Anda di halaman 1dari 10

IMPLEMENTASI POLITIK HUKUM PERMANEN DAN TEMPORER

DALAM PENYUSUNAN PRODUK HUKUM PADA ERA PRESIDEN SBY


DAN JOKOWI

POLITIK HUKUM

Oleh

CHAIRUL HUSNI SAHAL


E2A023026

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


PROGRAM STUDI HUKUM PROGRAM MAGISTER
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2023
A. Pendahuluan
Pembentukan hukum dalam suatu sistem hukum sangat ditentukan
oleh konsep hukum yang dianut oleh suatu masyarakat hukum, juga oleh
kualitas pembentuknya. Proses ini berbeda pada setiap kelas masyarakat.
Dalam masyarakat sederhana, pembentukanya dapat berlangsung sebagai
proses penerimaan terhadap kebiasaan-kebiasaan hukum atau sebagai
proses pembentukan atau pengukuhan kebiasaan yang secara langsung
melibatkan kesatuan-kesatuan hukum dalam masyarakat itu. Dalam
masyarakat Eropa Kontinental pembentukan hukum dilakukan oleh badan
legeslatif. Sedangkan dalam masyarakat common law (Anglo saxion)
kewenangan terpusat pada hakim. Negara Indonesia sebagai Negara hukum,
konsep hukumnya mengikuti Eropa Kontinental, dimana pembentukan
hukumnya dilakukan oleh badan legislative (DPR).
Indonesia nampaknya berada pada posisi negara yang menyusun
politik hukumnya secara sistematis dan terprogram, baik karena alasan dari
negara jajahan menjadi merdeka maupun alasan idiologis amanat rechtsidea
yaitu cita hukum yang termuat dalam kosnstitusi dan pembukaan UUD
1945. Ada kehendak bahkan kebutuhan untuk terus memperbaiki,
mengganti atau menyempurnakan hukum – hukum peninggalan kolonial
dengan hukum yang baru. Ditengah perdebatan mengenai penggantian
hukum kolonial itu muncul berbagai tuntutan dan perdebatan tentang hukum
apakah yang mewarnai dalam pembangunan hukum nasional Indonesia
modern. Sebagian kalangan memandang bahwa hukum barat peninggalan
kolonial itu perlu dipertahankan dengan hanya memperbaharuinya dengan
berbagai perkembangan baru dalam masyarakat. Pada sisi lain kelompok
pelopor hukum adat menghendaki diberlakukan dan diangkatnya hukum
adat menjadi hukum nasional Indonesia dan kelompok lain mengusulkan
agar syari’at Islam perlu diakomodir sebagai hukum nasional Indonesia.
Politik hukum tidak hanya mengandung makna pembentukan
hukum melalui pembentukan peraturan perundang-undangan (legal
substance) sebagaimana yang dipahami selama ini, namun juga dalam arti
penguatan para penegak hukum dan sarana penegakan hukum (legal
structure) serta pembangunan budaya hukum (legal culture).Jadi politik
hukum (legal policy, rechtspolitiek) adalah kebijakan (policy) yang
menetapkan sistem dan perangkat hukum yang akan diberlakukan dalam
negara.1
Politik Hukum adalah aktivitas untuk menentukan suatu pilihan
mengenai tujuan dan cara cara yang hendak dipakai untuk mencapai tujuan
hukum dalam masyarakat. Politik Hukum bertugas untuk meneliti
perubahan – perubahan mana yang perlu diadakan terhadap hukum yang ada
agar memenuhi kebutuhan – kebutuhan baru didalam kehidupan
masyarakat. Adanya Politik Hukum menunjukkan eksistensi hukum negara
tertentu , bergitu pula sebaliknya, eksistensi hukum menunjukkan eksistensi
Politik Hukum dari negara tertentu. Tidak ada negara tanpa politik hukum.
Politik hukum menurut Bagir Manan, ada yang bersifat tetap (permanen)
dan bersifat temporer. Politik hukum yang bersifat permanen berkaitan
dengan sikap hukum yang akan selalu menjadi dasar kebijakan
pembentukan dan penegakan hukum. Bagi Indonesia Politik hukum dasar
dengan keberlakuannya yang bersifat temporer. Sehingga bisa diubah dan
diamendemen serta disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan
perkembangan zaman. Maka undang-undang dapat disebut pula sebagai
instrumen untuk melaksanakan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

