Anda di halaman 1dari 47

“POLITIK HUKUM NASIONAL”

PENGANTAR HUKUM INDONESIA


KELAS B/ BT 2
DOSEN PENGAMPUH : Dr. M. H. Roma Tampubolon, SH, MH.

MAKALAH
DISUSUN
OLEH KELOMPOK E

1. MOH. IQBAL S. AHABA D10122406


2. DEA LESTARI KENDE D10122231
3. MOH. MAARIFAT MAHABBAH D10122441
4. MONICA ENJELIA ARDILA D10122322
5. ANDIKA HADI CAHYONO D10122199
6. DWI SAGITA HARIANI D10122018
7. MUH ARIF YUSFAR D10122699

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Politik
Hukum Nasional Indonesia” tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah pengantar
hukum indonesia.

Terima kasih kepada bapak Dr. M. H. Roma Tampubolon, SH, MH.


selaku dosen mata kuliah pengantar hukum indonesia dan dosen pembimbing.
Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami dapat menyadari bahma masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu kami akan sangat
menghargai kritikan dan saran untuk membangun makalah ini lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Penyusun

Palu, 25 Oktober 2022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................

A. Latar Belakang.....................................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................................
C. Tujuan Penulisan..................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................

A. Pengertiam Politik Hukum...................................................................


B. Sendi – sendi Hukum Nasional............................................................
C. Kebijakan Pembangunan Hukum Nasional.........................................
D. Pancasila Sebagai Paradigma Hukum..................................................
E. Konfigurasi Politik...............................................................................

BAB III PENUTUP.............................................................................................

A. Kesimpulan..........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................

DAFTAR PUSAKA............................................................................................

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Persoalan hukum sangat kompleks, karena itu pendekatannya bisa dari


multy disiplin ilmu baik sosiologi, filsafat, sejarah, agama, psikologi,
antropologi, polititik dan lain-lain. Ketika kita berbicara Hukum Agraria
(hukum pertahanan) ini tidak bisa di lepaskan dari aspek sejarah, filsafat.
Ketika kita berbicara hukum tentang pemilihan umum, pendekatan politik
sangat kental. Dalam perkembangan hukum pemerintah di daerah politik
sangat mempengarui demikian juga Ketika kita berbicara hukum perbankan
dan sebagainya. Hukum merupakan entitas yang sangat kompleks, meliputi
kenyataan kemasyarakatan yang majemuk, mempunyai banyak aspek,
dimensi dan fase hukum terbentuk dalam proses interaksi berbagai aspek
kemasyarakatan (politik, ekonomi, sosial, budaya, teknologi, keagamaan dan
sebagainya).
Politik hukum merupakan perumusan hukum yang beresensikan
pembuatan dan pembaharuan terhadap materi-materi hukum agar dapat
disesuaikan dengan kebutuhan dan pelaksanaan ketentuan hukum yang sudah
ada, untuk itu dengan menganalisis politik hukum pengaturan kewenangan
pembubaran ormas dan praktis kongkrit pembubaran ormas akan ditemukan

4
maksud pembentukan norma tersebut relevan atau tidak dengan kebutuhan
hukum masyarakat.1
Politik hukum itu sendiri pada dasarnya merupakan arah hukum yang
akan diberlakukan oleh negara untuk mencapai tujuan negara yang bentuknya
dapat berupa pembuatan hukum baru dan juga penggantian hukum lama,
dalam politik hukum sebuah penemuan hukum dan pembuatan hukum baru
yang sesuai dengan tujuan negara yang merupakan sebuah nilai yang wajib
untuk dilaksanakan demi tercapainya supermasi dan keadilan hukum .2

Jika hukum hanya dipelajari sebagai pasal- pasal dan dilepas dari kajian
norma dan segi yang mempengaruhinya dapat menyebabkan kita frustasi dan
kecewa berkepanjangan. Ketika kekuasaan mempengaruhi keputusan hukum
(hakim), Ketika DPR (Parlemen) mengotak atik pasal-pasal RUU menurut
kepentingan paratai mereka (bukan untuk rakyat) Ketika itu hukum sudah
menghambakan dirinya untuk politik. Maka dalam makalah ini akan
dijelaskan tentang beberapa pembahasan tentang politik nasional yang
terdapat di indonesia.

1
Winata, M. R. 2018. Politik Hukum dan Konstitusionalitas Kewenangan Pembubaran
Organisasi Kemasyarakatan Berbadan Hukum oleh Pemerintah. Jurnal Penelitian Hukum
De Jure, 18(4), 445-464.

2
Muhtar, M. H. 2019. Model Politik Hukum Pemberantasan Korupsi Di Indonesia Dalam
Rangka Harmonisasi Lembaga Penegak Hukum. Jambura Law Review, 1(1), 68-93.

5
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan politik hukum nasional dan sendi – sendi
hukum nasional ?
2. Bagaimana kebijakan pembangunan hukum nasional?
3. Bagaimana Pancasila sebagai pradigma politik hukum?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan politik hukum nasional
dan apa yang dimaksud dengan sendi – sendi hukum nasional.
2. Mengetahui kebijakan pembangunan hukum nasional.
3. Mengetahui Pancasila sebagai pradigma politik hukum.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Politik Hukum Nasional

Secara etimologis, politik berasal dari kata Yunani yaitu polis. Polis
bererti kota yang berstatus negara kota (city state). Pengertian politik yang
berkembang di Yunani saat itu dapat di tafsirkan sebagai interaksi proses
sesuatu antara individu dengan individu yang lainnya demi mencapai
kebaikan Bersama.
ilmu politik adalah salah satu subjek yang bisa dimanfaatkan untuk
memahami apa itu politik. Ilmu politik merupakan ilmu yang mengkaji
konsep penentuan tujuan politik, bagaimana mencapai tujuan tersebut dan
segala konsekuensinya. Ilmu politik mempelajari pemerintahan dalam segala
bentuk dan aspeknya, baik teoritis maupun praktis. politik adalah usaha yang
ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (Teori Klasik
Aristoteles). politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan Publik
pemerintahan dan negara. politik adalah segala sesuatu tentang proses
perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik Pemerintahan.
Politik biasanya berkaitan dengan pemerintahan. Istilah ini bisanya
mengacu pada bagaimana cara negara diatur, serta cara pemerintah membuat
aturan dan hukum. Politik juga bisa dilihat pada perusahaan, sekolah, dan
organisasi.
Menurut Mahfud MD politik hukum adalah ”legal policy atau garis
(kebijakan) resmi tentang hukum yang akan diberlakukan baik dengan

7
pembuatan hukum baru yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan
hukum baru maupun dengan penggantian hukum lama, dalam rangka
mencapai tujuan Negara”.

menurut Padmo Wahjono, adalah kebijakan dasar yang menentukan


arah, bentuk, dan isi hukum yang akan dibentuk. Lebih jelasnya, Padmo
Wahjono menerangkan bahwa politik hukum merupakan kebijakan
penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk membentuk
suatu yang mencakup pembentukan, penerapan, dan penegakan hukum (Hal
1).
Dalam buku Filsafat Hukum Budiono Kusumohamidjojo menjelaskan
bahwa dalam negara hukum, hukum menjadi aturan permainan untuk
mencapai cita-cita bersama yang menjadi pangkal dari kesepakatan politik.
Hukum seharusnya juga menjadi aturan untuk menyelesaikan segala
perselisihan termasuk perselisihan politik (hal. 184).
Dalam buku Ilmu Hukum Satjipto Rahardjo mendefinisikan politik
hukum adalah aktivitas untuk memilih tujuan sosial tertentu. Politik adalah
bidang yang berhubungan dengan tujuan masyarakat. Sedangkan hukum
berhadapan dengan keharusan untuk menentukan pilihan tentang tujuan atau
cara-cara yang akan dipakai untuk mencapai tujuan masyarakat tersebut (hal.
352).
Politik hukum nasional merupakan hukum atau peraturan perundang-
undangan yang berlaku di wilayah negara kesatuan republik Indonesia yang
didasarkan kepada landasan ideologi dan konstitusional negara, yaitu

