Anda di halaman 1dari 3

2.

Mengetahui Pengaruh Positif dan Negatif Tafsir Hukum Agama dalam


Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.
Di dalam kehidupan bermasyarakat, manusia membutuhkan hukum
untuk mengatur masyarakat yang banyak. Peran dan fungsi hukum ini
salah satunya adalah untuk merumuskan dan menentukan kebijakankebijakan yang berlaku untuk masyarakat yang di atur oleh hukum
tersebut. Hukum dapat bersumber dari berbagai hal seperi undang
undang, kebiasaan, putusan hakim, dan agama (bersumber dari kitab
atau hal lainnya).
Penerapan hukum agama dalam sebuah bangsa yang yang memiliki
keberagaman agama dapat membawa dampak positif dan negatif dalam
kehidupan bernegara. Aceh ialah daerah yang banyak diberikan
keistimewaan oleh Republik Indonesia. Salah satunya ialah keistimewaan
untuk menerapkan formalisasi Syariat Islam. Status ini juga telah
dilegalisasi oleh Undang-undang. Artinya meskipun Indonesia bukanlah
negara agama, akan tetapi khusus Aceh, diberikan pengecualian untuk
itu. Meskipun formalisasi tersebut tentunya tidak terlepas dari konteks
sosio-politis yang melatar belakanginya.
Formalisasi Syariat di Aceh berbeda dengan negara-negara lain
yang menerapkan syariat sebagai konstitusi, dikarenakan Aceh
merupakan satu-satunya daerah di dunia yang bereksperimen
menerapkan Syariat Islam dalam iklim negara demokrasi. Perpaduan unik
antara syariat dengan demokrasi ini kemudian melahirkan sebuah syariat
bercorak modern, yaitu dengan keterlibatan partisipasi masyarakat
didalamnya dalam rangka merancang konsep Syariat yang cocok untuk
diterapkan dalam kehidupan masyarakat kontemporer. Diharapkan
dengan adanya keterlibatan bersama antara rakyat dengan pemerintah ini
dapat melahirkan berbagai produk kebijakan yang membawa
kemaslahatan bagi rakyat, terutama umat muslim dalam hal ini.
Namun, Formalisasi Syariat Islam yang sudah berlangsung di Aceh
selama lebih kurang tujuh tahun ini, kenyataannya hingga detik ini masih
belum menunjukan perubahan signifikan terhadap kemajuan dan
kesejahteraan.
Demokrasi dalam hal ini masih dijalankan setengah hati. Tidak
setiap pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan syariat Islam, rakyat
turut terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Salah satu hukum
agama yang diterapkan di Aceh ialah hukum qanun jinayat yang berisi
tentang pelaksanaan syariat islam di Aceh. Aturan tersebut juga memuat
sejumlah sanksi termasuk potong tangan bagi pencuri dan rajam bagi
penzina yang telah menikah dan hukum cambuk. Semua hukum tersebut
bersumber dari Al Quran. Seperti yang tercantum dalam surat Al
Maidah ayat 38 yang artinya

Adapun orang laki-laki maupun perempuan yang mencuri, potonglah


tangan keduanya sebagai balasan atas perbuatan yang mereka lakukan
dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana.

Dampak positif yang ditumbukan :


Dampak positif yang ditimbulkan terlihat dari adanya perbaikan
moral masyarakat yang mulai mematuhi hukum qanun yang telah
disetujui bersama dan mulai menaati syariat islam. Meskipun di lain pihak
hal ini menuai protes karena hanya berdampak bagi sebagian orang saja.
Dampak negatif yang ditimbulkan :
Dampak negative yang ditimbulkan yaitu pengesahan sepihak atas
kedua qanun jinayah merupakan sebuah keputusan politik yang tidak
mencerminkan nilai-nilai demkokrasi. Tiadanya ruang publik dalam
pembahasan rancangan qanun tersebut menyebabkan aturan hukum
tersebut seperti mencacati nilai demokratis yang hidup di Indonesia. Tidak
adanya partisipasi masyarakat juga membuat political will yang
ditentukan oleh pemerintah cenderung bersifat memaksa.
Dampak yang dapat dideskripsikan pemberlakuan aturan hukum
yang tidak responsif adalah terjadinya perpecahan dalam masyarakat
serta pertentangan terhadap pemerintah. Walaupun aturan yang
diberlakukan terkait pelaksanaan syariat islam, akan tetapi dikarenakan
kekurangan dalam proses pengesahannya dalam aturan hukum itu sendiri
mengakibatkan daya kekuatan hukum lemah.
Pelanggaran juga terjadi pada pelanggar syariat islam yang ratarata berasal dari kalangan strata rendah yang dikenai hukuman cambuk
dan tumpul pada kalangan strata atas.
Atas dasar inilah maka hendaknya, qanun jinayah dan qanun acara
jinayah tersebut dikaji kembali hingga qanun tersebut aspiratif, responsif
dan bersifat demokratis. Agar tidak terjadi adanya diskriminasi dalam
penerapan hukum sebagaimana teori diatas. Dengan adanya qanun yang
aspiratif serta responsif maka pelaksanaan syariah islam secara kaffahpun dapat dijalankan dengan sendirinya. Tujuan sebenarnya adalah
terbukanya ruang yang luas pada masyarakat umumnya, khususnya bagi
kelompok-kelompok masyarakat yang terpinggirkan atau rentan, agar
mampu memberikan pengaruh berarti terhadap proses pemerintahan
dalam arti mulai proses pengambilan keputusan, pelaksanaan serta
evaluasinya.

http://bodohtapisemangat.blogspot.co.id/2015/03/dampak-positif-dan-negatif-atau.html
http://www.acehinstitute.org/id/pojok-publik/agama/item/154-syariat-islam-dalam-negara-kontenporer.html
http://www.acehinstitute.org/pojok-publik/agama/item/142-perspektif-qanun-jinayat-dan-qanun-acara-jinayat

Anda mungkin juga menyukai