Anda di halaman 1dari 8

BAB V

ANALISIS LEVERAGE

CAPAIAN PEMBELAJARAN

1. Capaian Pembelajaran Umum


Mahasiswa diharapkan mengerti dan memahami apa yang dimaksud dengan pengertian
leverage, dapat menghitung tingkat leverage perusahaan serta dapat memberikan informasi
mengenai tingkat leverage kepada pengambil keputusan perusahaan
2. Capaian Pembelajaran Khusus
Mahasiswa diharapkan mengerti dan memahami pengertian leverage, dan dapat
menghitung Degree of Operating Leverage, Financial Leverage dan Combination
Leverage.

A. PENDAHULUAN
Leverage merupakan istilah dari menggunakan aset dan sumber dana perusahaan
seperti hutang/obligasi atau pembelian saham untuk memberikan tingkat keuntungan yang
baik bagi operasional dan finansial perusahaan. Jika ada perubahan pada penjualan
bagaimana dampaknya terhadap EBIT perusahaan, ini dinamakan tingkat operasional
perusahaan, Sedangkan jika ada perubahan pada EBIT bagaimana dampaknya bagi EPS,
ini dinamakan tingkat finansial perusahaan.

B. POKOK-POKOK ISI
1. Definisi Analisis Leverage
Leverage adalah penggunaan assets dan sumber dana (source of funds) oleh perusahaan
yang mengeluarkan biaya tetap agar dapat meningkatkan keuntungan potensial bagi
pemegang saham. Leverage menunjuk pada hutang yang dimiliki perusahaan. Sumber
dana perusahaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu sumber dana intern dan sumber dana
ekstern.

2. Macam-macam Analisis Leverage


a. Operating Leverage (DOL)
Operating leverage adalah kepekaan EBIT terhadap perubahan penjualan
perusahaan. Operating leverage timbul karena perusahaan menggunakan biaya operasi
tetap. Dengan adanya biaya operasi tetap, perubahan pada penjualan akan
mengakibatkan perubahan yang lebih besar pada EBIT perusahaan.
Leverage operasi lebih tepat didefinisikan dalam bentuk seberapa jauh
perubahan tertentu dari volume penjualan berpengaruh pada laba operasi bersih (net
operating income, NOI). Untuk mengukur pengaruh perubahan volume penjualan
terhadap profitabilitas, maka kita hitung tingkat leverage operasi (DOL), yaitu rasio
dari perubahan presentase laba operasi terhadap perubahan presentase unit yang
terjual atau pendapatan total (total revenue = TR). DOL mengukur berapa persen
EBIT berubah jika penjualan berubah 1%.
Rumus Operating Leverage (DOL):

% Δ EBIT
% Δ Sales
Atau gunakan rumus:
Q (P – V)
Q (P – V) – FC
Keterangan:
Q = jumlah penjualan dalam unit
P = harga/ unit
V = biaya variabel/ unit
FC = biaya tetap

b. Financial Leverage
Suatu perusahaan dikatakan menggunakan financial leverage jika ia
membelanjai sebagian dari aktivanya dengan sekuritas yang membayar bunga yang
tetap (misalnya, hutang pada bank, menerbitkan obligasi atau saham preferen). Jika
perusahaan menggunakan financial leverage atau hutang, perubahan pada EBIT
perusahaan akan mengakibatkan perubahan yang lebih besar pada EPS (earning per
share) atau penghasilan per lembar saham perusahaan.
Leverage keuangan menunjukkan sampai seberapa banyak sekuritas
berpendapatan tetap (utang dan saham preferen) digunakan dalam struktur modal
perusahaan. Risiko keuangan adalah risiko tambahan yang ditanggung pemegang
saham sebagai akibat dari leverage keuangan. Masalah financial leverage baru timbul
setelah perusahaan meggunakan dana dengan beban tetap, seperti halnya masalah
operating leverage baru timbul setelah perusahaan dalam operasinya mempunyai
biaya tetap. Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap untuk
memperoleh pendapatan yang lebih besar dikatakan menghasilkan leverage yang
menguntungkan (favorable financial leverage).
Financial leverage itu merugikan (unfavorable leverage) kalau perusahaan
tidak dapat memperoleh pendapatan dari penggunaan dana tersebut sebanyak beban
tetap yang harus dibayar. Salah satu tujuan dalam pemilihan berbagai alternative
metode pembelanjaan adalah untuk memperbesar pendapatan bagi pemilik modal
sendiri atau pemegang saham biasa.
Degree of Financial Leverage (DFL) mengukur kepekaan EPS terhadap
perubahan EBIT perusahaan.
Rumus financial leverage (DFL) =
% Δ EPS
% Δ EBIT

