Anda di halaman 1dari 76

POLITIK HUKUM

BIODATA PENGAMPU
2

NAMA : DR TIYAR CAHYA KUSUMA, SH, MH


Nomor HP : 08119054313
Pekerjaan : PNS
REFERENSI BUKU
3

1. Politik Hukum Di Indonesia, Prof Dr. Moh. Mahfud, Penerbit Divisi


buku Perguruan Tinggi PT Raja Grafindo Persada Jakarta , 2017
2. Dasar-Dasar Politik Hukum, Imam Syaukani & A.Ahsin Thohari,
Rajawali Press 2018
3. Hukum dan Politik di Indonesia (Kesinambungan dan Perubahan)
Daniel S. Lev, Pustaka LP3ES Indonesia, 1990
4. Politik Hukum Membangun Negara Kebahagian, Dr. Marojahan JS
Panjaitan, SH, MH, Pustaka Reka Cipta, 2020
Pengertian Politik dan Hukum
4

1. Secara Etimologis
Politiea (Yunani) berasal dari kata polis (kesatuan
Pengertian Politik
masyarakat mengatur diri sendiri ) dan teia (urusan )
2. Secara Terminologis :
• Kepentingan umum para warga negara dari suatu
negara (Politics)
• Suatu kebijakan yang dirumuskan berdasarkan
pertimbangan tertentu (policy)

• Secara etimologi Kata “Politik” berhubungan dengan polis/kebijakan


• Politik berasal dari bahasa belanda : Politek
• Politik berasal dari bahasa inggris : politics

Sumbernya keduanya dari bahasa yunani, politika (berhubungan dengan negara) yang asalnya katanya polities (warga
negara) dan polis (negara kota ) atau stadsaat , yang secara historis dapat dikatakan bahwa politik mempunyai hubungan
dengan negara
Politik HUKUM ?

01 02
POLITIK ITU APA HUKUM ?

• Miriam Budiarjo, Politik adalah usaha menggapai kehidupan


Hukum menurut Soedikmo Mertokusumo adalah
lebih baik
keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-
• Ramlan Surbakri, Politik adalah interaksi antara pemerintah
dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan dan
kaidah dalam suatu kehidupan bersama, keseluruhan
pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan peraturan tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan
bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaan dengan
tertentu sanksi
Politik Hukum
6

• Mochtar Kusumaatmadja, politik hukum (rechts politiek) adalah kebijakan hukum


dan perundang-undangan dalam rangka pembaharuan hukum meliputi hukum
mana yang perlu dibentuk (diperharui , diubah atau diganti) dan hukum mana
yang perlu dipertahankan agar secara bertahap dapat diwujudkan tujuan negara
• Machfud MD, politik hukum adalah legal policy, dimana telah dilaksanakan atau
akan dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah yang meliputi beberapa hal,
pembangunan hukum yang berintikan pembentukan hukum atau pembaharuan
terhadap materi-materi hukum ,agar lebih sesuai dan relevan dengan keadaan
• Bagir Manan, politik hukum adalah kebijaksanaan yang akan datang dan sedang
ditempuh mengenai politik pembentukan hukum , politik mengenai isi
hukum,politik penegakan hukum , beserta segala urusan yang akan menopang
pembentukan dan penegakan hukum tersebut
 Padmo Wahjono, mengatakan bahwa politik hukum adalah
7 kebijakan dasar menunjukkan arah, bentuk, maupun isi
hukum yang akan dibentuk
 Teuku Mohammad Radhie mendefinisikan politik hukum
sebagai suatu pernyataan kehendak penguasa negara
mengenai hukum yang berlaku diwilayahnya dan mengenai
arah perkembangan hukum yang dibangun
 Satjipto Raharjo, politik hukum sebagai aktivitas memilih dan
cara yang hendak dipakai untuk mencapai suatu tujuan social
dengan hukum tertentu dalam masyarakat
 Soedarto, mengemukakan bahwa politik hukum adalah
kebijakan negara melalui badan-badan negara yang
berwenang untuk menetapkan peraturan-peraturan yang
dikehendaki yang diperkirakan akan dipergunakan untuk
mengekspresikan apa yang dicita-citakan
HASIL YANG DIHARAPKAN
8

1. Politik hukum merupakan arah pembangunan hukum yang berpijak pada sistem hukum nasional untuk
mencapai tujuan dan cita-cita negara atau masyarakat bangsa. Hukum di Indonesia harus mengacu pada
cita-cita masyarakat bangsa, yakni tegaknya hukum yang demokratis dan berkeadilan sosial. Pembangunan
hukum harus ditujukan untuk mengakhiri tatanan sosial yang tidak adil dan menindas hak-hak asasi
manusia; dan karenanya politik hukum harus berorientasi pada cita-cita negara hukum yang didasarkan atas
prinsip-prinsip demokrasi dan berkeadilan sosial dalam satu masyarakat bangsa Indonesia yang bersatu,
sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945
2. HASILNYA YAITU PRODUK HUKUM
3. Tiap substansi produk hukum akan menunjukkan kepentingan-kepentingan dari penguasa, namun demikian
produk hukum harus terikat oleh syarat-syarat dasar rechstaat,seperti:
• Asas legalitas, bahwa setiap tindakan pemerintahan harus didasarkan atas dasar peraturan perundang-
undangan.
• Pembagian kekuasaan, bahwa kekuasaan negara tidak boleh bertumpu hanya pada satu tangan.
• Hak-hak dasar (groundrechten) sebagai sarana perlindungan hukum bagi rakyat dan sekaligus membatasi
kekuasaan pembentuk undang-undang.
• Pengawasan peradilan, bagi rakyat tersedia saluran melalui pengadilan yang bebas
• untuk menguji keabsahan tindak pemerintah.
9
TUJUAN POLITIK HUKUM

Untuk memahami pemikiran-pemikiran yang melatarbelakangi penetapan


ketentuan hukum yang berlaku hingga mampu menerapkan ketentuan hukum
itu sesuai dengan tujuannya untuk memilih pemikiran-pemikiran yang dapat
menjadi dasar penetapan ketentuan ius constituendum dari ius constitum yang
berlaku dalam menghadapi perubahan kehidupan masyarakat hingga mampu
menetapkan ketentuan hukum baru sesuai kebutuhan kehidupan masyarakat.
Untuk memahami kebijakan yang menggariskan kerangka dan arah tata hukum
yang berlaku hingga dapat menerapkan dan mengembangkan hukum sesuai
kebutuhan kehidupan masyarakat dalam suatu sistem
10
Ruang Lingkup Politik Hukum

