Anda di halaman 1dari 10

(SLIDE 2) Break Event Point

Break Even Point adalah titik keseimbangan hasil dari pendapatan dan modal yang
dikeluarkan, sehingga tidak terjadi kerugian atau keuntungan.

titik keseimbangan adalah kondisi dimana jumlah keseluruhan pendapatan sama dengan
jumlah keseluruhan pengeluaran dalam setiap produksi barang atau jasa. Pada posisi ini, laba
akan bernilai nol mutlak, atau orang awam menyebutnya dengan istilah balik modal.

 Menurut Para Ahli


 Menurut Garrison dan Noreen arti dari BEP adalah jumlah penjualan
yang akan dicapai untuk menutupi keseluruhan biaya operasional yang
sudah dikeluarkan perusahaan.
 Menurut Henry Simamora, Bambang Riyanto, dan Rony,
pengertian Break Even Point adalah jumlah pendapatan dari volume
penjualan yang memiliki nilai nominal yang sama dengan jumlah biaya
yang dikeluarkan selama proses produksi. Jadi perusahaan tidak
mengalami laba atau rugi.
 Pengertian BEP menurut Zulian Yamit dan S. Munawir adalah total
pendapatan yang didapat sama dengan total biaya produksi yang sudah
digunakan, baik biaya variabel (variable cost) ataupun biaya tetap (fixed
cost).

(SLIDE 3) Dasar-dasar Break Event Point


para pengusaha perlu konsep dasar dalam penentuan Break Even Point ini, seperti
berikut:

 Elemen utama perhitungan BEP adalah biaya tetap dan biaya variabel.
 Bila terjadi perubahan aktivitas produksi, nilai biaya tetap (fixed cost) akan
tetap konstan.
 Perubahan volume kapasitas produksi akan mempengaruhi nilai biaya
variabel secara keseluruhan.
 Harga jual per unit akan tetap, selama periode analisis berlangsung,
sehingga tidak ada perubahan harga jual dari perusahaan.
 Menurut perhitungan BEP, jumlah produk yang dihasilkan selalu dianggap
telah habis terjual.
 Perhitungan BEP bisa berlaku untuk satu produk. Bila perusahaan
memproduksi banyak produk, diperlukan persamaan hasil penjualan pada
setiap produk.

(SLIDE 4) Elemen-elemen Break Event Point


Setelah membahas dasar-dasar BEP, berikut ini terdapat beberapa elemen-elemen
penyusun Break Even Point, seperti:
 Biaya Tetap (Fixed Cost)
 Biaya tetap adalah biaya pokok yang selalu dikeluarkan perusahaan,
walaupun perusahaan tidak memproduksi barang sekalipun. Contoh dari
biaya tetap ini, seperti  biaya sewa gedung, biaya perawatan mesin,
kendaraan, dan lainnya.

 Biaya Variabel (Variable Cost)


Kebalikan dari biaya tetap, nilai dari variable cost akan mengikuti jumlah
produksi yang dihasilkan perusahaan. Contoh dari variable cost, seperti biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja, peralatan sekali pakai, dan lainnya.

 Biaya Campuran (Mixed Cost)


Mixed cost adalah biaya gabungan antara biaya tetap dan variabel. Contoh
dari mixed cost, seperti tagihan listrik, tagihan air, biaya bensin kendaraan,
dan lainnya.

 Harga Pokok Penjualan (HPP)


Terbentuknya elemen HPP (Harga Pokok Penjualan) ini setelah semua biaya
dijumlahkan. HPP merupakan harga murni yang nominalnya sama dengan
BEP. Nilai laba di dalam HPP sama dengan nol.

 Margin Laba
Margin laba adalah elemen yang wajib ditambahkan pada harga produk
begitu BEP-nya sudah terhitung. Kamu dapat menetapkan margin laba
dengan nominal berapapun, sesuai harga jual produk yang kamu inginkan.

 Tujuan dan Manfaat Break Event Point


 Mengetahui Biaya Total Produksi
 Sebagai Dasar Perhitungan Laba
 Estimasi Waktu Balik Modal
 Analisa Profitabilitas Bisnis

(SLIDE 5) Macam-Macam metode perhitungan Break Event Point (BEF)


1. Metode Break Event Point Per Unit
Rumusnya:
BEF Per Unit = Fixed Cost / (harga Per Unit – Variable Cost Per Unit)

Contoh BEF Per Unit : Per Bulan Juni 2021, operasional PT. Lingkar
Senja menghabiskan biaya tetap sebesar Rp150.000.000 untuk
memproduksi 100.000 produk. Variable cost per unit adalah Rp60.000 dan
harga per unit produk sebesar Rp100.000. Berapa BEP per unit-nya?
Jawaban:
BEP Per Unit = Rp150.000.000 / (Rp100.000 - Rp60.000)

= Rp150.000.000 / Rp40.000
= Rp3.750

Maka BEP Per Unit PT. Lingkar Senja per bulan Juni 2021 sebesar
Rp3.750.