Atau menggunakan rumus:

DFL = Q (P –V) – FC
Q (P-V) – FC – Interest

Semakin besar DFL, semakin besar pula fluktuasi EPS akibat perubahan pada EBIT
perusahaan. Besar- kecilnya DFL tergantung pada besar-kecilnya hutang yang
digunakan perusahaan. Semakin besar hutang yang digunakan, semakin besar pula
DFL sehingga semakin besar risiko finansial perusahaan.

c. Total Leverage/ Combined Leverage (DTL/ DCL)


DOL mengukur kepekaan EBIT terhadap perubahan penjualan, sedangkan DFL
mengukur kepekaan EPS terhadap perubahan EBIT. Jika DOL dikalikan DFL, maka
akan didapatkan Degree of Total/ Combined Leverage (DTL/DCL) yang
menunjukkan kepekaan EPS terhadap perubahan penjualan.
Dapat didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan dalam menggunakan biaya
tetap baik biaya tetap operasi maupun biaya tetap keuangan untuk memperbesar
pengaruh perubahan volume penjualan terhadap pendapatan per lembar saham biasa/
EPS. Rumus:
% Δ EPS
% Δ Sales
Atau gunakan rumus:
DTL = DOL x DFL

Contoh:
Diketahui harga/ unit Rp.10, biaya variabel Rp.6, total biaya tetap Rp.100.000, biaya
bunga Rp.5000. hitunglah DOL, DFL dan DTL pada penjualan sebesar Rp.300.000
atau 30.000 unit!

Jawab:

DOL = Q (P – V)
Q (P – V) – FC

= 30.000 (10 – 6)
30.000(10 – 6) – 100.000

= 6x

Setiap ada perubahan penjualan sebesar 1%, menyebabkan perubahan EBIT sebesar
6%.

DFL = Q (P –V) – FC
Q (P-V) – FC – Interest

= 30.000 (10-6) – 100.000


30.000 (10-6) – 100.000 – 5000
= 1,33 x

Setiap ada perubahan penjualan sebesar 1%, menyebabkan perubahan EAT sebesar
1,33 %.

DTL = DOL x DFL


= 6 x 1,33
= 7,98x
BAB VI
ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP)

CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Capaian Pembelajaran Umum
Mahasiswa diharapkan mengerti dan memahami apa yang dimaksud dengan Break Even
Point, serta dapat menghitung dan memberikan informasi mengenai penjualan minimal
2. Capaian Pembelajaran Khusus
Mahasiswa diharapkan mengerti dan memahami pengertian dan manfaat Break Even Point
dan dapat menentukan penjualan minimal yang tepat baik dari unit maupun rupiah
penjualan yang dapat memberikan keuntungan.

A. PENDAHULUAN
Analisis BEP adalah titik impas dimana perusahaan tidak menderita kerugian atau
mendapatkan keuntungan. Dimana pada kondisi BEP ini penjualan sama dengan biaya yang
dikeluarkan. Sehingga dengan mengetahui unit dan rupiah penjualan, perusahaan dapat
mengetahui target penjualan yang harus dilakukan untuk mencapai keuntungan. Perhitungan
BEP dapat dianalisis dengan kuantitatif dan grafik.

B. POKOK-POKOK ISI

1. Definisi
BEP ialah titik impas di mana posisi jumlah pendapatan dan biaya sama atau
seimbang sehingga tidak terdapat keuntungan ataupun kerugian dalam suatu
perusahaan. BEP digunakan untuk menganalisis proyeksi sejauh mana banyaknya
jumlah unit yang diproduksi atau sebanyak apa uang yang harus diterima untuk
mendapatkan titik impas atau kembali modal. Break Event Point memerlukan
komponen penghitungan dasar seperti berikut ini:

a) Fixed Cost. Komponen ini merupakan biaya yang tetap atau konstan jika adanya
tindakan produksi atau meskipun perusahaan tidak berproduksi. Contoh biaya ini
yaitu biaya tenaga kerja, biaya penyusutan mesin, dan lain-lain.
b) Variabel Cost. Komponen ini merupakan biaya per unit yang sifatnya dinamis
tergantung dari tindakan volume produksinya. Jika produksi yang direncanakan
meningkat, berarti variabel cost pasti akan meningkat. Contoh biaya ini yaitu biaya
bahan baku, biaya listrik, dan lain-lain.
c) Selling Price. Komponen ini adalah harga jual per unit barang atau jasa yang telah
diproduksi.
Rumus yang digunakan untuk analisis Break Event Point ini terdiri dari dua macam
sebagai berikut:
a) Dasar Unit
Berapa unit jumlah barang/jasa yang harus dihasilkan untuk mendapat titik impas:
BEP = FC /(P-VC)
b) Dasar Penjualan
Berapa rupiah nilai penjualan yang harus diterima untuk mendapat titik impas: FC/
(1 – (VC/P))* Penghitungan (1 – (VC/P)) biasa juga disebut dengan istilah Margin
Kontribusi Per Unit.

