Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“POLITIK HUKUM”

POLITIK HUKUM

DOSEN PENGAMPU

Dr. Harsono Njoto, S.H., M.H.

DISUSUN OLEH

ENDY SATYA RAHMANTO, S.H. ( 19120040 )

PROGRAM PASCA SARJANA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KADIRI
1

BAB 1

PENDAHULUAN

Politik dan Hukum merupakan subsistem dalam sistem kemasyarakatan. Masing-masing

melaksanakan fungsi-fungsi tertentu untuk menggerakkan sistem kemasyarakatan secara

keseluruhan. Secara garis besar, hukum juga berfungsi melakukan social control, dispute

settlement and social engeneering atau inovation. Fungsi politik meliputi pemeliharaan sistem

dan adaptasi (socialization dan recruitment),

konversi (rule making, rule aplication, rule adjudication, interesttarticulation and aggregation)

dan fungsi kapabilitas (regulatif extractif, distributif and responsif). Sedangkan hukum

memberikan dasar legalitas bagi kekuasaan politik dan kekuasaan politik membuat hukum

menjadi lebih efektif. Dengan kata lain, hukum adalah kekuasaan yang diam dan politik

adalah hukum yang in action dan kehadirannya dirasakan serta berpengaruh pada kehidupan

kemasyarakatan.

Politik dan Hukum mempunyai kedudukan yang sejajar. Hukum tidak bisa ditafsirkan

sebagai bagian dari sistem politik, demikian juga sebaliknya. Dalam realitas hubungan

hukum dan politik tidak sepenuhnya ditentukan oleh prinsip-prinsip yang diatur dalam sistem

konstitusi, tetapi lebih ditentukan pada komitmen rakyat dan elite politik untuk bersungguh-

sungguh melaksanakan konstitus tersebut sesuai dengan semangat dan jiwanya.

Bagaimana semestinya politik dengan hukum, dan bagaimana pula politik hokum di mata

masyarakat yang super heterogen seperti Indonesia..?

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan Latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah pada penelitian ini

adalah untuk mengetahui dan menganalisis:


2

1. Bagaimana hubungan Politik Hukum Dalam Sistem Pendidikan Nasional Di Indonesia?

2. Bagaimana Pengaruh Politik Hukum terhadap Sistem Pendidikan Nasional?

TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui hubungan Politik Hukum dalam Sistem Pendidikan Nasional di

Indonesia.

2. Untuk mengetahui Pengaruh Politik Hukum terhadap Sistem Pendidikan Nasional.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Politik Hukum

Politik hukum adalah suatu istilah yang tidak asing dalam pendengaran para praktisi

hukum. Politik hukum memiliki penekanan yang berbeda oleh para pakar hukum dalam

mendefinisikannya. Politik hukum terdiri dari dua kata yaitu “politik” dan “hukum” dan

masing-masing memiliki teori-teori. Teori politik adalah suatu bahasan dan generalisasi

dari phenomena yang bersifat politik. Dengan perkataan lain teori politik adalah bahasan

dari renungan atas : a) tujuan dari kegiatan politik, b) cara-cara mencapai tujuan itu, c)

kemungkinan-kemungkinan dan kebutuhan-kebutuhan yang ditimbulkan oleh sistuasi

politik tertentu dan d) kewajiban-kewajiban (obligations) yang diakibatkan oleh tujuan

politik itu. (Budiardjo, 2007:30)

Menurut Thomas P. Jenkin dalam Budiardjo (2007:30) dibedakan dua macam teori

politik walaupun tidak bersifat mutlak, yaitu :

1). Teori-teori yang mempunyai dasar moril dan yang menentukan norma-norma politik

(norma for political behavior), yang terdiri atas tiga golongan, yaitu a) filsafat politik
3

(political philosophy), b) teori politik sistematis (systematic political theory), dan c)

ideology politik (political ideology)

2). Teori-teori yang menggambarkan dan membahas phenomen dan fakta-fakta politik

dengan tidak mempersoalkan norma-norma atau nilai. Teori ini dapat dinamakan non

valuational (bebas nilai). Ia biasanya bersifat deskriptif (menggambarkan) dan

komparatif (membandingkan). Teori ini berusaha membahas fakta-fakta kehidupan

politik sedemikian rupa sehingga dapat di sistematisir dan disimpulkan dalam

generalisasi-generalisasi. (Budiardjo, 2007:31)

Selanjutnya perihal hukum. Dalam bahasa Indonesia Peraturan yang memaksa ini

disebut hukum, dalam bahasa Belanda disebut recht, dalam Bahasa Inggris disebut law,

dalam Bahasa Prancis disebut loi dan dalam Bahasa Latin disebut Ius (Wahid dkk.

1960:10). Analisa-analisa mengenai hukum serta hubungannya dengan politik mulai

dikembangkan pada abad ke 19, namun basih sebatas penelitian pada negara-negara

barat. Manusia dalam hal ini dilihat sebagai makhluk yang terpengaruh oleh faktor

sosial, psychology dan kebudayaan, sehingga mengakibatkan kecenderungan pada ilmu

hukum untuk meremehkan kekuatan-kekuatan social dan kekuatan-kekuatan lainnya di

luar bidang hukum. Sebagai perbandingan berikut dikemukakan beberapa pengertian

politik hukum.

