasil tinggi dan menjual sebanyak mungkin aset yang hasilnya lebih rendah. Perilaku
inilah yang menciptakan kondisi suku bunga.

Adapun karakteristik tersebut secara umum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :

1. Takut pada risiko (Risk Avoider)

Karakteristik ini di mana sang decision maker sangat hati-hati terhadap keputusan yang diambilnya
bahkan ia cenderung begitu tinggi melakukan tindakan yang sifatnya mengindari risiko yang akan timbul
jika keputusan diaplikasikan. Karakter pebisnis yang melakukan tindakan seperti ini disebut dengan
safety player.

2. Hati-hati pada risiko (Risk Indifference)


Karakteristik ini di mana sang decision maker sangat hati-hati atau begitu menghitung terhadap segala
dampak yang akan terjadi jika keputusan diaplikasikan. Bagi kalangan bisnis, mereka menyebut orang
dengan karakter seperti ini secara ekstrem disebut sebagai tipe peragu.

3. Suka pada risiko (Risk Seeker atau Risk Lover)

Karakteristik ini adalah tipe yang begitu suka pada risiko. Mereka terbiasa dengan spekulasi dan itu pula
yang membuat penganut karakteristik ini selalu saja ingin menjadi pemimpin dan cenderung tidak ingin
menjadi pekerja. Mental risk seeker adalah mental yang dimiliki oleh pebisnis besar dan juga pemimpin
besar. Karakter ini yang paling mendominasi jika dilihat dari kedekatannya pada risiko.

Risiko Return

Tipe-tipe Risiko

1. Pure Risk (Risiko Murni): suatu ketidakpastian terjadi, maka kejadian tersebut pasti menimbulkan
kerugian. Risiko murni dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe risiko, yaitu:

• Risiko aset fisik: risiko yang berakibat timbulnya kerugian pada aset fisik suatu perusahaan/organisasi.
Contoh: kebakaran, banjir, gempa, tsunami, gunung meletus, dll.

• Risiko Karyawan: risiko yang disebabkan karena apa yang dialami oleh karyawan yang bekerja di suatu
perusahaan atau organisasi. Contoh : kecelakaan kerja yang menyebabkan terganggunya aktivitas
perusahaan.

• Risiko Legal: risiko dalam bidang kontrak yang mengecewakan atau kontrak tidak berjalan sesuai
dengan rencana. Contoh : perselisihan dengan perusahaan lain sehingga adanya persoalan seperti
penggantian kerugian.

2. Speculative Risk (Risiko Spekulatif) : suatu ketidakpastian akan terjadinya untung atau rugi.Risiko ini
dapat dikelompokkan menjadi 4 tipe yaitu:

• Risiko Pasar: risiko yang terjadi dari pergerakan harga pasar. Contoh: harga saham mengalami
penurunan sehingga menimbulkan kerugian.

• Risiko kredit: risiko yang terjadi karena counter party gagal memenuhi kewajibannya kepada
perusahaan. Contoh : timbulnya kredit macet, persentase piutang meningkat.

• Risiko likuiditas: risiko karena ketidakmampuan memenuhi kebutuhan kas. Contoh: kepemilikan kas
menurun, sehingga tidak mampu membayar hutang secara tepat, menyebabkan perusahaan harus menjual
aset yang dimilikinya.
• Risiko operasional: risiko yang disebabkan pada kegiatan operasional yang tidak berjalan lancar.
Contoh: terjadi kerusakan pada komputer karena berbagai hal termasuk terkena virus.

3. Static Risk (Risiko Statis) : mungkin sifatnya murni atau spekulatif asalnya dari masyarakat yang tidak
berubah yang berada dalam keseimbangan stabil. Contoh : ketidakpastian terjadinya sambaran petir.

4. Dynamic Risk (Risiko Dinamis) : mungkin sifatnya murni atau spekulatif timbul dari perubahan yang
terjadi dalam masyarakat. Contoh : urbanisasi, perkembangan teknologi.

5. Subjective Risk (Risiko Subyektif) : berkaitan dengan kondisi mental seseorang yang mengalami
keragu-raguan dan kecemasan akan terjadinya kejadian tertentu.

6. Objective Risk (Risiko Obyektif) : probabilitas penyimpangan aktual dari yang diharapkan sesuai
dengan pengalaman.

Sumber-sumber Risiko

Menurut Eduardus Tandelilin, sumber-sumber risiko adalah :

• Risiko suku bunga. Naik turunnya suku bunga perbankan akan mempengaruhi keputusan publik dalam
menetapkan keputusannya. Jika suku bunga naik maka publik akan menyimpan dananya di bank seperti
dalam bentuk deposito, namun jika turun maka publik akan menggunakan dananya untuk membeli saham.

• Risiko pasar. Kondisi risiko pasar dapat dilihat pada saat fluktuasi pasar, krisis moneter, dan resesi
ekonomi.

• Risiko Inflasi. Saat inflasi daya beli masyarakat turun, sedangkan saat normal daya beli masyarakat
naik.

• Risiko Bisnis.

• Risiko Finansial.

• Risiko Likuiditas.
• Risiko Nilai tukar mata uang

• Risiko Negara. Berkaitan dengan keadaan politik.

Risiko Sistematis, tidak sistematis dan Total

a. Systematic Risk (Resiko sistematis)

Resiko sistematis disebut juga dengan market risk atau resiko umum.

Resiko sistematis adalah resiko yang bisa didiversifikasikan atau resiko yang sifatnya mempengaruhi
secara menyeluruh. Contohnya krisis moneter pada tahun 1997 di Indonesia yang telah menyebabkan
banyak sekali perusahaan yang bangkrut dan meningkatnya angka pengangguran. Selain itu terjadi pula
pada tahun 2008 yaitu saat dunia dilanda krisis finansial yang salah satunya disebabkan oleh kredit
subrime mortgage di Amerika Serikat (tahun 2008) yang sudah terlalu tinggi, dan ternyata tidak bisa
diatasi lagi.

b. Unsystematic Risk (Risiko tidak sistematis)

Unsystematic Risk disebut juga dengan resiko spesifik atau resiko yang dapat didiversifikasikan.

