Anda di halaman 1dari 37

STRUKTUR MODAL

ARIO PURDIANTO, SE.MM.Ak.CQM

1
STRUKTUR MODAL
 Struktur modal yang optimal suatu perusahaan
adalah kombinasi dari utang dan ekuitas yang
memaksimumkan harga saham perusahaan

 Pada saat tertentu, manajemen perusahaan


menetapkan struktur modal yang ditargetkan,
yang mungkin merupakan struktur yang optimal,
tapi target tersebut dapat berubah dari waktu ke
waktu
STRUKTUR MODAL:
Faktor-faktor yang Mempengaruhi

 Sejumlah faktor yang mempengaruhi struktur modal


suatu perusahaan meliputi:
 risiko bisnis
 pengaruh perpajakan (tax position)
 kebutuhan akan fleksibilitas keuangan
 konservatisme atau agresivitas manajerial

Penerbit Erlangga
RISIKO BISNIS
 Risiko bisnis adalah ketidakpastian mengenai
proyeksi pengembalian atas aktiva di masa
mendatang

 Apabila hal-hal lain tetap sama, makin rendah risiko


bisnis perusahaan, makin tinggi rasio utang yang
optimal

Penerbit Erlangga
KECILNYA RISIKO BISNIS
 Suatu perusahaan mempunyai risiko bisnis yang kecil
bila:
 permintaan akan produknya stabil
 harga masukan dan produknya relatif konstan
 harga produknya dapat segera disesuaikan dengan
kenaikan biaya
 sebagian besar biayanya bersifat variabel sehingga
akan menurun jika produksi dan penjualannya
menurun

Penerbit Erlangga
STRUKTUR MODAL:
Leverage Keuangan

 Leverage keuangan menunjukkan sampai seberapa


banyak sekuritas berpendapatan tetap (utang dan
saham preferen) digunakan dalam struktur modal
perusahaan

 Risiko keuangan adalah risiko tambahan yang


ditanggung pemegang saham sebagai akibat dari
leverage keuangan

Penerbit Erlangga
Struktur modal adalah merupakan bauran atau perpaduan dari utang
jangka panjang, saham preferen dan saham biasa (saham biasa dan
laba ditahan) yang dikehendaki perusahaan dalam struktur modalnya.
Struktur modal adalah keputusan dalam mengambil keputusan
pembiayaan perusahaan karena secara langsung berakibat terhadap
biaya modal, keputusan investasi dan meningkatkan nilai perusahaan

Jenis-Jenis Modal
Dapat dilihat dari neraca passiva.

Aktiva Hutang lancar


Hutang jangka panjang Modal
Pinjaman
Modal Pemegang saham Total
1. Saham preferen Modal
Modal
2. Saham biasa Sendiri
3. Laba ditahan

7
Resiko Bisnis dan Keuangan
 Resiko Bisnis
Adalah resiko yang berkaitan dengan proyeksi tingkat pengem-balian
atas ekuitas (ROE) suatu perusahaan di masa yang akan datang,
dengan asumsi bahwa perusahaan tersebut tidak meng-gunakan
utang.
 Resiko keuangan
Adalah bagian dari resiko yang ditanggung pemegang saham, yang
melebihi resiko bisnis yang mendasar, sebagai akibat dari
penggunaan leverage keuangan.

Leverage Keuangan
Adalah ukuran yang menunjukkan sampai sejauh mana sekuritas ber-
penghasilan tetap (utang dan saham preferen) digunakan dalam struktur
modal perusahaan.
TINGKAT LEVERAGE
 Leverage
 Adalah penggunaan assets dan sumber dana (source of funds) oleh
perusahaan yang mengeluarkan biaya tetap dengan maksud agar dapat
meningkatkan keuntungan potensial bagi pemegang saham. 8
Dilihat dari income statement (full costing)
Sales Revenue XXX
Cost of good sold (Fc dan Vc) XX Operating Leverage
Gross profit XX (Degree of operating
Operating expences XX Levrage= DOL)