Hukum tidak boleh dipisahkan dari masyarakat. Hukum bertujuan menjaga ketertiban

masayarakat, dan masyarakat memerlukan hokum untuk ketertiban. Ketertiban dengan

masyarakat bagaikan satu mata uang dengan dua sisinya. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Cicero ada 2000 tahun yang lalu yaitu : Ubi Societas ibi ius” yang artinya :

Apabila ada masyarakat harus ada hokum. (Sundawa,2008:69)

Pengertian Politik Hukum Menurut Para Pakar dapat dikemukakan sebagai berikut

:
4

a. Menurut Mahmud M.D adalah legal policy yang akan atau telah dilaksanakan

secara nasional oleh pemerintah Indonesia. Legal policy mengenai

pembangunan hukum yang berintikan pembuatan dan pembaruan terhadap

materi-materi hukum agar sesuai dengan kebutuhan.

b. Menurut Satjipto Rahardjo, Pengertian Politik Hukum ialah aktivitas yang

menentukan pilihan mengenai tujuan dan cara-cara yang hendak dipakai untuk

mencapai tujuan hukum dalam masyarakat.

c. Menurut Padmo Wahjono mengenai Pengertian Politik Hukum merupakan

kebijaksanaan penyelenggaraan negara mengenai kriteria menghukumkan

sesuatu atau menjadikan sesuatu sebagai hukum. Kebijaksanaan yang

dimaksud dapat berkaitan dengan pembentukan hukum dan penerapannya.

d. Menurut L. J. Van Apeldorn, Pengertian Politik Hukum yaitu Politik hukum

sebagai politik perundang-undangan. Politik hukum berarti menetapkan suatu

tujuan dan isi peraturan perundang-undangan hanya terbatas pada hukum

tertulis. Menurut Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Pengertian Politik

Hukum adalah kegiatan memilih nilai-nilai dan menerapkan nilai-nilai.

e. Menurut Teuku Muhammad Radhie mengatakan bahwa Pengertian Politik

Hukum ialah sebagai pernyataan kehendak penguasa negara dan mengenai

hukum yang berlaku di wilayah suatu negara dan mengenai arah

pengembangan hukum.

f. Menurut Abdul Hakim yaitu politik hukum sama dengan politik pembangunan

hukum.

g. Menurut Satjipto Rahardjo, Politik Hukum adalah aktivitas untuk menentukan

suatu pilihan mengenai tujuan dan cara – cara yang hendak dipakai untuk

mencapai tujuan hukum dalam masyarakat.


5

h. Menurut Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Politik Hukum sebagai

kegiatan – kegiatan memilih nilai- nilai dan menerapkan nilai – nilai.

Dari beberapa Pengertian Politik Hukum sebagaimana dipaparkan diatas dapat

disimpulkan bahwa, Pengertian Politik Hukum adalah sarana penguasa dalam

mencapai tujuan negara dalam upaya menjaga ketertiban, keamanan,

pembangunan perekonomian dan menciptakan suasana pemerintahan yang

kondusif guna mewujudkan pemerintah yang bersih.

Perlu digaris bawahi bahwa definisi atau pengertian hukum juga bervariasi

namun dengan meyakini adanya persamaan substansif antara berbagai

pengertian yang ada atau tidak sesuai dengan kebutuhan penciptaan hukum

yang diperlukan. Bellefroid dalam bukunya Inleinding Tot de Fechts Weten

Schap in Nederland mengutarakan posisi politik hukum dalam pohon ilmu

hukum sebagai ilmu.

2. Posisi Politik Hukum Di Indonesia

Politik hukum merupakan salah satu cabang atau bagian dari ilmu hukum, menurutnya

ilmu hukum terbagi atas :

a) Dogmatika Hukum, Memberikan penjelasan mengenai isi ( in houd ) hukum , makna

ketentuan – ketentuan hukum , dan menyusunnya sesuai dengan asas – asas dalam

suatu sistem hukum.

b) Sejarah Hukum, Mempelajari susunan hukum yang lama yang mempunyai pengaruh

dan peranan terhadap pembentukan hukum sekarang. Sejarah Hukum mempunyai arti

penting apabila kita ingin memperoleh pemahaman yang baik tentang hukum yang

berlaku sekarang .
6

c) Ilmu Perbandingan Hukum, Mengadkan perbandingan hukum yang berlaku

diberbagai negara , meneliti kesamaan, dan perbedaanya

d) Politik Hukum, Politik Hukum bertugas untuk meneliti perubahan – perubahan mana

yang perlu diadakan terhadap hukum yang ada agar memenuhi kebutuhan –

kebutuhan baru didalam kehidupan masyarakat.

e) Ilmu Hukum Umum, Tidak mempelajari suatu tertib hukum tertentu , tetapi melihat

hukum itu sebagai suatu hal sendiri, lepas dari kekhususan yang berkaitan dengan

waktu dan tempat. Ilmu Hukum umum berusaha untuk menentukan dasar- dasar

pengertian perihal hukum , kewajiban hukum , person atau orang yang mampu

bertindak dalam hukum, objek hukum dan hubungan hukum. Tanpa pengertian dasar

ini tidak mungkin ada hukum dan ilmu hukum.

Berdasarkan atas posisi ilmu politik hukum dalam dunia ilmu pengetahuan seperti

yang telah diuraikan , maka objek ilmu politik hukum adalah “ HUKUM “. Hukum

yang berlaku sekarang , yang berlaku diwaktu yang lalu, maupun yang seharusnya

berlaku diwaktu yang akan datang. Sedangkan Hukum yang dipakai untuk mendekati

/ mempelajari objek politik hukum adalah praktis ilmiah bukan teoritis ilmiah.

