Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

POLITIK HUKUM

O
L
E
H

Kelompok 5

Masri 2010003600451
Rauf Ar Rasyid 2010003600005
Tedy Firmansyah 2010003600147
Prima Suharyana 2010003600185
M. Agung F.Dafiar 2010003600223
Velyx JuanV 2010003600161

UNIVERSITAS EKASAKTI
FAKULTAS HUKUM
TAHUN 2022 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan bagi para pembaca dan pemakalah
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini

Hormat kami

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………….……………

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………...…ii

PENDAHULUAN ………………………………………………………………......ii

PEMBAHASAN ……………………………………………………………….…… 1

1. Pengertian Politik Hukum..........................................................................................1.


2. Posisi Politik Hukum Di Indonesia.............................................................................3
3. Ruang Gerak Politik Hukum Suatu Negara.............................................................4
4.  Politik Hukum Sebagai Tata Tertib Dunia..............................................................5
5. Kerangka Landasan Politik Hukum Di Indonesia...................................................6
6. Sistem Hukum Nasional di Indonesia.......................................................................7
7.  Politik Hukum Nasional.............................................................................................8
8.  Politik Hukum Sebagai Ilmu.....................................................................................9
9. Obyek Politik Hukum.....................................................................................9

PENUTUP ..................................................................................................................13

iii
PENDAHULUAN

Politik dan Hukum merupakan subsistem dalam sistem kemasyarakatan. Masing-


masing melaksanakan fungsi-fungsi tertentu untuk menggerakkan sistem kemasyarakatan
secara keseluruhan. Secara garis besar, hukum juga berfungsi melakukan social
control, dispute settlement and social engeneering atau inovation. Fungsi politik meliputi
pemeliharaan sistem dan adaptasi (socialization dan recruitment),
konversi (rule making, rule aplication, rule adjudication, interesttarticulation and
aggregation) dan fungsi kapabilitas (regulatif extractif, distributif and responsif). Sedangkan
hukum memberikan dasar legalitas bagi kekuasaan politik dan kekuasaan politik membuat
hukum menjadi lebih efektif. Dengan kata lain, hukum adalah kekuasaan yang diam dan
politik adalah hukum yang in action dan kehadirannya dirasakan serta berpengaruh pada
kehidupan kemasyarakatan.
Politik dan Hukum mempunyai kedudukan yang sejajar. Hukum tidak bisa ditafsirkan
sebagai bagian dari sistem politik, demikian juga sebaliknya. Dalam realitas hubungan
hukum dan politik tidak sepenuhnya ditentukan oleh prinsip-prinsip yang diatur dalam sistem
konstitusi, tetapi lebih ditentukan pada komitmen rakyat dan elite politik untuk bersungguh-
sungguh melaksanakan konstitus tersebut sesuai dengan semangat dan jiwanya.
Bagaimana semestinya politik dengan hukum, dan bagaimana pula politik hokum di
mata masyarakat yang super heterogen seperti Indonesia..?