Resiko yang tidak sistematis yaitu hanya membawa dampak pada perusahaan yang terkait saja. Jika suatu
perusahaan mengalami Unsystematic Risk maka kemampuan untuk mengatasinya masih akan bisa
dilakukan, karena perusahaan bisa menerapkan berbagai strategi untuk mengatasinya. Contohnya jika
harga sekuritas perusahaan jatuh, maka perusahaan menerapkan berbagai strategi investasi.

c. Total Risk

Total Risk adalah gabungan atau penjumlahan antara Systematic Risk dan Unsystematic Risk.

alternatif Menghindari Resiko


Untuk menghindari resiko yang timbul terhadap aktivitas investasi yang dilakukan, perlu dilakukan
alternatif-alternatif dalam pengambilan keputusan. Alternatif keputusan yang diambil adalah dianggap
realistis dan tidak akan menimbulkan masalah nantinya. Tindakan seperti ini dianggap sebagai bagian
strategi investasi. Bahwa berbagai keputusan-keputusan strategis akan menghasilkan nilai yang lebih
besar bagi perusahaan. Dimana tindak lanjut dari keputusan strategis ini adalah dengan melibatkan secara
maksimal sumber daya yang ada untuk mengimplementasikan keputusan yang dimaksud dan menentukan
pihak-pihak yang bertanggung jawab atas implementasi ini. Artinya adalah resiko yang timbul merupakan
bentuk dari realita yang terjadi, yang mana resiko itu selalu saja sulit untuk dihindari namun diusahakan
resiko itu terjadi dalam jumlah yang sangat minim.

Mengelola Resiko

Dalam aktivitas yang namanya resiko adalah pasti terjadi dan sulit untuk dihindari sehingga bagi sebuah
lembaga bisnis seperti perbankan sangat penting untuk memikirkan bagaimana mengelola resiko tersebut.
Dalam mengelola resiko pada dasarnya ada 4 cara yaitu :

• Memperkecil resiko, dengan cara tidak memperbesar setiap keputusan yang mengandung resiko tinggi
tapi membatasinya bahkan meminimalisirnya agar resiko tersebut tidak menambah menjadi besar dan
diluar kontrol manajemen perusahaan.

• Mengalihkan resiko, dengan cara mengalihkan resiko yang kita terima tersebut ketempat lain seperti
mengasurasikan bisnis guna menghindari terjadinya resiko yang sifatnya tidak tentu waktunya

• Mengontrol resiko, dengan cara melakukan kebijakan mengantisipasi terhadap timbulnya resiko
sebelum terjadi, seperti memasang alarm terhadap mobil, menempatkan satpam pada siang atau malam
hari

• Pendanaan resiko, dengan cara menyediakan dana cadangan (reserve) guna mengantispasi timbulnya
resiko dikemudian hari, seperti perubahan terhadap nilai tukar dolar dipasaran maka kebijakan sebuah
bank adalah harus memiliki dana cadangan dalam bentuk dolar

Perhitungan Risiko

Sekedar informasi bahwa risiko yang terkecil itu adalah obligasi (bond) yang dijual oleh pemerintah.
Sedangkan risiko yang tertinggi adalah saham yang dijual oleh perusahaan. Ada model perhitungan risiko
yang paling sering dipergunakan khususnya dalam investasi, yaitu secara standar deviasi dan varian.
Untuk melengkapi perhitungan ini agar lebih komprehensif, terutama jika timbul suatu persoalan seperti
penyebaran return yang diharapkan sangat besar, maka dipergunakan perhitungan tambahan dengan
menggunakan coefficient of variation atau risiko relatif.

• Standar deviasi atau simpangan baku adalah suatu estimasi probabilitas perbedaan return nyata dari
return yang diharapkan.

• Varian (nilai kuadrat dari standar deviasi) adalah :

Dalam statistik, varian adalah ukuran penyerapan dari penyebaran probabilitas. Hal ini merupakan
pangkat dua deviasi standar. Misalnya, bila standar deviasinya 20, maka variannya adalah 400.

Selisih pendapatan, biaya, dan keuntungan terhadap jumlah yang direncanakan. Varian dihitung pada
pusat pertanggungjawaban, penganalisisan. Dan varian yang tidak menguntungkan, diselidiki untuk
mencari kemungkinan perbaikan.

• Coefficient of variation adalah ukuran penyebaran relatif atau risiko relatif.

Perhitungan Return

Dalam bahasa sehari-hari, return adalah tingkat keuntungan. Misalkan kita membeli saham dengan harga
Rp.1.000,00 , kemudian satu tahun mendatang kita jual dengan harga Rp.1.200,00. Perusahaan membayar
dividen sebesar Rp.100,00 pada tahun tersebut. Berapa tingkat keuntungan atau return investasi tersebut?

Tingkat keuntungan dihitung sebagai berikut.

Return = ( Rp.1.200,00 + Rp.100,00 - Rp.1.000,00 ) × 100%

Rp.1.000,00

=( Rp.300,00 / Rp.1.000,00 )× 100%

Periode tersebut bisa harian,bulanan, atau tahunan. Dalam contoh diatas, periode tersebut adalah tahunan.
Dengan demikian, pada contoh diatas, kita bisa mengatakan, investor memperoleh keuntungan sebesar
30% per tahun.
A. Perhitungan Expected Return Pada Suatu Sekuritas

Untuk menghitung return yang diharapkan dari suatu sekuritas yang harus dipahami oleh seorang investor
adalah dengan memahami probabilitas dari kejadian yang akan terjadi.

Keterangan:

E (R) = Expected Return atau return yang diharapkan dari suatu sekuritas

Ri = Return ke-i yang mungkin terjadi

Pri = Probabilitas kejadian return ke-i

n = banyaknya return yang mungkin terjadi

Maka keuntungan yang diharapkan:

E(R)= (0,32) (0,06) + ( 0.14) (0,66) + (0) (0,14) + (-0,10) (0,07)

= 0,0192 + 0,0924 – 0,007

= 0,1046

= 10,46%

B. Perhitungan Expected Return Pada Portofolio

Apabila seorang investor memiliki dana sebesar Rp.2 milyar dan melakukan keputusan investasi pada
portofolio A dan B.

SAHAM JUMLAH E (R)


A Rp. 800.000.000 10%

B Rp.1.200.000.000 7%

Maka kita dapat menggunakan rumus:

E (RP) =X A.E (RA) + X B.E (RB)

Keterangan:

E (RP) = expected return portofolio

E (RA) = expected return saham A

E (RB) = expected return saham B

XA = uang yang diinvestasikan pada saham A

XB = uang yang diinvestasikan pada saham B

Maka,

E (RP) = (800.000.000) (0.10) + (1.200.000.000) (0.07)

= Rp.164.000.000

Persentasenya

E (RP)% = x100%

= 8,2%

Maka hasil hitungan dengan persentase akan memperlihatkan tingkat keuntungan untuk portofolio 8,2%
dari modal yang dimiliki oleh investor sebesar Rp.2 milyar.