• Proses penggalian nilai-nilai dan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat oleh
penyelenggara negara yang berwenang merumuskan politik hukum
• Proses perdebatan dan perumusan nilai-nilai dan aspirasi tersebut kedalam bentuk
sebuah rancangan peraturan perundang-undangan oleh penyelenggara negara
yang berwenang merumuskan politik hukum
• Penyelenggara negara yang berwenang merumuskan dan menetapkan politik
hukum .
• Peraturan perundang-undangan yang memuat politik hukum
• Faktor –faktor yang mempengaruhi dan menentukan suatu politik hukum, baik yang
akan , dan yang telah ditetapkan
• Pelaksanaan dari peraturan perundang-undangan yang merupakan implementasi
dari politik hukum suatu negara

lingkup utama politik hukum, didalamnya penciptaan hukum, pembaharuan hukum


dan pengembangan hukum
11
Dasar Pijakan Politik Hukum

• Ideologi berfungsi mengarahkan segala kebijakan pada tujuan yang hendak


dicapai. Prinsip-prinsip pancasila yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945
berisi ide pokok yang memandu politik hukum berbagai bidang
• Basis konstitusional merupakan dasar pijak politik hukum karena konstitusi
sebagai hukum dasar; mengatur dan membatasi kekuasaan; memuat tujuan
bersama yang hendak diwujudkan
• Politik hukum harus berbasis moral karena kebijakan yang berkualitas yang
berorientasi pada perubahan dan kepentingan orang banyak, harus lahir dari
pengambil keputusan yang memiliki tingkat kesadaran moral yang mumpuni,
agar politik hukum tidak berubah wajah menjadi politisasi hukum
PERTEMUAN KEDUA
CAKUPAN POLITIK HUKUM
Pengantar
13

1. Satjipto Raharjo, mendefinisikan politik hukum sebagai aktivitas memilih dan cara yang
hendak dipakai untuk mencapai suatu tujuan sosial dengan hukum tertentu didalam
masyarakat yang cakupannya meliputi,
a. Tujuan apa yang hendak dicapai melalui sistim yang ada
b. Cara-cara apa dan yang mana yang dirasa paling baik untuk dipakai dalam mencapai tujuan
tersebut
c. Kapan waktunya dan melalui cara bagaimana hukum itu perlu dirubah
d. Dapatkan suatu pola yang baku....untuk lebih mudah dirumuskan dalam membantu
memutuskan proses pemilihan tujuan serta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut dengan
baik.
14 Hukum Sebagai Alat

1.Hukum sebagai alat dalam mencapai tujuan negara


2.Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka
panjang dan ada yang bersifat periodik, contohnya apa
bapak/ibu
Hukum
15
Sebagai Alat 1. Politik hukum bersifat Permanen, prinsip2
yang harus berdasarkan asas, mekanisme
pembentukannya tidak
bertentangan.....misalnya pemberlakuan
prinsip pengujian yudisial, ekonomi
kemasyarakatan, keseimbangan antara
kepastian hukum, keadilan dan
kemanfaatan , penggantian hukum-hukum
Politik Hukum
peninggalan colonial dengan hukum2
bersifat
nasional , penguasa sumber daya alam oleh
negara, kemerdekaan kekuasaan kehakiman
dan sebagainya
2. Politik hukum bersifat periodik, politik
hukum yang dibuat periodik
tertentu...misalnya RPJMN, RPJMD, ...dll
16 Kebijakan ?

1. Kebijakan asal kata dari “Bijak”, yang berarti selalu menggunakan akal
budinya, pandai,mahir.
2. Sementara kebijakan artinya garis haluan atau rangkaian konsep dan
azaz yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan
suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak tentang pemerintahan
organisasi dan sebagainya khusus dalam bidang hukum
3. Peraturan kebijakan merupakan wujud formal kebijakan yang ditetapkan oleh
pejabat administrasi negara berdasarkan asas diskresi tersebut. Bentuk
formal peraturan kebijakan dalam hal tertentu sering tidak berbeda atau tidak
dapat dibedakan dari format peraturan perundang-undangan....bentuknya biasanya
keputusan
17 Kebijakan Menurut Ahli

1. Carl J. Friedrick menguraikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan diusulkan


seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan
menunjukkan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksana
usulan kebijakan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu
2. James E. Anderson, kebijakan adalah serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan
tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang atau sekelompok pelaku guna
memecahkan suatu masalah tertentu
3. Friend, kebijakan pada hakikatnya adalah suatu posisi yang sekali dinyatakan akan
mempengaruhi keberhasilan keputusan-keputusan yang akan dibuat dimasa datang
18
Hukum sebagai produk politik

• Hukum merupakan produk politik sebagai formalisasi atau kristalisasi dari kehendak-kehendak
politik yang saling berinteraksi dan bersaingan, perbedaan pendapat para ahli tentang letak politik
hukum sebagai bagian dari ilmu hukum dan ada juga meletakkannya sebagai dari bagian ilmu
politik. Studi ini mengikuti pandangan bahwa politik hukum merupakan bagian dari ilmu hukum
diibaratkan sebagai pohon, filsafat akar , sedangkan politik merupakan pohonnya yang melahirkan
cabang-cabang berupa bidang hukum seperti hukum perdata, hukum pidana , hukum tata negara
dan sebagainya
• Hukum kausalitas antara hukum dan politik
1. Hukum determinan atas politik, bahwa kegiatan-kegiatan politik diatur oleh dan harus tunduk
pada aturan2 hukum
2. Politik determinan atas hukum, merupakan hasil atau kristalisasi politik yang saling berinteraksi
dan bersaingan
3. Politik dan hukum sebagai subsistem kemasyarakatan berada pada posisi derajat determinasi
seimbang antara satu dengan yang lain, karena meskipun hukum merupakan produk keputusan
politik, tetapi begitu hukum ada maka semua kegiatan politik harus tunduk pada aturan-aturan
hukum
19 Intervensi Politik Atas Hukum

1. Produk Hukum diwarnai oleh berbagai kepentingan politik,


2. Dalam pembuatan produk hukum kerapkali melahirkan keputusan-
keputusan oleh salah satu kekuatan
3. Didalam merumuskan suatu keputusan yang akan datang (das Sollen)
bukan tidak mungkin sangat ditentukan oleh politik, baik dalam
perumusan materi dan pasal-pasalnya dalam implementansi dan
penegakkan
20 Hasil Yang diharapkan

1. Dari beberapa penjelasan tadi, bahwa politik hukum mencakup legal


policy (sebagaikebijakan resmi negara) tentang hukum yang akan
diberlakukan atau tidak diberlakukan
2. Ada beberapa kesimpulan yang menjadi penutup, yaitu :
a. Kebijakan negara tentang hukum yang akan diberlakukan atau tidak
diberlakukan
b. Latar belakang dalam penyusunan produk hukum tidak hanya sebatas ahli
hukum, bisa dari latar belakang politik, ekonomi, sosial, budaya
c. Penegakan hukum didalam kenyataan lapangan
PERTEMUAN KETIGA
Politik Hukum Dalam Mewujudkan Negara Kebahagiaan
Pengantar
22