iv
PEMBAHASAN

1.    Pengertian Politik Hukum


Politik hukum adalah suatu istilah yang tidak asing dalam pendengaran para praktisi
hukum. Politik hukum memiliki penekanan yang berbeda oleh para pakar hukum dalam
mendefinisikannya. Politik hukum terdiri dari dua kata yaitu “politik” dan “hukum” dan
masing-masing memiliki teori-teori. Teori politik adalah suatu bahasan dan generalisasi dari
phenomena yang bersifat politik. Dengan perkataan lain teori politik adalah bahasan dari
renungan atas : a) tujuan dari kegiatan politik, b) cara-cara mencapai tujuan itu, c)
kemungkinan-kemungkinan dan kebutuhan-kebutuhan yang ditimbulkan oleh  sistuasi politik
tertentu dan d) kewajiban-kewajiban (obligations) yang diakibatkan oleh tujuan politik itu.
(Budiardjo, 2007:30)
  Menurut Thomas P. Jenkin dalam Budiardjo (2007:30) dibedakan dua macam teori
politik walaupun tidak bersifat mutlak, yaitu :
1). Teori-teori yang mempunyai dasar moril dan yang menentukan norma-norma politik  (norma
for political behavior), yang terdiri atas tiga golongan, yaitu a) filsafat politik (political
philosophy), b) teori politik sistematis (systematic political theory), dan c) ideology
politik (political ideology)
2). Teori-teori yang menggambarkan dan membahas phenomen dan fakta-fakta politik dengan
tidak mempersoalkan norma-norma atau nilai. Teori ini dapat dinamakan non valuational
(bebas nilai). Ia biasanya bersifat deskriptif (menggambarkan) dan komparatif
(membandingkan). Teori ini berusaha membahas fakta-fakta kehidupan politik sedemikian
rupa sehingga dapat di sistematisir dan disimpulkan dalam generalisasi-generalisasi.
(Budiardjo, 2007:31)
Selanjutnya perihal hukum. Dalam bahasa Indonesia Peraturan yang memaksa ini
disebut hukum, dalam bahasa Belanda disebut recht, dalam Bahasa Inggris
disebut law, dalam Bahasa Prancis disebut loi dan dalam Bahasa Latin disebut Ius (Wahid
dkk. 1960:10). Analisa-analisa mengenai hukum serta hubungannya dengan politik mulai
dikembangkan pada abad ke 19, namun basih sebatas penelitian pada negara-negara barat.
Manusia dalam hal ini dilihat sebagai makhluk yang terpengaruh oleh faktor sosial,
psychology dan kebudayaan, sehingga mengakibatkan kecenderungan pada ilmu hukum
untuk meremehkan kekuatan-kekuatan social dan kekuatan-kekuatan lainnya di luar bidang
hukum. Sebagai perbandingan berikut dikemukakan beberapa pengertian politik hukum.
v
Hukum tidak boleh dipisahkan dari masyarakat. Hukum bertujuan menjaga ketertiban
masayarakat, dan masyarakat memerlukan hokum untuk ketertiban. Ketertiban dengan
masyarakat bagaikan satu mata uang dengan dua sisinya. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Cicero ada 2000 tahun yang lalu yaitu : Ubi Societas ibi ius” yang artinya : Apabila ada
masyarakat harus ada hokum. (Sundawa,2008:69)
Pengertian Politik Hukum Menurut Para Pakar dapat dikemukakan sebagai berikut :
a.      Menurut Mahmud M.D adalah legal policy yang akan atau telah dilaksanakan secara
nasional oleh pemerintah Indonesia. Legal policy mengenai pembangunan hukum yang
berintikan pembuatan dan pembaruan terhadap materi-materi hukum agar sesuai dengan
kebutuhan.
b.    Menurut Satjipto Rahardjo, Pengertian Politik Hukum ialah aktivitas yang menentukan
pilihan mengenai tujuan dan cara-cara yang hendak dipakai untuk mencapai tujuan hukum
dalam masyarakat.
c.     Menurut Padmo Wahjono mengenai Pengertian Politik Hukum merupakan kebijaksanaan
penyelenggaraan negara mengenai kriteria menghukumkan sesuatu atau menjadikan sesuatu
sebagai hukum. Kebijaksanaan yang dimaksud dapat berkaitan dengan pembentukan hukum
dan penerapannya.
d.    Menurut L. J. Van Apeldorn, Pengertian Politik Hukum yaitu Politik hukum sebagai politik
perundang-undangan. Politik hukum berarti menetapkan suatu tujuan dan isi peraturan
perundang-undangan hanya terbatas pada hukum tertulis.  Menurut Purbacaraka dan Soerjono
Soekanto, Pengertian Politik Hukum adalah kegiatan memilih nilai-nilai dan menerapkan
nilai-nilai.
e.     Menurut Teuku Muhammad Radhie mengatakan bahwa Pengertian Politik Hukum ialah
sebagai pernyataan kehendak penguasa negara dan mengenai hukum yang berlaku di wilayah
suatu negara dan mengenai arah pengembangan hukum.
f.     Menurut Abdul Hakim yaitu politik hukum sama dengan politik pembangunan hukum.
g.    Menurut Satjipto Rahardjo, Politik Hukum adalah aktivitas untuk menentukan suatu pilihan
mengenai tujuan dan cara – cara yang hendak dipakai untuk mencapai tujuan hukum dalam
masyarakat.
h. Menurut Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Politik Hukum sebagai kegiatan
–   kegiatan memilih nilai- nilai dan menerapkan nilai – nilai.
Dari beberapa Pengertian Politik Hukum sebagaimana dipaparkan diatas
dapat disimpulkan bahwa, Pengertian Politik Hukum adalah sarana penguasa dalam mencapai

vi
tujuan negara dalam upaya menjaga ketertiban, keamanan, pembangunan perekonomian dan
menciptakan suasana pemerintahan yang kondusif guna mewujudkan pemerintah yang bersih.
Perlu digaris bawahi bahwa definisi atau pengertian hukum juga bervariasi namun
dengan meyakini adanya persamaan substansif antara berbagai pengertian yang ada atau tidak
sesuai dengan kebutuhan penciptaan hukum yang diperlukan. Bellefroid dalam
bukunya Inleinding Tot de Fechts Weten Schap in Nederland mengutarakan posisi politik
hukum dalam pohon ilmu hukum sebagai ilmu.

