BIODATA PENGAMPU
2
1. Secara Etimologis
Politiea (Yunani) berasal dari kata polis (kesatuan
Pengertian Politik
masyarakat mengatur diri sendiri ) dan teia (urusan )
2. Secara Terminologis :
• Kepentingan umum para warga negara dari suatu
negara (Politics)
• Suatu kebijakan yang dirumuskan berdasarkan
pertimbangan tertentu (policy)
Sumbernya keduanya dari bahasa yunani, politika (berhubungan dengan negara) yang asalnya katanya polities (warga
negara) dan polis (negara kota ) atau stadsaat , yang secara historis dapat dikatakan bahwa politik mempunyai hubungan
dengan negara
Politik HUKUM ?
01 02
POLITIK ITU APA HUKUM ?
1. Politik hukum merupakan arah pembangunan hukum yang berpijak pada sistem hukum nasional untuk
mencapai tujuan dan cita-cita negara atau masyarakat bangsa. Hukum di Indonesia harus mengacu pada
cita-cita masyarakat bangsa, yakni tegaknya hukum yang demokratis dan berkeadilan sosial. Pembangunan
hukum harus ditujukan untuk mengakhiri tatanan sosial yang tidak adil dan menindas hak-hak asasi
manusia; dan karenanya politik hukum harus berorientasi pada cita-cita negara hukum yang didasarkan atas
prinsip-prinsip demokrasi dan berkeadilan sosial dalam satu masyarakat bangsa Indonesia yang bersatu,
sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945
2. HASILNYA YAITU PRODUK HUKUM
3. Tiap substansi produk hukum akan menunjukkan kepentingan-kepentingan dari penguasa, namun demikian
produk hukum harus terikat oleh syarat-syarat dasar rechstaat,seperti:
• Asas legalitas, bahwa setiap tindakan pemerintahan harus didasarkan atas dasar peraturan perundang-
undangan.
• Pembagian kekuasaan, bahwa kekuasaan negara tidak boleh bertumpu hanya pada satu tangan.
• Hak-hak dasar (groundrechten) sebagai sarana perlindungan hukum bagi rakyat dan sekaligus membatasi
kekuasaan pembentuk undang-undang.
• Pengawasan peradilan, bagi rakyat tersedia saluran melalui pengadilan yang bebas
• untuk menguji keabsahan tindak pemerintah.
9
TUJUAN POLITIK HUKUM
• Proses penggalian nilai-nilai dan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat oleh
penyelenggara negara yang berwenang merumuskan politik hukum
• Proses perdebatan dan perumusan nilai-nilai dan aspirasi tersebut kedalam bentuk
sebuah rancangan peraturan perundang-undangan oleh penyelenggara negara
yang berwenang merumuskan politik hukum
• Penyelenggara negara yang berwenang merumuskan dan menetapkan politik
hukum .
• Peraturan perundang-undangan yang memuat politik hukum
• Faktor –faktor yang mempengaruhi dan menentukan suatu politik hukum, baik yang
akan , dan yang telah ditetapkan
• Pelaksanaan dari peraturan perundang-undangan yang merupakan implementasi
dari politik hukum suatu negara
1. Satjipto Raharjo, mendefinisikan politik hukum sebagai aktivitas memilih dan cara yang
hendak dipakai untuk mencapai suatu tujuan sosial dengan hukum tertentu didalam
masyarakat yang cakupannya meliputi,
a. Tujuan apa yang hendak dicapai melalui sistim yang ada
b. Cara-cara apa dan yang mana yang dirasa paling baik untuk dipakai dalam mencapai tujuan
tersebut
c. Kapan waktunya dan melalui cara bagaimana hukum itu perlu dirubah
d. Dapatkan suatu pola yang baku....untuk lebih mudah dirumuskan dalam membantu
memutuskan proses pemilihan tujuan serta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut dengan
baik.
14 Hukum Sebagai Alat
1. Kebijakan asal kata dari “Bijak”, yang berarti selalu menggunakan akal
budinya, pandai,mahir.