C. Menghitung Expected Return Dari Saham

Keterangan:
r = keuntungan yang diharapkan dari saham

D1= Dividen tahun 1

PO = harga beli

P1 = harga jual

Model Yang Digunakan Dalam Risiko dan Tingkat pengembalian

1. CAPM (Capital Asset Pricing Model)

Menurut William F. Sharpe, CAPM atau model penentuan harga aset modal adalah model penetapan
harga aktiva equilibrium yang menyatakan bahwa expected return atas sekuritas tertentu adalah fungsi
linier positif dari sensitifitas sekuritas terhadap perubahan return portofolio.

CAPM menjelaskan hubungan antara return dengan beta (β). Beta menunjukkan hubungan (gerakan)
antara saham dan pasarnya (saham secara keseluruhan.

Besarnya risiko perusahaan ditentukan oleh beta.

• β>1 menunjukkan harga saham perusahaan lebih mudah berubah dibandingkan indeks pasar. Hal ini
menunjukkan bahwa kondisi saham menjadi lebih berisiko, artinya jika saat terjadi perubahan pasar 1%
maka pada saham X akan mengalami perubahan lebih besar dari 1%.

• β<1 menunjukkan tidak terjadinya kondisi yang mudah berubah berdasarkan kondisi pasar.

• β=1 menunjukkan bahwa kondisinya sama dengan indeks pasar.

Rumus CAPM yaitu:


Ri= Rf +βi (Rm-Rf), atau

Ri= Rf +(Rm-Rf)βi , atau

Ri= (1-βi )Rf + βi .Rm

Keterangan:

Ri = Return saham i

Rf = Return investasi bebas risiko (Risk Free)

βi = beta saham i (indikator risiko sistematis)

Rm = Return pasar (return market)

2. APT ( Arbitrage Pricing Theory)

APT merupakan teori yang dikembangkan oleh Stephen A. Ross pada tahun 1976 dimana beliau
menyatakan bahwa harga suatu aktiva bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Rumusnya:

Ri = αi + βi Rm + ei

Keterangan:

Ri = Return saham i

αi = Alpha saham i

βi = beta saham i

Rm = Return pasar

ei = random error
Pengambilan Keputusan Dalam Berbagai Kondisi

Tindak lanjut dalam bidang investasi yang terpenting adalah pengambilan keputusan (decision making).

Ada berbagai kondisi yang sering muncul dalam pengambilan keputusan namun secara umum dapat
dibagi menjadi tiga saja, yaitu:

a. Kondisi pasti

Dalam kondisi pasti proses pengambilan keputusan yang dilakukan adalah berlangsung tanpa ada banyak
alternatif, keputusan yang diambil sudah jelas pada fokus yang dituju. Ada beberapa teknik yang bisa
dipergunakan sebagai penyelesaian pengambilan keputusan dalam kondisi pasti ini, yaitu menggunakan
program linier atau secara aljabar linier, dan analisis jaringan kerja.

b. Kondisi Tidak Pasti

Pada kondisi seperti ini proses lahirnya keputusan lebih sulit atau lebih kompleks dalam artian keputusan
yang dibuat belum diketahui nilai probabilitas atau hasil yang mungkin diperoleh. Situasi seperti ini
dimungkinkan sekali terjadi dikarenakan minimnya informasi yang diperoleh baik informasi yang
sifatnya hasil penelitian maupun rekomendasi lisan yang bisa dipercaya. Untuk menghindari timbulnya
masalah dalam situasi yang tidak pasti seperti ini adalah sebaiknya melakukan riset terlebih dahulu,
mencari informasi sebanyak mungkin dan mempergunakan beberapa metode pengambilan keputusan
yang paling sesuai dengan setiap kondisi masalah yang mungkin timbul. Hal ini dapat menggunakan:

• metode laplace → proses pengambilan keputusan dengan asumsi bahwa probabilitas terjadinya berbagai
kondisi adalah sama besarnya.

• Metode maximax → proses pengambilan keputusan dengan hanya mengutamakan hasil yang paling
optimistik dan mengabaikan sisi lain yang mungkin terjadi.

• metode maximin→ proses pengambilan keputusan dengan memilih alternatif yang minimalnya paling
besar.

• metode regret → proses pengambilan keputusana dengan didasari pada hasil keputusan yang maksimal
berdasarkan data pada masa lalu sebagai bahan perbandingannya.
• metode realism →proses pengambilan keputusan dengan menggabungkan metode maximax dan
maximin.

c. Kondisi konflik

Pada kondisi konflik maka pengambilan keputusan yang dilakukan akan menimbulkan dampak yang
mungkin saja dapat merugikan salah satu pihak. Dalam keadaan seperti ini lahirnya keputusan
sebelumnya telah diawali oleh keadaan yang saling bertentangan antara satu pihak dengan pihak lainnya.
Untuk menyelesaikan masalah di sini biasanya dilakukan pendekatan secara teori permainan, yang dalam
dunia bisnis teraplikasi dalam bentuk tawar-menawar harga dan hingga terealisasinya suatu kontrak atau
kesepakatan.

Return dan Risiko Dalam Portofolio

Problem utama yang dihadapi setiap investor adalah menentukan sekuritas beresiko mana yang harus
dibeli. Karena satu portfolio merupakan kumpulan sekuriatas, masalah ini bagi investor sama dengan
memilih portfolio yang optimal dari suatu portfolio yang ada.

Untuk mengantisipasi hal tersebut di atas, maka dilakukan upaya meminimalisasi kerugian dengan
portfolio investasi. Investor yang dilakukan biasanya bukan pada satu instrumen pasar modal,
tetapidikombinasi dengan instrumen pasar modal lain. Atau dapat dikatakan, portfolio adalah sekumpulan
investasiatau gabungan dari 2 atau lebih surat berharga. Tujuan utama dari kombinasi ini adalah rencana
investasi yang paling aman dengan keuntungan yang maksimal dan resiko yang minimal.