2.    Posisi Politik Hukum Di Indonesia


Politik hukum merupakan salah satu  cabang atau bagian dari ilmu hukum, menurutnya
ilmu hukum terbagi atas :
a)       Dogmatika Hukum, Memberikan penjelasan mengenai isi  ( in houd ) hukum , makna
ketentuan – ketentuan hukum , dan menyusunnya sesuai dengan asas – asas dalam suatu
sistem hukum.
b)      Sejarah Hukum, Mempelajari susunan hukum yang lama yang mempunyai pengaruh dan
peranan terhadap pembentukan hukum sekarang. Sejarah Hukum mempunyai arti penting
apabila kita ingin memperoleh pemahaman yang baik tentang hukum yang berlaku sekarang .
c)       Ilmu Perbandingan Hukum, Mengadkan perbandingan hukum yang berlaku diberbagai
negara , meneliti kesamaan, dan perbedaanya
d)      Politik Hukum, Politik Hukum bertugas untuk meneliti perubahan – perubahan mana yang
perlu diadakan terhadap hukum yang ada agar memenuhi kebutuhan – kebutuhan baru
didalam kehidupan masyarakat.
e)       Ilmu Hukum Umum, Tidak mempelajari suatu tertib hukum tertentu , tetapi melihat hukum
itu sebagai suatu hal sendiri, lepas dari kekhususan yang berkaitan dengan waktu dan tempat.
Ilmu Hukum umum berusaha untuk menentukan dasar- dasar pengertian  perihal hukum ,
kewajiban hukum , person atau orang yang mampu bertindak dalam hukum, objek hukum
dan hubungan hukum. Tanpa pengertian dasar ini tidak mungkin ada hukum dan ilmu hukum.
Berdasarkan atas posisi ilmu politik hukum dalam dunia ilmu pengetahuan seperti yang
telah diuraikan , maka objek ilmu politik hukum adalah “ HUKUM “. Hukum yang berlaku
sekarang , yang berlaku diwaktu yang lalu, maupun yang seharusnya berlaku diwaktu yang
akan datang. Sedangkan Hukum yang dipakai untuk mendekati / mempelajari objek politik
hukum adalah praktis ilmiah bukan teoritis ilmiah.
Penggolongan lapangan Hukum yang klasik/tradisional dianut dalam tata hukum di
Eropa dan tata hukum Hindia Belanda, yang kemudian berlaku di Indonesia (sebagai bekas
vii
jajahan Belanda) adalah : Hukum Tata Negara, Hukum Tata usaha, Hukum Perdata, Hukum
Dagang, Hukum Pidana, dan Hukum Acara, sedangkan Lapangan Hukum
Baru adalah :Hukum Perburuhan, Hukum Agraria, Hukum  Ekonomi, dan  Hukum Fiskal
Pembagian Hukum secara tradisional antara lain : Hukum Nasional terbagi mejadi 6
bagian diantaranya :Hukum Tata Negara, Hukum adminitrasi Negara, Hukum
Perdata, Hukum Pidana, Hukum Acara Perdata, dan Hukum Acara Pidana. Selanjutnya
hukum nasional tradisional mengandung  “ Ide ”, “ asas ”, dan  “ nilai “, sumber
hukum ketika semua itu dijadikan satu maka disebut kegiatan politik hukum nasional.
.
3.    Ruang Gerak Politik Hukum Suatu Negara
Adanya Politik Hukum menunjukkan eksistensi hukum negara tertentu , bergitu pula
sebaliknya, eksistensi hukum menunjukkan eksistensi Politik Hukum dari negara
tertentu. Politik Hukum mengejawantahkan dalam nuansa kehidupan bersama para warga
masyarakat. Di lain pihak Politik Hukum juga erat bahkan hampir menyatu dengan
penggunaan kekuasaaan didalam kenyataan. Untuk mengatur negara , bangsa  dan rakyat.
Politik Hukum terwujud dalm seluruh jenis peraturan perundang – undangan negara.
Lembaga – Lembaga Yang Berwenang dalam politik hokum suatu Negara
menurut Montesquieu adalah  Trias Politica yang membagi kuasaan negara atas 3  (tiga)
pusat kekuasaan dalam lembaga negara, antara lain : Eksekutif sebagai kekuasaan untuk
menjalankan pemerintahan dan hukum,  Legislatif sebagai kekuasaan untuk mengadakan dan
membuat aturan/hukum/undang-undang. Khusu mengenai badan legislative (badan yang
berwenang membuat peraturan Negara) yang pernah ada di Indonesia adalah :
a. Volksraad (1918-1942)
b. Komite Nasional Indonesia (1945-1949)
c. DPR dan Senat Republik Indonesia Serikat (1949-1950)
d. DPR Sementara (1950-1956)
e. DPR hasil Pemilu 1955 (1956-1959)
f. DPR Peralihan (159-1960)
g. DPR Gotong Royong Demokrasi Terpimpin (1960-1966)
h. DPR Gotong Royong Demokrasi Pancasila (1966-1971)
i. DPR hasil Pemilihan Umum 1971 (1971-1977)
j. DPR hasil Pemilihan Umum 1977
k. DPR hasil Pemilihan Umum 1982