B. Pembahasan
a. Politik Hukum Permanen
Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka
Panjang dan ada yang bersifat periodik. Yang bersifat permanen
misalnya pemberlakuan prinsip pengujian yudisial, ekonomi
kerakyatan, keseimbangan antara kepastian hukum, keadilan, dan
kemanfaatan, penggantian hukum-hukum peninggalan kolonial

1
M. Solly Lubis, 2014, Poli3k Hukum dan Kebijakan Publik (Legal Policy and Public Policy),
Bandung : Mandar Maju, hlm. 3
dengan hukum-hukum nasional, penguasaan sumber daya alam oleh
negara, kemerdekaan kekuasaan kehakiman, dan sebagainya. Disini
terlihat bahwa beberapa prinsip yang dimuat di dalam UUD
sekaligus berlaku sebagai politik hukum.2
Bagi Indonesia, politik hukum yang permanen adalah :
- Ada satu kesatuan sistem hukum Indonesia
- Sistem hukum nasional dibangun berdasarkan dan untuk
memperkokoh sendi-sendi Pancasila dan UUD Negara RI
Tahun 1945
- Pembentukan hukum memperhatikan kemajemukan
masyarakat
- Hukum adat dan hukum tidak tertulis lainnya diakui
sebagai subsistem hukum nasional sepanjang nyata-nyata
hidup dan dipertahankan dalam pergaulan masyarakat

Pembentukan KPK berdasarkan Undang-Undang Nomor 30


Tahun 2002 telah memenuhi ketentuan berdasarkan UUD 1945. Hal
ini ditegaskan pada putusan Mahkamah Konstitusi nomor 6/PUU-
I/2003 dan putusan Mahkamah Konstitusi nomor 16/PUU-XII/2014.
Keberadaan KPK sendiri dikarenakan adanya tuntutan perubahan
pada era reformasi 1998 yang menginginkan adanya perubahan
dalam pemberantasan korupsi. Penegasan pentingnya pembentukan
lembaga KPK yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan
kehakiman sebagaimana dimaksud oleh Pasal 24 Ayat (3) UUD 1945
termuat dalam putusan Mahkamah Konstitusi nomor 12-16-19/
PUU-IV/2006. Dengan demikian, jelas bahwa KPK adalah lembaga
independen yang dibentuk bersifat tetap (permanen) dalam rangka
menjalankan amanat reformasi dalam memberantas korupsi.

2
Moh. Mahfud MD, Poli3k Hukum di Indonesia. (Jakarta: Rajagrafindo Persada,2009),
hlm.3
b. Politik Hukum Temporer
Politik hukum temporer adalah kebijakan yang ditetapkan
dari waktu ke waktu sesuai dengan kebutuhan,termasuk dalam
kategori ini hal-hal seperti penentuan prioritas pembentukan
peraturan perundang-undangan kolonial, pembaruan peraturan
perundang-undangan yang menunjang pembangunan nasional dan
sebagainya. Politik hukum tidak terlepas dari kebijakan di bidang
lain. Penyusunan politik hukum harus diusahakan selalu seiring
dengan aspek-aspek kebijakan di bidang ekonomi, politik, sosial dan
sebagainya. Setidak-tidaknya ada dua lingkup utama politik hukum
yaitu pertama, politik pembentukan hukum (pembentukan
perundang-undangan, pembentukan hukum yurisprudensi atau
putusan hakim dan kebijakan terhadap peraturan tidak tertulis
lainnya), dan kedua, politik penegakan hukum (kebijakan di bidang
peradilan dan bidang pelayanan hukum. Di sinilah hukum tidak
dapat hanya dipandang sebagai pasal-pasal yang bersifat imperatif
atau keharusan-keharusan yang bersifat das sollen, melainkan harus
dipandang sebagai subsistem yang dalam kenyataan (das sein) bukan
tidak mungkin sangat ditentukan oleh politik, baik dalam perumusan
materi dan pasal-pasalnya maupun dalam implementasi dan
penegakannya.3
Ada begitu banyak perubahan yang sudah terjadi dalam studi
ilmu politik yang bergerak meluas dari pendekatan institusional
klasik yang terfokus pada studi institusi-institusi klasik pemerintahan
dan partai politik. Saat ini, studi ilmu politik semakin banyak
bersinggungan dengan ilmu-ilmu sosial yang lain seperti sosiologi,
kriminologi, ekonomi, psikologi, dan lainnya sehingga
memunculkan banyak sub-sub studi kontemporer seperti ekonomi
politik, perbandingan politik, psikologi politik, sosiologi politik, dan