Langkah-langkah yang disarankan oleh John Dickinson (1974:6) dalam melakukan portfolio, yaitu:

1) Placement analysis
Dalam langkah ini, investor melakukan pengumpulan data, baik kuantitatif maupun kualitatif dari
berbagai alat investasi yang akan dijadikan portfolio;

2) Portofolio contruction

Pada langkah ini, investor mulai melakukan berbagai alat investasi yang dapat memenuhi tujuan
investasinya

3) Portofolio selection

Menghitung Return dan Resiko Portfolio

Tingkat keuntungan yang diharapkan

Portofolio adalah gabungan dari dua aset atau lebih. Dalam contoh jika kita menggabungkan aset A dan
aset B menjadi portofolio, dengan proporsi masing masing 50%, bagaimana tingkat keuntungan yang
diharapkan dan resikonya? Tingkat keuntungan portofolio merupakan rata rata tertimbang dari tingkat
keuntungan aset individualnya. Misal portofolio tersebut kita beri simbol P,tingkat keuntungan P adalah:

E(Rp) = 0,5 (9) + 0,5 (5,25) = 7,13%

Dengan kata lain formula tingkat keuntungan yang diharapkan untuk suatu portfolio bisa dituliskan sbb:

E(Rp) = Σ E(Ri) Xi

Keterangan:

E(Rp) = tingkat keuntungan / ekspektasi return dari suatu porfolio

E(Ri) = ekspektasi return dari sekuritas


Ri = satu outcome dari sekuritas

Xi = proporsi asset / dana yang diinvestasikan pada saham i

Formula untuk menghitung standar deviasi sebuah portfolio,σp adalah sbb :

σp2= Σ Xi σi2+ Σ Σ Xi Xjσij

i=1 i=1 i=1

Σp2= √ Σ Xi2σi2+ Σ Σ Xi Xjσij

i=1 i=1 i=1

Keterangan :

σp2 = varian portfolio

σi = kovarian saham i ( i = 1,2,… ; i ≠ j )

σij = kovarian antara i dan jXi = proporsi dana ke sekuritas i

Xj = proporsi dana ke sekuritas j


Portfolio Dua Asset

Portfolio dua asset adalah portofolio yang dibentuk hanya terdiri dari dua asset atau
sekuritas.Pembentukan ini dapat dilakukan pada berbagai keadaan, yaitu dimulai dari tidak adanya
investasi yangbebas resiko dan tidak diperkenankannya short sales (menjual saham yang tidak dimiliki).

Kalau kita hanya memiliki 2 sekuritas A dan B, maka tingkat keuntungan yang diharapkan dari portfolio
adalah :

E(RP) = WA .RA + WB .RB

E(RP) = XA .(RA) + XB .(RB)

WA + WB = 1

Keterangan :

E(RP) : tingkat keuntungan / ekspektasi return dari suatu portfolio

E(RA) : ekspektasi return dari sekuritas A

RA : satu outcome dari sekuritas A

XA : proporsi asset/dana yang diinvestasikan pada sahamA

E(RB) : ekspektasi return dari sekuritas B

RB : suatu outcome dari sekuritas B

XB : proporsi asset/dana yang diinvestasikan pada saham B

Jika Short sales diperkenankan, maka:

XA + XB = 1 ------ XB = 1-XA ……….persamaan 1

Dimana : XA ≥ 0, XB ≥ 0

Dengan demikian ekspansi return dari portfolio yang terdiri dari 2 saham/sekuritas menjadi :
E(RP) = XA .E(RA) + XB .E(RB)

E(RP) = XA .E(RA) + (1-RA) .E(RB)

Deviasi standar portfolio yang terdiri dari 2 jenis sekuritas adalah :

σP2= XA2.σA2+ XB2.σB2 + 2XAXB .σA

σP = √ XA2.σA2+ XB2.σB2+ 2XAXB .σAB

Dimana :

σP = varian portfolio

σA = kovarian saham A

σB =kovarian saham B

σAB = kovarian antara A dan B

XA = proporsi dana ke sekuritasA

XB = proporsi dana ke sekuritas B

Kemudian masukan persamaan 1 :

σP = √ XA2σA+ XB2 σB + 2XAXB σAB

σP = √ XA2σA + (1-XA2) σB2+ 2XA(1.XA) σAB

dan, karena σAB =KAB σA σB, maka :

σP = √ XA2σA2+ (1-XA2) σB2+ 2XA(1.XA)KAB σAσB


Koefisien korelasi berada antara +1 (maksimum) dan -1 (minimum). Koefisien korelasi +1menunjukan
bahwa tingkat keuntungan antara 2 sekuritas tersebut selalu bergerak dari arah yang sempurnasama
(artinya kalau yang satu naik 10% maka yang lain juga naik 10%). Sedangkan korelasi sebesar -
1menunjukan bahwa pergerakan tengkat keuntungan menuju kearah berlawanan yang sempurna (artinya
jikayang satu naik 10% maka yang lain akan turun sebesar 10%).

Portfolio Banyak Asset

Portfolio banyak asset adalah portfolio yang terdiri lebih dari dua sekuritas atau banyak sekuritas.

RUMUS :

E(RP) = Σ E(Ri)Xi Atau,

E(RP) = WA.RA + WB.RB +…+Wn.Rn

( Dimana : WA+WB+…+Wn = 1)

Keterangan :

E(Rp) = tingkat keuntungan / ekspektasi return dari suatu portfolio

E(Ri) = ekspektasi return dari sekuritas i

Ri = satu outcome dari sekuritas i

Xi = proporsi dana / asset yang diinvestasikan pada saham i

Formula untuk menghitung standar deviasi sebuah portfolio adalah sbb :Rumus :

N NN
σp2= Σ Xi σi + 2 Σ Σ Xi Xj ρij σi σj

i=1 i=1 j=1

karena :COVij = ρij σi σj

N NN

σP2= Σ Xi2σi2+ 2 Σ Σ Xi Xj COVij

i=1 i=1 j=1

atau,

N NN

σP = √ Σ Xi2σi2 + 2 Σ Σ Xi Xj COVij

i=1 i=1 j=1

dimana :

σP2= varian portfolio

σi = kovarian saham i (i = 1,2,….;i≠j)

σij = kovarian antara i dan j

Xi = proporsi dana ke sekuritas i


Xj = proporsi dana ke sekuritas j

Menentukan Portfolio Efisien dan Optimal

Untuk dapat menarik investor sehingga tetap mau melakukan investasi, diperlukan investasi strategiyang
tepat. Strategi ini yang kemudian disebut dengan portfolio yang efisien. Ada 2 cara untuk dapat mencapai
portfolio yang efisien. Markowitz (1952) mengilustrasikan bagaimana membentuk portfolio yangefisien,
yaitu: (1) menawarkan return yang diharapkan maksimum untuk berbagai tingkat risiko; dan(2)
menawarkan risiko yang minimum untuk berbagai tingkat return yang diharapkan. Portfolio
yangoptimum terjadi ketika portfolio ini bertemu dengan titik, yang pada titik ini kurva indifferens
bersinggungan dengan efficient set.

Resiko & Tingkat Pengembalian

Ada dua aspek yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan
keuangan, yaitu:

1. tingkat pengembalian (return) dan

Tingkat pengembalian adalah imbalan yang diharapkan diperoleh di masa mendatang, sedangkan risiko
diartikan sebagai ketidakpastian dari imbalan yang diharapkan.

2. risiko (risk) keputusan keuangan tersebut.