Penggolongan lapangan Hukum yang klasik/tradisional dianut dalam tata hukum di

Eropa dan tata hukum Hindia Belanda, yang kemudian berlaku di Indonesia (sebagai

bekas jajahan Belanda) adalah : Hukum Tata Negara, Hukum Tata usaha, Hukum

Perdata, Hukum Dagang, Hukum Pidana, dan Hukum Acara, sedangkan Lapangan

Hukum Baru adalah :Hukum Perburuhan, Hukum Agraria, Hukum Ekonomi, dan

Hukum Fiskal

Pembagian Hukum secara tradisional antara lain : Hukum Nasional terbagi mejadi 6

bagian diantaranya :Hukum Tata Negara, Hukum adminitrasi Negara, Hukum

Perdata, Hukum Pidana, Hukum Acara Perdata, dan Hukum Acara Pidana.
7

Selanjutnya hukum nasional tradisional mengandung “ Ide ”, “ asas ”, dan “ nilai “,

sumber hukum ketika semua itu dijadikan satu maka disebut kegiatan politik hukum

nasional.

3. Ruang Gerak Politik Hukum Suatu Negara

Adanya Politik Hukum menunjukkan eksistensi hukum negara tertentu , bergitu pula

sebaliknya, eksistensi hukum menunjukkan eksistensi Politik Hukum dari negara

tertentu. Politik Hukum mengejawantahkan dalam nuansa kehidupan bersama para warga

masyarakat. Di lain pihak Politik Hukum juga erat bahkan hampir menyatu dengan

penggunaan kekuasaaan didalam kenyataan. Untuk mengatur negara , bangsa dan

rakyat. Politik Hukum terwujud dalm seluruh jenis peraturan perundang – undangan

negara.

Lembaga – Lembaga Yang Berwenang dalam politik hokum suatu Negara menurut

Montesquieu adalah Trias Politica yang membagi kuasaan negara atas 3 (tiga) pusat

kekuasaan dalam lembaga negara, antara lain : Eksekutif sebagai kekuasaan untuk

menjalankan pemerintahan dan hukum, Legislatif sebagai kekuasaan untuk mengadakan

dan membuat aturan/hukum/undang-undang. Khusu mengenai badan legislative (badan

yang berwenang membuat peraturan Negara) yang pernah ada di Indonesia adalah :

a. Volksraad (1918-1942)

b. Komite Nasional Indonesia (1945-1949)

c. DPR dan Senat Republik Indonesia Serikat (1949-1950)

d. DPR Sementara (1950-1956)

e. DPR hasil Pemilu 1955 (1956-1959)

f. DPR Peralihan (159-1960)

g. DPR Gotong Royong Demokrasi Terpimpin (1960-1966)


8

h. DPR Gotong Royong Demokrasi Pancasila (1966-1971)

i. DPR hasil Pemilihan Umum 1971 (1971-1977)

j. DPR hasil Pemilihan Umum 1977

k. DPR hasil Pemilihan Umum 1982

Selanjutnya, Yudikatif sebagai kekuasaan untuk mengawasi dan mengadili pelanggaran

yang dilakukan terhadap Undang-Undang/peraturan yang berlaku. Ketiga kekuasaan

tersebut berfungsi sebagai centra – centra kekuasaaan negara yang masing – masing

harus dipisahkan. Dalam kaitanya dengan Poliik Hukum yang tidak lain tidak bukan

adalah penyusunan tertib hukum negara, Sehingga ketiga lembaga tersebut yang

berwenang melakukannya.

Ruang gerak politik hukum suatu negara sering dinamakan dengan Regionalisme

Regionalisme berasal dari kata “ Region” yang berarti “ daerah bagian dari suatu wilayah

tertentu “. Dewasa ini regionalisme diartikan sebagai bagian dari dunia , yang meliputi

beberapa negara yang berdekatan letaknya , yang mempunyai kepentingan bersama.

Dengan kata lain Regionalisme adalah suatu kerjasama secara kontinue antara negara –

negara di dunia. Antara Negara-negara barat dengan Negara-negara timur; antara

Negara-negara eropah dengan Negara-negara amerika; antara Negara-negara Asia

dengan Negara-negara eropah dan seterusnya.

Pada dasarnya Regionalisme sudah ada sejak dahulu kala seperti Regionalisme antara

negara – negara SKANDINAVIA yang terdiri dari Swedia, Norwegia , dan Denmark.

Begitu pula dengan BENELUX yang terdiri dari Belgia , Nederland dan Luxsemburg.

Mereka bekerjasam dalam satu ikatan , namun perlu diketahui bahwa contoh – contoh

diatas kurang mempunyai pengaruh terhadap Politik Hukum dunia. Keduanya tidak

dianggap terlalu penting , lain halnya dengan NATO yang terdiri dari batasan negara

Eropa Barat masih ditambah lagi dengan Turki dan Canada. Mereka punya pengaruh
9

besar terhadap Politik Hukum negara – negara didunia dibandingkan dengan

BENELUX.

4. Politik Hukum Sebagai Tata Tertib Dunia

Ada pemahaman yang baru mengenai ruang gerak bahwa Politik Hukum itu sendiri itu

dinamis. Bersama dengan laju perkembangan jaman , maka ruang gerak Politik Hukum

tidak hanya sebatas negara sendiri saja melainkan meluas sampai keluar batas negara

hingga ke tingkat Internasional. Menurut pendapatnya Sunaryati Hartono , Politik

Hukum tidak terlepas dari realita sosial dan tradisional yang terdapat di negara kita dan

di lain pihak. Sebagai salah satu anggota masyarakat dunia ,maka Politik Hukum

Indonesia tidak terlepas pula dari Realita dan politik Hukum Internasional. Politik hokum

Negara kita dibatasi oleh politik hokum Negara lain. Artinya politik hokum kita

dianggap dapat dijalankan ketika tidak berbenturan dengan politik hokum dari Negara

lain.