(SLIDE 6) 2. Metode Break Event Point Per Penjualan


Rumusnya:
BEP Per Penjualan = Fixed Cost / [1 - (Total Variable Cost/Harga
Total)]

Contoh BEF Per Penjualan : Per Juli 2022, Pak Rizal berhasil mendapatkan
omzet sebesar Rp100.000.000. Pengeluaran biaya tetap sebesar Rp20.000.000
dan biaya variabel sebesar Rp40.000.000. Berapa BEP per penjualan Pak
Rizal?

BEP Per Penjualan = Rp20.000.000/[1(Rp40.000.000/Rp100.000.000)]

= Rp20.000.000 / (1 – 0,4)

= Rp20.000.000 / 0.6

= Rp33.333.333

Maka BEP Per Penjualan Pak Rizal bulan Juli 2021 sebesar Rp33.333.333.

(SLIDE7) 3. Metode Break Event Point Per Biaya


Rumus:
BEP Per Biaya = (Total Fixed Cost + Total Variable Cost) / Total Unit

Contoh BEF Per Biaya : PT Lingkar Senja di bulan Agustus 2022


memproduksi 500 unit semen, dengan biaya tetap sebesar Rp15.000.000 dan
biaya variabel sebesar Rp60.000 per unit semen. Berapa BEP per biaya yang
didapat PT Lingkar Senja?

Total Variable Cost = Rp60.000 x 500 unit = Rp30.000.000

BEP Per Biaya = (Total Fixed Cost + Total Variable Cost) / Total Unit

= (Rp15.000.000 + Rp30.000.000) / 500

= Rp45.000.000 / 500

= Rp90.000
Maka BEP per biaya PT Lingkar Senja pada bulan Agustus 2021 adalah
Rp90.000/unit. Jika PT Lingkar Senja ingin mendapatkan profit, harga semen
persaknya harus lebih tinggi dari BEP yang dihasilkan.

(SLIDE 8) Financial Leverage


Financial leverage adalah penggunaan uang pinjaman (hutang) untuk membiayai
pembelian aset dengan harapan pendapatan atau capital gain dari aset baru akan
melebihi biaya pinjaman.

Bisnis atau Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan
menghasilkan financial leverage yang menguntungkan (favourable financial
leverage) atau efek yang positif apabila pendapatan yang diterima dari penggunaan
dana tersebut lebih besar daripada beban tetap atas penggunaan dana yang
bersangkutan
 Tujuan dan manfaat Financial Leverage
 Mengetahui dan menganalisis posisi perusahaan terhadap hutang
kepada pihak lain
 Menilai dan menganalisis kemampuan perusahaan dalam memenuhi
hutang yang bersifat tetap
 Menilai dan menganalisis keseimbangan antara niai aset khususnya
aset tetap dengan modal.
 Menilai dan menganalisis sebearapa besar aset perusahaan yang
dibiayai oleh hutang.
 Menilai dan menganalisis seberapa besar pengaruh hutang perusahaan
terhadap pengelolaan aset.
 Resiko Financial Leverage
 Volatilitas harga saham
Harga saham perusahaan berfluktuasi naik turun, dan akan menghambat
pembukuan yang tepat dari opsi saham yang dimiliki oleh karyawan
perusahaan. Kenaikan harga saham mengakibatkan perusahaan akan
membayar bunga yang lebih tinggi kepada pemegang saham.
 Kebangkrutan
Naik turunnya pendapatan perusahaan dengan mudah akan mendorong
perusahaan ke dalam kebangkrutan karena tidak dapat memenuhi kewajiban
utangnya yang meningkat dan membayar biaya operasionalnya.
 Mengurangi akses hutang ke lebih banyak pihak
Perusahaan dengan rasio utang terhadap ekuitas yang tinggi, pemberi
pinjaman cenderung tidak memberikan dana tambahan karena ada risiko
gagal bayar yang lebih tinggi. 
 Leverage operasi
Leverage operasi terjadi ketika biaya tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan
lebih besar daripada biaya variabelnya.
(SLIDE 9) Metode perhitungan Financial Leverage
1. Debt to Assets Ratio (DAR)
Rasio yang digunakan untuk mengevaluasi financial leverage perusahaan dengan
menunjukkan proporsi utang terhadap ekuitas perusahaan.

Rumusnya:
DAR = Total Utang : Total Aset

2. Debt to Equity Ratio (DER)


Rasio utang terhadap modal yaitu rasio yang membandingkan total utang dan
total modal. Rasio ini mengukur proporsi utang yang digunakan perusahaan
untuk mendanai operasional yang sedang berjalan dibandingkan dengan modal.