viii
Selanjutnya, Yudikatif sebagai kekuasaan untuk mengawasi dan mengadili pelanggaran
yang dilakukan terhadap Undang-Undang/peraturan yang berlaku. Ketiga kekuasaan
tersebut berfungsi sebagai centra – centra kekuasaaan negara yang masing – masing harus
dipisahkan. Dalam kaitanya dengan Poliik Hukum yang tidak lain tidak bukan adalah
penyusunan tertib hukum negara, Sehingga ketiga lembaga tersebut yang berwenang
melakukannya.
Ruang gerak politik hukum suatu negara sering dinamakan
dengan Regionalisme Regionalisme berasal dari kata “ Region” yang berarti “ daerah bagian
dari suatu wilayah tertentu “. Dewasa ini regionalisme diartikan sebagai bagian dari dunia ,
yang meliputi beberapa negara yang berdekatan letaknya , yang mempunyai kepentingan
bersama. Dengan kata lain Regionalisme adalah suatu kerjasama secara kontinue antara
negara – negara di dunia. Antara Negara-negara barat dengan Negara-negara timur; antara
Negara-negara eropah dengan Negara-negara amerika; antara Negara-negara Asia dengan
Negara-negara eropah dan seterusnya.
Pada dasarnya Regionalisme sudah ada sejak dahulu kala seperti Regionalisme antara
negara – negara SKANDINAVIA yang terdiri dari Swedia, Norwegia , dan Denmark. Begitu
pula dengan BENELUX yang terdiri dari Belgia , Nederland dan Luxsemburg.  Mereka
bekerjasam dalam satu ikatan , namun perlu diketahui bahwa contoh – contoh diatas kurang
mempunyai pengaruh terhadap Politik Hukum dunia. Keduanya tidak dianggap terlalu
penting , lain halnya dengan NATO yang terdiri dari batasan negara Eropa Barat masih
ditambah lagi dengan Turki dan Canada. Mereka punya pengaruh besar  terhadap Politik
Hukum negara – negara didunia dibandingkan dengan BENELUX.

4.    Politik Hukum Sebagai Tata Tertib Dunia


Ada pemahaman yang baru mengenai ruang gerak bahwa Politik Hukum itu sendiri itu
dinamis. Bersama dengan laju perkembangan jaman , maka ruang gerak Politik Hukum tidak
hanya sebatas negara sendiri saja melainkan meluas sampai keluar batas negara hingga ke
tingkat Internasional. Menurut pendapatnya Sunaryati Hartono , Politik Hukum tidak terlepas
dari realita sosial dan tradisional yang terdapat di negara kita dan di lain pihak. Sebagai salah
satu anggota masyarakat dunia ,maka Politik Hukum Indonesia tidak terlepas pula dari
Realita dan politik Hukum Internasional. Politik hokum Negara kita dibatasi oleh politik
hokum Negara lain. Artinya politik hokum kita dianggap dapat dijalankan ketika tidak
berbenturan dengan politik hokum dari Negara lain.