8
Pancasila dan UUD 1945 atau hukum yang di bangun di atas kreatfitas atau
hukum yang di bangun di atas kreatfitas atau aktifitas yang di dasarkan atas
cita rasa dan rekayasa bangsa sendiri atau dapat di jabarkan merupakan
sebuah kebijakan dasar penyelenggara negara republik Indonesia dalam
bidang hukum yang akan, sedang dan telah berlaku di masyarakat untuk
mencapai tujuan negara yang di cita-citakan.
Adapun menurut para ahli yaitu;
•Andrey Heywood. Pengertian politik adalah kegiatan suatu bangsa yang
bertujuan untuk membuat, mempertahankan, dan mengamandemen peraturan-
peraturan umum yang mengatur kehidupannya, yang berarti tidak dapat
terlepas dari gejala konflik dan kerja sama.
•Gabriel A. Almond. Pengertian politik adalah kegiatan yang
berbuhungan dengan kendali pembuatan keputusan publik dalam masyarakat
tertentu di wilayah tertentu, di mana kendali ini disokong lewat instrumen
yang sifatnya otoritatif dan koersif.
•Teori klasik Aristoteles. Menurut teori klasik Aristoteles, pengertian
politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan
kebaikan bersama.
•Miriam Budiardjo. Pengertian politik adalah bermacam-macam kegiatan
dalam suatu sistem politik (negara) yang menyangkut proses menentukan
tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.
•Ramlan Surbakti. Pengertian politik adalah interaksi antara pemerintah
dan masyarakat dalam rangka pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang

9
mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu
wilayah tertentu.
Politik hukum nasional adalah kebijakan dasar penyelenggara negara
(republik Indonesia) dalam bidang hukum yang akan, sedang dan telah
berlaku, yang bersumber dari nilai-nilai yang berlaku di masyarakat untuk
mencapai tujuan Negra yang di cita-citakan. Peranan politik hukum nasional
sangatlah penting dalam mencapai tujuan negara, hal ini di karenakan hukum
nasional di wilayah yursdiksi republik Indonesia di jadikan sebagai pedoman
dasar dalam proses penentuan nilai-nilai, penetapan, pembentukan dan
pengembangan hukum nasional di Indonesia.3
Politik hukum nasional digunakan sebagai pedoman dasar bagi segala
bentuk dan proses perumusan, pembentukan dan pengembangan hukum di
tanah air Indonesia, Bila politik hukum nasional merupakan pedoman dasar
bagi segala bentuk dan proses perumusan, pembentukan dan pengembangan
hukum di tanah air, dapat dipastikan politik hukum nasional harus di
rumuskan pada sebuah peraturan perundang-undangan yang bersifat mendasar
pula, bukan pada sebuah peraturan perundang-undangan yang bersifat teknis.4
Dalam upaya menjadikan hukum sebagai proses pencapaian cita-cita dan
tujuan negara, politik hukum nasional harus berpijak pada kerangka dasar
sebagai berikut:

3
Fitriana, M. K. 2018. Peranan Politik Hukum dalam Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan di Indonesia sebagai Sarana Mewujudkan Tujuan Negara (Laws And
Regulations In Indonesia As The Means Of Realizing The Country’S Goal). Jurnal
Legislasi Indonesia, 12(2).

4
Cindy Permata Sari, 2019. Politik Hukum di Indonesia. Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sriwijaya.

10
1. Politik hukum nasional harus mengarah pada cita-cita bangsa yaitu
masyarakat adil dan Makmur berdasarkan Pancasila.
2. Politik hukum harus ditujukan untuk mencapai tujuan negara, yakni
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
3. Politik hukum harus dipandu oleh nilai-nilai Pancasila sebagai dasar
negara, yaitu: berbasis moral agama, menghargai dan melindungi hak
asasi manusia tanpa diskriminasi, mempersatukan seluruh unsur
bangsa, meletakan kekuasaaan di bawah kekuasaan rakyat, dan
membangun keadilan sosial.
4. Politik hukum nasional harus dipandu oleh keharusan untuk: harus
melindungi semua unsur bangsa demi integrasi atau keutuhan bangsa
yang mencakup ideologi dan teritori, mewujudkan keadilan sosial
dalam ekonomi dan kemasyaraktan, mewujudkan demokrasi
(kedaulatan rakyat) dan nomokrasi (kedaulatan hukum) serta
menciptakan toleransi hidup beragama berdasar keadaban dan
kemanusiaan.
5. System hukum nasional yang harus dibangun adalah sistem hukum
Pancasila, yakni sistem hukum yang mengambil atau memadukan
berbagai nilai kepentingan, nilai sosial, dan konsep keadilan ke dalam
satu ikatan hukum prismatic dengan unsur-unsur baiknya.

11
Sistem hukum yang demikian, mempertemukan unsur-unsur baik dari tiga
system nilai dan meletakannya dalam hubungan keseimbangan, yakni:
keseimbangan antara individualism dan kolektifisme, keseimbangan antara
rechtsstaat dan the rule of law, keseimbangan antara hukum sebagai alat
untuk memajukan dan hukum sebagai cermin nilai-nilai yang hidup di
dalam masyarakat, keseimbangan antara negara agama dan negara sekuler
(theo- demokratis) atau religious nation state.

a. Tujuan politik nasional


Adapun tujan dari politik hukum nasional pada garis besarnya adalah
sebagai berikut: Bahwa Politik Hukum Nasional dibentuk dengan
tujuan untuk mewujudkan dua aspek yang saling berkaitan, yaitu :
1). Sebagai suatu alat atau sarana dan langkah yang dapat digunakan
oleh pemerintah untuk menciptakan suatu sistem hukum nasional yang
dikehendaki. 2). Dengan sistem hukum nasional itu akan diwujudkan
cita-cita Bangsa Indonesia yang lebih besar.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, kiranya dapat disimpulkan bahwa
tujuan dari pembentukan politik hukum nasional adalah untuk membentuk/
menyusun / menetapkan sistem hukum nasional yang akan berlaku di
Wilayah Negara Republik Indonesia, dan sebagai alat untuk mewujudkan
citacita Bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan
UUD 1945 alinea ke-4 (empat) yang berbunyi :
1) Melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia

12
2) Memajukan kesejahteraan umum
3) Mencerdaskan kehidupan bangsa
4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial

b. komponen ruang lingkup politik nasional

Ada beberapa komponen yang menjadi ruang lingkup politik hukum


nasional diantaranya lembaga negara yang menjadi penyusun politik
hukum, letak politik hukum dan faktor internal maupun eksternal yang
mempengaruhi pembentukan sistem hukum. Dalam ranah aplikasi, politik
hukum akan mencakup lembaga peradilan yang menetapkan dan menjadi
pelaksana putusan hukum di pengadilan. Politik Hukum juga mencakup
aspek evaluasi yang dapat mengkritisi setiap produk hukum yang dibuat
dan diundangkan oleh pemerintah.
Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa wilayah telaah politik
hukum mencakup proses penggalian aspirasi yang ada dari masyarakat
oleh para penyelenggara negara yang berwenang, kemudian aspirasi
tersebut menjadi bahan dan wacana yang akan diperdebatkan dan
dikontestasikan oleh para penyelenggara negara yang berwenang dalam
rumusan rancangan peraturan perundang-undangan.Dalam penentuan
rumusan rancangan perundang-undangan hingga berhasil ditetapkan
menjadi undang-undang atau hukum positif, banyak factor internal dan
eksternal yang mempengaruhi proses politik hukum baik pada saat akan
dirumuskan, maupun setelah ditetapkan dan dilaksanakan.

13
c. karakteristik politik hukum nasional dalam kerangka konstitusi
ekonomi

karakteristik politik ilmu hukum dalam disiplin ilmu hukum merupakan


suatu kajian yang khas sebagai salah satu ajaran tentang hukum dimana
politik hukum memiliki keterkaitan antara teori filsafat hukum, oleh
karena itu politik hukum dipandang sebagai ilu hukum yang mengkaji
tentang penemuan hukum dan pembentukan hukum. Konstitusi ekonomi
sebagai landasan dasar dalam pembentukan kebijakan-kebijakan politik
hukum dibidang ekonomi tidak akan terlepas dari proses dan program-
program yang ditetapkan oleh pemerintah yang berkuasa sehungga
kebijakan hukum ekonomi dalam kerangka konstitusi ekonomi sebagai
suatu pendekatan hukum dan konstitusi pada bidang ekonomi di
karenakan ketidak kepastiannya penyelenggaraan perekonomian nasional
dalam mewujudkan kesejahteraan sosial. Interpretasi terhadap konsepsi
konstitusi ekonomi berbeda dengan ekonomi konstitusi.
Konstitusi ekonomi merupakan konstitusi yang di dalamnya memuat
norma-norma dasar kebijakan ekonomi, sedangkan ekonomi konstitusi
adalah perekonomian berdasarkan kontitusi atau di sebut juga sebagai
constitutional market economy. Maksudnya bahwa konsep konstitusi
ekonomi lebih pada kebijakan dasar dalam pembangunan system ekonomi
nasional yang bersumber pada konstitusi dan juga sebagai sumber kontrol
kekuasaan ekonomi. Sedangkan konsep dari ekonomi konstitusi hanya
mewujudkan kebijakan hukum sebagai pengatur perlaksanaan
perekonomian sebagai akibat dari konsep negara hukum.