Khusus di Indonesia tercantum dalam UUD 1945 alinea 4 yang berbunyi :


a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
b. Memajukan kesejahteraan umum
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial
Negara Kebahagiaan Menurut UUD 1945
23
1. Menurut KBBI, kebahagiaan berasal dari kata bahagia. Bahagia diartikan sebagai
keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang
menyusahkan), sedangkan kebahagiaan diartikan sebagai kesenangan dan
ketentraman hidup (lahir bathin)
2. Menurut Muchtar Affandi, menyebut bahwa kebutuhan-kebutuhan yang
fundamental yang pemenuhannya ingin dicapai oleh manusia dengan jalan
mendirikan negara, adalah
a. Terpeliharanya keamanan dan ketertiban dalam kehidupan bersama manusia
b. Mempertahankan eksistensi orang-orang yang berkerjasama dan mendirikan
negara itu terhadap serangan dari luar yang bertujuan mengganggu atau bahkan
menghancurkan kelangsungan hidup mereka
c. Tercapainya kemakmuran material ekonomi dan kesejahteraan mental-psikologis
dari setiap individu anggota masyarakat didalam negara maupun dari seluruh
masyarakat secara kolektif
d. Terselenggaranya keadilan bagi setiap orang di dalam negara
Miriam Budiarjo
24

1. Ada dua Tugas Negara


a. Mengendalikan dan mengatur gejala-gejala kekuasaan yang asosial, yakni bertentangan
satu sama lain, supaya tidak menjadi antagonisme yang membahayakan
b. Mengoorganisir dan mengintegrasikan kegiatan manusia dan golongan-golongan ke arah
tercapainya tujuan-tujuan dari masyarakat seutuhnya. Negara menentukan bagaimana
kegiatan-kegiatan asosiasi kemasyarakatan seluruhnya. Negara menentukan bagaimana
kegiatan asosiasi-asosiasi kemasyarakatan disesuaikan satu sama lain dan diarahkan
kepada tujuan nasional
2. Adapun fungsi negara yaitu :
a. Melaksanakan penertiban.....untuk menjaga stabilisasi
b. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya,,,sudah harus tertuang didalam
idiologi negara misalnya pancasila, RPJMN, GBHN
c. Pertahanan, menjaga pertahanan negara dari gangguan negara luar.untuk itu diperlukan
atau dilengkapi dengan peralatan persenjataan
d. Menegakkan keadilan , dilaksanakan dari badan – badan pengadilan
Pendapat Jimly Asshiddiqie
25

1. Ketimpangan distribusi kekayaan, yaitu perbandingan kekayaan diantara sesama warga masyarakat atau
diantara kelompok dan golongan dalam masyarakat
2. Diskriminasi, yaitu perlakuan tidak adil terhadap orang atau sesuatu dengan menerapkan standar berbeda
terhadap subjek atau objek yang sama tidak adilnya dengan menerapkan standar yang sama terhadap subjek
atau objek yang berbeda
3. Diskriminasi berdasarkan SARA yaitu menilai atau memperlakukan orang atau kelompok orang secara
berbeda karena berbeda suku,agama dan keyakinan ras atau golongan
4. Prasangka, yaitu penilaian atau sikap positif negatif terhadap seseorang atau kelompok orang berdasarkan
kepercayaan dan keyakinan bukan berdasarkan fakta2
5. Sexism, yaitu perlakuan diskriminatif karena jenis kelamin terutama karena perempuan
6. Abeleism, yaitu perlakuan diskriminatif terhadap orang yang menyandang disabilitas
7. Ageism, yaitu perlakuan diskriminatif terhadap orang atas dasar usianya baik karena lebih tua maupun lebih
tua
8. Stereotyping , yaitu asumsi-asumsi atau penganggapan yang kita buat tentang sesuatu kelompok yang
digeneralisasikan atas dasar penilaian negatif terhadap satu atau beberapa orang saja dari anggota kelompok
9. Penindasan , yaitu penggunaan kekuasaan atau otoritas dengan cara yang kejam dan tidak manusiawi, satu
diantara bentuk penindasan yang paling kejam yang dikenal oleh umat manusia adalah pembasmian massal
Lanjutan
26

Melalui pendapat Jimly Asshidiqie, tampak bahwa dalam


ketimpangan sosial manusia diperlakukan tidak sama dalam
mendapatkan perlindungan hukum, keadilan dan kebahagiaan
sehingga rakyatnya sukar untuk mendapatkan kebahagiaan.

Bila ketimpangan sosial itu dapat terjadi perselisihan yang


mengarah kepada kerusuhan dan perang saudara.
Sebagaimana
27 diketahui bahwa pembangunan adalah merupakan upaya sadar yang
dilakukan oleh manusia dalam mengubah nasibnya kearah yang lebih baik. Menurut
Oekan S.Abdullah bahwa pembangunan adalah merupakan upaya-upaya
memajukan kehidupan negara dan warganya melalui penciptaan sarana dan
prasarana baru atau mengembangkan yang telah ada untuk mencapai tujuan baru

Mochtar Kusumaatmadja, mengatakan bahwa negara yang sedang membangun


dicirikan oleh perubahan. Dalam perubahan tersebut dapat terjadi berbagai
permasalahan sosial dan persoalan. Disinilah diperlukan kehadiran hukum agar
perubahan itu terjadi dengan cara teratur.
Selanjutnya, beliau mengatakan bahwa perubahan yang teratur melalui prosedur
hukum, baik ia berwujud perundang-undangan atau keputusan badan-badan
peradilan lebih baik daripada perubahan yang tidak teratur dengan menggunakan
kekerasan semata-mata
Hukum Sebagai Sarana atau Alat Dalam Mewujudkan Tujuan Negara
28

1. Sunaryati Hartono mengemukakan “hukum sebagai alat” sehingga secara praktis politik
hukum juga merupakan alat atau langkah yang dapat digunakan oleh Pemerintah untuk
menciptakan sistem hukum nasional untuk mencapai cita-cita bangsa dan tujuan negara
2. Hukum sebagai alat untuk mencapai tujuan negara, selain berpijak pada lima dasar
(Pancasila), juga harus berfungsi dan selalu berpijak pada empat prinsip cita hukum
(rechtsidee), yakni: (1) melindungi semua unsur bangsa (nation) demi keutuhan
(integrasi); (2) mewujudkan keadilan sosial dalam bidang ekonomi dan kemasyarakatan;
(3) mewujudkan kedaulatan rakyat (demokrasi) dan negara hukum (nomokrasi); (4)
menciptakan toleransi atas dasar kemanusiaan dan berkeadaban dalam hidup beragama.
Hukum Sebagai Sarana atau Alat Dalam Mewujudkan Tujuan Negara
29

• Satjipto Rahardjo mendefinisikan politik hukum sebagai aktivitas memilih dan cara yang hendak
dipakai untuk mencapai suatu tujuan sosial dan hukum tertentu dalam masyarakat.

• Padmo Wahjono dalam bukunya “Indonesia Negara Berdasarkan atas Hukum” mendefinisikan
politik hukum sebagai kebijakan dasar yang menentukan arah, bentuk maupun isi dari hukum yang
akan.