EBIT XX
_________________________________
Ineterst XX Financial Leverage
EBT XX (Degree of financial
Tax rate XX Leverage = DFL)
EAT XX
 
Tingkat leverage operasi = DOL
Hal ini telah dibahas pada pertemuan sebelumnya, namun perlu
diingkatkan kembali :
Contoh :

= perubahan % EBIT
DOL
perubahan % penjualan
Q (P - V )
DOL Q =
Q (P - V )- F
S -V C
DOL sales =
S - V C -F
Perusahaan A,B dan C laporan keuanganannya tahun 2005 sbb:
Laporan laba-rugi perusahaan A,B dan C ($ 000)
Keterangan Perus.A Perus B Perus C
Penjualan $ 60.000 $ 90.000 $ 120.000
Biaya variable 12.000 54.000 30.000
Marjin kontribusi 48.000 30.000 100.000
Biaya tetap 28.000 15.000 60.000
EBIT 20.000 15.000 40.000
Harga/unit $ 100 100 100
Sales volume/unit 600/u 900/u 1.200/u
Biaya variable/unit $20/u $60/u $,25/u

Q(P-V) 600(100-20)
> DOLA = ------------- =-------------------------- =2,4
Q(P-V)-F 600(100-20)- 28.000

900( 100-60)
>DOLB = -------------------------------- = 1,74
900( 100-60) – 15.000
 
1.200 ( 100 – 25)
>DOLC=------------------------------------- = 3.
10
1.200 (100 – 25) – 60.000
DOLA= 2,4 artinya tingkat elastisitas operasi pada out put penjualan
terhadap EBIT sebesar 24% , ini berarti bahw apabila penjualan perusahaan
A naik 10% maka laba operasi akan naik 2,4 x 10% = 24%. Sebaliknya , bila
penjualan turun 10% maka penurunan tersebut berakitbat EBIT juga turun
sebesar 2,4 x 10% = 24%.
Kondisi ini juga berlaku pada perusahaan B dan C Kalau di masing-masing
perusahaan,terjadi perubahan kenaikan atau penurunan atas penjualan,
biaya tetap, biaya variable, harga, sales volume, maka DOL ini akan berubah
juga.
Perusahaan C lebih besar resikonya ketimbang perusahaan A dan B, karena
kontribusi laba yang diperoleh digunakan untuk menutup biaya tetap yang
lebih besar atau $ 60.000 atau 60% dari total penjualan. Besarnya tingkat
perubahan laba operasi perusahaan sebagai akibat perubahan
DOL/Penjualan sangat erat hubungannya dengan break even point (titik
impas) . Hal ini dapat dibuktikan dengan perusahaan A, dapat dicari BEP
nya.
BEPQ /A = Fixed Ccost / Contribution margin/unit.
= $ 28.000/ ( 100 – 20)
= $ 28.000/80
= 350 unit,
 
11
BEP $ = 350 x $ 100 = $ 35.000
Tingkat Leverage keuangan (Degree of Financial leveraga)
Adalah persentase perubahan laba yang tersedia bagi pemegang saham
biasa yang diakibatkan oleh berubah-nya laba sebelum bunga dan pajak
(EBIT) dalam persentase tertentu.
Contoh: % Δ DEPS
DFL =
% Δ DEBIT
% perubahan EPS
DFL pada x =
% perubahan EBIT
Δ EPS
EBIT
= EPS =
Δ EBIT EBIT - I
EBIT
S - V C -F
=
S - V C -F -I
Data perusahaan A,B dan C digunakan untuk menghitung DFL,
asumsi perusahaan meminjam uang dari bank sebesar $ 100.000
dengan bunga per tahun 12% tahun , atau bunganya ( interest)=
$12.000/tahun. 12
DFL dengan menggunakan rumus dapat dicari.
= 600 ( 100 – 20) – 28.000 .
600(100-20)-28.000-12.000
= 20.000/8.000
= 2,5 .
DFL sebesar 2,5 artinya , bila EBIT naik dengan 40% maka EPS akan naik
sebesar 2,5 x 40% = 100% dan sebaliknya bila terjadi penurunan. Hasil
perhitungan dari DFL, perusahaan berkepentingan terhadap EBIT blla digunakan
dengan beban tetap, sehingga satu sama lainnya saling berkaitan.
Untuk perusahaan B dan C dapat dicari dengan cara yang sama seperti diatas.