14
Karakteristik politik hukum nasional yang di dasarkan pada prinsip
demokrasi konstitusioal di Indonesia tercermin dalam kerangka yuridis
normative sebagaimana di atur dalam kerangka konsitusi dan peraturan
perundang-undangan. Namun demikian, dalam tatanan proses empiris
pembentukan kebijakan hukum cenderung pada sifat otoriter yang
memperlihatkan pemerintah baik eksikutif maupun legislatif. Sehingga
identitas hukum nasional terwujud semi demokratis, dengan wujud produk
hukum yang demokratis akan tetapi proses yang elitis dengan
memaksakan kehendak penguasa dengan dasar ketercapaian tujuan-tujuan
dan program-program pemerintah atau rezim penguasa.5

d. Perbedaan Antara Politik Hukum Nasional Indonesia Era Orde Baru


dengan Politik Hukum Nasional Indonesia Era Reformasi.

Melihat pada rumusan Politik Hukum Nasional Indonesia di awal Era


Reformasi sebagaimana yang tercantum dalam Ketetapan MPR R.I. No.
IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004
seperti tersebut di atas, terlihat ada perbedaan karakteristik dengan Politik
Hukum Nasional Indonesia yang disusun pada masa pemerintahan Orde
Baru (Sebelum Era Reformasi).
Perbedaan karakteristik tersebut terutama terlihat pada rumusan butir ke-2
Bab IV Bagian A (Arah Kebijakan Bidang Hukum) Ketetapan MPR R.I.

5
Fuqoha, F. (2021). Arah Politik Hukum Nasional Terhadap Kesejahteraan Sosial Dalam
Kerangka Konstitusi Ekonomi Di Indonesia. Ajudikasi: Jurnal Ilmu Hukum, 5(2), 191-206.

15
No. IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-
2004, yang berbunyi :
Menata sistem hukum nasional yang menyeluruh dan terpadu dengan
mengakui dan menghormati hukum agama dan hukum adat serta
memperbaharui perundangundangan warisan kolonial dan hukum nasional
yang diskriminatif, termasuk ketidakadilan gender dan ketidak
sesuaiannya dengan tuntutan reformasi melalui program legislasi.
Melihat rumusan Politik Hukum Nasional Indonesia pada butir ke-2 Bab
IV Bagian A Ketetapan MPR R.I. No. IV/MPR/1999 tersebut di atas,
ternyata memiliki perbedaan karakteristik (Dalam arti arah atau kebijakan
yang akan dituju) dengan yang dicantumkan dalam Ketetapan-Ketetapan
MPR R.I. sebelumnya, seperti pada:
1) Ketetapan MPR R.I. No. IV/MPR/1978 tentang GBHN sebagaimana
yang tercantum pada Butir (c) yang berbunyi : Peningkatan dan
penyempurnaan pembinaan hukum nasional, dengan antara lain
mengadakan pembaharuan, kodifikasi serta unifikasi hukum di bidang-
bidang tertentu dengan jalan memperhatikan kesadaran hukum dalam
masyarakat.
2) Ketetapan MPR R.I. No. II/MPR/1983 tentang GBHN pada Butir (c)
yang berbunyi : Meningkatkan dan menyempurnakan pembinaan hukum
nasional dalam rangka pembaharuan hukum, dengan antara lain
mengadakan kodifikasi serta unifikasi hukum di bidang-bidang tertentu
dengan memperhatikan kesadaran hukum yang berkembang dalam
masyarakat.

16
3) Ketetapan MPR R.I. No. II/MPR/1988 tentang GBHN pada Butir (c)
yang berbunyi :
a. Dalam rangka pembangunan hukum perlu lebih ditingkatkan upaya
pembaharuan hukum secara terarah dan terpadu, antara lain kodifikasi dan
unifikasi bidang-bidang hukum tertentu serta penyusunan perundang-
undangan baru yang sangat dibutuhkan untuk dapat mendukung
pembangunan di berbagai bidang sesuai dengan tuntutan pembangunan,
serta tingkat kesadaran masyarakat.
Melihat pada rumusan dalam Ketetapan MPR R.I. No.IV/MPR/1978,
Ketetapan MPR R.I. No. II/MPR/1983, serta Ketetapan MPR R.I. No.
II/MPR/1988, jelas dirumuskan bahwa bentuk pembaharuan hukum yang
dilakukan adalah dengan kodifikasi dan unifikasi, dimana kedua hal
tersebut tidak disebutkan dalam Ketetapan MPR R.I. No. IV/MPR/1999.
Akan tetapi pada kenyataannya kodifikasi hukum masih tetap digunakan
untuk pembaharuan hukum di Indonesia, hal itu antara lain tampak dari
adanya kodifikasi mengenai ajaran agama dalam bentuk peraturan
perundang-undangan, seperti kodifikasi tentang Hukum Pidana Islam
untuk di Wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Rumusan Politik Hukum Nasional di Indonesia dapat ditemukan dalam
berbagai dokumen perencanaan yang telah ditetapkan. Pada masa awal
kemerdekan hal itu dirumuskan dalam UUD 1945 Pasal II Aturan
Peralihan, masa Orde Lama dirumuskan dalam Manifesto Politik Orde
Lama sebagai GBHN pada waktu itu, masa Orde Baru dalam Ketetapan
MPR tentang GBHN, masa reformasi ditemukan dalam Program

17
Pembangunan Nasional (Propenas) Ketetapan MPR No. IV tahun 1999 jo
UU Nomor 25 tahun 2000. Politik hukum nasional Indonesia yang berlaku
saat ini dapat dilihat dalam UU no. 25/2004 yang mengatur tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, yang menyatakan bahwa penjabaran
dari tujuan dibentuknya Republik Indonesia seperti dimuat dalam
Pembukaan UUD 1945, dituangkan dalam bentuk RPJP (Rencana
Pembangunan Jangka Panjang). Skala waktu RPJP adalah 20 tahun, yang
kemudian dijabarkan dalam RPJM (Rencana Pembangunan Jangka
Menengah), yaitu perencanaan dengan skala waktu 5 tahun, yang memuat
visi, misi dan program pembangunan dari presiden terpilih, dengan
berpedoman pada RPJP di tingkat daerah, pemda harus Menyusun sendiri
RPJP dan RPJM daerah, dengan merujuk kepada RPJP nasional.

B. Sendi-Sendi Hukum Nasional

Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai sendi-sendi bernegara


dan dapat dibedakan antara sendi filosofis dan sendi-sendi politik. Sendi
filosofis bernegara adalah Pancasila, sedangkan sendi-sendi politik bernegara
mencakup sendi-sendi demokrasi, sendi negara berdasarkan atas hukum, sendi
keadilan sosial dan lain-lain. Sendi-sendi ini agar dimuat dalam BatangTubuh
Undang-Undang, tidak hanya dimuat dalam Pembukaan. Terhadap sendi-
sendi ini dapat ditentukan sebagai sesuatu yang tidak akan menjadi objek
perubahan (amandemen) dikemudian hari. Setiap upaya perubahan terhadap
sendi-sendi tersebut akan diputus oleh pengadilan sebagai Tindakan atau
ketentuan yang inkonstitusional.

18
Peraturan perundang-undangan merupakan cara utama penciptaan hukum,
peraturan perundang-undangan merupakan sendi utama sistem hukum
nasional di Indonesia. Selain itu,Peraturan perundang-undangan merupakan
instrumen yang sangat efektif dalam pembaharuan hukum (law reform)
karena kekuatan hukumnya yang mengikat dan memaksa.Politik hukum
mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan dan hukum nasional Indonesia, mengingat Politk hukum
dijadikan sebagai pedoman dasar dalam proses penentuan nilai-nilai,
penetapan, pembentukan dan pengembangan hukum nasional di Indonesia.6
berkenaan dengan pengertian politik hukum di Indonesia menjadi modal
dasar untuk lebih lanjut memahami tentang materi sendi-sendi hukum yang
sudah menjadi kebijakan politik yang membentuk sistem hukum. Dimana
sistem hukum yang dimaksud satu kesatuan komponen-komponen yang
menjadi sendi-sendi didalam hukum, yang masing-masing komponen tersebut
saling berhubungan satu sama lain dengan begitu hukum merupakan sebagai
sebuah sistem, yang berarti didalamnya terdiri atas komponen-komponen
yang saling bekerja sedemikian rupa sehingga membentuk suatu pola dengan
ciri tersendiri. Komponen-komponen yang dimaksud di dalam sistem hukum
yang dikatakan sebagai sendi-sendi hukum nasional, Yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan lainnya.7
6
Fitriana, M. K. 2018. Peranan Politik Hukum dalam Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan di Indonesia sebagai Sarana Mewujudkan Tujuan Negara (Laws And
Regulations In Indonesia As The Means Of Realizing The Country’S Goal). Jurnal
Legislasi Indonesia, 12(2).