Risiko adalah kemungkinan terjadinya penyimpangan dari rata-rata dari tingkat pengembalian yang
diharapkan yang dapat diukur dari standar deviasi dengan menggunakan statistika.

Suatu keputusan keuangan yang lebih berisiko tentu diharapkan memberikan imbalan yang lebih besar,
yang dalam keuangan dikenal dengan istilah “High Risk High Return”.

Ada trade off antara risk dan return, sehingga dalam pemilihan berbagai alternatif keputusan keuangan
yang mempunyai risiko dan tingkat pengembalian yang berbeda-beda, pengambilan keputusan keuangan
perlu memperhtungkan risiko relatif keputusannya.
Untuk mengukur risiko relatif digunakan koefisien variasi, yang menggambarkan risiko per unit imbalan
yang diharapkan yang ditunjukkan oleh besarnya standar deviasi dibagi tingkat pengenbalian yang
diharapkan.

Risiko bisnis berkaitan dengan ketidakpastian tingkat pengembalian atas aktiva suatu perusahaan di masa
mendatang, yang mengacu pada variabilitas keuntungan yang diharapkan sebelum bunga dan pajak
(EBIT). Risiko bisnis merupakan akibat langsung dari keputusan investasi perusahaan, yang tercermin
dalam struktur aktivanya. Yang dimaksud dengan risiko bisnis dalam hal ini adalah tingkat risiko aktiva
perusahaan jika perusahaan tidak menggunakan hutang.

Risiko bisnis dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain

1. Variabilitas permintaan terhadap produk perusahaan. Semakin stabil penjualan produk perusahaan,
dengan asumsi hal-hal lain tetap (ceteris paribus), semakin kecil risiko bisnis.

2. Variabilitas harga jual. Semakin mudah harga jual berubah, semakin besar juga risiko bisnis yang
dihadapi.

3. Variabilitas biaya input. Semakin tidak menentu biaya input, semakin besar risiko bisnis yang dihadapi.

4. Kemampuan menyesuaikan harga jual bila ada perubahan biaya input. Semakin besar kemampuan
perusahaan menyesuaikan harga jual dengan perubahan biaya, semakin kecil risiko bisnis.

5. Tingkat penggunaan biaya tetap (leverage operasi). Semakin tinggi tingkat penggunaan biaya tetap,
semakin besar risiko bisinis.

6. Risiko keuangan terjadi karena adanya penggunaan hutang dalam struktur keuangan perusahaan, yang
mengakibatkan perusahaan harus menanggung beban tetap secara periodik berupa beban bunga. Hal ini
akan mengurangi kepastian besarnya imbalan bagi pemegang saham, karena perusahaan harus membayar
bunga sebelum memutuskan pembagian laba bagi pemegang saham. Dengan demikian, risiko keuangan
menyebabkan variabilitas laba bersih (net income) lebih besar.

7. Jika manajemen perusahaan dapat memanfaatkan dana yang berasal dari hutang untuk memperoleh
laba operasi yang lebih besar dari beban bunga, maka penggunaan hutang dapat memberikan keuntungan
bagi perusahaan dan akan meningkatkan return bagi pemegang saham. Sebaliknya, jika manajemen tidak
dapat memanfaatkan dana secara baik, perusahaan mengalami kerugian.

8. Pengukuran manfaat penggunaan hutang atau leverage keuangan dapat dilakukan dengan
memperbandingkan tingkat pengembalian aktiva atau rentabilitas ekonomi (basic earning power) dengan
tingkat bunga hutang. Jika rentabilitas ekonomis lebih besar dari biaya hutang, maka leverage itu
menguntungkan; dan tingkat pengembalian atas modal sendiri (rentabilitas modal sendiri atau ROE) juga
akan meningkat.

Hubungan Antara Resiko & Tingkat Pengembalian

Di dalam pasar uang di mana saham dan obligasi di jual, para pemakai uang, seperti perusahaan yang
melakukan investasi harus bersaing satu sama lain dalam mencari modal. Untuk memperoleh pembiayaan
atas proyek yang akan bermanfaat bagi pemegang saham perusahaan, perusahaan harus menawarkan
kepada investor, tingkat pengembalian yang mampu bersaing dengan alternatif investasi lain yang
tersedia bagi investor tersebut. Tingkat pengembalian dari alternatif investasi terbaik berikutnya ini
dikenal sbg biaya kesempatan dana (opportunity cost of fund).

Dalam menjalankan sebuah bisnis, perusahaan kecil lebih berisiko dalam tingkat pengembalian dari pada
perusahaan besar. Mengapa? Karena pengalaman bisnis perusahaan kecil mengandung resiko operasi
yang lebih besar , mereka lebih sensitif terhadap kecenderungan bisnis yang menurun dan beberapa
beroperasi dalam pasar yang kecil yang dengan cepat muncul dan kemudian dengan cepat lenyap. Selain
itu perusahaan kecil mengandalkan pembiayaan melalui utang dibandingkan perusahaan yang besar.
Perbedaan ini menciptakan variabilitas yang lebih pada jumlah laba dan arus kas, yang diartikan sebagai
risiko yang lebih besar.

Dengan memikirkan forgoing (kehilangan peluang yang lebih baik), kita harus mengharapkan adanya
tingkat pengembalian yang berbeda untuk pemilik dari berbagai surat-surat berharga tersebut. Jika pasar
menghargai investor atas resiko yang ditanggungnya, maka tingkat pengembalian harus meningkat
mengikuti peningkatan resiko.

Pengaruh Inflasi Pada Tingkat Pengembalian & Efek Fisher

Real Rate of interest (k*) à Tingkat suku bunga nominal dikurangi dengan tingkat inflasi yang diharapkan
selama jatuh tempo surat berharga berpenghasilan tetap. Hal ini memperlihatkan pertambahan yang
diperkirakan atas daya beli investor.
Tingkat suku bunga nominal = k* + IRP +(k* x IRP)

Keterangan:

k* = Tingkat suku bunga riil

IRP = tingkat inflasi Untuk sekuritas Treasury(Negara), apakah the required rate of return

Required rate of return = Risk-free rate of return

Karena sekuritas negara secara esensial bebas dari risiko default (tidak memenuhi kewajiban), tingkat
pengembalian sekuritas negara diterima sebagai “risk-free” rate of return (tingkat pengembalian bebas
risiko)

Tingkat Pengembalian Yang Diharapkan Atas Investasi

Secara Berdiri Sendiri atau Portofolio

Risiko arus kas aktiva dapat dipertimbangkan atas dasar berdiri sendiri (stand-alone basis) oleh setiap
aktiva itu sendiri atau dalam konteks portofolio di mana investasi digabungkan dengan aktiva lain dan
risikonya dikurangi melalui diversifikasi

Kebanyakan investor yang rasional memiliki portofolio aktiva, dan mereka lebih memperhatikan risiko
portofolionya daripada risiko aktiva individual

Pengembalian yang diharapkan atas investasi adalah nilai rata-rata dari distribusi probabilitas
pengembalian

Semakin besar probabilitas bahwa pengembalian aktual akan jauh di bawah pengembalian yang
diharapkan, semakin besar risiko yang berdiri sendiri (stand-alone) yang berkaitan dengan aktiva

Tingkat pengembalian yang diharapkan atas saham umumnya sama dengan pengembalian yang
diperlukan

Namun, sesuatu dapat terjadi yang menyebabkan tingkat pengembalian yang diperlukan berubah:

Suku bunga bebas risiko dapat berubah karena perubahan inflasi yang diantisipasi.

