Anda di halaman 1dari 7

KELOMPOK 11

POLITIK HUKUM

Dimensi dan Sasaran Politik Pambukan Perundang-undagan Indonesia


Dosen Pengampu: Dr. M. Nursi, M.Si

Disusun Oleh kelompok :

Etereda beyete (2110013311002 )


Rilo Gama Fadhli Rohim (2110013311003)
Dinda Puspita (2110013311007)

Program Studi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan

Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Bung Hatta

2023
A. Dimensi Politik Pembentukan Perundang-Undangan Indonesia
Dimensi politik memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat. Dimensi politik dapat
digunakan untuk memahami bagaimana kekuasaan dan pengambilan keputusan didistribusikan di
masyarakat, serta bagaimana kebijakan publik dibuat dan diterapkan. Politik hukum pembentukan
perundang-undangan Indonesia memiliki dimensi yang luas, meliputi :
Dimensi filosofis berkaitan dengan nilai-nilai dasar yang menjadi landasan pembentukan perundang-
undangan. Nilai-nilai dasar tersebut antara lain:
1. Nilai Pancasila, sebagai dasar negara dan ideologi bangsa Indonesia.
2. Nilai-nilai universal, seperti nilai-nilai demokrasi, keadilan, dan hak asasi manusia.
Dimensi sosiologis berkaitan dengan kondisi sosial masyarakat yang menjadi latar belakang
pembentukan perundang-undangan. Kondisi sosial masyarakat tersebut antara lain:
1. Struktur sosial masyarakat, seperti masyarakat majemuk dan heterogen.
2. Kebutuhan masyarakat, seperti kebutuhan akan kepastian hukum, keadilan, dan kesejahteraan.
Dimensi yuridis berkaitan dengan ketentuan hukum yang mengatur pembentukan perundang-
undangan. Ketentuan hukum tersebut antara lain:
1. UUD NRI Tahun 1945, yang mengatur tentang pembentukan undang-undang.
2. UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, yang
mengatur secara teknis tentang pembentukan peraturan perundang-undangan.
Dimensi teknis berkaitan dengan prosedur dan tata cara pembentukan perundang-undangan. Prosedur
dan tata cara tersebut antara lain:
1. Proses perencanaan, yang meliputi penyusunan program legislasi nasional (Prolegnas).
2. Proses pembahasan, yang meliputi penyusunan dan pembahasan draf peraturan perundang-
undangan.
3. Proses pengesahan, yang meliputi penetapan dan pengundangan peraturan perundang-
undangan.
Sasaran Politik Pembentukan Perundang-Undangan Indonesia
Sasaran politik pembentukan perundang-undangan Indonesia adalah untuk mewujudkan sistem
hukum nasional yang:
1. Pancasila, yaitu sistem hukum yang bersumber dari Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.
2. Maju, yaitu sistem hukum yang mampu menjawab tantangan dan dinamika kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3. Adil, yaitu sistem hukum yang menjamin keadilan bagi semua orang.
4. Efektif, yaitu sistem hukum yang mampu dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Untuk mewujudkan sasaran tersebut, diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas peraturan
perundang-undangan, seperti:
1. Peningkatan kualitas proses pembentukan peraturan perundang-undangan, melalui
penyusunan Prolegnas yang berkualitas, penyusunan draf peraturan perundang-undangan
yang berkualitas, dan pembahasan draf peraturan perundang-undangan yang berkualitas.
2. Peningkatan kepastian hukum, melalui konsistensi dan harmonisasi peraturan perundang-
undangan.
3. Peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap peraturan perundang-undangan, melalui
sosialisasi dan diseminasi peraturan perundang-undangan.
Upaya-upaya tersebut diharapkan dapat mewujudkan sistem hukum nasional yang mampu
memberikan kepastian hukum, keadilan, dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
1. Pengaruh politik terhadap kekuatan hukum
a. Pengaruh Politik terhadap Kekuatan Hukum
Hukum merupakan salah satu pilar penting dalam kehidupan bernegara. Hukum berfungsi untuk
mengatur kehidupan masyarakat, menjaga ketertiban dan keamanan, serta mewujudkan keadilan.