Rumusnya:
DER = Total Utang Keseluruhan : Modal sendiri x 100%
3. Debt to Capital Ratio (DCR)
Rasio ini adalah rasio yang berfokus pada kewajiban utang sebagai
bagian dasar total modal perusahaan

Rumusnya:
DCR = Total Utang Saat Ini : (Total Utang + Total Ekuitas)
4. Time Interest Earned (TIE) Rasio Cakupan Bunga
Rasio ini bermanfaat untuk menghitung besarnya laba operasi yang
mampu membayar bunga dari utang. Bila perusahaan sudah
menghitung Times Interest Earned (TIE), perusahaan akan mengetahui
berapa besarnya laba bersih yang dimiliki. Laba bersih ini disebut Interest
Coverage Ratio.

Rumusnya:
TIE = Laba Operasi(+Penyusutan) : Bunga Utang Jangka Panjang
5. Tangible Asset Debt Coverage (TAD Coverage) Rasio Solvabilitas
suatu perusahaan perlu menghitung besarnya aset tetap yang dapat
digunakan perusahaan untuk menjamin utang jangka panjang
atau Tangible Assets Debt Coverage (TAD Coverage).

Rumusnya:
TAD Coverage = (Jumlah Aktiva+Tangible+Utang Lancar) :
Utang Jangka Panjang

(SLIDE 10) Contoh Kasus


LAPORAN POSISI KEUANGAN 31 Desember 2021 

Nilai Nilai
ASET LANCAR LIABILITAS JANGKA PENDEK
(hutang
Kas dan Setara Kas 1.000.000 Utang usaha 1.800.000
Investasi Jangka Pendek 1.200.000 Biaya Aktual 700.000
Piutang 1.800.000 Utang Pajak 500.000
Persediaan 3.000.000 Total LJ Pendek 3.000.000
Total Aset Lancar 7.000.000
LIABILITAS JANGKA PANJANG
(hutang)
ASET TIDAK LANCAR Utang Obligasi (5%) 2.000.000
Aset Tetap 1.000.000
Propers Investasi 2.000.000 EKUITAS
Aset Tidak Berwujud 3.000.000 Modal Saham 7.000.000
(intangible)
Aset Tidak Lancar Lain 2.000.000 Aglo Saham 500.000
Total Aset Tidak Lancar 8.000.000 Laba Ditahan 2.500.000
Total Ekuitas 10.000.000
TOTAL ASET 15.000.000
TOTAL LIABILITAS DAN EKUITAS 15.000.000

(SLIDE 11) LAPORAN LABA RUGI DAN 

PENGHASILAN KOMPREHENSIF

Penjualan 21.700.000
Harga Pokok Penjualan (HPP) 12.250.000
Laba Bruto 9.500.000
Biaya Adm & Penjualan 2.750.000
Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT) 6.750.000
Bunga Obligasi 87.500
Laba Sebelum Pajak (EBT) 6.662.500
Pajak Penghasilan 30% 1.998.750
Laba Bersih Setelah Pajak (EAT) 4.663.750

(SLIDE 12) Dari laporan di atas, berikut ini perhitungan nilai Rasio Financial
Leverage:

1. Debt to Total Asset Ratio(DAR) = Total Hutang : Total Aktiva/Aset

5.000.000 : 15.000.000 = 0,33

Ini berarti bahwa, bagian aset yang digunakan untuk menjamin utang sebesar
Rp0,33 per rupiah aktiva yang menjadi jaminan utang.

2. Debt to Equity Ratio (DER) = Total Hutang : Modal sendiri x 100%


5.000.000 : 10.000.000 = 0,5 x 100% = 50%

Hal ini berarti, 50% dari setiap modal milik perusahaan adalah jaminan utang.

3. Long Term Debt to Equity Ratio = Hutang Jangka Panjang : Modal


Sendiri x 100%

2.000.000 : 10.000.000 = 0,2 x 100% = 20%

Hasil 20% ini artinya setiap modal perusahaan merupakan jaminan utang
jangka panjang.

4. Times Interest Earned (TIE) = Laba Operasi (+Penyusutan) : Bunga

6.750.000 : 87.500 = 77,14

Hasil dari TIE di atas artinya setiap rupiah bunga utang jangka panjang akan
dijamin oleh keuntungan sebesar Rp77,14.

5. Tangible Assets Debt Coverage = (Aset – Intangible – Hutang Jangka


Pendek) : Hutang Jangka Panjang

(15.000.000 – 3.000.000 – 3.000.000) : 2.000.000 = 4.54

Setiap rupiah dari kewajiban jangka panjang akan dijamen aset tangible yang


nilainya sebesar Rp4,54 atau 45,4%.