Tingkat leverage total (Degree of Total/Combined Leverage = DTL / DCL)


Adalah persentase perubahan EPS yang diakibatkan oleh perubahan penjualan
sebesar persentase tertentu
S-V C
DTL = DCL = DOL x DFL =
S - V C -F -I
DTL disebut juga Degree of Combined Leverage (DCL).
DTL perusahaan A dapat dihitung:
DOLA x DFLA =
2,4 x 2,5 = 6
13
Dapat disimpulkan bahwa masalah DFL baru akan timbul
setelah perusahaan menggunakan dana dengan beban
tetap, yang menghasilkan “Favorable Financial Leverage”
atau efek yang menghasilkan positif apabila pendapatan
yang diterima dari penggunaan dana tsb lebih besar
daripada beban tetapnya. Efek yang menguntungkan ini
(DFL) sering disebut “Trading on the Equity”

14
MERGER
 Merger:
dua perusahaan bergabung membentuk satu
perusahaan

 Pada sebagian besar merger, salah satu perusahaan


(perusahaan pengambil alih) memulai tindakan
untuk mengambil alih perusahaan lain (perusahaan
sasaran)
MERGER:
Motif Utama

 Motif utama melakukan merger adalah:


 sinergi
 pertimbangan pajak
 pembelian aktiva di bawah nilai penggantiannya
 diversifikasi
 mendapatkan pengendalian atas perusahaan yang
lebih besar
MERGER:
Keuntungan dan Kerugian

 Merger dapat memberikan manfaat ekonomi melalui


economies of scale atau melalui penyerahan aktiva ke
tangan manajer-manajer yang lebih efisien

 Akan tetapi, merger juga dapat memperlemah


persaingan, dan karena itu merger diatur secara
cermat oleh badan-badan pemerintah
MERGER:
Horisontal dan Vertikal

 Merger horisontal:
dua perusahaan dalam bidang usaha yang sama
bergabung

 Merger vertikal:
penggabungan satu perusahaan dengan salah satu
pelanggan atau pemasoknya
MERGER:
Kongenerik dan Konglomerat

 Merger kongenerik:
perusahaan-perusahaan dari industri yang saling
terkait,
tetapi tidak ada hubungan pelanggan-pemasok di
antara mereka

 Merger konglomerat:
perusahaan-perusahaan dari industri yang sama
sekali berbeda bergabung
MERGER:
Sukarela dan Paksa

 Merger sukarela:
manajemen kedua perusahaan sama-sama
menyetujui merger tersebut

 Merger secara paksa:


manajemen perusahaan sasaran menolak rencana
merger
MERGER:
Sukarela dan Paksa

 Merger operasi:
operasi dari dua perusahaan digabung

 Merger keuangan:
dua perusahaan tetap beroperasi secara terpisah,
dan karena itu tidak diharapkan adanya penghematan
operasi
MERGER:
Analisis dan Metode Penilaian

 Dalam analisis merger, masalah-masalah kunci yang


harus dipecahkan adalah:
 harga yang akan dibayar untuk perusahaan sasaran
 situasi ketenagakerjaan/pengendalian

 Ada dua metode yang biasa digunakan untuk


menentukan nilai perusahaan sasaran:
 Metode Price Earning Ratio (PER)
 Metode Return On Investment (ROI)
Metode Price Earning Ratio (PER)
PER merefleksikan jumlah rupiah seorang investor
bersedia membayar atas keuntungan per lembar
saham. PER atau disebut PER Multiple,
memberikan indikasi terhadap tingkat
pertumbuhan perusahaan di masa yang akan
datang. Semakin tinggi PER semakin tinggi
harapan tingkat pertumbuhan perusahaan. PER
merupakan perbandingan antara harga saham
dengan laba per lembar saham (earning per share /
EPS)
Formula PER
Langkah-langkah menentukan nilai perusahaan
target menggunakan metode PER