7
Siantar, L., & Dora, K. 2019. Perlindungan Hukum bagi Krediktur Terhadap Debitur yang
Permohonan Pailitnya di Tolak oleh Pengadilan (Studi kasus Nomor 12/Pdt.
Sus-Pailit/2016/PN Mdn).

19
para ahli hukum berpendapat bahwa dalam sistem hukum terdapat 3
komponen penting yang saling melengkapi dan ketergantungan antara satu
dan lainnya yaitu:
(a) komponen substansi,
(b) komponen struktur,
(c) komponen kultur.
Komponen substansi sendiri adalah perangkat hukum atau aturan hukum itu
sendiri.Komponen struktur adalah bagian-bagian penting dari sistem hukum
yang bergerak dalam suatu mekanisme, Komponen terakhir yakni komponen
kultur adalah komponen yang menyangkut soal tingkat kesadaran hukum
masyarakat.
Adapun sendi-sendi hukum nasional Indonesia, yakni:
1. Ide kedaulatan rakyat.
Bahwa yang berdaulat di negara demokrasi adalah rakyat. Ini menjadi
gagasan pokok dari demokrasi yang tercermin pada pasal 1 ayat (2) UUD
1945 yang berbunyi “kedaulatan ditangan rakyat dan dilakukan menurut
ketentuan UUD”.
2. Negara berdasarkan atas hukum
Negara demokrasi juga negara hukum. negara hukum Indonesia menganut
hukum dalam arti material (luas) untuk mencapai tujuan nasional. Ini
teercermin pada pasal 1 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi “Negara Indonesia
adalah negara hukum”
3. Berbentuk republic

20
Negara dibentuk untuk memperjuangkan realisasi kepentingan umum
(republika). Negara Indonesai berbentuk republic yang memperjuangkan
kepentingan umum. Hal ini tercermin pada pasal 1 ayat (1) UUD 1945.
4. Pemerintah berdasarkan konstitusi
Penyelenggaraan pemerintahan menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan dan berlandaskan konstitusi atau UUD yang demokratis. Ini
tercermin pada pasal 4 ayat (1) UUD 1954.

5. Pemerintahan yang bertanggung jawab


Pemerintahan selaku penyelenggara negara bertanggung jawab atas segala
tindakannya. Berdasarkan demokrasi pancasila, pemerintah kebawah
bertanggung jawab kepada rakyat dan ke atas bertanggung jawab kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
6. Sistem perwakilan
Pada dasarnya, pemerintahan menjalankan amanat rakyat untuk
menyelenggarakan pemerintahan.
7. Sistem pemerintahan presidensiil.
Presiden adalah penyelenggara negara tertinggi. Presiden adalah kepala
negara sekaligus kepala pemerintahan.
dalam pembentukan hukum nasional, haruslah memiliki beberapa hal yaitu:
1. Hukum Nasional Indonesia yang berlaku di Indonesia haruslah merupakan
lanjutan dari hukum adat setempat, Maksud nya yaitu bahwa hukum nasional
indonesia seharusnya memiliki jiwa Pancasila. Artinya bahwa, jiwa dari sila

21
sila dalam Pancasila, harus bisa memenuhi apa yang diinginkan oleh
masyarakat Indonesia saat ini dan juga di masa-masa kedepannya.
2. Hukum nasional Indonesia bukan saja mengatur persoalan pemilihan
bagian bagian antara hukum adat dan hukum barat, tetapi juga harus
mengikuti kaidah-kaidah hukum baru sesuai dengan kebutuhan untuk dapat
menyelesaikan permasalahan yang baru pula;
3. Pembentukan hukum nasional hendaknya ditentukan secara fungsional.
Artinya bahwa hukum atau aturan yang baru, jika dilihat secara substansial
harus dapat benar-benar memfasilitasi kebutuhan masyarakat. Bukan hanya
itu, hak atau kewajiban masyarakat yang akan diciptakan harus sesuai dengan
apa yang diinginkan oleh kita untuk mencapai masyarakat yang adil serta
makmur dalam keadilan.

C. Kebijakan Pembangunan Hukum Nasional

Pembangunan hukum nasional merupakan proses membangun suatu tata


hukum beserta perangkatnya. Kebijakan dan strategi pembangunan hukum
nasional sebagai suatu sistem diarahkan pada terwujudnya sistem hukum yang
mendukung kepentingan nasional. Hukum dengan elemen-elemennya
memegang peranan penting dalam memperkuat ketahanan nasional. Atas
dasar itulah maka perlu ditentukan kebijakan serta strategi yang tepat dalam
perencanaan pembangunan hukum guna menciptakan ketahanan nasional
yang kuat.
Pembangunan hukum nasional merupakan salah satu strategi
pembangunan nasional yang telah berusia kurang lebih empat dasawarsa sejak

22
di deklarasikannya model hukum dan pembangunan pada tahun1970. Model
hukum dan pembangunan yang dikembangkan dan kemudian dicantumkan
dalam GBHN saat itu dan juga diajarkan didalam pendidikan hukum di
Indonesia telah menetapkan fungsi dan peranan hukum dalam pembangunan
yaitu sebagai penentu arahkebijakan pembangunan di bidang hukum. Fungsi
hukum yang utama adalah sebagai rekayasa sosial (a tool of social
engineering) yang diharapkan dapat membawa perubahan mendasar sikap
masyarakat dan berperan serta dalam setiap gerak pembangunan nasional .
Menyoal tentang pembanguan Hukum Nasional tidak bisa lepas dari politik
hukum, dimana hukum dalam kerangka berpikir politikhukum dapat dimaknai
bahwa hukum merupakan produk politik,sehingga karakter produk hukum
akan sangat ditentukan oleh imbangan kekuatan atau konfigurasi politik yang
melahirkannya. Selanjutnya apabila ditilik dari hubungan keduanya antara
politik dan hukum tentunya dominasi kekuasaan politik yang berkusa pada
kurun waktu tertentu akan mempengaruhi kebijakan pembangunan hukumnya
melalui output produk hukumnya.
Kebijakan pembangunan hukum haruslah merupakan skema kebijakan
yang di dalamnya melibatkan partisipasi masyarakat, dari berbagai kelompok
dan golongan yang ada dalam masyarakat berfungsi atau tidaknya hukum
dalam menata pembangunan adalah sangat ditentukan oleh tiga komponen
sistem hukum yaitu: materiperaturan perundang-undangan (substans ihukum),
penegakan hukum (struktur hukum),dan juga kesadaran hukum (budaya
hukum).8

8
Muin, F., & Karsa, P. L. 2019. Prospek Kebijakan dalam Pembangunan Hukum Nasional Barbasis
Partisipasi Masyarakat pada Era 4.0. Jurnal Jurisprudence, 9(1), 39-48

23
Pembangunan hukum nasional harus dibangun melalui proses penemuan,
pengembangan,adaptasi dari jiwa bangsa (volkgeist) Indonesia bahkan
kompromi dari berbagai hukum yang ada dan hidup di tengah-tengah
masyarakat. Pembangunan hukum nasional mencakup beberapa aspek
pembangunan diantaranya: pembangunan materi hukum,aparatur hukum,
sarana dan prasarana hukum. Pancasila yang merupakan nilai luhur
daribangsa sudah dijadikan landasan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Oleh karena itu, tentunya nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila ini juga harus dijadikan sebagi landasan Negara kita dalam
pembangunan hukum nasional, terutama dalam aspek pembangunan materi
hukum dan aparatur hukum.9
A. Kebijakan Pembangunan Hukum Nasional Sebelum Berlakunya UU
No. 25 Tahun 2004
Sebagaimana diketahui bahwa tujuan nasional yang hendak dicapai
yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 adalah terwujudnya
pengelolaan negara yang berkedaulatan rakyat dan demokratis dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945.Penyelenggaraan negara dilaksanakan melalui
pembangunan nasional dalam segala aspek kehidupan bangsa oleh
penyelenggara negara yaitu lembaga tinggi negara bersama-sama
dengan segenap rakyat di seluruh wilayah NKRI. Tujuan nasional ini

9
Hariyanto, H. 2018. Pembangunan Hukum Nasional Berdasarkan Nilai-Nilai Pancasila.
Volksgeist: Jurnal Ilmu Hukum Dan Konstitusi, 1(1), 53-63.