Kekuatan hukum merupakan salah satu unsur penting dalam hukum, yang berkaitan dengan
kemampuan hukum untuk ditaati dan dilaksanakan oleh masyarakat.
Pengaruh politik terhadap kekuatan hukum dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi positif dan sisi negatif.
a) Sisi Positif
Pada sisi positif, politik dapat menjadi faktor yang mendorong peningkatan kekuatan hukum. Hal ini
dapat terjadi jika politik mampu mendorong terciptanya hukum yang berkualitas, yaitu hukum yang:
1. Bersumber dari Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945, sebagai dasar negara dan ideologi
bangsa Indonesia.
2. Mampu menjawab tantangan dan dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
3. Menjamin keadilan bagi semua orang.
4. Mampu dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Hukum yang berkualitas akan lebih mudah diterima dan ditaati oleh masyarakat. Hal ini karena
hukum tersebut selaras dengan nilai-nilai dasar bangsa Indonesia, mampu menjawab kebutuhan
masyarakat, dan memberikan keadilan bagi semua orang.
b) Sisi Negatif
Pada sisi negatif, politik dapat menjadi faktor yang menghambat kekuatan hukum. Hal ini dapat
terjadi jika politik:
1. Digunakan untuk kepentingan kelompok tertentu, sehingga mengabaikan kepentingan umum.
2. Mengutamakan kepentingan jangka pendek, sehingga mengabaikan kepentingan jangka
panjang.
3. Bersifat pragmatis, sehingga mengabaikan nilai-nilai dasar hukum.
Hukum yang dibuat dengan pertimbangan politik yang tidak tepat akan sulit diterima dan ditaati oleh
masyarakat. Hal ini karena hukum tersebut tidak selaras dengan nilai-nilai dasar bangsa Indonesia,
tidak mampu menjawab kebutuhan masyarakat, dan tidak memberikan keadilan bagi semua orang.
b. Beberapa Contoh Pengaruh Politik terhadap Kekuatan Hukum
Berikut ini adalah beberapa contoh pengaruh politik terhadap kekuatan hukum:
a) Pengaruh politik terhadap proses pembentukan hukum.
Proses pembentukan hukum yang dipengaruhi oleh kepentingan politik dapat menyebabkan hukum
yang dihasilkan tidak berkualitas. Hal ini karena hukum tersebut dibuat untuk kepentingan kelompok
tertentu, bukan untuk kepentingan umum.
b) Pengaruh politik terhadap penegakan hukum.
Penegakan hukum yang dipengaruhi oleh kepentingan politik dapat menyebabkan hukum tidak
ditegakkan secara adil. Hal ini karena hukum hanya ditegakkan terhadap kelompok tertentu,
sedangkan kelompok lain tidak ditegakkan.
c) Pengaruh politik terhadap penegak hukum.
Penegak hukum yang dipengaruhi oleh kepentingan politik dapat menyebabkan penegak hukum tidak
profesional. Hal ini karena penegak hukum lebih mengutamakan kepentingan politik daripada
kepentingan hukum.
c. Upaya Mengatasi Pengaruh Politik yang Negatif terhadap Kekuatan Hukum
Untuk mengatasi pengaruh politik yang negatif terhadap kekuatan hukum, diperlukan upaya-upaya
sebagai berikut:
a) Menegakkan supremasi hukum.
Supremasi hukum berarti bahwa hukum harus menjadi panglima tertinggi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Upaya untuk menegakkan supremasi hukum dapat
dilakukan dengan memperkuat lembaga-lembaga hukum, seperti Mahkamah Agung dan Komisi
Pemberantasan Korupsi.
b) Meningkatkan kualitas demokrasi.
Demokrasi yang berkualitas dapat menjadi sarana untuk meminimalisir pengaruh politik yang negatif
terhadap hukum. Hal ini karena dalam demokrasi, semua pihak memiliki hak untuk berpartisipasi
dalam proses pembentukan hukum.
c) Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat.
Kesadaran hukum masyarakat yang tinggi dapat menjadi faktor yang mendorong terciptanya hukum
yang berkualitas dan ditaati oleh masyarakat.
Upaya-upaya tersebut diharapkan dapat mewujudkan sistem hukum yang kuat dan adil, sehingga
mampu memberikan kepastian hukum, keadilan, dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Politik sebagai sumber daya hukum