ix
Jika dikaji antara politik hukum dan asas-asas hukum maka akan terlihat konsep
sebagai berikut :
1)      Politik Hukum di negara manapun juga termasuk di Indonesia tidak bisa lepas dari asas
Hukum.
2)      diantara asas”itu terhadap asas yang dijadikan sumber tertib hukum bagi suatu negara.
3)      Asas hukum yang dijadikan sumber tertib hukum/dasar negara disebut : grund norm
4)      Di Indonesia yang dijadikan dasar negara adalah Pancasila
5)      Asas hukum yang dijadikan dasar negara ini merupakan hasil proses pemikiran yang digali
dari pengalaman Bangsa Indonesia sendiri; bukan diambil dari hasil  perenungan belaka;
bukan hal yang sekonyong-konyong masuk kedalam pemikiran masyarakat Indonesia
tetapi memiliki batasan-batasan tertentu, seperti ada yang bersifat Nasional, ada yang lebih
khusus lagi seperti : kehidupan agama, suku, profesi, dll; ada yang merupakan hasil pengaruh
dari sejarah dan lingkungan masyarakat dunia.

5. Kerangka Landasan Politik Hukum Di Indonesia


Negara Republik Indonesia yang lahir dan berdiri tanggal 17 Agustus 1945, yaitu
sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dikumandangkan oleh Ir. Soekarno dan Hatta
atas nama bangsa Indonesia dari Jalan Pegangsaan Timur nomor 56 Jakarta tersebut
merupakan detik penjebolan tertib hukum kolonial, pelepasan diri dari genggaman
penjajahan,  dan sekaligus titik kulminasi perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahnya,
serta merupakan detik pembangunan tertib hukum nasional ( Tatanan Hukum
Nasional ) secara bebas dan bermartabat.
Muncul politik hukum yang bebas dari pengaruh bangsa lain adalah sejak tanggal 17
Agustus 1945, yaitu sejak dikumandangkannya Proklamasi kemerdekaan RI, bukan tanggal
18 Agustus 1945 saat mulai berlakunya konstitusi / hukum dasar negara RI.Politik hukum
menurut Bagi Manan, seperti yang dikutip oleh Kotan Y. Stefanus dalam bukunya yang
berjudul “ Perkembangan Kekuasaan Pemerintahan Negara ” menyatakan bahwa Politik
Hukum terdiri dari
Politik Hukum yang bersifat tetap ( permanen ), yaitu politik hokum yang berkaitan
dengan sikap hukum yang akan selalu menjadi dasar kebijaksanaan pembentukan dan
penegakkan hukum. Bagi bangsa Indonesia , Politik Hukum tetap antara lain : Terdapat satu
sistem hukum yaitu Sistem Hukum Nasional.  Setelah 17 Agustus 1945, maka politik hukum
yang berlaku adalah politik hukum nasional , artinya telah terjadi unifikasi hukum

x
( berlakunya satu sistem hukum diseluruh wilayah Indonesia ). Sistem Hukum nasional
tersebut terdiri dari:
1. Hukum Islam ( yang dimasukkan adalah asas – asasnya)
2. Hukum Adat ( yang dimasukkan adalah asas – asasnya )
3. Hukum Barat (yang dimasukkan adalah sistematikanya)
4. Sistem hukum nasional yang dibangun berdasrkan Pancasila dan UUD 1945.
Tidak ada hukum yang memberi hak istimewa pada warga negara tertentu
berdasarkan pada suku, ras, dan agama. Perbedaan  yang ada hanya semata – mata didasarkan
pada kepentingan nasional dalam rangka kesatuan dan persatuan bangsa, sebab, pembentukan
hukum harus memperhatikan kemajemukan masyarakat. Oleh karenanya, masyarakat
memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan hukum, sehingga masyarakat harus
ikut berpartisipasi dalam pembentukan hukum .
Hukum adat dan hukum yang tidak tertulis lainnya diakui sebagai subsistem hukum
nasional sepanjang nyata-nyata hidup dan dipertahankan dalam pergaulan
masyarakat. Pembentukan hukum sepenuhnya didasarkan pada partisipasi
masyarakat. Artinya, keikutsertaan masyarakat dalam membuat hukum menentukan
keabsahan hokum itu sendiri sebagaipedoman dalam berbuat. Hukum dibentuk dan
ditegakkan demi kesejahteraan umum ( keadilan sosial bagi seluruh rakyat ) terwujudnya
masyarakat yang demokratis dan mandiri serta terlaksananya negara berdasarkan hukum dan
konstitusi.
Selain politik hukum permanen, ada juga Politik Hukum  yang bersifat temporer,
yaitu :. sebagai kebijaksanaan  yang ditetapkan dari waktu ke waktu sesuai dengan kebutuhan
. Politik hukum temporer sangat dipengaruhi oleh orang-orang yang menkonsumsinya. Di
Indonesia misalnya, cara – cara yang digunakan untuk membentuk politik hukumnya tidak
sama dengan cara – cara yang digunakan oleh negara, asing seperri : Negara
Kapitalis, Negara Komunis,  Negara yang fanatik religius. Akan tetapi untuk  menghindari
perbedaan – perbedaan yang mencolok dan cara – cara yang ekstrim untuk mencapai keadilan
dan kemakmuran , menolak cara – cara yang dianggap tepat oleh paham: Negara
Kapitalis, Negara Komunis, Negara yang fanatik religius,  Ketiga cara ini merupakan cara
yang ekstrim. Kapitalis misalnya menganggap bahwa manusia perorangan yang individualis
adalah yang paling penting. Komunisme, menganggap bahwa masyarakat yang terpenting
diatas segalanya,  Fanatik religius