Jika dikaji antara politik hukum dan asas-asas hukum maka akan terlihat konsep sebagai

berikut :

1) Politik Hukum di negara manapun juga termasuk di Indonesia tidak bisa lepas

dari asas Hukum.

2) diantara asas”itu terhadap asas yang dijadikan sumber tertib hukum bagi suatu

negara.

3) Asas hukum yang dijadikan sumber tertib hukum/dasar negara disebut : grund

norm

4) Di Indonesia yang dijadikan dasar negara adalah Pancasila

5) Asas hukum yang dijadikan dasar negara ini merupakan hasil proses pemikiran

yang digali dari pengalaman Bangsa Indonesia sendiri; bukan diambil dari hasil
10

perenungan belaka; bukan hal yang sekonyong-konyong masuk kedalam

pemikiran masyarakat Indonesia tetapi memiliki batasan-batasan tertentu, seperti

ada yang bersifat Nasional, ada yang lebih khusus lagi seperti : kehidupan agama,

suku, profesi, dll; ada yang merupakan hasil pengaruh dari sejarah dan

lingkungan masyarakat dunia.

5. Kerangka Landasan Politik Hukum Di Indonesia

Negara Republik Indonesia yang lahir dan berdiri tanggal 17 Agustus 1945, yaitu sejak

proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dikumandangkan oleh Ir. Soekarno dan Hatta

atas nama bangsa Indonesia dari Jalan Pegangsaan Timur nomor 56 Jakarta tersebut

merupakan detik penjebolan tertib hukum kolonial, pelepasan diri dari genggaman

penjajahan, dan sekaligus titik kulminasi perjuangan bangsa Indonesia melawan

penjajahnya, serta merupakan detik pembangunan tertib hukum nasional ( Tatanan Hukum

Nasional ) secara bebas dan bermartabat.

Muncul politik hukum yang bebas dari pengaruh bangsa lain adalah sejak tanggal 17

Agustus 1945, yaitu sejak dikumandangkannya Proklamasi kemerdekaan RI, bukan

tanggal 18 Agustus 1945 saat mulai berlakunya konstitusi / hukum dasar negara RI.Politik

hukum menurut Bagi Manan, seperti yang dikutip oleh Kotan Y. Stefanus dalam bukunya

yang berjudul “ Perkembangan Kekuasaan Pemerintahan Negara ” menyatakan bahwa

Politik Hukum terdiri dari

Politik Hukum yang bersifat tetap ( permanen ), yaitu politik hokum yang berkaitan

dengan sikap hukum yang akan selalu menjadi dasar kebijaksanaan pembentukan dan

penegakkan hukum. Bagi bangsa Indonesia , Politik Hukum tetap antara lain : Terdapat

satu sistem hukum yaitu Sistem Hukum Nasional. Setelah 17 Agustus 1945, maka politik

hukum yang berlaku adalah politik hukum nasional , artinya telah terjadi unifikasi hukum
11

( berlakunya satu sistem hukum diseluruh wilayah Indonesia ). Sistem Hukum nasional

tersebut terdiri dari:

Hukum Islam ( yang dimasukkan adalah asas – asasnya)

Hukum Adat ( yang dimasukkan adalah asas – asasnya )

Hukum Barat (yang dimasukkan adalah sistematikanya)

Sistem hukum nasional yang dibangun berdasrkan Pancasila dan UUD 1945.

Tidak ada hukum yang memberi hak istimewa pada warga negara tertentu berdasarkan

pada suku, ras, dan agama. Perbedaan yang ada hanya semata – mata didasarkan pada

kepentingan nasional dalam rangka kesatuan dan persatuan bangsa, sebab, pembentukan

hukum harus memperhatikan kemajemukan masyarakat. Oleh karenanya, masyarakat

memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan hukum, sehingga masyarakat

harus ikut berpartisipasi dalam pembentukan hukum .

Hukum adat dan hukum yang tidak tertulis lainnya diakui sebagai subsistem hukum

nasional sepanjang nyata-nyata hidup dan dipertahankan dalam pergaulan masyarakat.

Pembentukan hukum sepenuhnya didasarkan pada partisipasi masyarakat. Artinya,

keikutsertaan masyarakat dalam membuat hukum menentukan keabsahan hokum itu

sendiri sebagaipedoman dalam berbuat. Hukum dibentuk dan ditegakkan demi

kesejahteraan umum ( keadilan sosial bagi seluruh rakyat ) terwujudnya masyarakat yang

demokratis dan mandiri serta terlaksananya negara berdasarkan hukum dan konstitusi.

Selain politik hukum permanen, ada juga Politik Hukum yang bersifat temporer, yaitu :.

sebagai kebijaksanaan yang ditetapkan dari waktu ke waktu sesuai dengan kebutuhan .

Politik hukum temporer sangat dipengaruhi oleh orang-orang yang menkonsumsinya. Di

Indonesia misalnya, cara – cara yang digunakan untuk membentuk politik hukumnya tidak

sama dengan cara – cara yang digunakan oleh negara, asing seperri : Negara Kapitalis,

Negara Komunis, Negara yang fanatik religius. Akan tetapi untuk menghindari
12

perbedaan – perbedaan yang mencolok dan cara – cara yang ekstrim untuk mencapai

keadilan dan kemakmuran , menolak cara – cara yang dianggap tepat oleh paham: Negara

Kapitalis, Negara Komunis, Negara yang fanatik religius, Ketiga cara ini merupakan cara

yang ekstrim. Kapitalis misalnya menganggap bahwa manusia perorangan yang

individualis adalah yang paling penting. Komunisme, menganggap bahwa masyarakat

yang terpenting diatas segalanya, Fanatik religius

Sudah menjadi dan merupakan realita bahwa manusia hidup di dunia ini harus bergulat

untuk mempertahankan hidupnya ( survive ) , maka Politik Hukum kita pasti tidak akan

menggunakan cara – cara kapitalis, komunis, dan fanatik religius.

