POLITIK HUKUM
O
L
E
H
Kelompok 5
Masri 2010003600451
Rauf Ar Rasyid 2010003600005
Tedy Firmansyah 2010003600147
Prima Suharyana 2010003600185
M. Agung F.Dafiar 2010003600223
Velyx JuanV 2010003600161
UNIVERSITAS EKASAKTI
FAKULTAS HUKUM
TAHUN 2022 2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan bagi para pembaca dan pemakalah
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini
Hormat kami
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………….……………
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….. i
PENDAHULUAN ………………………………………………………………......ii
PEMBAHASAN ……………………………………………………………….…… 1
PENUTUP ..................................................................................................................13
iii
PENDAHULUAN
iv
PEMBAHASAN
vi
tujuan negara dalam upaya menjaga ketertiban, keamanan, pembangunan perekonomian dan
menciptakan suasana pemerintahan yang kondusif guna mewujudkan pemerintah yang bersih.
Perlu digaris bawahi bahwa definisi atau pengertian hukum juga bervariasi namun
dengan meyakini adanya persamaan substansif antara berbagai pengertian yang ada atau tidak
sesuai dengan kebutuhan penciptaan hukum yang diperlukan. Bellefroid dalam
bukunya Inleinding Tot de Fechts Weten Schap in Nederland mengutarakan posisi politik
hukum dalam pohon ilmu hukum sebagai ilmu.
viii
Selanjutnya, Yudikatif sebagai kekuasaan untuk mengawasi dan mengadili pelanggaran
yang dilakukan terhadap Undang-Undang/peraturan yang berlaku. Ketiga kekuasaan
tersebut berfungsi sebagai centra – centra kekuasaaan negara yang masing – masing harus
dipisahkan. Dalam kaitanya dengan Poliik Hukum yang tidak lain tidak bukan adalah
penyusunan tertib hukum negara, Sehingga ketiga lembaga tersebut yang berwenang
melakukannya.
Ruang gerak politik hukum suatu negara sering dinamakan
dengan Regionalisme Regionalisme berasal dari kata “ Region” yang berarti “ daerah bagian
dari suatu wilayah tertentu “. Dewasa ini regionalisme diartikan sebagai bagian dari dunia ,
yang meliputi beberapa negara yang berdekatan letaknya , yang mempunyai kepentingan
bersama. Dengan kata lain Regionalisme adalah suatu kerjasama secara kontinue antara
negara – negara di dunia. Antara Negara-negara barat dengan Negara-negara timur; antara
Negara-negara eropah dengan Negara-negara amerika; antara Negara-negara Asia dengan
Negara-negara eropah dan seterusnya.
Pada dasarnya Regionalisme sudah ada sejak dahulu kala seperti Regionalisme antara
negara – negara SKANDINAVIA yang terdiri dari Swedia, Norwegia , dan Denmark. Begitu
pula dengan BENELUX yang terdiri dari Belgia , Nederland dan Luxsemburg. Mereka
bekerjasam dalam satu ikatan , namun perlu diketahui bahwa contoh – contoh diatas kurang
mempunyai pengaruh terhadap Politik Hukum dunia. Keduanya tidak dianggap terlalu
penting , lain halnya dengan NATO yang terdiri dari batasan negara Eropa Barat masih
ditambah lagi dengan Turki dan Canada. Mereka punya pengaruh besar terhadap Politik
Hukum negara – negara didunia dibandingkan dengan BENELUX.
ix
Jika dikaji antara politik hukum dan asas-asas hukum maka akan terlihat konsep
sebagai berikut :
1) Politik Hukum di negara manapun juga termasuk di Indonesia tidak bisa lepas dari asas
Hukum.
2) diantara asas”itu terhadap asas yang dijadikan sumber tertib hukum bagi suatu negara.
3) Asas hukum yang dijadikan sumber tertib hukum/dasar negara disebut : grund norm
4) Di Indonesia yang dijadikan dasar negara adalah Pancasila
5) Asas hukum yang dijadikan dasar negara ini merupakan hasil proses pemikiran yang digali
dari pengalaman Bangsa Indonesia sendiri; bukan diambil dari hasil perenungan belaka;
bukan hal yang sekonyong-konyong masuk kedalam pemikiran masyarakat Indonesia
tetapi memiliki batasan-batasan tertentu, seperti ada yang bersifat Nasional, ada yang lebih
khusus lagi seperti : kehidupan agama, suku, profesi, dll; ada yang merupakan hasil pengaruh
dari sejarah dan lingkungan masyarakat dunia.