a. Politik sebagai Sumber Daya Hukum
Politik dan hukum merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan bernegara.
Politik merupakan proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan umum, sedangkan
hukum merupakan aturan yang mengatur kehidupan masyarakat.
1. Politik dapat menjadi sumber daya hukum dalam dua hal, yaitu:
2. Politik sebagai sumber hukum
3. Politik sebagai sumber kekuatan hukum

b. Politik sebagai sumber hukum


Politik dapat menjadi sumber hukum karena politik merupakan proses pengambilan keputusan yang
menyangkut kepentingan umum. Keputusan-keputusan politik yang diambil oleh pemerintah dapat
menjadi dasar pembentukan hukum.
Contohnya, keputusan politik pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat
menjadi dasar pembentukan undang-undang yang mengatur tentang jaminan sosial.
c. Politik sebagai sumber kekuatan hukum
Politik dapat menjadi sumber kekuatan hukum karena politik dapat mempengaruhi proses
pembentukan, penegakan, dan penegak hukum. Proses pembentukan hukum yang dipengaruhi oleh
kepentingan politik dapat menyebabkan hukum yang dihasilkan tidak berkualitas. Hal ini karena
hukum tersebut dibuat untuk kepentingan kelompok tertentu, bukan untuk kepentingan umum.
Penegakan hukum yang dipengaruhi oleh kepentingan politik dapat menyebabkan hukum tidak
ditegakkan secara adil. Hal ini karena hukum hanya ditegakkan terhadap kelompok tertentu,
sedangkan kelompok lain tidak ditegakkan. Penegak hukum yang dipengaruhi oleh kepentingan
politik dapat menyebabkan penegak hukum tidak profesional. Hal ini karena penegak hukum lebih
mengutamakan kepentingan politik daripada kepentingan hukum.
3. Keadaan hukum dewasa ini
a. Keadaan Hukum Dewasa Ini
Hukum merupakan salah satu pilar penting dalam kehidupan bernegara. Hukum berfungsi untuk
mengatur kehidupan masyarakat, menjaga ketertiban dan keamanan, serta mewujudkan keadilan.
Keadaan hukum di Indonesia dewasa ini dapat dikatakan masih belum ideal. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa indikator, antara lain:
b. Kualitas hukum
Kualitas hukum di Indonesia masih belum optimal. Hal ini terlihat dari banyaknya peraturan
perundang-undangan yang tumpang tindih, tidak jelas, dan tidak konsisten. Selain itu, masih banyak
peraturan perundang-undangan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD NRI Tahun
1945.
c. Penegakan hukum
Penegakan hukum di Indonesia masih belum berjalan secara efektif dan efisien. Hal ini terlihat dari
masih banyaknya kasus-kasus hukum yang tidak diselesaikan secara tuntas, bahkan ada yang berlarut-
larut. Selain itu, masih banyak kasus-kasus hukum yang diselesaikan dengan cara-cara yang tidak
sesuai dengan hukum, seperti suap dan nepotisme.
d. Kepercayaan masyarakat terhadap hukum
Kepercayaan masyarakat terhadap hukum di Indonesia masih belum tinggi. Hal ini terlihat dari masih
banyaknya masyarakat yang tidak patuh terhadap hukum. Selain itu, masih banyak masyarakat yang
merasa bahwa hukum tidak adil dan tidak dapat melindungi mereka.
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keadaan Hukum di Indonesia
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keadaan hukum di Indonesia, antara lain:
1. Faktor politik
Politik merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap hukum. Pengaruh politik
terhadap hukum dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi positif dan sisi negatif. Pada sisi positif, politik
dapat menjadi faktor yang mendorong peningkatan kekuatan hukum. Namun, pada sisi negatif, politik
dapat menjadi faktor yang menghambat kekuatan hukum.
2. Faktor ekonomi
Ekonomi juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap hukum. Hal ini karena hukum berfungsi
untuk mengatur kehidupan masyarakat, termasuk kehidupan ekonomi. Kondisi ekonomi yang buruk
dapat menyebabkan terjadinya pelanggaran hukum, seperti korupsi dan pencurian.
3. Faktor sosial
Faktor sosial juga berpengaruh terhadap hukum. Hal ini karena hukum berfungsi untuk mengatur
hubungan antar manusia dalam masyarakat. Kondisi sosial yang tidak kondusif dapat menyebabkan
terjadinya pelanggaran hukum, seperti konflik dan kekerasan.
4. Upaya-Upaya untuk Meningkatkan Keadaan Hukum di Indonesia
Untuk meningkatkan keadaan hukum di Indonesia, diperlukan upaya-upaya dari berbagai pihak, baik
pemerintah, masyarakat, maupun lembaga-lembaga hukum. Beberapa upaya yang dapat dilakukan,
antara lain:
f. Meningkatkan kualitas hukum
Kualitas hukum dapat ditingkatkan dengan cara:
1. Melakukan harmonisasi dan sinkronisasi peraturan perundang-undangan.
2. Merumuskan peraturan perundang-undangan yang jelas, mudah dipahami, dan tidak tumpang
tindih.
3. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD NRI
Tahun 1945.
4. Meningkatkan penegakan hukum
Penegakan hukum dapat ditingkatkan dengan cara:
1. Memperkuat lembaga-lembaga penegak hukum, seperti Kepolisian, Kejaksaan, dan
Mahkamah Agung.
2. Meningkatkan profesionalisme aparat penegak hukum.
3. Menciptakan iklim hukum yang kondusif.
4. Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat
Kesadaran hukum masyarakat dapat ditingkatkan dengan cara:
1. Meningkatkan pendidikan hukum bagi masyarakat.
2. Melakukan sosialisasi hukum kepada masyarakat.
3. Menciptakan budaya hukum di masyarakat.
Referensi
Buku "Hukum dan Politik: Hubungan, Interaksi, dan Interdependensi" oleh Prof. Dr. Bagir Manan
Artikel "Pengaruh Politik terhadap Kekuatan Hukum" oleh Dr. Muhammad Taufiq, S.H., M.H.
Undang-Undang Dasar 1945 (https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UUD_1945.pdf)
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
(https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/1733.pdf)
Peraturan DPR Nomor 1 Tahun 2019 tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat
(https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/1733.pdf)
Situs resmi Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (https://www.mahkamahkonstitusi.go.id/)

Anda mungkin juga menyukai