2. Sementara kebijakan artinya garis haluan atau rangkaian konsep dan
azaz yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan
suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak tentang pemerintahan
organisasi dan sebagainya khusus dalam bidang hukum
3. Peraturan kebijakan merupakan wujud formal kebijakan yang ditetapkan oleh
pejabat administrasi negara berdasarkan asas diskresi tersebut. Bentuk
formal peraturan kebijakan dalam hal tertentu sering tidak berbeda atau tidak
dapat dibedakan dari format peraturan perundang-undangan....bentuknya biasanya
keputusan
17 Kebijakan Menurut Ahli
• Hukum merupakan produk politik sebagai formalisasi atau kristalisasi dari kehendak-kehendak
politik yang saling berinteraksi dan bersaingan, perbedaan pendapat para ahli tentang letak politik
hukum sebagai bagian dari ilmu hukum dan ada juga meletakkannya sebagai dari bagian ilmu
politik. Studi ini mengikuti pandangan bahwa politik hukum merupakan bagian dari ilmu hukum
diibaratkan sebagai pohon, filsafat akar , sedangkan politik merupakan pohonnya yang melahirkan
cabang-cabang berupa bidang hukum seperti hukum perdata, hukum pidana , hukum tata negara
dan sebagainya
• Hukum kausalitas antara hukum dan politik
1. Hukum determinan atas politik, bahwa kegiatan-kegiatan politik diatur oleh dan harus tunduk
pada aturan2 hukum
2. Politik determinan atas hukum, merupakan hasil atau kristalisasi politik yang saling berinteraksi
dan bersaingan
3. Politik dan hukum sebagai subsistem kemasyarakatan berada pada posisi derajat determinasi
seimbang antara satu dengan yang lain, karena meskipun hukum merupakan produk keputusan
politik, tetapi begitu hukum ada maka semua kegiatan politik harus tunduk pada aturan-aturan
hukum
19 Intervensi Politik Atas Hukum
1. Ketimpangan distribusi kekayaan, yaitu perbandingan kekayaan diantara sesama warga masyarakat atau
diantara kelompok dan golongan dalam masyarakat
2. Diskriminasi, yaitu perlakuan tidak adil terhadap orang atau sesuatu dengan menerapkan standar berbeda
terhadap subjek atau objek yang sama tidak adilnya dengan menerapkan standar yang sama terhadap subjek
atau objek yang berbeda
3. Diskriminasi berdasarkan SARA yaitu menilai atau memperlakukan orang atau kelompok orang secara
berbeda karena berbeda suku,agama dan keyakinan ras atau golongan
4. Prasangka, yaitu penilaian atau sikap positif negatif terhadap seseorang atau kelompok orang berdasarkan
kepercayaan dan keyakinan bukan berdasarkan fakta2
5. Sexism, yaitu perlakuan diskriminatif karena jenis kelamin terutama karena perempuan
6. Abeleism, yaitu perlakuan diskriminatif terhadap orang yang menyandang disabilitas
7. Ageism, yaitu perlakuan diskriminatif terhadap orang atas dasar usianya baik karena lebih tua maupun lebih
tua
8. Stereotyping , yaitu asumsi-asumsi atau penganggapan yang kita buat tentang sesuatu kelompok yang
digeneralisasikan atas dasar penilaian negatif terhadap satu atau beberapa orang saja dari anggota kelompok
9. Penindasan , yaitu penggunaan kekuasaan atau otoritas dengan cara yang kejam dan tidak manusiawi, satu
diantara bentuk penindasan yang paling kejam yang dikenal oleh umat manusia adalah pembasmian massal
Lanjutan
26
1. Sunaryati Hartono mengemukakan “hukum sebagai alat” sehingga secara praktis politik
hukum juga merupakan alat atau langkah yang dapat digunakan oleh Pemerintah untuk
menciptakan sistem hukum nasional untuk mencapai cita-cita bangsa dan tujuan negara
2. Hukum sebagai alat untuk mencapai tujuan negara, selain berpijak pada lima dasar
(Pancasila), juga harus berfungsi dan selalu berpijak pada empat prinsip cita hukum
(rechtsidee), yakni: (1) melindungi semua unsur bangsa (nation) demi keutuhan
(integrasi); (2) mewujudkan keadilan sosial dalam bidang ekonomi dan kemasyarakatan;
(3) mewujudkan kedaulatan rakyat (demokrasi) dan negara hukum (nomokrasi); (4)
menciptakan toleransi atas dasar kemanusiaan dan berkeadaban dalam hidup beragama.