Dari pengertian tersebut terlihat politik hukum mencakup proses pembuatan dan pelaksanaan hukum
yang dapat menunjukkan sifat dan ke arah mana hukum akan dibangun dan ditegakkan.
PERTEMUAN KEEMPAT
Politik Hukum Nasional
Pengantar
31
1. Politik hukum Indonesia, diatur didalam UUD 1945 Pasal .....
2. Tujuan dari politik hukum nasional sebagai suatu alat atau sarana dan langkah
yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk menciptakan suatu sistim hukum
nasional yang dikehendaki. sehingga akan tercipta cita-cita bangsa yang yang
lebih besar
3. Dari tujuan tersebut bahwa, tujuan daripembentukan politik hukum nasional
adalah untuk membentuk/menyusun/menetapkan sistimhukum nasional yang
akan berlaku di suatu wilayah
4. Khusus di Indonesia tercantum dalam UUD 1945 alinea 4 yang berbunyi :
a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
b. Memajukan kesejahteraan umum
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial
Tujuan politik hukum nasional meliputi dua aspek yang saling berkaitan:
1. Sebagai
32 suatu alat (tool) atau sarana dan langkah yang dapat digunakan oleh
pemerintah untuk menciptakan suatu sistem hukum nasional yang dikehendaki;
dan
2. Dengan sistem hukum nasional itu akan diwujudkan cita-cita bangsa Indonesia
yang lebih besar.

Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa Pembukaan dan Pasal-pasal UUD 1945
merupakan sumber dari keseluruhan politik hukum nasional Indonesia. Penegasan
keduanya sebagai sumber politik hukum nasional didasarkan pada dua alasan yaitu :
3. Pembukaan dan Pasal-Pasal UUD 1945 memuat tujuan, dasar, cita hukum dan
norma dasar negara Indonesia yang harus menjadi tujuan dan pijakan dari politik
hukum di Indonesia.
4. Pembukaan dan Pasal-pasal UUD 1945 mengandung nilai-nilai khas yang
bersumber dari pandangan dan budaya bangsa Indonesia yang diwariskan oleh
nenek moyang sejak berabad-abad yang lalu
Pemisahan Kekuasaan Negara
33

Politik Hukum Nasional tidak terlepas dari Negara,. Tujuan Negara


adalah menyelenggaraan kesejahteraan dan kebahagiaan rakyatnya

Montesquie , mengenai Trias Politica (menghendaki dalam suatu


negara perlu dilakukan pembagian kekuasaan negara dalam bidang
pokok yang masing2 berdiri sendiri , lepas dari kekuasaan lainnya .
Satu kekukuasaan mempunyai satu fungsi :
a. Kekuasaan legislatif, menjalankan fungsi membentuk UU
b. Kekuasaan eksekutif , memiliki fungsi menjalankan UU
c. Kekuasaan yudikatif, menjalan fungsi peradilan
34
Fungsi Negara

Fungsi Negara menurut Van Vollenhoven, dibagi menjadi empat fungsi :


a. Regeling atau fungsi legislatif, yaitu membuat peraturan perundang-undangan
b. Bestuur atau fungsi eksekutif, yaitu melaksanakan kepentingan umum
c. Rechtspraak atau fungsi yudikatif, yaitu menyelesaikan perselisihan antara beberapa pihak
d. Politie, yaitu menjaga tata tertib dalam arti mengawasi supaya semua badan dan Warga negara
menjalankan tugas sehari

Miriam Budiarjo,, setiap negara diadakan beberapa fungsi minimum, yaitu :


e. Menerapkan kontrol untuk mencapai tujuan bersama dan untuk mencegah konflik yang terjadi di masyarakat,
f. Untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya,
g. Mempromosikan aspek pertahanan dan keamanan untuk menjaga serangan dari luar dan merusak dar
dalam negeri, dan
h. Keadilan bagi semua warga negara melalui badan-badan yang ada peradilan dan konstitusi negara.
35
Fungsi Negara

Fungsi Negara menurut Van Vollenhoven, dibagi menjadi empat fungsi :


a. Regeling atau fungsi legislatif, yaitu membuat peraturan perundang-undangan
b. Bestuur atau fungsi eksekutif, yaitu melaksanakan kepentingan umum
c. Rechtspraak atau fungsi yudikatif, yaitu menyelesaikan perselisihan antara beberapa pihak
d. Politie, yaitu menjaga tata tertib dalam arti mengawasi supaya semua badan dan Warga negara
menjalankan tugas sehari

Miriam Budiarjo,, setiap negara diadakan beberapa fungsi minimum, yaitu :


e. Menerapkan kontrol untuk mencapai tujuan bersama dan untuk mencegah konflik yang terjadi di masyarakat,
f. Untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya,
g. Mempromosikan aspek pertahanan dan keamanan untuk menjaga serangan dari luar dan merusak dar
dalam negeri, dan
h. Keadilan bagi semua warga negara melalui badan-badan yang ada peradilan dan konstitusi negara.
36 Kerangka Dasar Politik Hukum Nasional

• Kebijakan dasar dari negara mengenai bidang hukum yang akan dibentuk dan ditegakkan untuk
mencapai tujuan negara Salah satu tuntutan yang paling mendasar dalam gerakan reformasi 1998
adalah pembenahan sistem hukum yang kemudian menghasilkan adanya 4 (empat) kali perubahan
atau amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun
1945).
• Arah pembangunan hukum bukan sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan terintegrasi dengan arah
pembangunan di bidang lainnya memerlukan penyerasian. Betapapun arah pembangunan hukum
bertitik tolak pada garis-garis besar gagasan dalam UUD NRI Tahun 1945, dibutuhkan penyelarasan
dengan tingkat perkembangan masyarakat yang dimimpikan akan tercipta pada masa depan.
Pembangunan hukum tidak identik dan tidak boleh diidentikan dengan pembangunan undang-
undang atau peraturan perundangan menurut istilah yang lazim digunakan di Indonesia. Membentuk
undang-undang sebanyak-banyaknya, tidak berarti sama dengan membentuk hukum. Negara
hukum bukan negara undang-undang. Pembentukan undang-undang hanya bermakna
pembentukan norma hukum. Padahal tatanan sosial, ekonomi budaya, dan politik bukan tatanan
normatif semata. Karena itulah maka diperlukan ruh tertentu agar tatanan tersebut memiliki
kapasitas.
Teori
37
Menurut Machfud, Politik Hukum Nasional harus berpijak pada kerangka dasar :

a. Politik hukum nasional harus selalu mengarah pada cita-cita bangsa, yakni masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila.
b. Politik hukum nasional harus ditujukan untuk mencapai tujuan negara yakni, melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
c. Politik hukum nasional harus dipandu oleh nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara, yakni: berbasis moral
agama, menghargai dan melindungi hak-hak asasi manusia tanpa diskriminasi, mempersatukan seluruh unsur
bangsa dengan semua ikatan promordialnya, meletakkan kekuasaan di bawah kekuasaan rakyat, membangun
keadilan sosial.
d. Politik hukum nasional harus dipandu oleh keharusan untuk : melindungi semua unsur bangsa demi integrasi
atau keutuhan bangsa yang mencakup ideologi dan teritori, mewujudkan keadilan sosial dalam ekonomi dan
kemasyarakatan, mewujudkan demokrasi (kedaulatan rakyat) dan nomokrasi (kedaulatan hukum),
menciptakan toleransi hidup beragama berdasarkan keadaban dan kemanusiaan.
e. Sistem hukum nasional yang harus dibangun adalah sistem hukum Pancasila, yakni sistem hukum yang
mengambil atau memadukan berbagai nilai kepentingan, nilai sosial, dan konsep keadilan ke dalam satu
ikatan hukum prismatik dengan mengambil unsur-unsur baiknya.
38 Kesimpulan