6. Sistem Hukum Nasional di Indonesia

Hukum nasional suatu negara merupakan gambaran dasar mengenai tatanan hukum

nasional yang dianggap sesuai dengan kondisi masyarakat yang bersangkutan. Bagi

Indonesia , tatanan hukum nasional yang sesuai dengan masyarakat Indonesia adalah yang

berdasarkan Pancasila dengan pokok – pokoknya sebagai berikut :

Sumber dasar Hukum Nasional

Adalah kesadaran atau perasaan hukum masyarakat yang menentukan isi suatu kaedah

hukum. Dengan demikian sumber dasar tatanan hukum Indonesia adalah perasaan hukum

masyarakat Indonesia yang terjelma dalam pandangan hidup Pancasila. Oleh karena itu

dalam kerangka sistem hukum Indonesia , Pancasila menjadi sumber hukum ( Tap MPRS

No. XX/ MPRS / 1966 ).

Cita – cita hukum nasional

Dalam penjelasan UUD 1945 , dinyatakan bahwa pembukaan UUD 1945 memuat

pokok – pokok pikiran sebagai berikut : Negara melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan. Negara hendak
13

mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Negara yang berkedaulatan

rakyat , berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan. Negara berdasar atas

KeTuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

7. Politik Hukum Nasional

Politik hukum yang dilakukan oleh pemerintah berkaitan erat dengan wawasan nasional

bidang hukum yakni cara pandang bangsa Indonesia mengenai kebijaksanaan politik yang

harus ditempuh dalam rangka pembinaan hukum di Indonesia. Adapun arah kebijaksanaan

politik dibidang hukum ditetapkan dalam GBHN.

Dalam TAP MPR dibawah ini terdapat politik hukum Indonesia yang menyangkut GBHN,

antara lain:

TAP MPR No. 66 / MPRS / 1960

TAP MPR No. IV / MPR / 1973

TAP MPR No. IV / MPR / 1978

TAP MPR No. II / MPR / 1983

TAP MPR No. II / MPR / 1988

TAP MPR No. II / MPR / 1993

TAP MPR No. X / MPR / 1998

Khusus tentang pokok–pokok reformasi pembangunan dalam rangka penyelamatan dan

normalisasi kehidupan nasional sebagai haluan negara “.

TAP MPR No. VIII / MPR / 1998

Mencabut TAP MPR No. II / MPR/ 1998

TAP MPR No. X / MPR / 1998, tentang GBHN

TAP MPR No. IV / MPR / 1999 tentang GBHN 1999 sampai dengan 2004.
14

8. Politik Hukum Sebagai Ilmu

1. Pengertian Politik Hukum

Pengertian politik hukum sangat bervariasi. Setiap definisi memiliki penekanan yang berbeda

antara satu dengan lainnya. Sesungguhnya ada banyak definisi yang diberikan oleh para ahli.

Pada definisi-definisi yang diberfikan tersebut ternyata ada perbedaann batasan tentangf

politik hukum. Politik Hukum Perundang-undangan terdiri dari hukum tertulis dan hukum

tidak tertulis. Tertulis dimaksudkan adalah Undang-undang yang bersifat Permanen.

Sedangkan tidak tertulis dimaksudkan adalah Kebijakan Publik (bisa berubah “setiap saat

sesuai dengan kebutuhan dan keadaan”) Sehingga keadaan dan kebutuhan yang berubah-ubah

inilah yang menyebabkan pembicaraan Politik Hukum menjadi sangat kompleks, sebab

antara kebutuhan dan keadaan suatu negara dengan negara lain bisa berbeda, waktu lalu bisa

berbeda dengan waktu sekarang.

Ruang Lingkup artinya situasi/tempat/faktor “lain yang berada di sekitar Politik Hukum yang

berlaku sekarang, Hukum yang sudah berlaku dan hukum yang akan berlaku.

9. Obyek Politik Hukum

Obyek yang dipelajari dalam Politik Hukum adalah Hukum-hukum yang bagaimana itu bisa

berbeda-beda atau Hukum ini dihubungkan atau dilawankan dengan Politik. Ilmu Bantu

Politik Hukum. Yang dimaksud Ilmu bantu disini adalah Ilmu yang dipakai dalam

mendekati/mempelajari Politik Hukum baik berupa konsep, “teori” dan penelitian. Sosiologi

hukum dan Sejarah Hukum dalam hal ini sangat membantu dalam mempelajari Politik

Hukum. Mempelajari politik hokum berarti harus menegetahui dan bahkan memiliki Metode

Pendekatan Politik hukum.

Metode adalah cara dalam mempelajari Politik Hukum Empirik adalah kenyataan (secara

praktis untuk mendekati Politik Hukum adalah dengan melihat Konstitusi Negara). Seperti
15

halnya bidang ilmu lainnya, politik hukum sangat tergantung dengan perairan yang dating

kepadanya. Dalam politik hukum dikenal istilah Politik Hukum Lama dan politik hokum

baru. Politik Hukum Lama, di jalankan pada masa pemerintahan Hindia, Belanda, diawali

sejak kedatangan atau zaman pemerintahan Hindia Belanda yang menerapkan asas

Konkosedansi yaitu: menerapakn hubungan yang berlaku di Belanda berlaku juga di Hindia

Belanda. Di Hindia Belanda selain berlaku hukum adat dan Hukum Islam.