Hukum Sebagai Sarana atau Alat Dalam Mewujudkan Tujuan Negara
29
• Satjipto Rahardjo mendefinisikan politik hukum sebagai aktivitas memilih dan cara yang hendak
dipakai untuk mencapai suatu tujuan sosial dan hukum tertentu dalam masyarakat.
• Padmo Wahjono dalam bukunya “Indonesia Negara Berdasarkan atas Hukum” mendefinisikan
politik hukum sebagai kebijakan dasar yang menentukan arah, bentuk maupun isi dari hukum yang
akan.
Dari pengertian tersebut terlihat politik hukum mencakup proses pembuatan dan pelaksanaan hukum
yang dapat menunjukkan sifat dan ke arah mana hukum akan dibangun dan ditegakkan.
PERTEMUAN KEEMPAT
Politik Hukum Nasional
Pengantar
31
1. Politik hukum Indonesia, diatur didalam UUD 1945 Pasal .....
2. Tujuan dari politik hukum nasional sebagai suatu alat atau sarana dan langkah
yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk menciptakan suatu sistim hukum
nasional yang dikehendaki. sehingga akan tercipta cita-cita bangsa yang yang
lebih besar
3. Dari tujuan tersebut bahwa, tujuan daripembentukan politik hukum nasional
adalah untuk membentuk/menyusun/menetapkan sistimhukum nasional yang
akan berlaku di suatu wilayah
4. Khusus di Indonesia tercantum dalam UUD 1945 alinea 4 yang berbunyi :
a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
b. Memajukan kesejahteraan umum
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial
Tujuan politik hukum nasional meliputi dua aspek yang saling berkaitan:
1. Sebagai
32 suatu alat (tool) atau sarana dan langkah yang dapat digunakan oleh
pemerintah untuk menciptakan suatu sistem hukum nasional yang dikehendaki;
dan
2. Dengan sistem hukum nasional itu akan diwujudkan cita-cita bangsa Indonesia
yang lebih besar.
Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa Pembukaan dan Pasal-pasal UUD 1945
merupakan sumber dari keseluruhan politik hukum nasional Indonesia. Penegasan
keduanya sebagai sumber politik hukum nasional didasarkan pada dua alasan yaitu :
3. Pembukaan dan Pasal-Pasal UUD 1945 memuat tujuan, dasar, cita hukum dan
norma dasar negara Indonesia yang harus menjadi tujuan dan pijakan dari politik
hukum di Indonesia.
4. Pembukaan dan Pasal-pasal UUD 1945 mengandung nilai-nilai khas yang
bersumber dari pandangan dan budaya bangsa Indonesia yang diwariskan oleh
nenek moyang sejak berabad-abad yang lalu
Pemisahan Kekuasaan Negara
33
• Kebijakan dasar dari negara mengenai bidang hukum yang akan dibentuk dan ditegakkan untuk
mencapai tujuan negara Salah satu tuntutan yang paling mendasar dalam gerakan reformasi 1998
adalah pembenahan sistem hukum yang kemudian menghasilkan adanya 4 (empat) kali perubahan
atau amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun
1945).
• Arah pembangunan hukum bukan sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan terintegrasi dengan arah
pembangunan di bidang lainnya memerlukan penyerasian. Betapapun arah pembangunan hukum
bertitik tolak pada garis-garis besar gagasan dalam UUD NRI Tahun 1945, dibutuhkan penyelarasan
dengan tingkat perkembangan masyarakat yang dimimpikan akan tercipta pada masa depan.