x
( berlakunya satu sistem hukum diseluruh wilayah Indonesia ). Sistem Hukum nasional
tersebut terdiri dari:
1. Hukum Islam ( yang dimasukkan adalah asas – asasnya)
2. Hukum Adat ( yang dimasukkan adalah asas – asasnya )
3. Hukum Barat (yang dimasukkan adalah sistematikanya)
4. Sistem hukum nasional yang dibangun berdasrkan Pancasila dan UUD 1945.
Tidak ada hukum yang memberi hak istimewa pada warga negara tertentu
berdasarkan pada suku, ras, dan agama. Perbedaan yang ada hanya semata – mata didasarkan
pada kepentingan nasional dalam rangka kesatuan dan persatuan bangsa, sebab, pembentukan
hukum harus memperhatikan kemajemukan masyarakat. Oleh karenanya, masyarakat
memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan hukum, sehingga masyarakat harus
ikut berpartisipasi dalam pembentukan hukum .
Hukum adat dan hukum yang tidak tertulis lainnya diakui sebagai subsistem hukum
nasional sepanjang nyata-nyata hidup dan dipertahankan dalam pergaulan
masyarakat. Pembentukan hukum sepenuhnya didasarkan pada partisipasi
masyarakat. Artinya, keikutsertaan masyarakat dalam membuat hukum menentukan
keabsahan hokum itu sendiri sebagaipedoman dalam berbuat. Hukum dibentuk dan
ditegakkan demi kesejahteraan umum ( keadilan sosial bagi seluruh rakyat ) terwujudnya
masyarakat yang demokratis dan mandiri serta terlaksananya negara berdasarkan hukum dan
konstitusi.
Selain politik hukum permanen, ada juga Politik Hukum yang bersifat temporer,
yaitu :. sebagai kebijaksanaan yang ditetapkan dari waktu ke waktu sesuai dengan kebutuhan
. Politik hukum temporer sangat dipengaruhi oleh orang-orang yang menkonsumsinya. Di
Indonesia misalnya, cara – cara yang digunakan untuk membentuk politik hukumnya tidak
sama dengan cara – cara yang digunakan oleh negara, asing seperri : Negara
Kapitalis, Negara Komunis, Negara yang fanatik religius. Akan tetapi untuk menghindari
perbedaan – perbedaan yang mencolok dan cara – cara yang ekstrim untuk mencapai keadilan
dan kemakmuran , menolak cara – cara yang dianggap tepat oleh paham: Negara
Kapitalis, Negara Komunis, Negara yang fanatik religius, Ketiga cara ini merupakan cara
yang ekstrim. Kapitalis misalnya menganggap bahwa manusia perorangan yang individualis
adalah yang paling penting. Komunisme, menganggap bahwa masyarakat yang terpenting
diatas segalanya, Fanatik religius
xi
Sudah menjadi dan merupakan realita bahwa manusia hidup di dunia ini harus
bergulat untuk mempertahankan hidupnya ( survive ) , maka Politik Hukum kita pasti tidak
akan menggunakan cara – cara kapitalis, komunis, dan fanatik religius.
xiii
Metode adalah cara dalam mempelajari Politik Hukum Empirik adalah kenyataan
(secara praktis untuk mendekati Politik Hukum adalah dengan melihat Konstitusi Negara).
Seperti halnya bidang ilmu lainnya, politik hukum sangat tergantung dengan perairan yang
dating kepadanya. Dalam politik hukum dikenal istilah Politik Hukum Lama dan politik
hokum baru. Politik Hukum Lama, di jalankan pada masa pemerintahan Hindia, Belanda,
diawali sejak kedatangan atau zaman pemerintahan Hindia Belanda yang menerapkan asas
Konkosedansi yaitu: menerapakn hubungan yang berlaku di Belanda berlaku juga di Hindia
Belanda. Di Hindia Belanda selain berlaku hukum adat dan Hukum Islam.
Sejak pendudukan penjajahan Belanda sampai dengan Indonesia merdeka tidak ada
asvikasi hukum. Kalau menang Belanda berupaya untuk melakukan asifikasi
(memberlakukan satu hukum untuk seluruh Rakyat di seluruh wilayah negara) tidak berhasil
juga. Dalam politik hukum dikenal.
Asas Konkordansi yaitu pemberlakuan hukum Belanda disebuah wilayah Hindia
Belanda. Ada juga yang disebut dengan unufikasi hukum. Unifikasi Hukum adalah
berlakunya suatu hukum di suatu wilayah negara untuk seluruh pasalnya. Sekarang timbul
pertanyaan : “Kenapa hukum Islam masih berlaku “? Jawabannya adalah, karena sebagian
besar pelakunya adalah beragama Islam.
