POLITIK HUKUM
2023
A. Dimensi Politik Pembentukan Perundang-Undangan Indonesia
Dimensi politik memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat. Dimensi politik dapat
digunakan untuk memahami bagaimana kekuasaan dan pengambilan keputusan didistribusikan di
masyarakat, serta bagaimana kebijakan publik dibuat dan diterapkan. Politik hukum pembentukan
perundang-undangan Indonesia memiliki dimensi yang luas, meliputi :
Dimensi filosofis berkaitan dengan nilai-nilai dasar yang menjadi landasan pembentukan perundang-
undangan. Nilai-nilai dasar tersebut antara lain:
1. Nilai Pancasila, sebagai dasar negara dan ideologi bangsa Indonesia.
2. Nilai-nilai universal, seperti nilai-nilai demokrasi, keadilan, dan hak asasi manusia.
Dimensi sosiologis berkaitan dengan kondisi sosial masyarakat yang menjadi latar belakang
pembentukan perundang-undangan. Kondisi sosial masyarakat tersebut antara lain:
1. Struktur sosial masyarakat, seperti masyarakat majemuk dan heterogen.
2. Kebutuhan masyarakat, seperti kebutuhan akan kepastian hukum, keadilan, dan kesejahteraan.
Dimensi yuridis berkaitan dengan ketentuan hukum yang mengatur pembentukan perundang-
undangan. Ketentuan hukum tersebut antara lain:
1. UUD NRI Tahun 1945, yang mengatur tentang pembentukan undang-undang.
2. UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, yang
mengatur secara teknis tentang pembentukan peraturan perundang-undangan.
Dimensi teknis berkaitan dengan prosedur dan tata cara pembentukan perundang-undangan. Prosedur
dan tata cara tersebut antara lain:
1. Proses perencanaan, yang meliputi penyusunan program legislasi nasional (Prolegnas).
2. Proses pembahasan, yang meliputi penyusunan dan pembahasan draf peraturan perundang-
undangan.
3. Proses pengesahan, yang meliputi penetapan dan pengundangan peraturan perundang-
undangan.
Sasaran Politik Pembentukan Perundang-Undangan Indonesia
Sasaran politik pembentukan perundang-undangan Indonesia adalah untuk mewujudkan sistem
hukum nasional yang:
1. Pancasila, yaitu sistem hukum yang bersumber dari Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.
2. Maju, yaitu sistem hukum yang mampu menjawab tantangan dan dinamika kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3. Adil, yaitu sistem hukum yang menjamin keadilan bagi semua orang.
4. Efektif, yaitu sistem hukum yang mampu dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Untuk mewujudkan sasaran tersebut, diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas peraturan
perundang-undangan, seperti:
1. Peningkatan kualitas proses pembentukan peraturan perundang-undangan, melalui
penyusunan Prolegnas yang berkualitas, penyusunan draf peraturan perundang-undangan
yang berkualitas, dan pembahasan draf peraturan perundang-undangan yang berkualitas.
2. Peningkatan kepastian hukum, melalui konsistensi dan harmonisasi peraturan perundang-
undangan.
3. Peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap peraturan perundang-undangan, melalui
sosialisasi dan diseminasi peraturan perundang-undangan.
Upaya-upaya tersebut diharapkan dapat mewujudkan sistem hukum nasional yang mampu
memberikan kepastian hukum, keadilan, dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
1. Pengaruh politik terhadap kekuatan hukum
a. Pengaruh Politik terhadap Kekuatan Hukum
Hukum merupakan salah satu pilar penting dalam kehidupan bernegara. Hukum berfungsi untuk
mengatur kehidupan masyarakat, menjaga ketertiban dan keamanan, serta mewujudkan keadilan.
Kekuatan hukum merupakan salah satu unsur penting dalam hukum, yang berkaitan dengan
kemampuan hukum untuk ditaati dan dilaksanakan oleh masyarakat.