24
dapat dicapai apabila didukung oleh adanya kebijakan pembangunan
yang tepat, efektif, dan efisien.
untuk dapat dikategorikan sebagai suatu kebijakan atau pun
kebijaksanaan memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai;
2. Taktik dan strategi dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan
yang diinginkan;
3. . Penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan
secaranyata dari taktik atau strategi.
Terkait dengan pendapat di atas, kebijakan pembangunan hukum
sebelum berlakunya UU No. 25 Tahun 2004 dituangkan dalam bentuk
Garis-garis Besar sebagai pernyataan kehendak rakyat yang dinamakan
GBHN. Demikian juga halnya dengan kebijakan pembangunan
nasional sebagaimana yang termuat dalam GBHN bersifat sektoral.
Arah kebijakan pembangunan tersebut adalah:
1. Mengembangkan budaya hukum di semua lapisan masyarakat untuk
terciptanya kesadaran dan kepatuhan dalam rangka supremasi
hukumdan tegaknya negara hukum;
2. Menata system hukum nasional yang menyeluruh dan terpadu
dengan mengakui dan menghormati hukum agama dan adat serta
memperbaiki perundang-undangan warisan kolonial dan hukum
nasional yang diskriminatif, termasuk ketidaka dilan gender dan
ketidak sesuaian dengan tuntutan reformasi melalui program legislasi;

25
3. Menegakkan hukum secara konsisten untuk lebih menjamin
kepastian hukum, keadilan dan kebenaran, supremasi hukum, serta
menghargai hak asasi manusia;
4. Melanjutkan ratifikasi konvensi internasional, terutama yang
berkaitan dengan hak asasi manusia sesuai dengan kebutuhan dan
kepentingan bangsa dalam bentuk undang-undang;
5. Meningkatkan integritas moral dan keprofesionalan aparat penegak
hukum, termasuk Kepolisian Negara RI untuk menumbuhkan
kepercayaan terhadap masyarakat dengan meningkatkan kesejahteraan,
dukungan sarana dan prasarana hukum, Pendidikan serta pengawasan
yang efektif;
6. Mewujudkan lembaga peradilan yang mandiri dan bebas dari
pengaruh penguasa dan pihak manapun;
7. Mengembangkan peraturan perundang-undangan yang mendukung
kegiatan prekonomian dalam menghadapi era perdagangan bebas tanpa
merugikan kepentingan nasional;
8. Menyelenggarakan proses peradilan secara tepat, mudah, murah dan
terbuka, serta bebas korupsi, kolusi dan nepotisme dengan tetap
menjunjung tinggi asas keadilan dan kebenaran;
9. Meningkatkan pamahaman dan penyadaran, serta meningkatkan
perlindungan, penghormatan, dan penegakan hak asasi manusia dalam
seluruh aspek kehidupan;
10. Menyelesaikan berbagai proses peradilan tehadap pelanggaran
hukum dan hak asasi manusia yang belum ditangani secara tuntas.

26
B. Kebijakan Pembangunan Hukum Pasca UU No. 25 Tahun2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Setelah UU No. 25 Tahun 2004 diundangkan, mekanisme
pembangunan nasional mengalami perubahan, yang sebelumnya diatur
dan dituangkan dalam GBHN menjadi tidak diatur dan dituangkan
dalam GBHN lagi. Dalam UU No 25 Tahun 2004 ini setidaknya
terdapat 5 (lima) pendekatan dalam rangka Perencanaan Pembangunan
Nasional, yaitu:
1. Politik;
2. Teknokratik;
3. Partsipatif;
4. Atas-bawah (Top-Down);
5. Bawah-Atas (Bottom-Up).
Pembangunan hukum yang penekanannya lebih berorientasi pada pola
berpikir regulasi tersebut perlu didukung dengan strategi pembangunan
hukum yang tepat agar tujuan dari sistem perencanaan pembangunan
nasional dapat tercapai, sebagaimana diamanatkan dalamPasal 2 ayat
(4):

a. mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan;


b. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik
antardaerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun
antar pusat dan daerah;

27
c. menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan;
d. mengoptimalkan partsisipasi masyarakat, dan
e. menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien,
efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
C. Ruang Lingkup Pembangunan Hukum Nasional
Pembangunan hukum nasional mencakup beberapa aspek pembangunan
diantaranya: pembangunan materi hukum, aparatur hukum dan prasarana
dan sarana hukum, yang meliputi antara lain:
a. Pembangunan materi hukum Dalam pembangunan materi hukum
mencakup antara lain;
1)pembentukan dan pembaruan peraturan perundnag-undangan;
2) pembinaan hukum tidak tertulis baik dari sisi yurisprudensi maupun
hukum-hukum tertulis lainnya;
3) inventarisasi dan penyesuaian unsur-unsur tatanan hukum yang berlaku
sejalan dengan sistem hukum nasional.
b. Pembangunan aparatur hukum Pembangunan aparatur hukum tidaklah
terpisah dari pembangunan aparatur Negara atau pemerintah pada
umumnya.
Pembangunan aparatur diarahkan dan ditujukan pada peningkatan kualitas,
efisiensi, efektifitas tatanan administrasi, peningkatan kemampuan, disi-
plin, pengabdian, ketauladanan, dan kesejahteraan. Kesemuannya itu,
dapat dicapai dengan penyempurnaan kelembagaan, penyempurnaan tata
kerja dan peningkatan sumber daya manusia (aparat). Sementara dibidang

28
hukum, pembangunan kelembagaan meliputi pembinaan organisasi prefesi
hukum, penyuluhan hukum, penerapan hukum, penegakan hukum,
pembangunan sumber daya manusia dilakukan dalam rangka menciptakan
aparatur hukum yang professional.
c. Pembangunan sarana dan prasarana hukum Pembangunan sarana dan
prasarana hukum mencakup system jaringan dokumentasi dani nformasi
hukum, perpustakaan hukum dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, pentingnya hukum dibangun agar hukum dapat menjadi
sarana vertikal pembangunan dan pembaruan masyarakat yang kita
harapkan. Sebagai obyek pembangunan, hukum harus dipandang sebagai
keseluruhan dari sistem. Sehingga sebagai obyek pembangunan, hukum
nasional dianggap sebagia suatu system karena:
a. Terdiri dari sejumlah unsur atau komponen atau fungsi/variable yang
saling mempengaruhi dan terkait sama lain oleh satu atau beberapa asas.
b. Asas utama yang menghubungkan komponen hukum nasional adalah
Pancasila dan UUD 1945, dan asas hukum yang lain yang berlaku
universal maupun local atau di dalam dan bagi disiplin hukum tertentu.
Sebagai suatu kesatuan sistem, didalam hukum nasional terdapat
tigaelemen yaitu:
a. Substansi hukum (materi hukum)
b. Struktur hukum (kelembagaan hukum)
c. Budaya hukum
Ketiga elemen tersebut di atas, saling terkait dan tidak dapat dipisahkan
serta saling pengaruh mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

29
Keterkaitan ketiganya disebabkan karena struktur (kelembagaan) hukum
yang baik tidak akan dapat berjalan baik jika tidak ditunjang materi
hukum yang baik pula. Demikian pula materi hukum yang baik tidak akan
bisa dirasakan manfaatnya secara baik jika tidak ditunjang oleh
kelembagaan hukum dan materi hukum yang baik.

D. Peran Pembangunan Hukum dalam Upaya Mencapai Tujuan Nasional.

Pembangunan sebagai suatu proses tentunya tidak akan berhentipada


suatu titik yang berupa sasaran antara saja, akan tetapi hendak
mewujudkan tujuan nasional yang menjadi tujuan akhirnya. Dalam posisi
seperti ini hukum harus mampu menjadikan dirinya sebagai factor
pengintegrasi dari sub-sub sistem yang ada antara lain subsistem politik,
subsistem sosial, subsistem budaya, subsistem ekonomi, dan sub system
hukum. Sebagaimana telah dikemukakan dalam pembahasan sebelumnya
bahwa telah terjadi pergeseran fungsi hukum dalam konteks
pembangunan ekonomi. Di mana hukum secara tegas dinyatakan sebagai
law is a tool ofsocial engineering hukum difungsikan ungtuk
merubah/merekayasa sosial ekonomi masyarakat sesuai dengan tujuan
yang dikehendaki. Hal ini terjadi karena pada hakekatnya hukum itu
hanyalah sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Untuk melihat proses pembangunan hukum nasional dalam upaya
mencapai tujuan nasional dapat dilihat dari pendekatan sistem
hukum(legal system approach). Dilihat dari sisi historisnya dengan
pemberlakukan asas konkrodasi oleh negara kolonial, sistem hukum di
Indonesia lebih di dominasi oleh sistem Eropa continental (Civil Law

30
System). Namun tidak berarti Indonesia tidak memperoleh pengaruh dari
sistem hukum yang lain. Hukum di Indonesia tetap dipengaruhi oleh
sistem yang lainyang ada di belahan bumi ini seperti common law system,
anglo saxon, Islamic law system. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa
tidak ada satusistem hukum pun di dunia ini yang benar-benar steril dari
pengaruh sistem hukum lainnya. Dengan kata lain, sistem hukum yang
berlaku disuatu negara tetap memperoleh pengaruhnya dari sistem hukum
yang lain, tergantung pada seberapa derajad pengaruhnya dan itulah yang
membedakannya.