Beta saham dapat berubah


Penolakan investor terhadap risiko dapat beruba

Dengan semakin berkembangnya dunia usaha dan investasi, maka didirikanlah oleh Pemerintah

Investasi dapat diartikan sebagai komitmen untuk menanamkan sejumlah dana pada saat ini dengan
tujuan memperoleh keuntungan di masa datang. Dengan kata lain, investasi merupakan komitmen untuk
mengorbankan konsumsi sekarang dengan tujuan memperbesar konsumsi di masa datang. Pengertian lain
investasi adalah suatu bentuk penanaman dana atau modal untuk menghasilkan kekayaan, yang akan
dapat memberikan keuntungan tingkat pengembalian (return) baik pada masa sekarang atau dan di masa
depan.

Sharpe et all (1993), merumuskan investasi dengan pengertian berikut: “Mengorbankan aset yang dimiliki
sekarang guna menda¬patkan aset pada masa mendatang yang tentu saja dengan jumlah yang lebih
besar.”

Sedangkan Jones (2004) mendefinisikan investasi sebagai: “Komitmen menanamkan sejumlah dana pada
satu atau lebih aset selama beberapa periode pada masa mendatang.”

Investasi dapat berkaitan dengan penanaman sejumlah dana pada aset riil (real assets) seperti: tanah,
emas, rumah, barang-barang seni, real estate dan aset riil lainnya atau pada aset finansial (financial
assets), berupa surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang dikuasai
oleh entitas seperti: deposito, saham, obligasi, dan surat berharga lainnya.

Harapan keuntungan di masa datang merupakan kompensasi atas waktu dan risiko yang terkait dengan
investasi yang dilakukan. Dalam konteks investasi, harapan keuntungan tersebut sering disebut sebagai
return.

Eduardus Tandelilin (2001:47) mengemukakan bahwa: “Return merupakan salah satu faktor yang
memotivasi investor berinteraksi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor dalam
menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya.” Singkatnya return adalah keuntungan yang
diperoleh investor dari dana yang ditanamkan pada suatu investasi.

Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan capital gain (loss).
Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara
periodik dari suatu investasi. Jika berinvestasi pada sebuah obligasi atau mendepositokan uang di bank,
maka besarnya yield ditunjukkan dari bunga obligasi atau bunga deposito yang diterima. Jika kita
berinvestasi dalam saham, yield ditunjukkan oleh besarnya dividen yang kita peroleh. Sedangkan, capital
gain (loss) sebagai komponen kedua dari return merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat
berharga (saham atau obligasi), yang bisa memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor.

Pada dasarnya tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return. Return dapat berupa
return realisasi ataupun return ekspektasi.

Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data
historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan
serta sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) untuk mengukur risiko di masa yang
akan datang.

Return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa yang
akan datang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi ini sifatnya
belum terjadi.

Suad Husnan (2005) menyebutkan bahwa tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) adalah
laba yang akan diterima oleh pemodal atas investasinya pada perusahaan emiten dalam waktu yang akan
datang dan tingkat keuntungan ini sangat dipengaruhi oleh prospek perusahaan di masa yang akan datang.
Seorang investor akan mengharapkan return tertentu di masa yang akan datang tetapi jika investasi yang
dilakukannya telah selesai maka investor akan mendapat return realisasi (realized return) yang telah
dilakukan.

Di samping memperhitungkan return, investor juga perlu mempertimbangkan tingkat risiko suatu
investasi sebagai dasar pembuatan keputusan investasi. Definisi risiko menurut Reilly and Brown
(2003:10) adalah:“Risk is the uncertainly that an investment will earn its expecied rate of return.”
Sedangkan definisi risiko menurut Elton and Gruber (2003:44) adalah: “The existence of risk means that
the investor can no longer associate a single number of pay-off with investment in any assets.”

Beberapa pengertian risiko yang berkembang berdasarkan definisi-definisi di atas dan dari literatur
lainnya, bahwa risiko dapat pula diartikan:

a. Bahaya (menurut kamus Webster)

b. Kemungkinan terjadinya peristiwa yang tidak menguntungkan

c. Probabilitas tidak tercapainya tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return)


d. Kemungkinan return yang diterima (realized return) menyimpang dari return yang diharapkan
(expected return) atau dengan kata lain kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima
dengan return yang diharapkan.

Ada beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko investasi antara lain: risiko suku
bunga (yaitu variabilitas dalam return sekuritas dari perubahan tingkat suku bunga. Interest rate risk
mempengaruhi obligasi secara langsung dibandingkan common stock), risiko pasar (variabilitas return
dari hasil fluktuasi dalam keseluruhan pasar, yaitu pasar saham agregat), risiko inflasi (Faktor yang
mempengaruhi semua sekuritas adalah risiko daya beli atau berkurangnya kemampuan membeli
investasi), risiko bisnis (risiko yang ada ketika melakukan suatu usaha/bisnis dalam industri khusus),
risiko finansial (Risiko ini berhubungan dengan penggunaan hutang oleh perusahaan. Besarnya proporsi
asset oleh pembiayaan hutang dan besarnya variabilitas return adalah sama), risiko likuiditas (Risiko
likuiditas ini berhubungan dengan pasar sekunder dalam perdagangan sekuritas.

Suatu investasi yang dapat dibeli atau dijual secara cepat dan tanpa harga yang signifikan biasanya
bersifat likuid, semakin tidak menentunya elemen waktu dan konsesi (kelonggaran) harga, semakin besar
liquidity risk-nya), risiko nilai tukar (variabilitas return yang disebabkan oleh fluktuasi mata uang), dan
risiko negara (disebut juga politycal risk, yaitu risiko yang penting untuk para investor pada zaman
sekarang ini. Dengan banyaknya investor yang berinvestasi secara internasional, baik secara langsung
ataupun tidak langsung, stabilitas dan kelangsungan hidup ekonomi suatu negara perlu dipertimbangkan)
serta masih banyak lagi sumber risiko.