Dalam upaya menjadikan hukum sebagai proses pencapaian cita-cita dan tujuan negara, politik hukum nasional harus
berpijak pada kerangka dasar sebagai berikut :
1. Politik hukum nasional harus selalu mengarah pada cita-cita bangsa, yakni masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila.
2. Politik hukum nasional harus ditujukan untuk mencapai tujuan negara yakni, melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, melaksanakan ketertiban
dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
3. Politik hukum nasional harus dipandu oleh nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara, yakni: berbasis moral agama,
menghargai dan melindungi hak-hak asasi manusia tanpa diskriminasi, mempersatukan seluruh unsur bangsa dengan
semua ikatan promordialnya, meletakkan kekuasaan di bawah kekuasaan rakyat, membangun keadilan sosial.
4. Politik hukum nasional harus dipandu oleh keharusan untuk : melindungi semua unsur bangsa demi integrasi atau
keutuhan bangsa yang mencakup ideologi dan teritori, mewujudkan keadilan sosial dalam ekonomi dan kemasyarakatan,
mewujudkan demokrasi (kedaulatan rakyat) dan nomokrasi (kedaulatan hukum), menciptakan toleransi hidup beragama
berdasarkan keadaban dan kemanusiaan.
5. Sistem hukum nasional yang harus dibangun adalah sistem hukum Pancasila, yakni sistem hukum yang mengambil atau
memadukan berbagai nilai kepentingan, nilai sosial, dan konsep keadilan ke dalam satu ikatan hukum prismatik dengan
mengambil unsur-unsur baiknya.
AspekPolitik Hukum Nasional
39
1. Konteks tujuan yang akan diciptakan untuk mewujudkan cita-cita
2. Letak rumusan politik hukum nasional
3. Penyelenggara Negara dan Mekanisme Perumusan politik hukum nasional
4. Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pembentukan politik hukum
suatu negara

Dari sini baru melihat, sebatas membahas proses pembentukan politik hukum belum
berbicara pada tataran penerapan dalam bentuk pelaksanaan produk hukum yang
merupakan konsekuensi politis dari sebuah politik hukum

Tugasnya : Bapak/Ibu mencari proses alur mekanisme Peruu2an yang ada di Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif......bisa
Peraturannya maupun alur prosesnya...disertakan analisis saudara dari aspek legalitasnya maupun aspek
materialitasnya. Contoh: Bapak/Ibu telah mempunyai SOP penyusunan Peruu2an ditempat bapak/ibu, namun kira2
dari aspek legalitasnya lemah atau sebaliknya dari aspek materialitasnya kurang.
40
Karakteristik Politik Hukum Nasional

Kalau kita menengok kembali rumusan politik hukum nasional


dalam GBHN, arah kebijakan bidang hukum dikatakan : “menata
sistim hukum nasional yang menyeluruh dan terpadu dengan
mengakui dan menghormati hukum agama dan hukum adat serta
memperbaharui perundang-undanagan warisan kolonial dan hukum
nasional yang diskriminatif, termasuk ketidakadilan gender dan
ketidaksesuaiannya dengan tuntutan reformasi melalui program
legislasi”.
Karakter Produk Hukum
41

1. Produk Hukum Responsif/Populistik


merupakan produk hukum yang mencerminkan rasa keadilan dan memenuhi
harapan masyarakat. Proses pembuatannya bersifat partisipatif, yakni mengundang
partisipasi masyarakat melalui kelompok-kelompok sosial dan individu didalam
masyarakat sebanyak-sebanyaknya. Hasilnya bersifat responsif terhadap tuntutan-
tuntutan kelompok sosial atau individu dalam masyarakat
Dari fungsinya, hukum yang berkarakter responsif bersifat aspiratif. Artinya
memuat materi-materi yang secara umum sesuai dengan aspirasi atau kehendak
masyarakat yang dilayaninya, sehingga produk hukumnnya dapat dipandang
sebagai kristalisasi dari kehendak masyarakat. Dari segi penafsiran, memberi
sedikit peluang bagi pemerintah untuk membuat penafsiran sendiri melalui berbagai
peraturan pelaksanaan dan peluang yang sempit itupun hanya berlaku untuk hal-
hal yang betulbersifat teknis, biasanya memuat hal-hal penting secara cukup rinci,
sehingga sulit bagi pemerintah untuk membuat penafsiran sendiri
42
Karakter Produk Hukum

2. Produk Hukum Konservatif /ortodoks/Elitis


Merupakan produk hukum yang isinya mencerminkan visi sosial elit politik,mencerminkan
keinginan pemerintah, bersifat positivis-intrumentalis, yakni menjadi alat pelaksanaan
ideologi dan program negara
Dalam proses pembuatannya, bersifat sentralistik yang lebih didominasi oleh lembaga
negara terutama pemegang kekuasaan eksekutif, sedangkan peranan dan partisipasi
masyarakat relatif kecil dan lebih tertutup terhadap tuntutan kelompok maupun individu
dalam masyarakat. Dari segi fungsi, bersifat positivis-instrumentalis artinya memuat materi
yang lebih merefleksikan visi sosial dan politik pemegang kekuasaan atau memuat materi
yang merupakan alat untuk mewujudkan kehendak dan kepentingan program pemerintah
Dilihat dari segi penafsiran, memberi peluang yang luas kepada pemerintah untuk
membuat berbagai interpretasi dengan berbagai peraturan lanjutan yang berdasarkan visi
sepihak dari pemerintah dan tidak sekedar masalah teknis, biasanya cenderung memuat
materi singkat dan pokok-pokoknya saja untuk kemudian memberikan peluang yang luas
bagi pemerintah untuk mengatur berdasarkan visi dan kekuatan poltiknya
PERTEMUAN KELIMA
Pembaharuan Kehidupan Politik Hukum dan Etika Politik