D. Pancasila Sebagai Pradigma Politik Hukum

Pancasila sebagai paradigma hukum integral Indonesia berarti


menjadikan Pancasila sebagai pedoman berpikir, bersikap dan bertingkah laku
hukum untuk menghadapi segala aspek dan berbagai permasalahan hukum
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara guna mencapai
tujuan nasional. Pancasila bisa dikatakan sebagai paradigma karena pancasila
dijadikan landasan, acuan, metode, nilai, dan tujuan yang ingin dicapai dalam
setiap program pembangunan nasional.
Berbicara tentang Pancasila sebagai paradigma dalam kehidupan
politik tentunya yang dimaksudkan adalah bagaimana perandan fungsi
Pancasila sebagai landasan dan sekaligus tujuan dalam kehidupan politik
bangsa kita. Dalam proses pembangunan politik bangsa Indonesia sekarang
ini permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana mentranformasikan sistem
politik kita yang ada dan berlaku menjadi sistem politik Demokrasi yang

31
handal, yaitu sistem politik yang bukan saja mantap tetapi sekaligus juga
memiliki kualitas kemandirian yang tinggi yang memungkinkannya untuk
membangun atau mengembangkan dirinya secara terus menerus sesuai
dengan tuntutan perkembangan aspirasi masyarakatnya dan laju perubahan
zaman.10
Pancasila sebagai dasar negara dengan fungsi menjadi sumber dari
segala sumber hukum yang artinya penyelenggaraan seluruh aspek yang
berkaitan dengan hukum dalam negara harus memperhatikan eksistensi
Pancasila. Dalam kehidupan berbangsa danbernegara, Pancasila menjadi
pandangan hidup dalam seluruh aspek kehidupan. Pada saat ini secara
dominan Pancasila berperan menjadi tolok ukur dan identitas dalam tata
kenegaraan. Nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila dijadikan ideologi
berkat adanya kesatuan tujuan atas perjuangan kemerdekaan untuk bangsa.
Nilai-nilai tersebut juga harus menjadi acuan dalam seluruh kebijakan yang
dibuat untuk kepentingan publik. Politik yang umumnya diketahui sebagai
suatu fenomena yang berkaitan dengan warga negara yang menyangkut
keputusan umum dan kekuasaan.11
A. Pancasila dan Politik Hukum
Pancasila merupakan suatu Dasar Negara Republik Indonesia.
Perkembangan kedudukan Pancasila sebagai dasar negara setelah

10
Pitriyani, P. E, Suardana, I. W., & Antara, I. W. (2018).Pancasila Sebagai Pradigma
Politik Hukum Indonesia. Majalah Ilmiah Universitas Tabanan, 15(1), 37-42.

11
Irawan, A. D., & Prasetyo, B. 2022. Pancasila Sebagai Landasan Politik Hukum
Kebangsaan Indonesia. Jurnal Pendidikan Sosial Keberagaman, 9(1), 1-7.

32
kemerdekaan Indonesia, Negara Indonesia melaksanakan nilai-nilai luhur
Pancasila dalam seluruh aspek kenegaraan, baik pemerintahan maupun
sosial kemasyarakatan. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara
mempunyai fungsi dan kedudukan sebagai kaidah negara yang
fundamental dan mendasar, sehingga sifatnya tetap, kuat dan tidak dapat
diubah oleh siapapun, termasuk oleh MPR atau DPR. Pada hakikatnya
Pancasila mengandung dua pengertian pokok, sebagai Pandangan Hidup
Bangsa Indonesia dan sebagai Dasar Negara Republik Indonesia (Marsudi,
2016).
Dari kedua pengertian pokok ini, kemudian dilahirkan atau dapat ditarik
berbagai pengertian-pengertian lainnya. Dalam berbagai pengajaran
tentang Pancasila telah didalilkan bahwa Pancasila itu telah ada atau lahir
bersamaan dengan adanya maupun lahirnya Bangsa Indonesia.

B. Paradigma Hukum Integral Berdasarkan Pancasila


Pemahaman tentang paradigma hukum integral berdasarkan Pancasila
secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu rangkaian pemikiran dari
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yang saling terkait dan
berhubungan yang membentuk sistem hukum yang utuh dan komprehensif
untuk menjawab segala permasalahan yang ada di tengah keanekaragaman
sosial masyarakat Indonesia. Hukum yang berparadigma Pancasila pa
hakikatnya mengandung cita-cita dan nilai praksis dari norma-norma
kehidupan bangsa Indonesia, karena secara filosofis Pancasila digali dari
nilai-nilai luhur bangsa Secara konkrit paradigma hukum integral
Pancasila merupakan bentuk dari sistem hukum yang berketuhanan,

33
berkemanusiaan, berpersatuan Indonesia, bermusyawarah mufakat dan
berkeadilan sosial.
Hukum harus dipahami bahwa hukum menjunjung tinggi Tuhan sebagai
zat yang maha kuasa atas segala yang ada di dunia ini. Sebagai hamba
Tuhan manusia wajib tunduk dan patuh kepada Tuhan. Seperti yang
dikemukakan oleh Thomas Aquines seorang tokoh aliran hukum kodrat,
bahwa hukum pada dasarnya berasal dari Tuhan yang kemudian
dijabarkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan. Hukum Tuhan
pada hakikatnya menjadi dasar tertinggi sebagai pembentukan hukum
positif yang berlaku di negara, sehingga hukum yang berlaku harus
mengakui dan menghormati berlakunya hukum Tuhan.
Hukum mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat
dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan. Hukum sebagai tata aturan
memiliki hakikat pada penciptaan kebaikan hidup, sehingga pengakuan
kesederajatan antar sesama manusia sebagai mahluk Tuhan yang dijamin
oleh hukum sebagai instrumen pengatur kehidupan manusia. Hukum
mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan,
jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya. Dihadapan
hukum semua masyarakat memiliki kedudukan yang sama. Sedangkan
perbedaan yang ada di masyarakat menjadi realitas keanekaragaman yang
harus disyukuri dan dikelola dengan baik. Sehingga dengan demikian
hukum mampu menunjukkan sikap yang adil dan beradab. Dalam
penegakkan hukum wajib menempatkan persatuan, kesatuan serta

34
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan
bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Proses implementasi hukum tidak boleh digunakan untuk tujuan yang
membahayakan, menggangu atau merusak persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia. Hukum harus mampu memperkuat integrasi negara terhadap
kepentingan nasional Indonesia. Hukum yang digali dari nilai-nilai
kehidupan masyarakat akan lebih mudah untuk diterima dan sekaligus
dapat digunakan sebagai bagian dari sistem yang memperkuat hukum dan
masyarakat. Sehingga dengan adanya paradigma hukum integral, maka
persatuan dan kesatuan negara Indonesia dapat semakin kuat.
Paradigma hukum integral yang berdasarkan Pancasila merupakan suatu
pemikiran, sikap dan tingkah laku nyata dalam memberikan perubahan
positif terhadap praksis hukum di Indonesia. Hukum yang berparadigma
positivistik harus disesuaikan dan diselaraskan dengan hukum yang digali
dari nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia sebagaimana terkandung
di dalam Pancasila. Hukum dalam praksisnya dapat memberikan
kemanfaatan keadilan bagi seluruh rakyat. Paradigma hukum positivistik
harus diperbarui dengan hukum yang berdimensi luas dan mendalam.
Sehingga akan diperoleh cara penerapan hukum komprehensif yang
menjamin tercapainya kebaikan hidup bersama. Pancasila sebagai
paradigma hukum integral harus menjadi acuan dalam segala pemikiran,
sikap dan tingkah laku berhukum yang dilakukan di negara Indonesia.
Apabila melihat kedudukan Pancasil, maka Pancasila sebagai
“grundnorm” bagi setiap peraturan perundang-undangan yang berlaku di

35
Indonesia, sehingga secara hukum Pancasila merupakan penopang segala
bentuk peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian
hukum harus mendasarkan rasio logisnya pada nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila dan tidak boleh bertentangan dengannya. Transformasi
nilai-nilai Pancasila menjadi amat penting pada setiap peraturan
perundang-undangan di Indonesia, karena seperti telah dijelaskan di atas
bahwa Pancasila memiliki kedudukan penting dan strategis dalam berbagai
bidang kehidupan. Selain itu isi kandungan Pancasila digali dari nilai-nilai
luhur bangsa Indonesia yang telah ada sejak ribuan tahun yang lalu.
Pemahaman tersebut merupakan lahir dari pengetahuan bangsa Indonesia
atas segala realitas yang ada di masyarakat.