xi
Sudah menjadi dan merupakan realita bahwa manusia hidup di dunia ini harus
bergulat untuk mempertahankan hidupnya ( survive ) , maka Politik Hukum kita pasti tidak
akan menggunakan cara – cara kapitalis, komunis, dan fanatik religius.

6. Sistem Hukum Nasional di Indonesia


Hukum nasional suatu negara merupakan gambaran dasar mengenai tatanan hukum
nasional yang dianggap sesuai dengan kondisi masyarakat yang bersangkutan. Bagi Indonesia
, tatanan hukum nasional yang sesuai dengan masyarakat Indonesia adalah yang berdasarkan
Pancasila dengan pokok – pokoknya sebagai berikut :
1. Sumber dasar Hukum Nasional
Adalah kesadaran atau perasaan hukum masyarakat yang menentukan isi suatu kaedah
hukum. Dengan demikian sumber dasar tatanan hukum Indonesia adalah perasaan hukum
masyarakat Indonesia yang terjelma dalam pandangan hidup Pancasila. Oleh karena itu dalam
kerangka sistem hukum Indonesia , Pancasila menjadi sumber hukum ( Tap MPRS No. XX/
MPRS / 1966 ).
2.       Cita – cita hukum nasional
              Dalam penjelasan UUD 1945 , dinyatakan bahwa pembukaan UUD 1945 memuat pokok –
pokok pikiran sebagai berikut :  Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dengan   berdasar atas persatuan. Negara hendak mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Negara yang berkedaulatan rakyat , berdasar
atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan.  Negara berdasar atas KeTuhanan Yang
Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

7. Politik Hukum Nasional


Politik hukum yang dilakukan oleh pemerintah berkaitan erat dengan wawasan nasional
bidang hukum yakni cara pandang bangsa Indonesia mengenai kebijaksanaan politik yang
harus ditempuh dalam rangka pembinaan hukum di Indonesia. Adapun arah kebijaksanaan
politik dibidang hukum ditetapkan dalam GBHN.
Dalam TAP MPR dibawah ini terdapat politik hukum Indonesia yang menyangkut
GBHN, antara lain:
1. TAP MPR No. 66 / MPRS / 1960
2. TAP MPR No. IV / MPR / 1973
3. TAP MPR No. IV / MPR / 1978
4. TAP MPR No. II / MPR / 1983
xii
5. TAP MPR No. II / MPR / 1988
6. TAP MPR No. II / MPR / 1993
7. TAP MPR No. X / MPR / 1998
Khusus tentang pokok–pokok reformasi pembangunan dalam rangka penyelamatan dan
normalisasi kehidupan nasional sebagai haluan negara “.
1. TAP MPR No. VIII / MPR / 1998
2. Mencabut TAP MPR No. II / MPR/ 1998
3. TAP MPR No. X / MPR / 1998, tentang GBHN
4. TAP MPR No. IV / MPR / 1999 tentang GBHN 1999 sampai dengan 2004.