1. Lihat besarnya keuntungan perusahaan dengan


melihat Laporan Rugi / laba
2. Lihat jumlah lembar saham beedar di Neraca
3. Lihat harga pasar saham untuk menentukan
besarnya PER
4. Buatlah estimasi laporan Rugi ? Laba satu tahun
setelah akuisisi
5. Tentukan benchmark PER dengan cara memilih
diantara alternatif berikut
Contoh

PT Omega akan mengakuisisi PT Delta. Laporan keuangan PT Delta sebelum


akuisisi disajikan pada tabel dibawah ini PER Delta sebelum akuisisi adalah
sebesar 10 kali.
Setelah akuisisi, perusahaan target diasumsikan
mengalami hal-hal berikut :
1. Peningkatan penjualan sebesar 20 % per tahun
2. Tambahan kas terdiri atas penjualan sebagian aset
sebesar Rp 250 juta
3. Tambahan investasi pada aktiva tetap sebesar Rp 600
juta
4. Tambahan investasi pada modal kerja sebesar Rp 200
juta
5. Biaya pensiun dini sebagian karyawan Rp 400 juta
6. PER pada industri yang sama sebesar 15
7. HPP, biaya administrasi dan bunga naik 20 %
8. Tingkat pajak 40 %
Laporan rugi laba setelah akuisisi
Penentuan Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan

Jumlah Rp 730 juta tersebut haruslah merupakan


besarnya premium maksimum yang dibayarkan kepada
pemegang saham perusahaan target. Dengan demikian
total harga beli perusahaan target maksimum (V) adalah
sebesar nilai perusahaan (stand alone) sebesar Rp 2.100
juta ditambah dengan premium sebesar Rp 730 juta.
Metode Return On Investment (ROI)

Model penentuan nilai perusahaan berdasarkan ROI


didasarkan pada prakiraan seberapa besar perusahaan
target mampu memberikan tingkat keuntungan atas
investasi. ROI adalah perbandingan antara laba yang
tersedia bagi pemilik perusahaan dan pemberi
pinjaman atas keseluruhan aktiva yang digunakan,
dan laba yang digunakan adalah laba sebelum bunga
dan pajak (EBIT).
Formula ROI dan Perhitungan Nilai
Perusahaan

ROI = EBIT x 100 %


Aktiva
Apabila ROI diketahui melalui prakiraan terlebih
dahulu, maka kita akan mengetahui besarnya nilai
aktiva atau investasi. Nilai investasi ini tidak lain
adalah harga yang bersedia dibayarkan untuk
perusahaan target.
Harga perusahaan berdasarkan ROI ini dapat dicari
dengan persamaan
Harga = EBIT
ROI
Penentuan ROI
Dasar prakiraan ROI adalah dengan
membandingkan ROI perusahaan lain dalam
industri yang sama dan seukuran (benchmark) .
Penentuan besarnya ROI ini harus didasarkan
pada perhitungan yang hati-hati karena ROI yang
berbeda sedikit saja akan menyebabkan perbedaan
yang cukup signifikan terhadap harga perusahaan.
Model ini memiliki kemudahan dalam
perhitungannya, namun memiliki kelemahan
yaitu dominanya unsur subyektivitas dalam
menentukan besarnya persentase ROI
Dengan contoh diatas Nilai Perusahaan
dengan Metode ROI Adalah :
Apabila kita gunakan data EBIT pada proforma laporan Rugi
laba PT Delta , dan perkiraan ROI sebesar 25 %, maka
harga PT Delta adalah :
Harga = Rp 480 juta = Rp 1.920 juta
0,25
Semakin tinggi ROI maka semakin kecil nilai perusahaan,
demikian pula sebaliknya. Misalnya jika ROI sebesar 20 %
dan EBIT tetap sebesar Rp 480 juta, maka harga
perusahaan akan menjadi Rp 480 juta / 0,2 = Rp 2. 400
juta, semakin tinggi risiko, semakin tinggi tingkat
keuntungan yang disyaratkan.
37

Anda mungkin juga menyukai