Sejak pendudukan penjajahan Belanda sampai dengan Indonesia merdeka tidak ada asvikasi

hukum. Kalau menang Belanda berupaya untuk melakukan asifikasi (memberlakukan satu

hukum untuk seluruh Rakyat di seluruh wilayah negara) tidak berhasil juga. Dalam politik

hukum dikenal.

Asas Konkordansi yaitu pemberlakuan hukum Belanda disebuah wilayah Hindia Belanda.

Ada juga yang disebut dengan unufikasi hukum. Unifikasi Hukum adalah berlakunya suatu

hukum di suatu wilayah negara untuk seluruh pasalnya. Sekarang timbul pertanyaan :

“Kenapa hukum Islam masih berlaku “? Jawabannya adalah, karena sebagian besar

pelakunya adalah beragama Islam.

Hamengku Buwono IX yang tetap mempertahankan Budaya Timur dengan menyatakan: jiwa

barat dan timur dapat dilakukan dan bekerja sama secara ekonomomis tanpa harus

kehilangan kepadiannya masing-masing. Selama tidak menghambat kemajuan, adat akan

tetap menduduki tempat yang utama dalam mator yang kay7a dalam tradisi.

Pandangan politik hukum penjajah Belanda di Hindia Belanda (Indonesia);

secara keseluruhan politik hukum Belanda sama isinya dengan politik hwed untuk tanah atau

aja hanya di Hindia Belanda.

panangan politik Hukum Belanda sama dengan politik umum dan politik hukum dari hampir

smua orang Eropa dan orang negara baratt trhadap daerah timur yang mereka jajah.

umumnya daerah yang dapat mereka kuasai; Daerah di Afrika dan Asia.
16

dikatakan oleh mereka, kebudayaan barat, tinggi, baik, mul;ia,sedangkan kebudayaan timur

rendah terbelakang, primitif, sangat bergantung pada alam.

orang yang berpegang pada kebudayaan barat maju sedangkan yang berpegang pada timur

ketinggalan zaman.

pendidikan mereka memandang pendidikan asli rendah, pendidikan Islam rendah dapat

dilihat pada daerah jajahan Inggris, perancis, Belanda.

Usaha penjajah Belanda memaksakan sistem kebudayaan ke Hindia Belanda berhasil

sehingga pemikiran sebagian bangsa Indonesia berpihak pada penjajah Belanda atau Barat.

Jadi terjadi dikotomi timur dan Barat.

10. Unifikasi dan Kodifikasi Hukum di Indonesia

a. Unifikasi Hukum di Indonesia

Unifikasi hukum yang ada di Indonesia jika ditinjau menurut zamannya terdiri dari :

Unifikasi Jaman Penjajahan Di Hindia Belanda dan Unifikasi Masa Indonesia Merdeka.

Unifikasi Jaman Penjajahan Di Hindia Belanda terlihat adanya usaha unifikasi melalui tahap

tersebut pada masa penjajahan di Hindia Belanda antara lain; dalam bidang hukum dagang

dan lalu lintas ekonomi, dengan tujuan utamanya adalah keinginan pemberlakuan hukum

Belanda bagi seluruh orang di Hindia Belanda caranya ialah:

1. memulai memberlakukan peraturan-peraturan yang disusun oleh pemerintah

Belanda itu untuk orang Belanda dan Eropa sendiri.

2. Kemudian memberlakukan Hukum Belanda pada orang yang menunjukkan

diridengan sukarela kepada hukum Belanda.

3. selanjutnya baru memberlakukan Hukum Belanda untuk orang yang

dipersamakan oleh pemerintah Hindia Belanda dengan orang-orang Belanda.


17

Sedangkan unifikasi masa Indonesia merdeka, dapat dilihat melalui tanda-tanda sebagai

berikut :

dizaman Indonesia merdeka maka tahap tertentu seperti diatas tak diperlukan memberlakukan

suatu hukum gak tetap untuk yang lain atau menundukkan diri kepada kepada hukum tertentu

tidak diperlukan lagi dalam hukum pemerintahan hukum di Indonesia merdeka, teutama

dalam tindak hukum lalu lintas ekonomi dan keuangan baik untuk semua bangsa Indonesia

sediri apalagi dalam hubungan dengan bangsa lain.

Khusus untuk sesama bangsa Indonesia terhadap kemungkinan memberlakukan pertahanan

hukum bagi kekhususan orang Indonesia.

Menyangkut bidang yang disebut untuk dewa sesuai dengan bidang yang netral, tidak sulit

mengunifikasikannya misal; KUHAP, tidak sulit dalam hak ;

Perasaan dan pemikiran anggota masyarakat untuk menyatukan peraturan-peraturannya.

sedangkan mengenai isinya tetap menghadapi kesulitan yang tak terhingga, misal bidang

perdagangan dalam perdata yang berhubungan dengan perjanjian, bidang ini sudut isinya

tetap tidak sangat sulit perasaan anggota masyarakat untuk menyatukannya.

mungkin di mintakan masukan yang diperlukan oleh pihak yang merasa bersangkutan dengan

masalahnya, hal yang diangkat tersulit dalam dalam bidang hukum yang berhubungan dengan

rasa kepercayaan keagamaan. Misalnya; bidang kekeluargaan, namun untuk bidang ini ini

telah di rumus dengan suatu idang hukum yang berat.

b. Kodifikasi Hukum di Indonesia.