8. Politik Hukum Sebagai Ilmu


   1. Pengertian Politik Hukum
Pengertian politik hukum sangat bervariasi. Setiap definisi memiliki penekanan yang
berbeda antara satu dengan lainnya. Sesungguhnya ada banyak definisi yang diberikan oleh
para ahli. Pada definisi-definisi yang diberfikan tersebut ternyata ada perbedaann batasan
tentangf politik hukum.  Politik Hukum Perundang-undangan terdiri dari hukum tertulis dan
hukum tidak tertulis. Tertulis dimaksudkan adalah Undang-undang yang bersifat
Permanen. Sedangkan  tidak tertulis dimaksudkan adalah Kebijakan Publik (bisa berubah
“setiap saat sesuai dengan kebutuhan dan keadaan”) Sehingga keadaan dan kebutuhan yang
berubah-ubah inilah yang menyebabkan pembicaraan Politik Hukum menjadi sangat
kompleks, sebab antara kebutuhan dan keadaan suatu negara dengan negara lain bisa berbeda,
waktu lalu bisa berbeda dengan waktu sekarang.
Ruang Lingkup artinya situasi/tempat/faktor  “lain yang berada di sekitar Politik
Hukum yang berlaku sekarang,  Hukum yang sudah berlaku dan hukum yang akan berlaku.

9. Obyek Politik Hukum


Obyek yang dipelajari dalam Politik Hukum adalah Hukum-hukum yang bagaimana itu
bisa berbeda-beda atau Hukum ini dihubungkan atau dilawankan dengan Politik. Ilmu Bantu
Politik Hukum. Yang dimaksud Ilmu bantu disini adalah Ilmu yang dipakai dalam
mendekati/mempelajari Politik Hukum baik berupa konsep, “teori” dan penelitian. Sosiologi
hukum dan Sejarah Hukum dalam hal ini sangat membantu dalam mempelajari Politik
Hukum. Mempelajari politik hokum berarti harus menegetahui dan bahkan memiliki Metode
Pendekatan Politik hukum.

xiii
Metode   adalah cara   dalam mempelajari Politik Hukum Empirik adalah kenyataan
(secara praktis untuk mendekati Politik Hukum adalah dengan melihat Konstitusi Negara).
Seperti halnya bidang ilmu lainnya, politik hukum sangat tergantung dengan perairan yang
dating kepadanya. Dalam politik hukum dikenal istilah Politik Hukum Lama dan politik
hokum baru. Politik Hukum Lama, di jalankan pada masa pemerintahan Hindia, Belanda,
diawali sejak kedatangan atau zaman pemerintahan Hindia Belanda yang menerapkan asas
Konkosedansi yaitu: menerapakn hubungan yang berlaku di Belanda berlaku juga di Hindia
Belanda. Di Hindia Belanda selain berlaku hukum adat dan Hukum Islam.
Sejak pendudukan penjajahan Belanda sampai dengan Indonesia merdeka tidak ada
asvikasi hukum. Kalau menang Belanda berupaya untuk melakukan asifikasi
(memberlakukan satu hukum untuk seluruh Rakyat di seluruh wilayah negara) tidak berhasil
juga. Dalam politik hukum dikenal.
Asas Konkordansi yaitu pemberlakuan hukum Belanda disebuah wilayah Hindia
Belanda. Ada juga yang disebut dengan unufikasi hukum. Unifikasi Hukum adalah
berlakunya suatu  hukum di suatu wilayah negara untuk seluruh pasalnya. Sekarang timbul
pertanyaan : “Kenapa hukum Islam masih berlaku “? Jawabannya adalah, karena sebagian
besar pelakunya adalah beragama Islam.
Hamengku Buwono IX yang tetap mempertahankan Budaya Timur dengan
menyatakan: jiwa barat  dan timur dapat dilakukan dan bekerja sama secara ekonomomis
tanpa harus kehilangan kepadiannya masing-masing. Selama tidak menghambat kemajuan,
adat akan tetap menduduki tempat yang utama dalam mator yang kay7a dalam tradisi.
Pandangan politik hukum penjajah Belanda di Hindia Belanda (Indonesia);
1. secara keseluruhan politik hukum Belanda sama isinya dengan politik hwed untuk tanah atau
aja hanya di Hindia Belanda.
2. panangan politik Hukum Belanda sama dengan politik umum dan politik hukum dari hampir
smua orang Eropa dan orang negara baratt trhadap daerah timur yang mereka jajah.
3. umumnya daerah yang dapat mereka kuasai; Daerah di Afrika dan Asia.
4. dikatakan oleh mereka, kebudayaan barat, tinggi, baik, mul;ia,sedangkan kebudayaan timur
rendah terbelakang, primitif, sangat bergantung pada alam.
5. orang yang berpegang pada kebudayaan barat maju sedangkan yang berpegang pada timur
ketinggalan zaman.
6. pendidikan mereka memandang pendidikan asli rendah, pendidikan Islam rendah dapat
dilihat pada daerah jajahan Inggris, perancis, Belanda.