1.Pengantar
2.Pembaharuan Politik Hukum
3.Etika Politik
PEMBAHARUAN
44 KEHIDUPAN POLITIK HUKUM
• Setelah perang Dunia Pertama terjadi perubahan paradigma atas peranan hukum dari
pemahaman yang agak statis terutama sesuai dengan aliran mazhab sejarah, mengalami
perkembangan pemahaman seabgai sarana perubahan atau transformasi social, hal ini lahir
melalui karya-karya gemilang Roescoe Pound yang memandang hukum sebagai “tool of social
engineering” dengan pemikiran untuk menuju masyarakat yang dicita-citakan.
• Perubahan masyarakat bisa berlangsung dengan dua hal, yaitu secara revolusioner dan
evolusioner. Perubahan secara revolusioner dalam hukum tidak memberikan mafaat bahkan
mungkin sangat berakibat kepada bahaya-bahaya social “social hazard” atau goncangan
social. Secara umum perubahan hukum lebih dikehendaki bertahap atau evolusioner, hal
seperti itu dipandang dapat mengatasi gejolak social yang mungkin terjadi.
• Oleh karena itu, pemikiran tentang peranan hukum sebagai sarana perubahan dan
pembangunan ditempatkan pada tataran persepsi yang menghendaki kesepakatan bersama,
sehingga dapat dikenali sifat, hakekat, konsekuensi yang akan timbul, dan tingkat kesadaran
dari masing-masing komponen yang terkait dengan hukum. Penempatan hukum sebagai
sarana perubahan dan pembangunan berate merupakan sebuah bukti tentang adanya
kesadaran atas pengaruh timbale balik antara hukum dan masyarakat yakni kemana hukum itu
diarahkan baik untuk mengubah maupun untuk membangun masyarakat
45
Lanjutan

Aliran pertama menentang perundang-undangan sebagai suatu cara


pembaharuan hukum, karena menurut pendapat aliran ini hukum tidak
mungkin dibuat, melainkan harus tumbuh sendiri dari kesadaran hukum
masyarakat. Sedangkan aliran kedua antara lain menggunakan peraturan
perundang-undangan sebagai sarana pembaharuan sebagai sarana
pembaharuan masyarakat disamping lembaga-lembaga hukum yang baru
seperti pengadilan, kepolisian dan lain-lain.
46
Teori

(Sunaryati Hartono):
Hukum harus mengikuti perubahan masyarakat dan hukum
selalu harus sesuai dengan kesadaran hukum masyarakat
dan Hukum merupakan alat perubahan masyarakat dan
karenanya kesadaran hukum masyarakatlah yang harus
diubah oleh hukum
ETIKA POLITIK
• Menurut Bertens, kata etika bisa dipakai dalam tiga arti. Pertama, etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan
norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya. Kedua,etika berarti juga kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksudkan disini adalah kode etik.
Ketiga, etika mempunyai arti lagi sebagai ilmu tentang yang baik atau yang buruk.
• Satu bangsa akan tegak jika tegak pula akhlaknya., sebaliknya, suatu bangsa akan runtuh jika runtuh pula
akhlaknya “Betapapun baiknya system, jika mentalitas atau etika orang-orangnya buruk, maka system itu juga
tidak akan berjalan dengan maksimal. Bahkan seringkali system itu akan disiasatinya secara semena-mena untuk
tujuan-tujuan kesenangan pribadi jangka pendek. Sebaliknya, dalam system yang buruk orang yang baik bisa
berubah menjadi buruh karena pengaruh sistem itu. Oleh karena itu pembangunan system haruslah dilakukan
secara simultan dengan pembangunan manusianya, terutama pembangunan manusianya, terutama
pembangunan akhlaknya” (Ridwan dan Muhadjirin, 2003:203)
• Selain soal politik, situasi rawan konflik ataupun perpecahan juga sangat dipengaruhi oleh ketiadaan sikap
kearifan dan sikap kenegarawaan, utamanya solidaritas kebangsaan, dikalangan elite banga. Menerima
pandangan naturalis bahwa kemajemuklan adalah suatu yang telah given (begitu adanya). Sesuatu yang diberikan
oleh Tuhan Yang Maha Esa. Sesuatu yang telah given itu mestinya tidak menjadi penyebab munculnya gejala
perpecahan dalam masyarakat. Oleh karena itu, fenomena perpecahan dan konflik-konflik horizontal seperti yang
terjadi akhir-akhir ini tentu sangat menyentuh kesadaran kolektif bangsa.
• Dalam suasana kemajemukan bangsa seperti itu, maka solidaritas bangsa menjadi faktor yang sangat penting dan
strategis untuk menjaga kerukunan dan integrasi bangsa. Untuk itu maka semangat kebangsaan yang penuh rasa
solidaritas serta mengayomi semua golongan, menjadi sangat diperlukan. Masalahnya, dalam konteks politik
seperti sekarang sulit sekali mencapai bentuk-bentuk kesepakatan tersebut. Situasi tarik manarik tetap mewarnai
solidaritas kehidupan berbangsa sampai saat ini
48 ETIKA POLITIK PANCASILA

Etika politik Pancasila sendiri sebenarnya merupakan percabangan


dari filsafat politik Pancasila sehingga baik buruknya suatu
perbuatan maupun perilaku politik akan dipandang menggunakan
dasar filsafat politik Pancasila.
Masalah etika, khususnya etika politik Pancasila, sangat
berhubungan dengan sila kedua dan dijiwai oleh keempat sila
Pancasila lainnya. Oleh karena itu, etika politik Pancasila dapat
diartikan sebagai perbuatan atau perilaku politik yang selaras
dengan sila Kemanusiaan yang adil dan beradab dan dijiwai oleh
sila ketiga, keempat, kelima dan pertama.
ALIRAN, PAHAM, ATAU IDEOLOGI ETIKA POLITIK

1. Individualisme, paham yang menggangap manusia secara pribadi perlu diperhatikan atau
mementingkan hak perseorangan disamping kepentingan masyarakat
2. Liberalisme, paham yang memberikan kebebasan kepada manusia untuk melakukan aktivitaas
ekonomi dan politik atau dengan kata lain, paham yang menjunjung tinggi martabat pribadi
manusia dan kemerdekaannya
3. Sosialisme, ajaran atau paham kenegaran dan ekonomi yang berusaha supaya harta benda,
industri dan perusahaan menjadi milik negara
4. Marxisme, ideologi ini berpandangan bahwa pelakuutama perubahan bukanlah individu-individu
tertentu, melainkan kelas-kelas sosial
5. Komunisme, merupakan paham atau ideologi dalam bidang politik yang menganur ajaran Karl
Marx dan Fredrich Engels
6. Pragmatisme, merupakan kepercayaan bahwa kebenaran atau nilai suatu ajaran (paham, doktrin,
gagasan, pernyataan, ucapan dan sebagainya ) bergantung pada penerapaannya bagi
kepentingan manusia.
7. Humanisme, aliran yang bertujuan menghidupkan rasa perikemanusiaan dan mencita-citakan
pergaulan hidup yang lebih baik
PERTEMUAN KEENAM
KONFIGURASI POLITIK DAN HUKUM PADA PERIODE
PEMERINTAHAN
Pergulatan Hukum dan Politik

51 • Fungsi dan peran hukum seringkali diintervensi/dipengaruhi oleh


kekuatan politik
• Konfigurasi politik mempengaruhi karakter produk hukum

Mengapa ? Hukum sebagai Produk Politik ?


• Bintan Ragen Saragih mendefinisikan konfigurasi politik hukum sebagai suatu kekuatan-kekuatan
politik yang riel dan eksis dalam suatu sistem politik. Konfigurasi ini biasanya muncul dalam wujud
52
partai-partai politik. Jika partai politik ini berperan secara nyata dalam sistem politik yang berlaku
dalam pengambilan kebijakan hukum maupun kebijakan lainnya, maka konfigurasi politik itu
adalah konfigurasi politik yang demokratis. Sedangkan apabila berlaku sebaliknya maka
konfigurasi politik itu adalah konfigurasi politik otoriter. Kekuatan politik juga nampak dalam
organisasi-organisasi kepentingan, tokoh berpengaruh dan sebagainya

• Mahfud MD, menggambarkan dua konsep politik hukum yaitu konfigurasi politik demokratis dan
konfigurasi politik otoriter. Konfigurasi politik demokratis adalah susunan sistem politik yang
membuka kesempatan bagi berperannya potensi rakyat secara penuh untuk ikut aktif menentukan
kebijakan umum. Partisipasi ini ditentukan atas asas mayoritas oleh wakil-wakil rakyat dalam
pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan
dalam suasana terjadinya kebebasan politik di negara demokrasi. Konfigurasi politik demokratis
melahirkan produk hukum responsif. Konfigurasi politik otoriter adalah susunan sistem politik yang
lebih memungkinkan negara berperan sangat aktif serta mengambil seluruh inisiatif dalam
pembuatan kebijakan negara. Konfigurasi ini dicirikan oleh dorongan elit kekuasaan untuk
memaksakan persatuan, penghapusan oposisi terbuka, dominasi pimpinan negara untuk
menentukan kebijakan negara dan dominasi kekuasaan politik oleh elit politik yang kekal.
Konfigurasi politik otoriter menghasilkan produk hukum yang berkarakter ortodoks.
KONFIGURASI POLITIK & PRODUK HUKUM (Machfud MD )
53

Konfigurasi Politik Karakter Produk Hukum

Demokratis Responsif/Otonom

Otoriter/nondemokratis Konservatif/Ortodoks
54 No Konfigurasi Politik Karakter Produk Hukum
Demokratis otoriter Responsif Konservatif
1 Parpol dan parlemen Parpol dan Pembuatannya Pembuatannya
berperan aktif menentukan parlemen lemah partisipatif bagi sentralistik di
kebijakan negara dan fungsinya masyrakat lembaga
lebih sebagai eksekutif
rubber staps
(Kemauan
Pemerintah)
2 Eksekutif bersifat netral Eksekutif bersifatIsinya aspiratif Isinya positivis
sebagai pelaksana intervensionis atas tuntutan intrumentalistik
masyarakat (kehendak
penguasa)
3 Pers Bebas Pers Terpasung, Cakupannya Cakupannya
terancam bersifat open cenderung
pembredelan interpretatitive limitative
Periode Perkembangan Politik di Indonesia

Periode 1945-1959 Periode 1959-1966 Periode 1966-1998 Periode 1998-Sekarang

Demokrasi Liberal Demokrasi terpimpin Demokrasi Pancasila Demokrasi Konstitutional


Reformis
56 Konfigurasi Politik Periode 1945-1959 (Demokrasi Liberal)

• Partai-partai sangat dominan menentukan arah perjalanan negara


melalui badan perwakilan rakyat
• Eksekutif berada pada kondisi yang lemah, sering jatuh bangun karena
mosi partai
• Kebebasan pers relative lebih baik, bahkan pada periode ini peraturan
sensor dan pembreidelan yang diberlakukan sejak zaman belanda
dicabut
• Berlaku 3(tiga ) Konstitusi , yakni : UUD 1945, Konstitusi RIS, dan UUDS
1950
Konfigurasi Politik Periode 1959-1966 (Orde Lama- Demokrasi
57 Terpimpin )

• Konfigurasi politiknya otoriter


• Partai-partai sangat lemah; kekuatan politik ditandai dengan
antaranya ( Soekarno – AD dan PKI)
• Eksekutif yang dipimpin oleh Presiden Soekarno sangat kuat,
apalagi merangkap sebagai ketua DPA yang dalam praktik
menjadi pembuat sekaligus selektor produk legislatif
• Kebebasan pers sangat terkekang; pada zaman ini terjadi
tindakan anti pers.
Konfigurasi Politik Periode 1966-1998 (Orde Baru- Demokrasi
58 Pancasila )

• Konfigurasi politik non-demokratis yang dilatarbelakangi oleh politik


pembangunan yang menekankan pada pembangunan ekonomi dengan
orientasi pada paradigma pertumbuhan. Paradigma ini menggunakan
security approach dalam rangka menciptakan stabilitas
• Partai politik hidup lemah, terkontrol secara ketat oleh eksekutif, lembaga
perwakilan penuh dengan tangan-tangan eksekutif
• Eksekutif sangat kuat dan intervensionis
• Kebebasan pers relative terkekang
Produk Hukum Periode 1945-1959 (Demokrasi Liberal)
59

• Pembuatan undang-undang (Pemilu dan Agraria) sangat partisipatif,


melibatkan DPR secara penuh
• Jaminan Kebebasan memilih sangat menonjol dan benar-benar
dilaksanakan
• Kepanitiaan pemilu diselenggarakan secara netral (Bukan Oleh
Pemerintah )
• Daerah sangat leluasa mengatur rumah tangganya sendiri dibawah asas
otonomi yang sleuasnya
• Kepada daerah dipilih langsung oleh rakyat, dimana pemerintah pusat
tidak campur tangan
Produk Hukum Periode 1959-1966 (Orde Lama –
60 Demokrasi terpimpin))

• UU Pemilu Tidak pernah dibuat karena tidak pernah ada pemilu


• Pemerintaan sangat sentralistik karena campur tangan pemerintah pusat
• Kepala Daerah sepenuhnya ditentukan oleh Pusat
• DPRD tidak diberikan peran apa2, bahkan keputusan2nya dapat
ditangguhkan kepala daerah
Produk Hukum Periode 1966-1998
61 (Orde Baru-Demokrasi pancasila)

• Ada pengangkatan wakil rakyat dalam jumlah besar yang secara praktis
mewakili kepentingan pemerintah
• Ada ruang yang sangat luas bagi pemerintah untuk membuat
interprestasi melalui berbagai peraturan pelaksanaan.
• Panitia Pemilu adalah aparat eksekutif , bukan dari lembaga yang netral
• Organ Pusat di Daerah misalnya penentuan Kepala Daerah
• Adanya mekanisme pengawasan preventif , represif dan umum dari
pusat terhadap daerah
Periode Perkembangan Politik di Indonesia
(Dalam Buku Machfud MD )