2. Asumsi BEP
a) Semua biaya diklasifikasikan sebagai biaya variabel dan tetap
b) Harga jual per unit tidak berubah selama peride analisis
c) Perusahaan hanya memproduksi satu macam barang, bila menghasilkan lebih dari
satu macam barang, perimbangan harus tetap.

Contoh soal:

Diketahui Total Biaya Tetap (FC) senilai Rp 100 juta, Total Biaya Variabel (VC) per unit
senilai Rp 60 ribu. Harga jual barang per unit senilai Rp 80 ribu. Hitunglah BEP!
Penghitungan BEP Unit

BEP = FC
(P – VC)

BEP = 100.000.000
(80.000 – 60.000)

BEP = 5000 unit

Penghitungan BEP Rupiah

BEP = FC
(1 – VC)
P

BEP = 100.000.000
1 – 60.000
80.000
BEP = Rp 400.000.000

Dari analisis inilah perusahaan dapat meramalkan keuntungan yang dapat diperoleh (target
laba) berdasarkan berapa penjualan minimumnya. Adapun rumus untuk menghitung target
ini sebagai berikut:

BEP – Laba = (FC + Target Laba) / (P – VC)

Mari kita pelajari simulasi untuk menghitung target laba ini. Dengan FC, VC, dan P yang
sama dengan contoh sebelumnya, perusahaan ini menargetkan laba sebesar Rp 80 juta per
bulan.

BEP – Laba = (FC + Target Laba) / (P – VC)


BEP – Laba = (100.000.000 + 80.000.000) / (80.000 – 60.000)
BEP – Laba = 180.000.000 / 20.000
BEP – Laba = 9.000 unit atau
BEP – Laba = Rp 720 juta (didapat dari: 9000 unit x Rp 80.000)

Membuktikan Laba Yang Diperoleh


Untuk membuktikan bahwa dengan menjual 9.000 unit bernilai Rp 720.000.000,
perusahaan akan mendapatkan laba Rp 80 juta, mari kita periksa berikut ini:

Penjualan Rp 720.000.000
FC Rp 100.000.000
Total VC (Rp 60.000 x 9000 unit) Rp 540.000.000
Total Biaya Rp 640.000.000
Laba Rp 80.000.000 (Dihitung dengan cara: Penjualan – (FC + Total VC))

Beberapa penerapan analisis breakeven (Atmaja: 2008):


a) Analisis penggunaan modal
Analisis breakeven digunakan dalam analisis penggunaan atau penggunaan modal
sebagai metode pelengkap untuk metode-metode lain yang menggunakan pendekatan
“discounted cashflows” seperti NPV dan IRR.
b) Kebijakan harga
Harga jual dari suatu produk baru dapat ditentukan guna mencapai tingkat EBIT yang
diinginkan. Selain itu, analisis breakeven memberikan gambaran sejauh mana harga
jual dapat diturunkan tanpa menyebabkan kerugian (EBIT yang negatif)
c) Negosiasi kontrak karyawan
Efek dari kenaikan Struktur biaya variabel akibat kenaikan upah karyawan terhadap
jumlah breakeven (BEP) dapat dianalisis.
d) Struktur biaya
Alternatif mengurangi biaya variabel dengan konsekuensi kenaikan biaya tetap dapat
dievaluasi. Misalnya, suatu perusahaan yang ingin memilih padat karya (biaya variabel
tinggi, biaya tetap rendah) atau padat modal (biaya variabel rendah, biaya tetap tinggi)
dapat menggunakan analisis breakeven untuk melihat efek dari ke-2 alternatif tersebut
terhadap EBIT atau BEP.
e) Keputusan pendanaan
Analisis terhadap struktur biaya perusahaan memberikan informasi tentang proporsi
biaya operasi tetap yang ditanggungkan pada penjualan. Jika proporsi ini terlalu tinggi,
perusahaan dapat memutuskan untuk tidak menambah biaya tetap.

Anda mungkin juga menyukai