Kodifikasi adalah pembukuan. Kodifikasi hukum adalah pembuatan hukum menjadi suatu

buku. Menurut teori ada 2 macam kodifikasi hukum, yaitu ;

Kodifikasi terbuka
18

Kodifikasi terbuka adalah kodifikasi yang membuka diri terhadap terdapatnya tambahan –

tambahan diluar induk kondifikasi. Pertama atau semula maksudnya induk permasalahannya

sejauh yang dapat dimasukkan ke dalam suatu buku kumpulan peraturan yang

sistematis,tetapi diluar kumpulan peraturan itu isinya menyangkut permasalahan di luar

kumpulan peraturan itu isinya menyangkut permasalahan – permasalahan dalam kumpulan

peraturan pertama tersebut. Hal ini dilakukan berdasarkan atas kehendak perkembangan

hukum itu sendiri sistem ini mempunyai kebaikan ialah; “ Hukum dibiarkan berkembang

menurut kebutuhan masyarakat dan hukum tidak lagi disebut sebagai penghambat kemajuan

masyarakat hukum disini diartikan sebagai peraturan “.

2. Kodifikasi tertutup

Kodifikasi tertutup adalah semua hal yang menyangkut permasalahannya dimasukan ke

dalam kodifikasi atau buku kumpulan peraturan. Perlu dicatat, dulu kodifikasi tertutup masih

bisa dilaksanakan bahkan tentang bidang suatu hukum lengkap dan perkasanya perubahan

kehendak masyarakat mengenai suatu bidang hukum agak lambat. Sekarang nyatanya

kepeningan hukum mendesak agar dimana-mana yang dilakukan adalah Kodifikasi Terbuka.

Isinya; Politik hukum lama, Unifikasi di zaman Hindia Belanda (Indonesia) gagal, Penduduk

terpecah menjadi; penduduk bangsa Eropa, Penduduk bangsa Timur Asing, Penduduk bangsa

pribadi (Indonesia), pemikiran bangsa Indonesia terpecah-pecah pula. Pendidikan bangsa

indonesia, Hasil Pendidikan Barat., dan Hasil Pendidikan Timur.

11. Politik Hukum Baru

Politik hukum baru di Indonesia mulai pada tanggal 17 Agustus 1945 (versi Indonesia).

Kemerdekaan Indonesia Belanda adalah; 19 desember 1949 yaitu sewaktu adanya KMB di

Denhaag (Belanda). Adapun syarat untuk membuat atau membentuk Politik Hukum sendiri

bagi suatu negara adalah sebagai berikat;


19

Negara tersebut negara Merdeka.

Negara tersebut yang mempunyai Kedaulatan keluar dan kedalam . Kedaulatan keluar ;

Negara lain mengakui bahwa Negara kita merdeka. Sedangkan kedaulatan kedalam;

Kedaulatan Negara diakui oleh seluruh Warga Negara.

3. Ada keinginann untuk membuat hukum yang tujuannya untuk mensejahterakan

masyarakat.

Sumber-sumber hukum bagi politik antara lain ; Konstitusi, Kebijiakan (tertulis atau undang-

undang), Kebijakan tidak tertulis atau tidak. Kebijakan tidak tertulis dengan hukum adatnya.

Adat kita menyatu dengan sumber politik Hukum, seperti : 1. Hukum perkawinan, UU No. 1

1974 tetapi masih menyelenggarakan pertunangan. 2. Adanya pelarangan menikah antara 2

Agama yang berbeda. Adapun bahan baku dari politik Hukum (Indonesia hukum nasional

yang baru) adalah : Hukum Islam, hukum Adat, dan Hukum Barat. Selain itu ada juga cara

rakyat Indonesia sebagian besar beragama Islam.; peraturan di Indonesia mengadopsi Asas

“hukum Islam Bukti: UU No. 1. 1974 ~ asas monogami; karena hukum aslinya rakyat

Indonesia adalah Adat Indonesia dan hukum rakyat yang diambil oleh hukum Indonesia

adalah sistemnya yang baik.

12. Para Pihak Dalam Pembentukan Politik Hukum

Pihak-pihak yang biasanya berperan dalam pembentukan politik hokum di Indonesia

antara lain adalah : Negara, dalam hal ini pemerintah Indonesia; Partai-partai politik; .Para

Pakar hukum atau ahli hukum dengan tulisan dan doktren dan pendapat; .Warga Negara

melalui kesadaran Hukumnya. Sebab bila warga negara memiliki kesadaran hukum tinggi

maka politik hukumnya pun akan tinggi begitu juga sebaliknya.

Bagi Indonesia politik Hukum dicantumkan dalam : Konsitusi = garis besar politik

Hukum.UU = ketentuan Incroteto = ketentuan yang berlaku. Kebijaksanaan yang lain =


20

pelengkap untuk pemersatu.Adat = Berupa Nilai.GBHN = Berupa Program Hukum Islam ,

yang diambil adalah nilainya. Sedangkan dari sisi produk Perundang-undangan. Terjadi

perubahan Politik Hukum, yakni: dengan dikeluarkannya beberapa UU yang semula belum

ada, yakni :

UU No 14 tahun 1970 Tentang ketentuan kekeuasaan kehakiman.

UU No 5 Tahun 1960 Tentang ketentuan pokok Agraria.

UU lingkungan Hidup.

UU Perburuhan.

UU Perbankan, Dsb.