Untuk menurunkan risiko, investor perlu melakukan diversifikasi. Diversifikasi menunjukkan bahwa
investor perlu membentuk portofolio penanaman dana sedemikian rupa hingga risiko dapat diminimalkan
tanpa mengurangi return yang diharapkan. Mengurangi risiko tanpa mengurangi return adalah tujuan
investor dalam berinvestasi.

Teori Portofolio

Teori Portofolio (portfolio) lahir dari seseorang yang bernama Henry Markowitz. Dasar pemikiran
dibentuknya portofolio seperti yang dikatakan Markowitz yaitu: “do not put all eggs in one basket”
(janganlah menaruh semua telur ke dalam satu keranjang), karena jika keranjang tersebut jatuh, maka
semua telur yang ada dalam keranjang tersebut akan pecah. Begitu pula dengan investasi yang dilakukan,
jangan menanamkan seluruh dana dalam satu bentuk investasi, karena ketika investasi tersebut gagal,
maka seluruh dana yang tertanam kemungkinan tidak akan kembali. Teori portofolio yang diperkenalkan
oleh Markowitz (yang di kalangan ahli manajemen keuangan disebut sebagai the father of modern
portfolio theory) ini telah mengajarkan konsep diversifikasi portofolio secara kuantitatif.
Portofolio diartikan sebagai serangkaian investasi sekuritas yang diinvestasikan dan dipegang oleh
investor, baik individu maupun entitas. Kombinasi aktiva/asset tersebut bisa berupa aktiva riil, aktiva
finansial ataupun keduanya. Biasanya seorang investor dalam melakukan investasi tidak hanya memilih
satu saham saja, tetapi melakukan kombinasi. Alasannya dengan melakukan kombinasi saham, investor
bisa meraih return yang optimal dan sekaligus bisa memperkecil risiko melalui diversifikasi.Dengan kata
lain, jika seorang investor mengumpulkan beberapa sekuritas yang akan digunakan untuk investasi,
artinya investor telah membentuk suatu portofolio saham, tujuannya adalah untuk melakukan diversifikasi
dalam investasi, yang dapat memperkecil risiko yang dihadapi investor bila dibandingkan dengan
melakukan investasi pada saham individu. Meskipun demikian memilih portofolio yang optimal bukanlah
hal yang mudah.

Diversifikasi dilakukan untuk mengurangi risiko portofolio, yaitu dengan cara mengkombinasi atau
dengan menambah investasi (asset/aktiva/sekuritas) yang memiliki korelasi negatif atau positif rendah
sehingga variabilitas dari pengembalian atau risiko dapat dikurangi.

Korelasi merupakan alat ukur statistik mengenai hubungan dari serial data yang menunjukkan pergerakan
bersamaan relatif (relative comovements) antara serial data tersebut. Jika serial data bergerak dengan arah
yang sama disebut dengan korelasi positif, sebaliknya jika bergerak dengan arah berlawanan disebut
korelasi negatif.

Sedangkan koefisien korelasi merupakan ukuran dari tingkat korelasi, yaitu:

1. Korelasi positif sempurna (koefisien korelasi +1)

2. Tidak ada korelasi (koefisien korelasi 0)

3. Korelasi negatif sempurna (koefisien korelasi -1)

Investasi / aktiva yang tidak berkorelasi artinya tidak ada interaksi di antara pengembaliannya (returnnya).
Mengkombinasikan aktiva yang tidak berkorelasi dapat mengurangi risiko meskipun tidak seefektif
seperti aktiva yang memiliki korelasi negatif. Kombinasi aktiva yang tidak berkorelasi dapat mengurangi
risiko daripada mengkombinasikan aktiva yang berkorelasi positif.

Kaitan antara korelasi dengan manfaat pengurangan risiko dapat digambarkan di bawah ini:

1. Penggabungan dua sekuritas yang berkorelasi positif sempurna (+1,0) tidak akan memberikan manfaat
pengurangan risiko.

2. Penggabungan dua sekuritas yang berkorelasi nol, akan mengurangi risiko portofolio secara signifikan.

3. Penggabungan dua sekuritas yang berkorelasi negatif sempurna (-1,0) akan menghilangkan risiko
kedua sekuritas tersebut.
Dalam dunia nyata, ketiga jenis korelasi ekstrem tersebut (+1,0; 0,0; dan –1,0) sangat jarang terjadi. Oleh
karena itu, investor tidak akan bisa menghilangkan sama sekali risiko portofolio. Hal yang bisa dilakukan
adalah ‘mengurangi’ risiko portofolio.

Investor melakukan diversifikasi investasi dalam berbagai portofolio dikarenakan hasil yang diharapkan
dari setiap sekuritas dapat saling menutup.

Set Yang Efisien

Pemilihan Portofolio

Di dalam membentuk suatu portofolio, akan timbul suatu masalah. Permasalahannya terdapat banyak
sekali kemungkinan portofolio yang dapat dibentuk dari kombinasi aktiva berisiko yang tersedia di pasar.
Kombinasi ini dapat mencapai jumlah yang tidak terbatas. Jika terdapat kemungkinan portofolio yang
jumlahnya tidak terbatas, maka akan timbul pertanyaan potofolio mana yang akan dipilih oleh investor.
Jika investor adalah rasional, maka mereka akan memilih portofolio yang optimal.

Portofolio optimal dapat ditentukan dengan menggunakan model Markowitz atau dengan metode indeks
tunggal. Dan yang pertama kali dibutuhkan adalah menentukan portofolio yang efisien.

Portofolio optimal akan berbeda-beda untuk masing-masing investor. Investor yang lebih menyukai risiko
akan memilih portofolio dengan return yang tinggi dengan membayar risiko yang juga lebih tinggi
dibandingkan dengan investor yang kurang menyukai risiko. Jika aktiva tidak berisiko dipertimbangkan,
aktiva ini dapat mengubah portofolio optimal yang mungkin sudah dipilih oleh investor.

Menentukan Portofolio Efisien

Portofolio yang efisien (efficient portofolio) adalah portofolio yang memberikan return ekspektasi
terbesar dengan tingkat risiko yang sudah pasti atau portofolio yang memberikan risiko terkecil dengan
return ekspektasi yang sudah pasti.
Portofolio yang efisien dapat ditentukan dengan memilih tingkat return ekspektasi tertentu dan kemudian
meminimumkan risikonya atau menentukan tingkat risiko yang tertentu dan kemudian memaksimumkan
return ekspektasinya.

Seluruh set yang memberikan kemungkinan portofolio yang dapat dibentuk dari kombinasi n-aktiva yang
tersedia disebut dengan opportunity set atau attainable set. Semua titik di attainable set menyediakan
semua kemungkinan portofolio baik yang efisien maupun yang tidak efisien yang dapat dipilih oleh
investor. Kumpulan (set) dari portofolio yang efisien ini disebut efficient set atau efficient frontier.

Dua aktiva yang membentuk portofolio dapat berkorelasi sempurna, negatif sempurna, atau tidak
mempunyai korelasi sama sekali.

a. Korelasi positif sempurna

Untuk korelasi positif sempurna dua buah aktiva A dan B, yaitu ρAB = +1, maka rumus varian
portofolionya:

σp2 = a2. σA2 + b2. σB2 + 2.a.b. σA. σB

Dimana:

a = besarnya proporsi saham A

b = besarnya proporsi saham B di dalam portofolio

Deviasi standar portofolio dengan korelasi positif sempurna adalah:

σp = a. σA + (1 – a). σB atau σp = σB + (σA – σB). a

Dimana:

σp = deviasi standar portofolio

(1-a) = proporsi sekuritas kedua


Untuk kasus korelasi positif sempurna, portofolio tidak dapat menurunkan risiko atau diversifikasi tidak
dapat menurunkan risiko.

Sedangkan rumus untuk ekspektasi dari portofolio untuk dua buah sekuritas dinyatakan sebagai berikut.

E(Rp) = a. E(RA) + (1-a). E(RB)

E(Rp) = Return ekspektasi portofolio

b. Tidak ada korelasi antara sekuritas

Untuk korelasi antar dua aktiva A dan B sebesar nol, yaitu ρAB=0 dan subtitusikan b=(1-a), rumus varian
dari portofolio menjadi:

σp2 = a2. σA2 + (1-a)2. σB2

Hubungan antara risiko portofolio dengan proporsi sekuritasnya (a) untuk korelasi nol (ρAB=0) adalah
tidak linier. Karena hubungan ini tidak linier, maka titik optimasi dapat terjadi.

c. Korelasi antara sekuritas adalah negatif sempurna

Untuk korelasi negatif sempurna antara aktiva A dan B yaitu ρAB = -1,

maka rumus varian portofolio menjadi:

σp2 = a2. σA + (1-a)2. σB2

2.a.(1-a).σA. σB

Portofolio Optimal Berdasarkan Preferensi Investor

Kadangkala, investor lebih memilih risiko lebih besar dengan kompensasi return ekspektasi yang lebih
besar dengan kompensasi return ekspektasi yang lebih besar juga.
Tiap investor mempunyai tanggapan risiko yang berbeda-beda. Investor yang mempunyai tanggapan
kurang menyukai risiko mungkin akan memilih portofolio di titik B. Tapi, investor lainnya mungkin
mempunyai tanggapan risiko berbeda, sehingga mereka memilih portofolio yang lainnya selama
portofolio tersebut merupakan portofolio efisien yang masih berada di efficient set. Portofolio mana yang
akan dipilih investor tergantung dari fungsi utilitinya masing-masing.

Portofolio Optimal Berdasarkan Preferensi Masing-masing Investor.

Untuk investor ke-1, portofolio optimal adalah berada di titik C1 yang memberikan kepuasan kepada
investor ini sebesar U2. jika investor ini rasional, dia tidak akan memilih portofolio D1 karena walaupun
portofolio ini tersedia dan dapat dipilih yang berada di attainable set, tapi bukan portofolio yang efisien,
sehingga akan memberikan kepuasan sebesar U1 yang lebih rendah dibandingkan dengan kepuasan
sebesar U2. Investor akan memilih portofolio yang memberikan kepuasan yang tertinggi.

Portofolio Optimal Berdasarkan Model Markowitz

Model Markowitz menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut.

a. Waktu yang digunakan hanya satu periode.

b. Tidak ada biaya transaksi.

c. Preferensi investor hanya didasarkan pada return ekspektasi dan risiko dari portofolio.

d. Tidak ada pinjaman dan simpanan bebas risiko.

Model Markowitz tidak mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut. Jika tersedia pinjaman dan simpanan
bebas risiko, maka optimal portofolio akan dapat berbeda seandainya pinjaman dan simpanan bebas risiko
ini tidak tersedia.

Portofolio Optimal dengan Adanya Simpanan dan Pinjaman Bebas Risiko

Aktiva bebas risiko adalah aktiva yang mempunyai return ekspektasi tertentu dengan varian return
(risiko) yang sama dengan nol. Karena variannya (deviasi standarnya) sama dengan nol, kovarian antara
aktiva bebas risiko ini dengan aktiva berisiko yang lainnya akan menjadi sama dengan nol sebagai
berikut.

σBR,i = ρBR,i . σBR . σi


σBR,i = ρBR,i . 0 . σi = 0

Investor dapat memasukkan aktiva bebas risiko ke dalam portofolio efisien aktiva berisiko dalam bentuk
simpanan (lending) atau pinjaman (borrowing). Dalam bentuk simpanan berarti membeli aktiva bebas
risiko dan memasukkannya ke dalam potofolio efisien aktiva berisiko. Dalam bentuk pinjaman berarti
meminjam sejumlah dana dengan tingkat bunga bebas risiko dan menggunakan dana ini untuk menambah
proporsi potofolio efisien aktiva berisiko.

Umumnya investor dapat membeli atau menginvestasikan dananya dengan tingkat return bebas risiko,
yaitu dengan membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Tapi investor harus meminjam dengan
pengembalian yang lebih tinggi dari return tingkat bebas risiko.

Jika investor hanya dapat membeli aktiva bebas risiko, tapi tidak meminjam dengan tingkat bebas risiko,
ada 3 alternatif yang dapat dilakukan, yaitu:

a. Menanamkan semua modalnya ke aktiva bebas risiko dengan mendapatkan tingkat return pasti sebesar
RBR.

b. Menanamkan semua modalnya ke portofolio efisien aktiva berisiko di titik S dengan mendapatkan
return ekspektasi sebesar E(Rs) dengan risiko sebesar σs.

c. Menanamkan sebagian modalnya ke aktiva bebas risiko dan sebagian lagi ke portofolio efisien aktiva
bebas risiko dan sebagian lagi ke portofolio efisien aktiva berisiko dengan hasil return ekspektasi lebih
besar dari RBR tapi lebih kecil dari E(Rs) atau RBR < E(Rp) < E(Rs). Sedang risiko yang diperoleh
adalah sebesar 0 < σp < σs.

Anda mungkin juga menyukai