Pembangunan hukum tidak identik dan tidak boleh diidentikan dengan pembangunan undang-
undang atau peraturan perundangan menurut istilah yang lazim digunakan di Indonesia. Membentuk
undang-undang sebanyak-banyaknya, tidak berarti sama dengan membentuk hukum. Negara
hukum bukan negara undang-undang. Pembentukan undang-undang hanya bermakna
pembentukan norma hukum. Padahal tatanan sosial, ekonomi budaya, dan politik bukan tatanan
normatif semata. Karena itulah maka diperlukan ruh tertentu agar tatanan tersebut memiliki
kapasitas.
Teori
37
Menurut Machfud, Politik Hukum Nasional harus berpijak pada kerangka dasar :
a. Politik hukum nasional harus selalu mengarah pada cita-cita bangsa, yakni masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila.
b. Politik hukum nasional harus ditujukan untuk mencapai tujuan negara yakni, melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
c. Politik hukum nasional harus dipandu oleh nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara, yakni: berbasis moral
agama, menghargai dan melindungi hak-hak asasi manusia tanpa diskriminasi, mempersatukan seluruh unsur
bangsa dengan semua ikatan promordialnya, meletakkan kekuasaan di bawah kekuasaan rakyat, membangun
keadilan sosial.
d. Politik hukum nasional harus dipandu oleh keharusan untuk : melindungi semua unsur bangsa demi integrasi
atau keutuhan bangsa yang mencakup ideologi dan teritori, mewujudkan keadilan sosial dalam ekonomi dan
kemasyarakatan, mewujudkan demokrasi (kedaulatan rakyat) dan nomokrasi (kedaulatan hukum),
menciptakan toleransi hidup beragama berdasarkan keadaban dan kemanusiaan.
e. Sistem hukum nasional yang harus dibangun adalah sistem hukum Pancasila, yakni sistem hukum yang
mengambil atau memadukan berbagai nilai kepentingan, nilai sosial, dan konsep keadilan ke dalam satu
ikatan hukum prismatik dengan mengambil unsur-unsur baiknya.
38 Kesimpulan
Dalam upaya menjadikan hukum sebagai proses pencapaian cita-cita dan tujuan negara, politik hukum nasional harus
berpijak pada kerangka dasar sebagai berikut :
1. Politik hukum nasional harus selalu mengarah pada cita-cita bangsa, yakni masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila.
2. Politik hukum nasional harus ditujukan untuk mencapai tujuan negara yakni, melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, melaksanakan ketertiban
dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
3. Politik hukum nasional harus dipandu oleh nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara, yakni: berbasis moral agama,
menghargai dan melindungi hak-hak asasi manusia tanpa diskriminasi, mempersatukan seluruh unsur bangsa dengan
semua ikatan promordialnya, meletakkan kekuasaan di bawah kekuasaan rakyat, membangun keadilan sosial.
4. Politik hukum nasional harus dipandu oleh keharusan untuk : melindungi semua unsur bangsa demi integrasi atau
keutuhan bangsa yang mencakup ideologi dan teritori, mewujudkan keadilan sosial dalam ekonomi dan kemasyarakatan,
mewujudkan demokrasi (kedaulatan rakyat) dan nomokrasi (kedaulatan hukum), menciptakan toleransi hidup beragama
berdasarkan keadaban dan kemanusiaan.
5. Sistem hukum nasional yang harus dibangun adalah sistem hukum Pancasila, yakni sistem hukum yang mengambil atau
memadukan berbagai nilai kepentingan, nilai sosial, dan konsep keadilan ke dalam satu ikatan hukum prismatik dengan
mengambil unsur-unsur baiknya.