C. Perwujudan Politik Hukum Nasional dan Pembangunan Karakter


Berlandaskan Pancasila
Dengan menggunakan tolak ukur hukum Pancasila telah memberikan
inspirasi bagi negara Indonesia untuk dapat menyelenggarakan tatanan
hukum nasional yang dinamis danfleksibel menjembatani kultur budaya
dan tradisi dalam bingkai keberagaman/pluralismeyang dimanifestasikan
dalam kebhinekaan tanah air dan bangsa dengan proses persatuan dan
kesatuan. Dalam artian pembangunan hukum nasional harus memfasilitasi
kebutuhanhukum masyarakat secara nasional dalam rangka menggalang
pembangunan nasional dengan tetap menghargai dan memberikan ruang
gerak bagi kelestarian dan pengembangan adat, tradisi dan budaya yang
menjadi cikal bakal pembentukan hukum nasional sekaligus kontribusinya
terhadap dinamika hukum secara nasional dan berkesinambungan

36
dengantujuan dari cita hukum yang telah ditetapkan. Untuk mewujudkan
tujuan pembangunan karakter harus dikembalikan pada dasar-dasar
hakikat manusia 'monopluralis'.
Unsur-unsur hakikat 'monopluralis' meliputi susunan kodrat manusia, jiwa
dan raga, sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan sosialserta
kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan
sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa. Pancasila berperan sebagai
pemandu masyarakat Indonesia dalam mencapai cita-cita dan impian
bangsa. Hal ini disebabkan oleh karena nilai-nilai Pancasila yang dibentuk
sesuai dengan jati diri masyarakat Indonesia. Pancasila juga berperan
sebagai kerangka berpikir dalam sebuah tatanan hukum. Pancasila
dipandang sebagai cita hukum yang dipahami sebagai konstruksi
pemikiran yang merupakan sebuah keharusan dalam mengarahkan hukum
menuju cita-cita bangsa. Pancasila sebagai landasan hukum juga memiliki
fungsi konstitutif dan fungsi regulatif. Dalam fungsi konstitutifnya,
Pancasila menentukan dasar dari suatu hukum yang dapat memberikan
makna dalam hukum itusendiri, sehingga hukum akan kehilangan makna
jika tidak didasari oleh Pancasila. Fungsi regulatif pancasila berfungsi
untuk menentukan keadilan suatu hukum.

E. Konfigurasi Politik

Dalam kenyataannya sebenarnya setiap norma hukum merupakan produk


dari konfigurasi politik tertentu sehingga watak atau karakter produk hukum
itupun sangat ditentukan oleh konfigurasi politik yang melahirkannya. Oleh

37
karenanya tuntutan ideal (das sollen) atas politik hukum seperti yang
dikehendaki konstitusi di dalam kenyataannya (das sein) belum tentu dapat
terjelmakan. Di Indonesia, konfigurasi politik berkembang melalui tolak-tarik
antara yang demokratis dan otoriter, sedangkan karakter produk hukum
mengikutinya dalam tolak-tarik antara yang responsif dan konservatif. Dapat
diartikan bahwa hukum di Indonesia cenderung tidak otonom dan selalu
lemah terutama jika ia berhadapan dengan sistem politik. Dari pendapat para
ahli, bahwadalam melihat hubungan antara subsitem politik dan subsistem
hukum ternyata bahwa subsistem politik memiliki konsentrasi energi lebih
besar daripada hukum yang berarti bahwa jika hukum harus berhadapan
dengan politik maka ia berada dalam kedudukan yang lebih lemah.
Konfigurasi politik adalah kekuatan-kekuatan politik yang ril (nyata) dan
eksis dalam suatu system politik. Konfigurasi politik ini biasanya
tergambarkan dalam wujud partai-partai politik. Bila partai-partai politik ini
berperan secara nyata dalam system politik yang brlaku dalam mengambil
kebijakan (keputusan) seperti pembentukan hukum atau kebijakan lainnya
maka di sebutkan bahwa konfigurasi politik itu adalah konfigurasi politik
yang demokratis, sedangkan bila partai-partai politik yang ad aitu tidak
berperan dalam pengambilan keputusan atau mengambil kebijakan dalam
system politik itu maka dikatakan bahwa konfigurasi politik yang ad aitu
adalah konfigurasi politik yang non demokratis.12
Umumnya konfigurasi politik yang demokratis terdapat pada system politik
yang demokratis, dan konfigurasi politik yang non demokratis terdapat pada
12
Pramono, A. (2018). Ideologi dan Politik Hukum Pancasila. Gema Keadilan, 5(1), 74-84.

38
system politik yang non demokratis, karena itu umumnya pula politik hukum
dalam konfigurasi yang demokratis adalah untuk menciptakan hukum yang
mendekatkan tata hukum dengan realita sosial, sedangkan pada konfigurasi
politik non demokratis umumnya
Atas asumsi diatas bahwa hukum merupakan produk politik
mengantarkanpada fakta bahwa produk hukum tertentu merupakan produk
politik tertentu pula. Sehingga konfigurasi politik merupakan kekuatan-
kekuatan politik yang riil dan eksis dalam suatu sistem politik.
Di dalam konfigurasi politik terdapat beberapa krakteristik yang
mempengaruhi bentuk produk hukum, Konfigurasi berarti bentuk), susunan
atau konstelasi. Dalam ilmu politik, konfigurasi adalah susunan atau
konstelasi kekuatan politik, yaitu konfigurasi politik demokratis, konfigurasi
politik otoriter dan konfigurasi politik oligarkis.13
1. Konfigurasi yang pertama merupakan susunan system politik yang
membuka kesempatan dan peluang bagi partisipasi rakyat secara penuh
untuk ikut aktif dalam menentukan kebijaksanaan umum
2. Sedangkan konfigurasi kedua, yaitu konfigurasi politik otoriter ditandai
oleh negara memaksakan persatuan, usaha menghapus oposisi terbuka
dengan suatupimpinan yang merasa dirinya paling tahu mengenai cara-
cara menjalankan kebijaksanaan pemerintah, dan pimpinan tersebut
menjalankan kekuasaan melalui suatu elit yang kekal. Konfigurasi
otoriter merupakan susunan sistem politik yang lebih memungkinkan

13
Bakhtiar, B. 2019. Konfigurasi Politik Dalam Pembentukan Hukum Perbankan Syari’ah.
Alfuad: Jurnal Sosial Keagamaan, 3(1), 1-26.

39
negara berperan aktif serta mengambil hampir seluruh inisiatif dalam
pembuatan kebijaksanaan negara. Konfigurasi ini ditandai oleh
dorongan elite kekuasaan untuk memaksakan persatuan, penghapusan
oposisi terbuka, dominasi pimpinan kekuasaan politik olehelit politik
yang kekal, serta dibalik semuaitu ada satu doktrin yang membenarkan
konsentrasi kekuasaan.
3. Konfigurasi ketiga adalah konfigurasi politik oligarkis-kartel. Oligarki
berasal dari kata oligarkhia, yang berarti pemerintahan oleh
sekelompok kecil dan arkhein, yang berarti memerintah. Jadi, oligarkhi
adalah pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang yang
berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu.

Variabel konfigurasi politik dibagi atas konfigurasi yang demokratis dan


konfigurasi yang otoriter, sedangkan variabel karakter produk hukum dibagi
atas produk hukum yang berkarakter responsif atau otonom dan juga produk
hukum yang berkarakter ortodoks/konservatif atau menindas. Dengan
pemecahan kedua variabel tersebut ke dalam konsep-konsep yang dikotomis,
konfigurasi politik yang demokratis akan melahirkan produk hukum yang
berkarakter responsif atau otonom, sedangkan pada konfigurasi politik yang
otoriter akan melahirkan produk hukum yang berkarakter
konservatif/ortodoks atau menindas.14

Bila dihubungkan dengan teori konfigurasi politik tertentu melahirkan produk


hukum tertentu maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
14
Hadi, S. 2017. Addin: Pengaruh Konfigurasi Politik Pemerintah Terhadap Produk Hukum

40
antara sistem pemerintahan sebuah negara dengan hukum yang dianutnya.
Philippe Nonet dan Philip Selznick, menjabarkan bahwa ada tiga klasifikasi
dasar bagi hukum yang ada di masyarakat yaitu:
a. Hukum Represif, adalah hukum sebagai pelayan kekuasaan. Hukum
represif menunjukkan karakter sebagai berikut;
1) ketertiban menjadi tujuan utama, institusi hukum secara langsung dapat
diakses oleh kekuatan politik, hukum diidentifikasikan sama dengan negara
dan disubordinasikan pada tujuan negara,
2) manfaat dari keraguan masuk ke sistem sehingga dapat menguntungkan
penguasa karena aturan-aturan yang sifatnya multitafsir,
3) lembaga-lembaga kontrol yang terspesialisasi, seperti polisi, menjadi
pusatpusat kekuasaan yang bebas,
4) suatu rezim hukum berganda melembagakan keadilan berdasarkan kelas
dengan cara mengkonsolidasikan dan melegitimasi pola-pola subordinasi
sosial,
5) kepatuhan masyarakat harus tanpa syarat dan ketidakpatuhan dihukum
sebagai kejahatan sehingga nilai-nilai yang dominan direfleksikan ke dalam
hukum pidana.
b. Hukum otonom, adalah hukum sebagai institusi tersendiri yang mampu
menjinakkan represi dan melindungi integritas dirinya. Hukum otonom
memiliki karakter khas sebagai berikut;
1) penekanan kepada aturan-aturan hukum sebagai upaya utama untuk
mengawasi kekuasaan resmi dan tidak resmi,