(SLIDE 13) Operating Leverage


Operating Leverage juga bisa disebut sebagai rasio atau perbandingan antara biaya
tetap terhadap biaya variabel.

artinya, ketika suatu perusahaan memiliki biaya tetap yang lebih tinggi
dibanding biaya variabel, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut
memiliki leverage operasi tinggi.

Contoh perusahaan yang biasanya memiliki leverage operasi tinggi adalah


perusahaan manufaktur mobil. Perusahaan ini harus mengeluarkan biaya
investasi pada mesin-mesin dan peralatan yang  umumnya mahal.

 Pengaruh Operatinf Leverage Terhadap Kinerja Perusahaan


1. Mengukur Sensitivitas Laba dan Arus Kas
ketika perusahaan memiliki leverage operasi yang tinggi, maka laba
perusahaan tersebut akan terlalu sensitif. Artinya, perubahan kecil
dalam penjualan bisa membuat laba atau keuntungan perusahaan
menjadi tidak stabil.

Sebaliknya, jika leverage operasi rendah, maka proporsi biaya


variabel lebih tinggi. Artinya, perubahan pada penjualan dapat
menyebabkan perubahan total biaya pada persentase yang relatif
mirip. Kondisi ini membuat laba perusahaan lebih stabil.

2. Menghitung Titik Impas


Leverage operasi dapat digunakan dalam analisis titik impas. Analisis ini
dapat digunakan untuk membantu perusahaan dalam menetapkan target
harga jual dan volume penjualan di mana pendapatan akan sama dengan
total biaya.

3. Mengukur Risiko Operasi Bisnis


Risiko operasi bisnis bisa menunjukkan suatu kondisi yang tidak pasti
tentang laba operasi di masa yang akan datang. Hal ini tergantung pada
stabilitas pendapatan dan struktur biaya operasi suatu perusahaan.
Ketika pendapatan perusahaan relatif stabil, maka risiko penjualan relatif
rendah. 

4. Efek Terhadap Persaingan dengan Perusahaan Lain


Operating Leverage juga memiliki efek atau pengaruh pada persaingan
dengan perusahaan lain dalam satu industri. Ketika permintaan pasar
rendah, maka semakin tinggi persaingan yang terjadi. Masing-masing
perusahaan harus berusaha menjaga pendapatan untuk menutup biaya
tetap yang tinggi.

(SLIDE 14) Cara penghitungan dan Pendekatan Untuk Menghitung Operating Leverage
Berikut ini beberapa pendekatan untuk menghitung leverage operasi, yaitu:
1. Perbandingan Persentase Perubahan Laba Operasi dengan
Penjualan

Laba operasi didapatkan dari pendapatan dikurangi biaya operasi.


Biaya operasi ini mencakup biaya tetap dan biaya variabel. Di
dalam laporan laba rugi, item biaya operasi termasuk harga pokok
penjualan, biaya penjualan, administrasi, dan umum.

Biaya operasi ini juga bisa digunakan menggantikan laba operasi


dengan laba sebelum bunga dan pajak.

2. Perbandingan Total Kontribusi dengan Laba Operasi


Total kontribusi menunjukkan seberapa besar penjualan bisa menutup
biaya variabel. Cara menghitungnya yaitu pendapatan dikurangi total
biaya variabel. Sisanya digunakan untuk menutup biaya tetap dan
keuntungan.

3. Perbandingan Total Biaya Tetap dengan Total Biaya Operasi


Perbandingan ini dapat menunjukkan besarnya operasi perusahaan
tergantung biaya tetap. Semakin tinggi biaya tetap, maka semakin tinggi
leverage operasi.

(SLIDE 15) Contoh Kasus Operatinf Leverage

Sebuah perusahaan industri manufaktur Automotive PT. Asri Elektrikal Motor menargetkan


penjualan sebanyak 15.000 unit, dengan harga jual sebesar Rp 8.000.000 per unit. Biaya
variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut adalah sebesar Rp 4.000.000 per unit, dan
biaya tetap Rp 40.000.000.000. Nah, pertanyaannya:

1. Apabila penjualan PT. Asri Elektrikal Motor mencapai 15.000 unit, berapakah
besarnya Degree Of Leverage (DOL)-nya?
2. Apabila terjadi kenaikan atau penurunan penjualan sebesar 20%, bagaimana
pengaruhnya terhadap Laba Usaha?

Jawaban:

1. DOL = Q (P-V) / Q (P-V) - FC

DOL = (15.000(8.000.000-4.000.000)) / (15.000(8.000.000-4.000.000)-


40.000.000.000)

DOL = Rp60.000.000.000/Rp20.000.000.000

DOL = 3
2. Apabila penjualan naik atau turun sebesar 20%, maka laba usaha akan naik atau turun
sebesar: (20%)(3) = 60%

Anda mungkin juga menyukai