Pengaruh politik terhadap kekuatan hukum dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi positif dan sisi negatif.
a) Sisi Positif
Pada sisi positif, politik dapat menjadi faktor yang mendorong peningkatan kekuatan hukum. Hal ini
dapat terjadi jika politik mampu mendorong terciptanya hukum yang berkualitas, yaitu hukum yang:
1. Bersumber dari Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945, sebagai dasar negara dan ideologi
bangsa Indonesia.
2. Mampu menjawab tantangan dan dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
3. Menjamin keadilan bagi semua orang.
4. Mampu dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Hukum yang berkualitas akan lebih mudah diterima dan ditaati oleh masyarakat. Hal ini karena
hukum tersebut selaras dengan nilai-nilai dasar bangsa Indonesia, mampu menjawab kebutuhan
masyarakat, dan memberikan keadilan bagi semua orang.
b) Sisi Negatif
Pada sisi negatif, politik dapat menjadi faktor yang menghambat kekuatan hukum. Hal ini dapat
terjadi jika politik:
1. Digunakan untuk kepentingan kelompok tertentu, sehingga mengabaikan kepentingan umum.
2. Mengutamakan kepentingan jangka pendek, sehingga mengabaikan kepentingan jangka
panjang.
3. Bersifat pragmatis, sehingga mengabaikan nilai-nilai dasar hukum.
Hukum yang dibuat dengan pertimbangan politik yang tidak tepat akan sulit diterima dan ditaati oleh
masyarakat. Hal ini karena hukum tersebut tidak selaras dengan nilai-nilai dasar bangsa Indonesia,
tidak mampu menjawab kebutuhan masyarakat, dan tidak memberikan keadilan bagi semua orang.
b. Beberapa Contoh Pengaruh Politik terhadap Kekuatan Hukum
Berikut ini adalah beberapa contoh pengaruh politik terhadap kekuatan hukum:
a) Pengaruh politik terhadap proses pembentukan hukum.
Proses pembentukan hukum yang dipengaruhi oleh kepentingan politik dapat menyebabkan hukum
yang dihasilkan tidak berkualitas. Hal ini karena hukum tersebut dibuat untuk kepentingan kelompok
tertentu, bukan untuk kepentingan umum.
b) Pengaruh politik terhadap penegakan hukum.
Penegakan hukum yang dipengaruhi oleh kepentingan politik dapat menyebabkan hukum tidak
ditegakkan secara adil. Hal ini karena hukum hanya ditegakkan terhadap kelompok tertentu,
sedangkan kelompok lain tidak ditegakkan.
c) Pengaruh politik terhadap penegak hukum.
Penegak hukum yang dipengaruhi oleh kepentingan politik dapat menyebabkan penegak hukum tidak
profesional. Hal ini karena penegak hukum lebih mengutamakan kepentingan politik daripada
kepentingan hukum.
c. Upaya Mengatasi Pengaruh Politik yang Negatif terhadap Kekuatan Hukum
Untuk mengatasi pengaruh politik yang negatif terhadap kekuatan hukum, diperlukan upaya-upaya
sebagai berikut:
a) Menegakkan supremasi hukum.
Supremasi hukum berarti bahwa hukum harus menjadi panglima tertinggi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Upaya untuk menegakkan supremasi hukum dapat
dilakukan dengan memperkuat lembaga-lembaga hukum, seperti Mahkamah Agung dan Komisi
Pemberantasan Korupsi.
b) Meningkatkan kualitas demokrasi.
Demokrasi yang berkualitas dapat menjadi sarana untuk meminimalisir pengaruh politik yang negatif
terhadap hukum. Hal ini karena dalam demokrasi, semua pihak memiliki hak untuk berpartisipasi
dalam proses pembentukan hukum.
c) Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat.
Kesadaran hukum masyarakat yang tinggi dapat menjadi faktor yang mendorong terciptanya hukum
yang berkualitas dan ditaati oleh masyarakat.
Upaya-upaya tersebut diharapkan dapat mewujudkan sistem hukum yang kuat dan adil, sehingga
mampu memberikan kepastian hukum, keadilan, dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.