MANAJEMEN KEUANGAN
OLEH :
B1C1 14 048
JURUSAN AKUNTANSI
KENDARI
2015
A. LEVERAGE OPERASIONAL
Leverage operasional berkaitan dengan keberadaan biaya operasional tetap yang berkaitan
dengan produksi barang atau jasa. Penting untuk diingat bahwa biaya operasional tetap tidak
berubah sejalan dengan perubahan volume. Biaya ini meliputi berbagai hal seperti depresiasi
gedung dan peralatan, asuransi, sebagian dari tagihan listrik dan air, serta sebagian dari biaya
manajemen. Di pihak lain, biaya operasional variabel dapat berubah secara langsung
bersamaan dengan tingkat output, biaya ini meliputi bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,
sebagian dari keseluruhan tangihan listrik dan air, komisi langsung penjualan, serta beberapa
bagian tertentu dari biaya umum dn administrasi.
Salah satu pengaruh potensial menarik yang disebabkan oleh keberadaan biaya
operasional tetap (leverage operasional) adalah perubahan dalam volume penjualan akan
menghasilkan perubahan yang lebih besar daripada perubahan proposional dalam laba atau
rugi operasional. Jadi, seperti leverage yang digunakan untuk memperbesar daya atas suatu
titik sehingga menjadi daya yang lebih besar pada titik lainnya, keberadaan biaya operasional
tetap menyebabkan perubahan presentase dalam volume penjualan untuk menghasilkan
perubahan besar atas laba atau rugi operasional.
Untuk mengilustrasikan analisis titik impas (break even analysis) yang diterapkan pada
studi atas leverage operasional. Asumsikan sebuah perusahaan yang menghasilkan helm
sepeda berkualitas tinggi untuk anak-anak, dengan harga jual $50 per unit. Perusahaan
tersebut memiliki biaya operasional tetap tahunan sebesar $100.000, dan biaya operasional
variable sebesar $25 per unit berapa pun jumlah yang dijual.
SBE = FC + VCBE
Dimana SBE = pendapatan titik impas
FC = biaya tetap
VCBE = biaya variable total pada titik impas
Tingkat leverage operasional (degree of operating leverage) adalah ukuran kuantitatif dari
sensitivitas laba operasional perusahaan atas perubahan dalam penjualan perusahaan. Tingkat
leverage operasional suatu perusahaan dengan tingkat output tertentu (atau penjualan) adalah
persentase perubahan dalam laba operasional atas presentase perubahan dalam output (atas
penjualan) yang menyebabka perubahan dalam laba.
Dapat dilihat bahwa makin jauh kita bergerak dari titik impas perusahaan, makin besar
nilai absolut laba atau operasional perusahaan dan makin rendah sensitivitas relatif laba
operasional terhadap perubahan dalam output (penjualan) yang diukur oleh DOL.
Faktor-faktor utama lainnya yang dapat meningkatkan risiko bisnis adalah variabilitas
atau ketidakpastian biaya penjualan dan produksi. Tingkat leverage operasional perusahaan
memperbesar dampak berbagai faktor ini pada variabilitas laba operasional. Karena
variabilitas dasar biaya penjualan dan produksi, tingkat leverage operasional akan
memperbesar variabilitas laba operasi, dan akhirnya risiko bisnis perusahaan. Jadi, tingkat
leverage operasional seharusnya dianggap sebagai potensi risiko yang akan aktif hanya jika
terdapat variabilitas dalam biaya penjualan dan produksi.
B. LEVERAGE KEUANGAN
Leverage keuangan digunakan dengan harapan dapat meningkatkan imbal hasil kepada
para pemegang saham biasa. Leverage yang menguntungkan (favorable) atau positif terjadi
jika perusahaan dapat menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dengan menggunakan dana
yang didapat dalam bentuk biaya tetap tersebut (dana yang didapat dengan menerbitkan
uatang bersuku Bungan tetap atau saham preferen dengan tingkat dividen yang konstan)
dibandingkan biaya pendanaan tetap yang harus dibayar.
Agar dapat menentukan titik impas EBIT-EPS, atau titik indiferen diantara berbagai
alternative pendanaan. Dimulai dengan menghitung laba per saham (EPS), untuk beberapa
tingkat perkiraan EBIT dengan menggunakan rumus berikut ini.