AspekPolitik Hukum Nasional
39
1. Konteks tujuan yang akan diciptakan untuk mewujudkan cita-cita
2. Letak rumusan politik hukum nasional
3. Penyelenggara Negara dan Mekanisme Perumusan politik hukum nasional
4. Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pembentukan politik hukum
suatu negara
Dari sini baru melihat, sebatas membahas proses pembentukan politik hukum belum
berbicara pada tataran penerapan dalam bentuk pelaksanaan produk hukum yang
merupakan konsekuensi politis dari sebuah politik hukum
Tugasnya : Bapak/Ibu mencari proses alur mekanisme Peruu2an yang ada di Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif......bisa
Peraturannya maupun alur prosesnya...disertakan analisis saudara dari aspek legalitasnya maupun aspek
materialitasnya. Contoh: Bapak/Ibu telah mempunyai SOP penyusunan Peruu2an ditempat bapak/ibu, namun kira2
dari aspek legalitasnya lemah atau sebaliknya dari aspek materialitasnya kurang.
40
Karakteristik Politik Hukum Nasional
1.Pengantar
2.Pembaharuan Politik Hukum
3.Etika Politik
PEMBAHARUAN
44 KEHIDUPAN POLITIK HUKUM
• Setelah perang Dunia Pertama terjadi perubahan paradigma atas peranan hukum dari
pemahaman yang agak statis terutama sesuai dengan aliran mazhab sejarah, mengalami
perkembangan pemahaman seabgai sarana perubahan atau transformasi social, hal ini lahir
melalui karya-karya gemilang Roescoe Pound yang memandang hukum sebagai “tool of social
engineering” dengan pemikiran untuk menuju masyarakat yang dicita-citakan.
• Perubahan masyarakat bisa berlangsung dengan dua hal, yaitu secara revolusioner dan
evolusioner. Perubahan secara revolusioner dalam hukum tidak memberikan mafaat bahkan
mungkin sangat berakibat kepada bahaya-bahaya social “social hazard” atau goncangan
social. Secara umum perubahan hukum lebih dikehendaki bertahap atau evolusioner, hal
seperti itu dipandang dapat mengatasi gejolak social yang mungkin terjadi.
• Oleh karena itu, pemikiran tentang peranan hukum sebagai sarana perubahan dan
pembangunan ditempatkan pada tataran persepsi yang menghendaki kesepakatan bersama,
sehingga dapat dikenali sifat, hakekat, konsekuensi yang akan timbul, dan tingkat kesadaran
dari masing-masing komponen yang terkait dengan hukum. Penempatan hukum sebagai
sarana perubahan dan pembangunan berate merupakan sebuah bukti tentang adanya
kesadaran atas pengaruh timbale balik antara hukum dan masyarakat yakni kemana hukum itu
diarahkan baik untuk mengubah maupun untuk membangun masyarakat
45
Lanjutan
(Sunaryati Hartono):
Hukum harus mengikuti perubahan masyarakat dan hukum
selalu harus sesuai dengan kesadaran hukum masyarakat
dan Hukum merupakan alat perubahan masyarakat dan
karenanya kesadaran hukum masyarakatlah yang harus
diubah oleh hukum
ETIKA POLITIK
• Menurut Bertens, kata etika bisa dipakai dalam tiga arti. Pertama, etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan
norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya. Kedua,etika berarti juga kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksudkan disini adalah kode etik.
Ketiga, etika mempunyai arti lagi sebagai ilmu tentang yang baik atau yang buruk.