3
Moh. Mahfud MD, 1998, Poli3k Hukum Di Indonesia, Jakarta : Puataka LP3ES Indonesia,
hlm. 1
lain-lain. Walaupun demikian, tidak bisa diartikan bahwa ilmu
politik kemudian meninggalkan cabang-cabang bahasan klasik
seperti teori politik dan studi institusi politik, karena ilmu politik
terus mengembangkan diri di atas pilar-pilar perkembangan
sebelumnya dan menghasilkan studi-studi teori politik kontemporer,
pendekatan - pendekatan baru (neo-institutionalism) dalam
menganalisis institusi-institusi khas politik, dan lain-lain.

c. Era Kepemimpinan Presiden SBY


Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) di Indonesia (2004-2014), ada beberapa
kebijakan politik hukum yang diimplementasikan. Presiden SBY
menandatangani beberapa undang-undang yang penting selama
masa kepemimpinannya. Beberapa di antaranya mencakup undang-
undang untuk meningkatkan stabilitas ekonomi, mengatasi korupsi,
dan memperkuat sektor hukum, seperti Undang-Undang Tipikor
(Tindak Pidana Korupsi) yang memperkuat hukuman terhadap
pelaku korupsi. Ada upaya yang dilakukan untuk memperbaiki
sistem peradilan di Indonesia selama masa pemerintahan SBY. Hal
ini termasuk upaya peningkatan infrastruktur peradilan, peningkatan
kualitas hakim dan penegak hukum, serta peningkatan akses
terhadap keadilan bagi masyarakat yang kurang mampu.
Visi-Misi SBY selama kepemimpinannya adalah
"Membangun Indonesia menjadi negara yang sejahtera, demokratis,
dan berkepribadian." Dalam visi ini, SBY menekankan pentingnya
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, pemantapan demokrasi,
peningkatan kualitas hidup masyarakat, serta identitas nasional yang
kuat. Presiden SBY menyoroti berbagai aspek penting pembangunan
nasional, mencakup ekonomi, demokrasi, pendidikan, kesehatan,
pertahanan, lingkungan, serta hubungan internasional. Upaya
tersebut ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup dan posisi
Indonesia di panggung global.
Setelah memenangkan pemilu secara langsung SBY tampil
sebagai presiden pertama dalam pemilihan yang dilakukan secara
langsung. Pada awal kepemimpinanya SBY memprioritaskan pada
pengentasan korupsi yang semakin marak diIndonesia dengan
berbagi gebrakannya salah satunya adalah dengan mendirikan
lembaga super body untuk memberantas korupsi yakni KPK. Dalam
masa jabatannya yang pertama SBY berhasil mencapai beberapa
kemajuan diantaranya semakin kondusifnya ekonomi nasional.
Dengan keberhasilan ini pula ia kembali terpilih menjadi presiden
pada pemilu ditahun 2009 dengan wakil presiden yang berbeda bila
pada masa pertamanya Jusuf Kalla merupakan seorang bersal dari
parpol namun kini bersama Boediono yang seorang profesional
eonomi. Dimasa pemerintahanya yang kedua ini dan masih berjalan
hingga kini mulai terlihat beberapa kelemahan misalnya kurang
sigapnya menaggapi beberapa isu sampai isu-isu tersebut menjadi
hangat bahkan membinggungkan, lalu dari pemberantasan korupsi
sendiri menimbulkan banyak tanda tanya sampai sekarang mulai dari
kasus pimpinan KPK, Mafia hukum, serta politisasi diberbagai
bidang yang sebenarnya tidak memerlukan suatu sentuhan politik
yang berlebihan guna pencitaraan.
Kebijakan politik hukum masa pemerintahan SBY berfokus
pada upaya memperbaiki sistem hukum dan peradilan, memperkuat
prinsip-prinsip demokrasi dan HAM, serta melakukan reformasi
birokrasi. Meskipun ada langkah-langkah positif yang diambil, tetap
ada berbagai tantangan dan kritik yang terkait dengan implementasi
kebijakan tersebut.
d. Era Kepemimpinan Presiden Jokowi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) selama masa
kepemimpinannya di Indonesia menekankan pada berbagai aspek
pembangunan yang ingin dicapai untuk kemajuan negara. Visi
Presiden Jokowi adalah "Mewujudkan Indonesia yang berdaulat,
mandiri, dan berkepribadian, di tengah-tengah tata kelola negara
yang baik." Visi ini menyoroti pentingnya kedaulatan, kemandirian
ekonomi, serta identitas nasional yang kuat dengan pemerintahan
yang baik dan efisien. Misi Presiden Jokowi menekankan pada
pembangunan infrastruktur, kesejahteraan sosial, pendidikan,
penguatan ekonomi, reformasi birokrasi, pemberantasan korupsi,
dan pembangunan daerah tertinggal. Upaya-upaya ini ditujukan
untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat serta memperkuat
posisi Indonesia di tingkat nasional dan internasional.
Selama masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi)
di Indonesia (2014-2019 dan dilanjutkan pada periode kedua hingga
2024), beberapa kebijakan politik hukum diimplementasikan.
Presiden Jokowi mengusung program reformasi hukum dan birokrasi
yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, transparansi, dan
akuntabilitas dalam sistem hukum dan pemerintahan. Upaya ini
mencakup langkah-langkah untuk menyederhanakan regulasi,
mempercepat proses birokrasi, dan mengurangi hambatan
administratif. Selama kepemimpinannya, Presiden Jokowi telah
menandatangani beberapa undang-undang penting, termasuk
Undang-Undang Cipta Kerja yang kontroversial, yang bertujuan
untuk meningkatkan iklim investasi dengan menyederhanakan
regulasi perizinan usaha dan mengurangi birokrasi. Pemerintahan
Jokowi terus berupaya dalam penegakan hukum dan pemberantasan
korupsi dengan memperkuat lembaga penegak hukum seperti KPK
(Komisi Pemberantasan Korupsi) meskipun ada beberapa
kontroversi terkait amandemen UU KPK yang dinilai melemahkan
independensi lembaga ini. Kebijakan politik hukum selama masa
pemerintahan Jokowi menekankan pada reformasi hukum,
pembentukan undang-undang penting, pembangunan infrastruktur
hukum, dan upaya penegakan hukum serta pemberantasan korupsi.