( EBIT1 )( 1t )PD
EPS=
NS
Ukuran kuantitatif untuk sensitivitas EPS perusahaan terhadap perusahaan dalam laba
operasional perusahaan disebut sebagai tingkat leverage keuangan (degree of financial
leverage-DFL). Tingkat leverage keuangan untuk tingkat laba operasional tertentu adalah
perubahan persentase dalam EPS terhadap perubahan persentase dalam laba operasional yang
mnyebabkan perubahan dalam EPS.
Koefisien variasi laba per lembar saham yang meruapakn deviasi standar dibagi dengan
nilai yang diharapkan kan memberikan ukuran penyebaran rekatif laba per saham sebagai
ukuran risiko keseluruhan perusahaan (total firm risk).
Sedangkan DFL memperbesar risiko, ukuran risiko total perusahaan koefisien variasi laba
per saham dapat dihitung langsung dengan membagi deviasi standar laba per saham dengan
laba per lembar saham yang diharapkan.
C. TOTAL LEVERAGE
Total leverage adalah ketika leverage keuangan digabungkan dengan leverage operasional.
Pengaruh dari penggabungan leverage keuangan dengan leverage operasional merupakan
pembesaran dua tahap untuk perubahan berapa pun dalam penjualan menjadi perubahan yang
relatif besar dalam laba per saham.
DTL Perusahaan pada tingkat output (penjualan) tertentu sama dengan perubahan
persentase dalam laba per saham terhadap perubahan persentase dalam output (penjualan)
yang menyebabkan perubahan dalam laba per lembar saham.
Perubahan persentase dalam EPS
DTL untuk Qunit ( dolar ) output( penjualan)=
Perubahan persentase dalam output( penjualan)
Leverage operasional dan leverage keuangan dapat digabungkan dalam berbagai cara
untuk mendapatkan tingkat total leverage dan tingkat risiko total perusahaan yang diinginkan.
Tingkat risiko perusahaan keseluruhan yang tepat melibatkan pertimbangan antara risiko total
perusahaan dengan imbal hasil yang diharapkan, pertimbangan ini harus dibuat sesuai dengan
tujuan memaksimalkan niali bagi pemegang saham.
Sebelum menambah beban keuangan tetap, perusahaan harus menganalisis arus kas masa
depan yang diharapkan, karena beban keuangan tetap harus sesuai dengan kasnya.
Ketidakmampuan untuk memenuhi berbagai beban, dengan pengecualian untuk dividen
saham preferen dapat mengakibatkan ketidakmampuan keuangan. Makin besar dan makin
stabil arus kas masa depan yang di harapkan perusahaan, makin besar pula kapasitas utang
(debt capacity) perusahaan.
1. Rasio Cakupan
Dalam perhitungan rasio ini, biasanya dapat digunakan pendapatan sebelum bunga dan
pajak sebagai ukuran kasar arus kas yang tersedia untuk menutup beban keuangan tetap.
Mungkin rasio cakupan yang paling banyak digunakan adalah rasio cakupan bunga atau
kelipatan bunga dihasilkan.
EBIT
Rasio cakupan bunga=
Beban bunga
Berdasarkan berbagai probabilitas urutan arus kas tertentu, manajer keuangan dapat
menentukan jumlah beban pendanaan tetap yang dapat ditanggung perusahaan dengan tetap
berada dalam batasan insolvabilitas yang dapat ditoleransi oleh pihak manajemen. Analisis
kemampuan arus kas perusahaan untuk menanggung beban keuangan tetap mungkin
merupakan cara terbaik untuk menganalisis risiko keuangan
Metode lain untuk menganalisis bauran pendanaan yang tetap bagi perusahaan adalah
dengan mengevaluasi struktur modal (capital structure) perusahaan-perusahaan lainnya
dengan risiko bisnis yang hampir sama. Struktur modal yang optimal bagi semua perusahaan
dalam industry dapat membutuhkan proposal utang terhadap ekuitas yang lebih tinggi
daripada rata-rata industrinya.
3. Peringkat Sekuritas
Ketika perusahaan menjual utang atau menerbitkan saham preferen kepada investor
publik, ketimbang kepada pemberi pinjaman swasta seperti bank, perusahaan harus
mendapatkan peringkat oleh satu atau lebih layanan pemeringkatan atau sekuritas yang
diterbitkannya.