xiv
7. Usaha penjajah Belanda memaksakan sistem kebudayaan ke Hindia Belanda berhasil
sehingga pemikiran sebagian bangsa Indonesia berpihak pada penjajah Belanda atau Barat.
8. Jadi terjadi dikotomi timur dan Barat.
f.        Tahun 1952, DORMEIER membuka wacana dengan cara : menulis buku “Pengantar Ilmu
Hukum”  (buku PIH karangannya ini adalah buku PIH pertama dalam Bahasa
Indonesia). Menukis bentuk-bentuk khusus Hukum yang berlaku di Indonesia.
g.       Tahun 1955, LEMAIRE Deskripsi Hukum Indonesia.
h.       Tahun 1965, DANIEL S.LEV. menyatakan Transformasi yang sesungguhnya terhadap
hukum masa Kolonial, terutama tergantung dari pembentukan Ide-ide baru, yang akan
mendorong ke arah bentuk Hukum yang sama sekali berbeda dengan Hukum Kolonial. Sejak
sebelum kemerdekaan   dan sesudah kemerdekaan Republik Indonesia sudah banyak usulan
agar Negara Republik indonesia memiliki Hukum Politik dsendiri, bukan Politik Hukum
yang sama dengan Politik Hukum Belanda. Usulan-usulan tersebut. Tahun 1929,
KLEINTJES menulis dalam sebuah buku, yang isinya : pokok-pokok Hukun Tentang Negara
dan Hukum Antar Negara yang berlaku di Hindia Belanda.
i.        Tahun 1932, VAN VOLLEN HOVEN dalam pidatonya yang berjudul “Romantika Dalam
Hukum indonesia” menyatakan : sangat sulit untuk membuat definisi tentang hokum. Definisi
hokum dapat berganti setiap waktu sesuai dengan kemauan yang berkepentingan.

xv
PENUTUP

Hukum Indonesia harusnya menuju “Hukum Yang Mandiri” dan jangan hanya
menjadi tambahan saja bagi Hukum Belanda di Hindia Belanda. Idealnya, sejak tahun 1945
Indonesia sudah memiliki Politik Hukum sendiri yang sesuai dengan situasi dan kondisi
Bangsa Indonesia. dipakainya Hukum Adat sebagai sumber Hukum
Nasional adalah  disebakan Hukum Adat sudah dikenal luas dan eksis dalam budaya dan
perasaan Bangsa Indonesia. Hukum adat juga telah diberlakukan secara turun temurun oleh
nenek moyang kita dan terpelihara hingga sekarang. Dipakainya Hukum Islam sebagai
sumber Hukum Nasional adalah karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam,
bahkan data terakhir menunjukkan bahwa umat Islam adalah 87 % dari penduduk
Indonesia. Namun perlu digarisbawahi bahwa Hukum Adat dan Hukum
Islam dimaksud hanya diambil asas-asasnya saja. Sedangkan Hukum Barat
dijadikan sebagai sumber Hukum Nasional juga karena berkaitan dengan urusan-urusan
Internasional atau berkaitan dengan Hukum atau perdagangan Internasional.

xvi
DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo, Miriam.   2007   Dasar-Dasar Ilmu Politik     Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama


Kusnadi.     1983  Pengantar  Hukum Tata Negara Indonesia  Jakarta:Pusat Studi Hukum Tata
Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Selayan, Abdul Wahid.  1960    Pengertian Umum Bab Pertama Tata Hukum  Medan:Bintang
Sundawa, Dadang, dkk   2008    Pendidikan Kewarganegaraan       Jakarta:Aneka Ilmu
Wawan Muhwan Hariri    2012   Pengantar ilmu Hukum. Jakarta:CV. Pustaka Setia

xvii

Anda mungkin juga menyukai