• Satu bangsa akan tegak jika tegak pula akhlaknya., sebaliknya, suatu bangsa akan runtuh jika runtuh pula
akhlaknya “Betapapun baiknya system, jika mentalitas atau etika orang-orangnya buruk, maka system itu juga
tidak akan berjalan dengan maksimal. Bahkan seringkali system itu akan disiasatinya secara semena-mena untuk
tujuan-tujuan kesenangan pribadi jangka pendek. Sebaliknya, dalam system yang buruk orang yang baik bisa
berubah menjadi buruh karena pengaruh sistem itu. Oleh karena itu pembangunan system haruslah dilakukan
secara simultan dengan pembangunan manusianya, terutama pembangunan manusianya, terutama
pembangunan akhlaknya” (Ridwan dan Muhadjirin, 2003:203)
• Selain soal politik, situasi rawan konflik ataupun perpecahan juga sangat dipengaruhi oleh ketiadaan sikap
kearifan dan sikap kenegarawaan, utamanya solidaritas kebangsaan, dikalangan elite banga. Menerima
pandangan naturalis bahwa kemajemuklan adalah suatu yang telah given (begitu adanya). Sesuatu yang diberikan
oleh Tuhan Yang Maha Esa. Sesuatu yang telah given itu mestinya tidak menjadi penyebab munculnya gejala
perpecahan dalam masyarakat. Oleh karena itu, fenomena perpecahan dan konflik-konflik horizontal seperti yang
terjadi akhir-akhir ini tentu sangat menyentuh kesadaran kolektif bangsa.
• Dalam suasana kemajemukan bangsa seperti itu, maka solidaritas bangsa menjadi faktor yang sangat penting dan
strategis untuk menjaga kerukunan dan integrasi bangsa. Untuk itu maka semangat kebangsaan yang penuh rasa
solidaritas serta mengayomi semua golongan, menjadi sangat diperlukan. Masalahnya, dalam konteks politik
seperti sekarang sulit sekali mencapai bentuk-bentuk kesepakatan tersebut. Situasi tarik manarik tetap mewarnai
solidaritas kehidupan berbangsa sampai saat ini
48 ETIKA POLITIK PANCASILA
1. Individualisme, paham yang menggangap manusia secara pribadi perlu diperhatikan atau
mementingkan hak perseorangan disamping kepentingan masyarakat
2. Liberalisme, paham yang memberikan kebebasan kepada manusia untuk melakukan aktivitaas
ekonomi dan politik atau dengan kata lain, paham yang menjunjung tinggi martabat pribadi
manusia dan kemerdekaannya
3. Sosialisme, ajaran atau paham kenegaran dan ekonomi yang berusaha supaya harta benda,
industri dan perusahaan menjadi milik negara
4. Marxisme, ideologi ini berpandangan bahwa pelakuutama perubahan bukanlah individu-individu
tertentu, melainkan kelas-kelas sosial
5. Komunisme, merupakan paham atau ideologi dalam bidang politik yang menganur ajaran Karl
Marx dan Fredrich Engels
6. Pragmatisme, merupakan kepercayaan bahwa kebenaran atau nilai suatu ajaran (paham, doktrin,
gagasan, pernyataan, ucapan dan sebagainya ) bergantung pada penerapaannya bagi
kepentingan manusia.
7. Humanisme, aliran yang bertujuan menghidupkan rasa perikemanusiaan dan mencita-citakan
pergaulan hidup yang lebih baik
PERTEMUAN KEENAM
KONFIGURASI POLITIK DAN HUKUM PADA PERIODE
PEMERINTAHAN
Pergulatan Hukum dan Politik
• Mahfud MD, menggambarkan dua konsep politik hukum yaitu konfigurasi politik demokratis dan
konfigurasi politik otoriter. Konfigurasi politik demokratis adalah susunan sistem politik yang
membuka kesempatan bagi berperannya potensi rakyat secara penuh untuk ikut aktif menentukan
kebijakan umum. Partisipasi ini ditentukan atas asas mayoritas oleh wakil-wakil rakyat dalam
pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan
dalam suasana terjadinya kebebasan politik di negara demokrasi. Konfigurasi politik demokratis
melahirkan produk hukum responsif. Konfigurasi politik otoriter adalah susunan sistem politik yang
lebih memungkinkan negara berperan sangat aktif serta mengambil seluruh inisiatif dalam
pembuatan kebijakan negara. Konfigurasi ini dicirikan oleh dorongan elit kekuasaan untuk
memaksakan persatuan, penghapusan oposisi terbuka, dominasi pimpinan negara untuk
menentukan kebijakan negara dan dominasi kekuasaan politik oleh elit politik yang kekal.