Hamengku Buwono IX yang tetap mempertahankan Budaya Timur dengan
menyatakan: jiwa barat dan timur dapat dilakukan dan bekerja sama secara ekonomomis
tanpa harus kehilangan kepadiannya masing-masing. Selama tidak menghambat kemajuan,
adat akan tetap menduduki tempat yang utama dalam mator yang kay7a dalam tradisi.
Pandangan politik hukum penjajah Belanda di Hindia Belanda (Indonesia);
1. secara keseluruhan politik hukum Belanda sama isinya dengan politik hwed untuk tanah atau
aja hanya di Hindia Belanda.
2. panangan politik Hukum Belanda sama dengan politik umum dan politik hukum dari hampir
smua orang Eropa dan orang negara baratt trhadap daerah timur yang mereka jajah.
3. umumnya daerah yang dapat mereka kuasai; Daerah di Afrika dan Asia.
4. dikatakan oleh mereka, kebudayaan barat, tinggi, baik, mul;ia,sedangkan kebudayaan timur
rendah terbelakang, primitif, sangat bergantung pada alam.
5. orang yang berpegang pada kebudayaan barat maju sedangkan yang berpegang pada timur
ketinggalan zaman.
6. pendidikan mereka memandang pendidikan asli rendah, pendidikan Islam rendah dapat
dilihat pada daerah jajahan Inggris, perancis, Belanda.
xiv
7. Usaha penjajah Belanda memaksakan sistem kebudayaan ke Hindia Belanda berhasil
sehingga pemikiran sebagian bangsa Indonesia berpihak pada penjajah Belanda atau Barat.
8. Jadi terjadi dikotomi timur dan Barat.
f. Tahun 1952, DORMEIER membuka wacana dengan cara : menulis buku “Pengantar Ilmu
Hukum” (buku PIH karangannya ini adalah buku PIH pertama dalam Bahasa
Indonesia). Menukis bentuk-bentuk khusus Hukum yang berlaku di Indonesia.
g. Tahun 1955, LEMAIRE Deskripsi Hukum Indonesia.
h. Tahun 1965, DANIEL S.LEV. menyatakan Transformasi yang sesungguhnya terhadap
hukum masa Kolonial, terutama tergantung dari pembentukan Ide-ide baru, yang akan
mendorong ke arah bentuk Hukum yang sama sekali berbeda dengan Hukum Kolonial. Sejak
sebelum kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan Republik Indonesia sudah banyak usulan
agar Negara Republik indonesia memiliki Hukum Politik dsendiri, bukan Politik Hukum
yang sama dengan Politik Hukum Belanda. Usulan-usulan tersebut. Tahun 1929,
KLEINTJES menulis dalam sebuah buku, yang isinya : pokok-pokok Hukun Tentang Negara
dan Hukum Antar Negara yang berlaku di Hindia Belanda.
i. Tahun 1932, VAN VOLLEN HOVEN dalam pidatonya yang berjudul “Romantika Dalam
Hukum indonesia” menyatakan : sangat sulit untuk membuat definisi tentang hokum. Definisi
hokum dapat berganti setiap waktu sesuai dengan kemauan yang berkepentingan.
xv
PENUTUP
Hukum Indonesia harusnya menuju “Hukum Yang Mandiri” dan jangan hanya
menjadi tambahan saja bagi Hukum Belanda di Hindia Belanda. Idealnya, sejak tahun 1945
Indonesia sudah memiliki Politik Hukum sendiri yang sesuai dengan situasi dan kondisi
Bangsa Indonesia. dipakainya Hukum Adat sebagai sumber Hukum
Nasional adalah disebakan Hukum Adat sudah dikenal luas dan eksis dalam budaya dan
perasaan Bangsa Indonesia. Hukum adat juga telah diberlakukan secara turun temurun oleh
nenek moyang kita dan terpelihara hingga sekarang. Dipakainya Hukum Islam sebagai
sumber Hukum Nasional adalah karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam,
bahkan data terakhir menunjukkan bahwa umat Islam adalah 87 % dari penduduk
Indonesia. Namun perlu digarisbawahi bahwa Hukum Adat dan Hukum
Islam dimaksud hanya diambil asas-asasnya saja. Sedangkan Hukum Barat
dijadikan sebagai sumber Hukum Nasional juga karena berkaitan dengan urusan-urusan
Internasional atau berkaitan dengan Hukum atau perdagangan Internasional.
xvi
DAFTAR PUSTAKA
xvii