C. Kesimpulan
Dapat ditarik kesimpulan bahwa ada sebuah keinginan yang besar
bagi bangsa Indonesia semenjak kemerdekaan hingga reformasi untuk terus
memperbaiki, mengganti atau meyempurnakan pasal-pasal dalam UUD
1945 yang banyak pihak menilai ada pasal yang tidak relevan lagi dengan
perkembangan zaman dengan mengganti hukum yang baru yang bersumber
dari nilai-nilai budaya bangsa Indonesia sesuai dengan perkembangan
Indonesia saat ini. Sejalan dengan itu, politik hukum sangat berperan bagi
penguasa atau pemerintah untuk membangun hukum nasional di Indonesia
yang dikehendaki. Politik hukum permanen menyangkut prinsip-prinsip
dasar dan landasan hukum yang lebih stabil, sementara politik hukum
temporer berkaitan dengan kebijakan atau regulasi yang bisa berubah atau
disesuaikan sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang berubah dari waktu
ke waktu, seperti yang mungkin terjadi selama masa pemerintahan Presiden
SBY dan juga Presiden Jokowi.
Presiden SBY lebih menekankan pada upaya pemberantasan
korupsi, demokrasi, dan reformasi birokrasi, sementara Presiden Jokowi
lebih fokus pada pembangunan infrastruktur, perlindungan sosial, dan
pembangunan daerah. Meskipun demikian, keduanya berusaha untuk
melakukan perubahan yang positif dalam konteks politik hukum dan
pembangunan di Indonesia. Masing – masing masa pemerintahan antara
Presiden SBY dan juga Presiden Jokowi keduanya mempraketekan teori
hukum permanen dan juga temporer, dilihat dari produk hukum masing
masing era pemerintahan yang juga sama sama menguatkan lembaga KPK
dengan aturan aturan hukumnya melalui Revisi UU KPK, meskipun pada
pemerintahan Presiden Jokowi ada beberapa isu terkait KPK yang justru
dinilai melemahkan status KPK sebagai lembaga anti rasuah, salah satu
contoh yang berarti adalah dengan di putuskannya pegawai KPK sebagai
ASN. Saat era kepemimpinan Presiden SBY juga mencuat kasus cicak vs
buaya dimana dalam kasus ini politik hukum temporer muncul.

Anda mungkin juga menyukai