Konfigurasi politik otoriter menghasilkan produk hukum yang berkarakter ortodoks.
KONFIGURASI POLITIK & PRODUK HUKUM (Machfud MD )
53
Demokratis Responsif/Otonom
Otoriter/nondemokratis Konservatif/Ortodoks
54 No Konfigurasi Politik Karakter Produk Hukum
Demokratis otoriter Responsif Konservatif
1 Parpol dan parlemen Parpol dan Pembuatannya Pembuatannya
berperan aktif menentukan parlemen lemah partisipatif bagi sentralistik di
kebijakan negara dan fungsinya masyrakat lembaga
lebih sebagai eksekutif
rubber staps
(Kemauan
Pemerintah)
2 Eksekutif bersifat netral Eksekutif bersifatIsinya aspiratif Isinya positivis
sebagai pelaksana intervensionis atas tuntutan intrumentalistik
masyarakat (kehendak
penguasa)
3 Pers Bebas Pers Terpasung, Cakupannya Cakupannya
terancam bersifat open cenderung
pembredelan interpretatitive limitative
Periode Perkembangan Politik di Indonesia
• Ada pengangkatan wakil rakyat dalam jumlah besar yang secara praktis
mewakili kepentingan pemerintah
• Ada ruang yang sangat luas bagi pemerintah untuk membuat
interprestasi melalui berbagai peraturan pelaksanaan.
• Panitia Pemilu adalah aparat eksekutif , bukan dari lembaga yang netral
• Organ Pusat di Daerah misalnya penentuan Kepala Daerah
• Adanya mekanisme pengawasan preventif , represif dan umum dari
pusat terhadap daerah
Periode Perkembangan Politik di Indonesia
(Dalam Buku Machfud MD )
Teori easton melibatkan perumusan kerangka kerja umum, satu fokus pada sistem
secara utuh, satu perhatian pada pengaruh lingkungan terhadap sistim dan satu
pengakuan dari perbedaan antara kehidupan politik dalam keseimbangan
kekuasaan bagaimanapun juga berhungan dengan pembentukan dan pelaksanaan
politik kewenangan dalam satu masyarakat, kekuasaan berdasarkan pada
kemampuan untuk mempengatuhi tindakan pihak lain dan melaksanakan
mengontrol cara-cara yang dibuat pihak lain dan melaksanakan kebijakan-
kebijakan, keputusan yang menentukan kebijakan.
Kebijakan menurut Easton, sendiri dari jaringan keputusan dan tindakan yang
mengalokasikan nilai-nilai
Konsep kekuasaan, pengambil keputusan kewenangan dan kebijakan adalah
ensensial dalam gagasan kehidupan “politik eastin” sebagaimana alokasi nilai-nilai
kewenangan dalam masyarakat.
67
Sistem Politik Menurut David Easton
Teori easton melibatkan perumusan kerangka kerja umum, satu fokus pada sistem
secara utuh, satu perhatian pada pengaruh lingkungan terhadap sistim dan satu
pengakuan dari perbedaan antara kehidupan politik dalam keseimbangan
kekuasaan bagaimanapun juga berhungan dengan pembentukan dan pelaksanaan
politik kewenangan dalam satu masyarakat, kekuasaan berdasarkan pada
kemampuan untuk mempengatuhi tindakan pihak lain dan melaksanakan
mengontrol cara-cara yang dibuat pihak lain dan melaksanakan kebijakan-
kebijakan, keputusan yang menentukan kebijakan.
Kebijakan menurut Easton, sendiri dari jaringan keputusan dan tindakan yang
mengalokasikan nilai-nilai
Konsep kekuasaan, pengambil keputusan kewenangan dan kebijakan adalah
ensensial dalam gagasan kehidupan “politik eastin” sebagaimana alokasi nilai-nilai
kewenangan dalam masyarakat.
Permintaan
69
SOAL
Terimakasih