41
2) terdapat pengadilan yang bebas yang tidak dapat dimanipulasi oleh dan
bebas dari kekuasaan politik dan ekonomi, serta memilik otoritas khusus
untuk mengadili pelanggaran hukum, baik oleh pejabat maupun individu
3) terpisahnya hukum dari politik, yakni bahwa para ahli hukum dan
pengadilan adalah spesialis-spesialis dalam menafsirkan dan menerpakan
hukum, tetapi isi hukum tidak mereka yang menentukannya, melainkan
merupakan hasil dari tradisi atau keputusan politik,
4) pengadilan tidak dapat menjamin hukum itu adil, tetapi dapat
mengusahakan agar hukum diterapkan secara adil, sehingga sumbangan
yang paling penting bukanlah keadilan substansif, melainkan keadilan
prosedur
c. Hukum responsif, adalah hukum sebagai fasilitator dari berbagai respon
terhadap kebutuhan dan aspirasi sosial. Sifat responsif dapat diartikan pula
melayani kebutuhan dan kepentingan sosila yang dialami dan ditemukan
tidak oleh pejabat melainkan oleh rakyat, Tipe hukum ini mengedepankan
akomodasi aspirasi sosial sehingga bersifat terbuka, Karena sifat itulah
maka tipe hukum ini mengedepankan akomodasi untuk menerima
perubahan sosial demi mencapai keadilan dan emansipasi public,
Karenanya tatanan hukum responsif menekankan pada;
1) keadilan substantif sebagai dasar legitimasi hukum,
2) peraturan merupakan sub-ordinasi dari prinsip dan kebijakan,
3)pertimbangan hukum harus berorientasi pada tujuan dan akibat bagi
kemaslahatan masyarakat,

42
4) penggunaan diskresi sangat dianjurkan dalam pengambilan keputusan
hukum dengan tetap berorientasi pada tujuan,

5) memupuk sistem kewajiban sebagai ganti sistem paksaan,


6) moralitas kerjasama sebagai prinsip moral dalam menjalankan hukum,
7) kekuasaan didaya gunakan untuk mendukung vitalitas hukum dalam
melayani masyarakat,
8) akses partisipasi publik dibuka lebar dalam rangka integrase advokasi
hukum dan sosial.

A. Pengaruh Konfigurasi Terhadap Produk Hukum yang Dihasilkan

Bentuk dan sifat pemerintahan yang dihasilkan oleh tiap-tiap pemerintahan


berbeda-beda. Salah satu masa pemerintahan yang unik untuk dibahas adalah
masa pemerintahan Soeharto dimana terkenal dengan sifat yang otoriter.
Dalam perwujudan sebuah negara yang sedang menuju sebuah reformasi,
maka dibutuhkan sebuah agenda untuk membangun good governance sebagai
sebuah legitimasi tegaknya prinsip good governance itu sendiri yaitu
transparansi, pluralisme, partisipasi masyarakat dalam pengambilan
keputusan, representasi, dan akuntabilitas. Selain itu, juga dibutuhkan
penegakkan the rule of law yang dipercaya dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, modernisasi politik, perlindungan HAM dan tindakan anti korupsi.
Orde baru memulai langkah pemeritahannya dengan langgam libertarian. orde
baru mengeser system politik Indonesia dari titik ekstrem otoriter pada zaman
demokrasi terpimpin ke sistem demokrasi liberal dan langgam libertarian
tidak berlangsung lama, sistem liberal begeser lagi ke sistem otoriter.

43
Pergolakan politik di Indonesia di tandai oleh banyaknya gerakan gerakan
disintegratif sehingga pembangunan stabilitas nasional akan sulit tanpa di
dasarkan integrasi nasional yang mantap.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan materi di atas dapat di simpulkan bahwa:
 Politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan
diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan
dicabut atau tidak diberlakukan yang semuanya dimaksudkan untuk
mencapai tujuan negara.
 Politik hukum menjadi kebijakan dasar yang menetukan arah,
bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk. Dalam
kenyataannya negara kita mempunyai tujuan yang harus
dicapai, upaya untuk mewujudkan tujuan itu dilakukan dengan
menggunakan hukum sebagai alatnya melalui pemberlakuan
atau pencabutan hukum-hukum sesuai dengan tahapan
perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita
Politik hukum nasional sebagai pedoman dasar bagi segala
bentuk dan proses perumusan, pembentukan dan pengembangan
hukum di tanah air.

44
materi di atas dapat disimpulkan bahwasannya semuanya sangat
berketerkaitan antara satu sama lain dan tidak dapat di pisahkan

B. SARAN

Diharapkan Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam


melaksanakan tugas dan wewenangnya melakukan harmonisasi hukum
nasional khususnya pada tahap perencanaan atau perancangan suatu
peraturan guna menghindari ketidakharmonisan peraturan perundang-
undangan, agar hak atas pendidikan mendapatkan perlindungan melalui
hukum yang pasti.

45
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, B. 2019. Konfigurasi Politik Dalam Pembentukan Hukum


Perbankan Syari’ah. Alfuad: Jurnal Sosial Keagamaan, 3(1), 1-26.
Cindy Permata Sari, 2019. Politik Hukum di Indonesia. Ilmu Administrasi
Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sriwijaya.
Fitriana, M. K. 2018. Peranan Politik Hukum dalam Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan di Indonesia sebagai Sarana Mewujudkan Tujuan
Negara (Laws And Regulations In Indonesia As The Means Of
Realizing The Country’S Goal). Jurnal Legislasi Indonesia, 12(2).
Fuqoha, F. (2021). Arah Politik Hukum Nasional Terhadap Kesejahteraan
Sosial Dalam Kerangka Konstitusi Ekonomi Di Indonesia. Ajudikasi:
Jurnal Ilmu Hukum, 5(2), 191-206.
Hadi, S. 2017. Addin: Pengaruh Konfigurasi Politik Pemerintah Terhadap
Produk Hukum
Hariyanto, H. 2018. Pembangunan Hukum Nasional Berdasarkan Nilai-Nilai
Pancasila. Volksgeist: Jurnal Ilmu Hukum Dan Konstitusi, 1(1), 53-63.
Irawan, A. D., & Prasetyo, B. 2022. Pancasila Sebagai Landasan Politik
Hukum Kebangsaan Indonesia. Jurnal Pendidikan Sosial Keberagaman,
9(1), 1-7.

46
Marsudi, S. A. 2016. Pancasila dan Undang-Undang 45,dalam Paradigma
Reformasi.Depok: Rajagrafindo Persada.
Muhtar, M. H. 2019. Model Politik Hukum Pemberantasan Korupsi Di
Indonesia Dalam Rangka Harmonisasi Lembaga Penegak
Hukum. Jambura Law Review, 1(1), 68-93.
Muin, F., & Karsa, P. L. 2019. Prospek Kebijakan dalam Pembangunan
Hukum Nasional Barbasis Partisipasi Masyarakat pada Era 4.0. Jurnal
Jurisprudence, 9(1), 39-48.
Pitriyani, P. E, Suardana, I. W., & Antara, I. W. (2018).Pancasila Sebagai
Pradigma Politik Hukum Indonesia. Majalah Ilmiah Universitas
Tabanan, 15(1), 37-42.
Pramono, A. (2018). Ideologi dan Politik Hukum Pancasila. Gema Keadilan,
5(1), 74-84.
Siantar, L., & Dora, K. 2019. Perlindungan Hukum bagi Krediktur Terhadap
Debitur yang Permohonan Pailitnya di Tolak oleh Pengadilan (Studi
kasus Nomor 12/Pdt. Sus-Pailit/2016/PN Mdn).
Wijaya, B, 2019. Politik Hukum Penganut Aliran Kepercayaaan dan Lahirnya
Pasal 29 UUD 1945 (Doctoral dissertation, Universitas Islam
Indonesia).
Winata, M. R. 2018. Politik Hukum dan Konstitusionalitas Kewenangan
Pembubaran Organisasi Kemasyarakatan Berbadan Hukum oleh
Pemerintah. Jurnal Penelitian Hukum De Jure, 18(4), 445-464.

47

Anda mungkin juga menyukai