Periode Rezim Sistem Politik UU Pemilu UU Pemda UU Agraria


Pemerintahan

1945-1959 Demokrasi Liberal Demokratis Responsif Responsif Responsif

1959-1966 Demokrasi Terpimpin Otoriter Ortodoks/ Responsif


Orde Lama Konservatif/Elitis (dengan alasan
tertentu

1966-1998 Demokrasi Pancasila Otoriter Ortodoks/ Ortodoks/ Ortodoks/


Orde baru Konservatif Elitis Konservatif Elitis Konservatif Elitis
(parsial)

1998 - Demokrasi Demokratis Responsif responsif responsif


Sekarang Konstitusional
reformis
PERTEMUAN KETUJUH
SISTIM POLITIK HUKUM NASIONAL
Pengantar
64

1. Pengertian Sistem Hukum


Sistem hukum nasional terbentuk dari dua istilah, sistem dan hukum nasional.
Sistem diadaptasi dari bahasa yunani systema yang berarti suatu keseluruhan
yang tersusun dari sekian banyak bagian. Atau hubungan yang berlangsung
diantara satuan-satuan atau komponen-komponen secara teratur. Dalam bahasa
inggris, system mengandung arti susunan atau jaringan.
2. Sejarah Sistem Hukum Nasional
Pada masa setelah merdeka, bangsa Indonesia belum memiliki hukum tetapi
memanfaatkan peraturan peruu2an peninggalan kolonial dan sejak peninggalan
Belanda berdasarkan pertimbangan politik maka Indonesia sudah merubah nama
seperti KUHP dari Wetboek Straafrecht, KUHPer dari burgelijk wetboek, dll
3. Sistim Hukum Nasional
Hukum atau peraturan perundang-undangan yang didasarkan kepada landasan
ideologi dan konstitusional negara, yaitu Pancasila dan UUD 1945.
65
Teori Lawrence M. Friedman

Lawrence M. Friedman mengemukakan adanya 3


(tiga) pilar penting dalam pembangunan hukum, yakni
substansi (substance), struktur (structure), dan
budaya/kultur (culture). Secara ideal, ketiga pilar
pembangunan hukum nasional itu harus berjalan
serasi, selaras, dan seimbang karena ketiga hal
tersebut sangat berkaitan erat satu sama lain.
 
66
Sistem Politik Menurut David Easton

Teori easton melibatkan perumusan kerangka kerja umum, satu fokus pada sistem
secara utuh, satu perhatian pada pengaruh lingkungan terhadap sistim dan satu
pengakuan dari perbedaan antara kehidupan politik dalam keseimbangan
kekuasaan bagaimanapun juga berhungan dengan pembentukan dan pelaksanaan
politik kewenangan dalam satu masyarakat, kekuasaan berdasarkan pada
kemampuan untuk mempengatuhi tindakan pihak lain dan melaksanakan
mengontrol cara-cara yang dibuat pihak lain dan melaksanakan kebijakan-
kebijakan, keputusan yang menentukan kebijakan.
Kebijakan menurut Easton, sendiri dari jaringan keputusan dan tindakan yang
mengalokasikan nilai-nilai
Konsep kekuasaan, pengambil keputusan kewenangan dan kebijakan adalah
ensensial dalam gagasan kehidupan “politik eastin” sebagaimana alokasi nilai-nilai
kewenangan dalam masyarakat.
67
Sistem Politik Menurut David Easton

Teori easton melibatkan perumusan kerangka kerja umum, satu fokus pada sistem
secara utuh, satu perhatian pada pengaruh lingkungan terhadap sistim dan satu
pengakuan dari perbedaan antara kehidupan politik dalam keseimbangan
kekuasaan bagaimanapun juga berhungan dengan pembentukan dan pelaksanaan
politik kewenangan dalam satu masyarakat, kekuasaan berdasarkan pada
kemampuan untuk mempengatuhi tindakan pihak lain dan melaksanakan
mengontrol cara-cara yang dibuat pihak lain dan melaksanakan kebijakan-
kebijakan, keputusan yang menentukan kebijakan.
Kebijakan menurut Easton, sendiri dari jaringan keputusan dan tindakan yang
mengalokasikan nilai-nilai
Konsep kekuasaan, pengambil keputusan kewenangan dan kebijakan adalah
ensensial dalam gagasan kehidupan “politik eastin” sebagaimana alokasi nilai-nilai
kewenangan dalam masyarakat.
Permintaan
69

SOAL

Soal yang diberikan sama dengan UTS

Makalah untuk diberikan ke email


tiyar313@gmail.com
70
Soal (Harian)

1. Politik hukum itu merupakan arah kebijakan pengembangan hukum yang


berpijak dari sistem hukum nasional dalam upaya mencapai tujuan dan cita-cita
negara atau masyarakat suatu bangsa. Sehubungan dengan hal tersebut,
sebutkan tujuan negara Indonesia secara definitif
2. Politik hukum itu harus selalu ditujukan untuk mengakhiri tatanan sosial yang
timpang atau tidak adil dan menindas HAM, sehubungan dengan hal itu,
bagaimana pendapat saudara mengenai kebijakan negara atau pemerintah dalam
menangani koruptor –koruptor itu sudah tepat atau belum jelaskan
71 Soal (Harian)

1. Politik hukum memberikan pengaruh dalam pembentukan


hukum, jelaskan menurut saudara ?
2. Menurut saudara, bagaimana politik tanpa hukum ?
3. Menurut saudara, apakah hukum harus tunduk pada politik
atau politik harus tunduk pada hukum
Soal (Harian)
72

• Menurut Anda, Apakah Hukum Saat Ini di Indonesia sudah


mewujudkan Negara Kebahagian, apabila Sudah/Belum jelaskan dan
berikan contoh yang relevan dengan anda?
Soal (Harian)
73

Bapak/Ibu mencari proses alur mekanisme Peruu2an yang ada di


Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif......bisa Peraturannya maupun alur
prosesnya...disertakan analisis saudara dari aspek legalitasnya
maupun aspek materialitasnya. Contoh: Bapak/Ibu telah mempunyai
SOP penyusunan Peruu2an ditempat bapak/ibu, namun kira2 dari
aspek legalitasnya lemah atau sebaliknya dari aspek materialitasnya
kurang.
Soal (Harian)
74

• Menurut Anda, untuk di Indonesia Sistim hukum mana yang paling


cocok diterapkan di Indonesia
MAKALAH (UTS)

Bagaimana Pandangan anda mengenai


konfigurasi politik dan produk hukum Periode
pemerintahan dari Periode 1999-2004, Periode
2004 – 2014 , dan periode 2014 - 2021
76

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai