Anda di halaman 1dari 2

NAMA:DERRY IMAM SAMUDRA

NIM:012023297
KELAS:REGULER III
MK:POLITIK HUKUM
RESUME HAL 16-21

B.HUBUNGAN POLITIK DAN HUKUM

Derap reformasi yang mengawali lengsernya orde baru pada awal tahun 1998 merupakan gerak
kesinambungan yang mereflesikan komitmen bangsa Indonesia untuk mengaktualisasikan nilai nilai
dasar demokrasi secara rasional dan sistematis.Kekuasaan kehakiman yang independen dan
imparsial,partisipasi Masyarakat yang terorganisasi dengan baik,serta penghormatan terhadap
supremasi hukum juga merupakan bentuk bentuk dari pengaktualisasian demokrasi setelah masa
orde baru.

Untuk itu,pemerintah orde baru reformasi ingin melakukan penataan ulang arah kebijakan hukum
nasional sebagaimana tertuang dalam GBHN 1999.Arah kebijakan hukum dalam GBHN 1999
disebutkan,

“Menata sistem hukum manual yang menyeluruh dan terpadu dengan mengakui dan
menghormati hukum agama dan hukum adat serta memperbarui perundang-undangan warisan
colonial dan hukum nasional yang diskriminatif,termasuk ketidakadilan gender dan
ketidaksesuaiannya dengan tuntutan reformasi melalui program legislasi”

Perintah dari MPR melalui GBHN 1999 ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya UU No.25 tahun 2000
tentang Program Pembangunan Nasional(propenas) tahun 2000-2004,dengan melakukan
penyusunan dan pembentukan peraturan perundang-undangan yang aspiratif dengan mengakui dan
menghormati hukum dan hukum adat melalui peningkatan peran Program Legislasi Nasional
(Prolegnas).

Sekitar tahun 1985 dan 1986 muncul tantangan berat berkaitan dengan keberlakuan UU No.8 Tahun
1985 tentang Organisasi Masyarakat yang merupakan bagian dari lima paket UU Penataan Kehidupan
Politik pemerintahan Soeharto.Keberlakuan undang-undang ini Bagai pengesahan sarana legal
formal bagi Orde Baru untuk melakukan control dan intervensi terhadap Lembaga-lembaga
kemasyarakatan (nonpemerintah).Hukum dan perundangan-undangan pada saat itu benar-benar
dijadikan alat oleh Soeharto untuk melestarikan kekuasaannya.

Hukum itu selalu di uji dalam Masyarakat,tetapi masa-masa yang disebut normal ujian tersebut tidak
begitu terlihat.Sebutan Indonesia sebagai laboratorium yang bagus itu muncul karena pengujian
tersebut dilakukan dengan sangat jelas.Apakah pengadilan memutus dan memberikan
keadilan(dispensing justice)?Apakah polisi dan jaksa benar-benar melakukan penegakkan hukum?
Apakah birokrasi hukum melayani Masyarakat ataukah menghambat dan bahkan memanfaatkan
Masyarakat? Di Negri ini bukanlah pertanyaan akademis,namun pertanyaan dari rakyat di jalanan.

Ada pernyataan yang menarik dari acara United In Diversity Forum di Nusa Dua,Bali ,pada tanggal 7-
8 Desember 2003 lalu. Pernyataan itu dilontarkan oleh Rizal Ramli (mantan Menteri Koordinator
Perekonomian) yang berbunyi,
“perangkat hukum dan berbagai peraturan sudah banyak mengalami perubahan,khususnya
yang berkaitan dengan pemberantasan KKN, Suatu kelemahan yang ada adalah dalam
penerapannya.Lemahnya penerapan Hukum membuat Indonesia sulit konsisten . Intervensi yang
demikian kuat membuat segala sesuatu bisa dilakukan sekalipun bertentangan dengan peraturan
dan hukum yang ada. Jika demikian,tidak bakal ada investor asing dating karena tidak ada
perlindungan dan kepastian hukum . Hal ini juga yang membuat semua Upaya perbaikan yang ada
boleh dikatakan sangat rentan gumcangan,”

Sejak dekade pertama abad 20,pemikiran tentang hukum telah banyak berubah. Perubahan hukum
itu terjadi secara khusus setelah gelombang perubahan sosial mulai dirasakan sangat cepat yang
hampir dihadapi oleh semua negara eropa barat dan amerika. Hukum tidak lagi dipandang sebatass
sarana untuk menjamin ketertiban dalam Masyarakat,tetapi hukum juga harus dapat membantu
proses perubahan Masyarakat itu

Negara-negara otokrasi yang dikuasai golongan ekslusif cenderung untuk menolak


perubahan.Oleh sebab itulah ,Negar-negara otokrasi akan cenderung terpaku pada pemikiran
tentang hukum yang konservatif. Negara-negara maju yang telah mencapai suatu keseimbangan
dalam kehidupan politik,ekonomi,dan kemasyarakatan juga akan cenderung untuk konservatif dalam
pemikirannya tentang hukum.

Pada negara yang baru Merdeka sedang berkembang setidaknya dua faktor yang medesak
untuk pengambilan sikap progresif tentang hukum dan perannya dalam Masyarakat.
Pertama,keinginan untuk menghapuskan peninggalan colonial secepat-cepatnya.Kedua,harapan-
harapan yang timbul dalam Masyarakat dengan tercapainya kemerdekaan,Oleh karena itu,pemikiran
hukum konservatif yang diwariskan pemerintah dan system Pendidikan kolonial perlu diubah dengan
suatu pemikiran hukum yang memperhatikan kebutuhan Pembangunan Masyarakat.

Pemikiran konservatif dapat diubah menjadi pemikiran hukum sosiologis tidak lepas dari jasa
Ehrlich yang dengan gigih menyosialisasikan konsep living law sebagai kunci dari teorinya. Dengan
konsep itu Ehrlich menyatakan hukum positif yang baik dan efektif adalah hukum yang sesuai dengan
living law sebagai inner order Masyarakat.Hukum positif tersebut akan mencerminksn nilai-nilai yang
hidup didalamnya,Para ahli hukum harus ikut serta dalam memikirkan dan membantu Tindakan
Tindakan untuk mengefektifkan Hukum.

Campur tangan hukum yang semakin meluas kedalam bidang bidang kehidupan Masyarakat
menyebabkan masalah-masalah sosial menjadi semakin intensif, keadaan ini menyebabkan studi
terhadap hukum harus memperhatikan hubungan antara tertib hukum dengan tertib sosial yang
lebih luas. Penetrasi yang semakin meluas ini juga mengundang pertanyaan mengenai efektivitas
pengaturan hukum itu sertak efek-efek yang ditimbulkan terhadap tingkah laku manusia terhadap
organisasi-organisasi dimasyarakat.

Anda mungkin juga menyukai