Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS BREAK

EVEN POINT (BEP) &


ANALISIS LEVERAGE
KELOMPOK

Faldy Anwary 0116101032


Junita Purba 0116101290
Roulina 0116101219
Avis Febriananda 0116101188
M. Ilham Fauzi 0116101327
BREAK EVEN POINT ANALYSIS (BEP)

Break Even Point analisis merupakan keadaan dimana tingkat penjualan dan
total biaya sama pada tingkat volume produksi/volume penjualan tertentu,
sehingga perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita suatu
kerugian.
Kegunaan dan Asumsi Break Even Point Analysis

Kegunaan Break Even Point Analysis : Asumsi dalam Break Even Point Analysis :
1. Menunjukkan berapa tingkat 1. Biaya yang terjadi dalam suatu perusahaan
penjualan yang harus di capai, jika harus digolongkan ke dalam biaya tetap dan
perusahaan ingin mendapatkan biaya variabel.
2. Biaya variabel yang secara total berubah sesuai
laba. dengan perubahan volume, sedangkan biaya
2. Membantu menganalisis rencana tetap tidak mengalami perubahan secara total.
untuk modernisasi atau otomatisasi 3. Jumlah biaya tetap tidak berubah walaupun ada
untuk mengganti biaya variabel perubahan kegiatan, sedangkan biaya tetap per
menjadi biaya tetap. unit akan berubah-ubah.
3. Membantu untuk menganalisis 4. Harga jual per unit konstan selama periode
pengaruh-pengaruh dari ekspansi dianalisis.
terhadap tingkat operasi atau 5. Jumlah produk yang diproduksi dianggap selalu
habis terjual.
kegiatan. 6. Perusahaan menjual dan membuat satu jenis
4. Membantu dalam keputusan produk, bila perusahaan membuat/menjual lebih
mengenai produk baru dalam hal dari satu jenis produk maka “perimbangan hasil
biaya dan hasil penjualan. penjualan” setiap produk tetap
Menghitung Break Even Point

Contoh Soal :

Suatu perusahaan mengeluarkan biaya tetap


sebesar (TFC) Rp.300.000. Biaya variabel per
unit 40. Harga jual per unit 100. Kapasitas
produksi maksimal 10.000. Hitunglah BEP (Q)?
Ditanyakan : Hitunglah BEP dalam unit (Q)
ataupun rupiah (Rp)
Jawaban
Grafik Break Even Point

Pendekatan grafik dilakukan dengan menggambarkan unsur-unsur biaya dan penghasilan


kedalam sebuah gambar grafik. Dalam gambar tersebut akan terlihat garis-garis biaya tetap,
biaya total yang menggambarkan jumlah biaya tetap dan biaya variabel, dan garis penghasilan
penjualan. Besarnya volume produksi/penjualan dalam unit digambarkan pada sumbu horizontal
(sumbu X) dan besarnya biaya dan penghasilan penjualan digambarkan pada sumbu vertikal
(sumbu Y).
Penentuan Break Even Point pada grafik, yaitu
pada titik dimana terjadi persilangan antara
garis penghasilan penjualan dengan garis
biaya total. dan Apabila titik tersebut kita tarik
garis lurus vertikal ke bawah sampai sumbu X
akan tampak besarnya Break Even Point
dalam unit. dan Kalau titik itu ditarik garus lurus
horizontal ke samping sampai sumbu Y, akan
tampak besarnya Break Even Point dalam
rupiah.
Perubahan Titik Break Even Point

Adanya Perubahan dalam Harga Jual Adanya Perubahan Biaya Variabel

Adanya Perubahan Biaya Tetap


PERUBAHAN KOMPOSISI SALES MIX

Sales mix menunjukkan perimbangan penjualan antara beberapa


macam produk yang dihasilkan. Apabila ada perubahaan sales mix,
maka akan menyebabkan perubahan pada BEP secara total.
Contoh
MARGIN OF SAFETY (MoS)

Margin of Safety (MoS) menjelaskan bahwa hubungan antara penjualan pada tingkat
Break Event Point merupakan batas keamanan atau Margin of Safety yang semakin besar
semakin baik dibandingkan dengan perusahaan yang MoS nya rendah karena MoS
menunjukkan indikasi bagi manajemen tentang berapakah penurunan yang dapat ditolerir
sehingga perusahaan tidak menderita rugi.
Contoh
Shutdown Poin (SDP)

Merupakan suatu titik yang menentukan perusahaan harus menutup usahanya atau
berhenti berproduksi bila pendapatan tidak dapat menutupi biaya tunainya (cost >
revenue).
Keputusan untuk menutup usaha dilakukan dengan mempertimbangkan :

1. Pendapatan penjualan dengan biaya tunai

Biaya tunai (cash cost atau out of pocket costs) adalah biaya-biaya yang memerlukan
pembayaran segera dengan uang kas. Contoh : biaya tetap dan variabel seperti biaya
pemeliharaan, gaji pegawai pabrik dan lain-lain.
2. Biaya terbenam (sunk cost)

Pengeluaran biaya tetap non cash yang dilakukan di masa lalu yang
manfaatnya masih dinikmati sekarang, seperti amortisasi, depresiasi.

Contribution Margin Ratio (CMR) dapat di temukan melaui :


Contoh Shutdown Point(SDP)
Leverage

Leverage dapat diartikan sebagai penggunaan aktiva atau dana dimana


untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap atau
membayar beban tetap.
Analisis Leverage

Leverage Opersional

Pada Leverage operasional penggunaan aktiva dengan biaya tetap


berharapan bahwa revenue yang dihasilkan oleh penggunaan aktiva itu
akan cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variable. Multiplier
effect hasil penggunaan biaya operasi tetap terhadap laba sebelum
bunga dan pajak disebut dengan degree of operating leverage atau
disingkat menjadi DOL.
DOL dapat diartikan, jika volume penjualan berubah (naik/turun) sebesar m%,
maka EBIT akan berubah searan sebesar m% x DOL. Jadi DOL menunjukkan
tingkat sensitivitas volume penjualan terhadap laba operasinya.
Leverage Finansial

Financial leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap
dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih
besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkat keuntungan yang
tersedia bagi pemegang saham. Multiplier effect yang dihasilkan karena
penggunaan dana denga biaya tetap ini disebut dengan degree of financial
leverage (DFL).
DFL dapat diartikan, jika EBIT berubah
(naik/turun) sebesar n%, maka EPS
akan berubah searah sebesar n% x DFL.
Jadi DFL menunjukkan tingkat
sensitivitas EBIT terhadap EPS.
Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap
dihadapkan pada 2 keadaan,yaitu:

Favourable financial Unfavorable financial

terjadi apabila pendapatan yan di terima


terjadi apabila pendapatan yang di terima dari penggunaan dana tersebut tidak
daripenggunaan dana tersebut lebih dapat menutupi pembayaran beban
besar dari pada beban tetap yang harus tetap,artinya kebijaksanaan financial
di bayar karena penggunaan leverage/tradingon equity yang dilakukan
dana,artinya dapat memeperbesar EPS. oeh perusahaan tidak berhasil untuk
meningkatkan EPS.
Leverage Kombinasi

Leverage kombinasi terjadi apabila perusahaan memiliki baik


operating leverage maupun financial leverage dalam usahanya
untuk meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham biasa.
DCL dapat diartikan, jika volume
penjualan berubah (naik/turun) sebesar
m%, maka EPS akan berubah searah
sebesar m% x DCL. Jadi DCL
menunjukkan tingkat sensitivitas volume
penjualan terhadap EPS.
INDEFFERENCE POINT

Analisis titik indifferen (merupakan analisis break even dalam


financial leverage) adalah analisis untuk menentukan titik yang
menunjukkan tingkat laba operasi (EBIT) yang menghasilkan laba
per lembar saham (EPS) yang sama untuk dua pilihan struktur
modal.
Untuk menentukan titik indifferen atau titik impas EBIT – EPS di antara alternatif
pendanaan, dimulai dari menghitung laba per lembar saham (EPS) dengan rumus
sebagai berikut:
Indefferent Point

Untuk menentukan titik indifferen antara dua pilihan (alternatif) pembelanjaan atau pendanaan dapat
ditentukan secara matematis dengan menggunakan rumus umum untuk menyatakan EPS pada setiap
alternatif sebagai berikut:
Contoh

PT. MILEA mempunyai modal sendiri Rp. 800.000.000,- dan akan menambah modal sebesar
Rp. 400.000.000,- melalui satu dari tiga alternatif pendanaan, yaitu dari:

1) Saham biasa semua

2) Obligasi pada tingkat bunga 12%

3) Saham preferen dengan dividen 11%

Saat ini EBIT perusahaan sebesar Rp. 120.000.000,-. Dengan adanya ekspansi maka laba
diharapkan naik menjadi Rp. 216.000.000,-. Tingkat pajak 40%. Pada saat ini saham biasa yang beredar
200.000 lembar. Saham biasa dapat dijual Rp. 4.000,- per lembar, sehingga apabila perusahaan memilih
pendanaan dengan modal sendiri, maka perusahaan harus mengeluarkan saham biasa baru sebanyak
100.000 lembar.
Contoh

Apabila Tambahan Pendanaan Menggunakan Alternatif Saham Biasa


 0 = 𝐸𝐵𝐼𝑇 − 𝐼 1 − 𝑡 − 𝑃𝐷
 0 = 𝐸𝐵𝐼𝑇 − 12% × 400.000.000 1 − 0,40 − 0
 0 = (𝐸𝐵𝐼𝑇 − 48.000.000)(0,60)
 0 = 0,60 𝐸𝐵𝐼𝑇 − 28.800.000

Apabila Tambahan Dana Menggunakan Alternatif Utang Obligasi


 0 = 𝐸𝐵𝐼𝑇 − 𝐼 1 − 𝑡 − 𝑃𝐷
 0 = 𝐸𝐵𝐼𝑇 − 12% × 400.000.000 1 − 0,40 − 0
 0 = (𝐸𝐵𝐼𝑇 − 48.000.000)(0,60)
 0 = 0,60 𝐸𝐵𝐼𝑇 − 28.800.000
28.800.000
 𝐸𝐵𝐼𝑇 = = 𝑅𝑝. 48.000.000
0,60

Anda mungkin juga menyukai