Kemudian Prof. Hazairin berpendapat bahwa : dipakainya Hukum Adat sebagai sumber

Hukum Nasional di Republik ini adalah disebakan Hukum Adat sudah dikenal luas dan eksis

dalam budaya dan perasaan Bangsa Indonesia. Hukum adat juga telah diberlakukan secara

turun temurun oleh nenek moyang kita dan terpelihara hingga sekarang. Dipakainya Hukum

Islam sebagai sumber Hukum Nasional adalah karena mayoritas penduduk Indonesia

beragama Islam, bahkan data terakhir menunjukkan bahwa umat Islam sekarang ini adalah 87

% dari penduduk Indonesia. Namun perlu digaris-bawahi bahwa Hukum Adat dan Hukum

Islam dimaksud hanya diambil asas-asasnya saja. Sedangkan Hukum Barat dijadikan sebagai

sumber Hukum Nasional juga karena berkaitan dengan urusan-urusan Internasional atau

berkaitan dengan Hukum atau perdagangan Internasional.

a. Tahun 1979, PURNADI dan SURYONO SUKAMTO menyatakan : Hukum Negara

(Tata Negara) adalah Struktur dan proses perangkat kaedah-kaedah Hukum yang

berlaku pada suatu waktu dan tempat tertentu serta berbentuk tertulis.

b. Tahun 1986, JOHN BALL menyatakan : Persoalan Hukum di Indonesia adalah

persoalan dalam rangka mewujudkan Hukum Nasional di Indonesia, yaitu persoalan

yang terutama bertumpu pada realita alam Indonesia.


21

c. Tahun 1966, UTRECHT membuat buku dengan judul “Pengantar Dalam Hukum

Indonesia”.

d. Tahun 1977, AHMAD SANUSI menyatakan PTHI hendaknya dipahami sebagai

penguraian Deskritif-Analistis yang tekanannya lebih dikhususkan bagi Ilmu Hukum

Indonesia, menjelaskan sifat-sifat spesifik dari Hukum Indonesia dengan

memeberikan contoh-contohnya sendiri. Persoalan Hukum di Indonesia dan Negara-

negara baru lainnya tidak hanya sekedar penciptaan Hukum baru yang dapat ditujukan

pada hubungan Perdata dan Publik dengan karekteristiknya yang telah cukup

diketahui. Harus diusahakan pendobrakan cara berpikir Hukum kolonial dan

penggantinya dengan cara berpikir yang didorong oleh kebutuhan menumbuhkan

Hukum setempat bagi Negara yang telah merdeka.

e. Tahun 1978 , DANIEL S. LEV menulis aspek Politiknya dengan menyatakan dan

kedudukan Hukum di Negara republik indonesia sebaian besar merupakn perjuangan

yang hanya dapat dimengerti secara lebih baik dengan memahami Sosial Poltik

daripada kultural. Hukum Indonesia harus memberi tempat kepada Rasa Hukum,

Pengertian Hukum,Paham Hukum yang khas (Indonesia). Hendaknya ada pelajaran

Hukum indonesia.

f. Tahun 1952, DORMEIER membuka wacana dengan cara : menulis buku “Pengantar

Ilmu Hukum” (buku PIH karangannya ini adalah buku PIH pertama dalam Bahasa

Indonesia). Menukis bentuk-bentuk khusus Hukum yang berlaku di Indonesia.

g. Tahun 1955, LEMAIRE Deskripsi Hukum Indonesia.

h. Tahun 1965, DANIEL S.LEV. menyatakan Transformasi yang sesungguhnya

terhadap hukum masa Kolonial, terutama tergantung dari pembentukan Ide-ide baru,

yang akan mendorong ke arah bentuk Hukum yang sama sekali berbeda dengan

Hukum Kolonial. Sejak sebelum kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan Republik


22

Indonesia sudah banyak usulan agar Negara Republik indonesia memiliki Hukum

Politik dsendiri, bukan Politik Hukum yang sama dengan Politik Hukum Belanda.

Usulan-usulan tersebut. Tahun 1929, KLEINTJES menulis dalam sebuah buku, yang

isinya : pokok-pokok Hukun Tentang Negara dan Hukum Antar Negara yang berlaku

di Hindia Belanda.

i. Tahun 1932, VAN VOLLEN HOVEN dalam pidatonya yang berjudul “Romantika

Dalam Hukum indonesia” menyatakan : sangat sulit untuk membuat definisi tentang

hokum. Definisi hokum dapat berganti setiap waktu sesuai dengan kemauan yang

berkepentingan.

PENUTUP

Hukum Indonesia harusnya menuju “Hukum Yang Mandiri” dan jangan hanya menjadi

tambahan saja bagi Hukum Belanda di Hindia Belanda. Idealnya, sejak tahun 1945 Indonesia

sudah memiliki Politik Hukum sendiri yang sesuai dengan situasi dan kondisi Bangsa

Indonesia. dipakainya Hukum Adat sebagai sumber Hukum Nasional adalah disebakan

Hukum Adat sudah dikenal luas dan eksis dalam budaya dan perasaan Bangsa Indonesia.

Hukum adat juga telah diberlakukan secara turun temurun oleh nenek moyang kita dan

terpelihara hingga sekarang. Dipakainya Hukum Islam sebagai sumber Hukum Nasional

adalah karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, bahkan data terakhir

menunjukkan bahwa umat Islam adalah 87 % dari penduduk Indonesia. Namun perlu

digarisbawahi bahwa Hukum Adat dan Hukum Islam dimaksud hanya diambil asas-asasnya

saja. Sedangkan Hukum Barat dijadikan sebagai sumber Hukum Nasional juga karena

berkaitan dengan urusan-urusan Internasional atau berkaitan dengan Hukum atau

perdagangan Internasional.
23

DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo, Miriam. 2007 Dasar-Dasar Ilmu Politik Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama

Kusnadi. 1983 Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia Jakarta:Pusat Studi Hukum Tata

Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Selayan, Abdul Wahid. 1960 Pengertian Umum Bab Pertama Tata Hukum Medan:Bintang

Sundawa, Dadang, dkk 2008 Pendidikan Kewarganegaraan Jakarta:Aneka Ilmu

Wawan Muhwan Hariri 2012 Pengantar ilmu Hukum. Jakarta:CV. Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai