Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

POLITIK HUKUM SEBAGAI LEGAL POLICY

DI SUSUN OLEH:
1. ZABRANI ILHAM (2020103079)
2. MUHAMMAD SYAHIDALLAH AL MUKARRAM (2020103058)
3. M. MELDY RAKA PRASETYO (2020103046)

DOSEN PENGAMPU : -,JON HERI, S.H.I., M.H., C.L.A

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberi kami kesempatan dan kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan dari-Nya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di dunia dan akhirat
nanti.
Kami selaku penulis mengucupkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah
sebagai tugas dari mata kuliah Politik Hukum.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, Supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar- besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Jon heri selaku dosen Politik Hukum kami
yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini. Tidak lupa pula penulis berterima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan.Demikian, semoga makalah ini
dapat bermanfaat. Terima kasih.

Palembang 20 Oktober 2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1


DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
C. Tujuan ........................................................................................................ 3

BAB 2 PEMBAHASAN
A. Pengertian Polhum .................................................................................... 4
B. Hubungan Antara Politik dan Hukum ....................................................... 5
C. Ruang Lingkup Politik Hukum ................................................................. 6

D. Politik hukum dalam pembentukan peraturan perundang-


undangan di Indonesia (Legal policy) ....................................................... 7

BAB 3 PENUTUPAN

A. Kesimpulan .............................................................................................. 10

B. Daftar Pustaka ......................................................................................... 11

2
BAB 1

A. Latar Belakang
Politik merupakan “legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum yang akan diberlakukan
baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan penggatian hukum lama, dalam rangka mencapai
tujuan negara. Menurut patmo Wahjono dalam politik hukum Moh. Mahfud MD (2009:1) mengatakan
bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar yang menentukan arah, bentuk maupun isi hukum yang akan
dibentuk.

Politik hukum di Indonesia ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada yang bersifat
pemberlakuan prinsip perjanjian yudisial, ekonomi, kerakyatan, kemanfaatan, penggantian hukum-hukum
kolonial dengan hukum- hukum nasional, penguasaan sumber daya alam oleh negara. Kemerdekaan
kekuasaan kehakiman dan sebagainya. Disini terlihat bahwa beberapa prinsip yang dianut dalam UUD 1945
sekaligus berlaku sebagai politik hukum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Politik Hukum?

2. Apa Hubungan antara Politik dan Hukum?

3. .Apa Saja Ruang Lingkup Polhum?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Definisi Polhum

2. Untuk Mengetahui Hubungan antara Politik dan Hukum

3
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Politik Hukum

Pada awalnya politik hukum dipahami sebagai legal policy (kebijakan hukum) yang
berlaku di suatu wilayah tertentu. Politik hukum dalam konteks tersebut memiliki pengertian
bahwa politik hukum mengandung makna lokalitas, hal ini berarti bahwa implementasinya
terbatas pada wilayah dimana kebijakan hukum tersebut diberlakukan. Pada tahap selanjutnya,
politik hukum juga dipahami sebagai suatu kerangka berfikir dalam menentukan sekaligus
memahami kebijakan hukum, yang artinya politik hukum berguna untuk mengetahui arah
pembangunan hukum yang hendak di tuju dan pembaharuan hukum yang hendak dicapai dari
kebijakan hukum tersebut. Untuk memahami hal-hal tersebut perlu penulis kemukakan terlebih
dahulu pengertian politik hukum menurut beberapa ahli :

a) C.F.G.Sunaryati Hartono C.F.G.Sunaryati Hartono berpendapat bahwa


politik hukum digambarkan sebagai sebuah proses interplay (saling
memengaruhi) di bidang sosial dan politik, di antara berbagai pressure group
yang ada di masyarakat dalam menentukan bentuk dan corak hukum
nasional.

Adanya proses saling memengaruhi itu dikarenakan hukum dibentuk melalui proses politik
yang dijalankan oleh lembagalembaga negara, seperti Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan presiden. Semua lembaga itu keberadaanya
ditentukan oleh rakyat melalui pemil ihan umum. Maka dari itu, tidaklah keliru jika keberadaan
kelompok penekan (pressure group) ikut menentukan pembentukan hukum (dalam pengertiannya
sebagai undang-undang).

b). Andi Hamzah Andi Hamzah sebagaimana dikutip oleh St. Harum
Pudjiarto, mendefinisikan politik hukum dari dua aspek, yaitu aspek materil
dan aspek formil. Aspek materil, pengertian politik hukum mencakup
legislative drafting, legal executing, dan legal review. Sedangkan dari aspek
formil, politik hukum adalah dituangkannya kebijakan pemerintah dalam
bentuk produk hukum atau legislative drafting. Dengan definisi tersebut
4
secara substansial tidak berbeda dengan gambaran yang diberikan oleh
Sunaryati Hartono di atas. Namun dari ketiga proses yang disebutkan oleh
Andi Hamzah, terdapat kemungkinan keterlibatan lembaga yudikatif, yaitu
Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi, di dalam proses politik hukum
tersebut. Disebutkannya legal review dalam definisi tersebut berimplikasi
turut terlibatnya lembaga yudikatif yang dimaksud.

Dalam buku Ilmu Hukum mendefinisikan politik hukum adalah aktivitas untuk memilih
tujuan sosial tertentu. Politik adalah bidang yang berhubungan dengan tujuan masyarakat.
Sedangkan hukum berhadapan dengan keharusan untuk menentukan pilihan tentang tujuan atau
cara-cara yang akan dipakai untuk mencapai tujuan masyarakat tersebut.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa politik hukum adalah kebijakan tentang
hukum yang menentukan arah, bentuk dan isi hukum yang mencakup pembentukan, penerapan,
dan penegakan hukum dalam rangka mencapai tujuan politik hukum yaitu tujuan sosial
tertentu/tujuan negara.

B. Hubungan Antara Politik Dan Hukum

Hukum dan politik mempunyai hubungan timbal-balik. Hukum, jika berada "di atas"
politik, maka hukum positif mencakup semua standar di mana antara lain, kesepakatan dalam
masyarakat dicapai melalui proses yang konstitusional. Dalam menafsirkan hukum, penguasa
memisahkan dirinya dari perjuangan untuk meneruskan kekuasaan dan tidak dikotori oleh
pengaruh politik. Sebaliknya, pelaku-pelaku politik dapat menerima otonomi dari institusi-
institusi hukum jika mereka yakin bahwa peraturan-peraturan yang harus ditaati didasarkan pada
kebijaksanaan yang juga mereka anut. Pendapat lain mengatakan, hukum sangat dipengaruhi oleh
politik, karena hukum sendiri adalah keputusan-keputusan politik. Karangan berikut ini
menguraikan segi-segi lain dari hubungan hukum dan politik.

C. Ruang Lingkup Politik Hukum

Adapun yang menjadi cakupan atau ruang lingkup politik hukum adalah :

• Kebijakan negara tentang hukum yang akan diberlakukan atau tidak diberlakukan dalam
rangka pencapaian tujuan negara

• Latar belakang politik, ekonomi, sosial, budaya atas lahirnya produk hukum.
5
• Penegakan hukum dalam kenyataan lapangan.

Sedangkan menurut Satjipto Rahardjo, aspek politik hukum sebagai bahan studi meliputi :

• Tujuan yang akan dicapai dengan sistem hukum yang ada.


• Cara-cara yang dipilih untuk menentukan mana yang paling baik untuk mencapai tujuan.
Misalnya pilihan desentralisasi atau sentralisasi.

• Kapan suatu peraturan atau hukum perlu diubah dan melalui cara apa perubahan tersebut
sebaiknya dilakukan.

• Dapatkah suatu pola yang mapan dirumuskan untuk memilih tujuan serta cara-cara untuk
mencapai tujuan tersebut.

D. Politik Hukum Dalam Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan di

Indonesia (Legal policy).

Mengutip pendapat Satjipto Rahardjo dalam buku ilmu hukum menyatakan bahwa politik
hukum sebagai aktivitas memilih dan cara yang hendak dipakai untuk mencapai tujuan sosial dan
hukum tertentu dalam masyarakat. Lebih lanjut Satjipto Rahardjo menyatakan bahwa terdapat
beberapa pertanyaan mendasar yang muncul dalam studi politik hukum, yaitu :

• Pertama, tujuan apa yang hendak dicapai dengan sistem hukum yang ada.

• Kedua, Cara-cara apa dan yang mana, yang dirasa paling baik untuk bisa dipakai
mencapai tujuan tersebut.

• Ketiga, kapan waktunya hukum itu perlu diubah dan melalui cara- cara bagaimana
perubahan itu sebaiknya dilakukan.

• Keempat, dapatkah dirumuskan suatu pola yang baku dan mapan, yang bisa
membantu memutuskan proses pemilihan tujuan serta caracara untuk mencapai
tujuan tersebut secara baik.11 Badan Pembinaan Hukum Nasional dalam buku
“Perencanaan Pembangunan Hukum Nasional 2015-2019” menyebutkan bahwa
berdasarkan segi paradigmatik, terdapat dua landasasan pokok yang harus menjadi
pilar dalam pelaksanaan pembangunan politik hukum nasional, yaitu landasan idiil
dan landasan operasional.
6
Landasan idiil merupakan norma dasar kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu hukum
berwatak Pancasila. Sedangkan landasan operasional terdiri atas :

• Pertama, hukum yang adil dan mensejahterakan, yakni hukum harus dijadikan
sarana pembaruan untuk mensejahterakan masyarakat. Oleh karena itu, untuk
membuat hukum yang adil dan mensejahterakan harus harmonis dan menyesuaikan
dengan konsep negara kesejahteraan.

• Kedua, hukum memperkuat demokrasi, yaitu membangun hukum yang


memperkokoh demokrasi harus dilandasi oleh konsep atau pola pikir mengenai
bagaimana membumikan idealisme demokrasi yang berwajah keadaban ke dalam
kehidupan politik praktis, oleh karena itu perlu fondasi hukum yang mencerminkan
demokrasi yang rasional dengan muatan moral yang kental.

• Ketiga, hukum yang melindung HAM.

• Keempat, hukum yang memperkukuh NKRI, hal ini menjadi landasan dalam
merancang berbagai produk hukum dengan segala tata urutan perundangan dalam
sistem hukum nasional serta mengkokohkan politik hukum negara terhadap
pemantapan NKRI.

• Kelima, hukum ber-Bhineka Tunggal Ika yaitu hukum nasional yang akan
mewujudkan harus memperhatikan perbedaan kebutuhan hukum yang dimiliki oleh
kelompok tertentu, dengan tetap berpedoman pada wawasan nusantara dan tetap
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara.

• Keenam, hukum melindungi bangsa dan tumpah darah Indonesia

Lebih lanjut dikemukakan bahwa, landasan pokok tersebut hendaknya menjadi dasar dalam
pelaksanaan politik hukum nasional, karena politik hukum nasional sangat menentukan arah
kebijakan pembangunan nasional secara keseluruhan yang akan dilaksanakan dalam suatu periode
tertentu. Politik hukum pada dasarnya merupakan pemikiran yang menjadi dasar campur tangan
negara melalui alat perlengkapan negara (Pemerintah, DPR, dan sebagainya) pada hukum.

Campur tangan negara dengan alat perlengkapannya pada hukum, dalam hal; Pertama,
penciptaan hukum, yaitu negara berkewajiban memelihara keadilan dan ketertiban; Kedua,
pelaksanaan hukum, yaitu negara berkewajiban mengadakan alat perlengkapan negara yang
7
bertugas melaksanakan atau menegakkan hukum menurut cara tertentu yang ditentukan oleh
negara, antara lain melalui pengadilan, dan Ketiga, perkembangan hukum, yaitu hukum disusun
berdasarkan kesadaran hukum masyarakat. Negara berusaha mempengaruhi perkembangan
kesadaran hukum masyarakat, sehingga negara mempengaruhi perkembangan hukum. Dari
beberapa uraian tersebut di atas, apabila dikaitkan dengan pengaturan materi pokok baru
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang 15 Tahun 2019 tentang Perubahan atas UndangUndang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, arah politik hukum
pembentukan peraturan perundang-undangan yang sebelumnya hanya mengatur dari tahapan
perencanaan sampai dengan proses pengundangan suatu peraturan perundang-undangan.

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 yang telah disepakati oleh
pembentuk undang-undang yakni Presiden dan DPR, proses pembentukan peraturan perundang-
undangan peraturan di tingkat pusat secara politik hukum ada tiga hal penting dalam perubahan
undang-undang ini yakni:

1. Carry-over, bahwa Rancangan Undang-Undang yang telah mencapai pembahasan


Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) dan belum selesai, disampaikan kepada DPR
periode berikutnya serta dapat dimasukkan kembali dalam program legislasi
nasional jangka menengah dan/atau program legislasi nasional sesuai kebutuhan
nasional.

2. Pemantauan dan peninjauan terhadap undangundang, kegiatan ini untuk mengetahui


ketercapaian, berpikir, dan manfaat atas pelaksanaan suatu undang-undang.

3. Pembentukan peraturan perundang-undangan di lingkungan pemerintah


dikoordinasikan oleh menteri dan kepala lembaga yang mengatur urusan
pemerintahan di bidang pembentukan peraturan perundang-undangan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pembentukan kementerian atau lembaga yang mengatur
urusan pemerintahan di bidang pembentukan peraturan perundang-undangan sebagai wujud politik
hukum yang diambil oleh pembentuk undangundang. Perwujudan ini tentunya mengharapkan ada
kesinambungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan yang dapat dikontrol. Ini juga merupakan pekerjaan masih perlu diwujudkan
secara nasional.

8
Sedangkan politik hukum pembentukan peraturan perundang- undangan untuk peraturan
tingkat daerah, yakni dengan adanya pengaturan pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan
konsepsi Raperda provinsi berasal dari gubernur dilaksanakan oleh kementerian atau lembaga yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pembentukan peraturan perundang- undangan.

Pengaturan ini sebelumnya dilaksanakan oleh biro hukum dan dapat mengikutsertakan
instansi vertikal dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum.
Tentunya pengaturan ini merupakan langkah awal perbaikan, dimana sebelumnya
pengharmonisasian masih dilakukan oleh biro hukum pemerintah daerah provinsi, dan bagian
hukum baik di kabupaten/kota.

Dengan demikian proses pengharmonisasian, pembulatan, pemantapan konsepsi rancangan


peraturan perundang- undangan berdasarkan undang-undang yang baru ini dilakukan sampai
dengan peraturan daerah. Ketentuan ini juga diharapkan bisa menjawab permasalahan yang selama
ini terdapat ribuan peraturan daerah yang bermasalah, sehingga terciptanya peraturan yang baik
dari hulu sampai dengan hilir.

9
BAB 3

PENUTUPAN

A. KESIMPULAN

Politik dan hukum merupakan subsistem dalam sistem kemasyarakatan. masing-masing


melaksanakan fungsi fungsi tertentu untuk menggerakkan sistem kemasyarakatan secara
keseluruhan. Secara garis besar, hukum juga berfungsi melakukan social control, dispute
settlemen, and social engeneering, atau ino1ation.

Adapun fungsi politik meliputi pemeliharaan sistem dan adaptasi (socialization dan
recruitment), kolerasi (rule making, ruleaplication adcudication, interesttarticulation and
aggregation), dan fungsi kapabilitas (regulatife, tractif, distributif, and responsif).

Hubungan antara hukum dan politik ter gantung pada persepsi tentang apa yang
kita maksudkan sebagai h u k u m dan apa yang kita maksudkan dengan politik. Jika kita
berpandangan non-dogmatik dan memandang hukum bukan s ekedar peraturan yang dibuatoleh
kekuasaan politik maka tentu saja persoalan lebih lanjut tentang hubungan
kekuasaan hukum dan kekuasaan politik masih bisa berkepanjangan .

Namun jika kita menganut pandangan positif yang memandang hukum semata mata
hanya produk kekuasaan politik maka rasa tak releva n lagi pertanyaan tentang hubungan
antara kekuasaan hukum dan kekuasaan politik karena pada akhirnya mereka
mengidentikkan antara hukum dan politik tersebut.

B. DAFTAR PUSTAKA

Budiono Kusumohadidjojo. Filsafat Hukum; Problematik Ketertiban yang Adil. Bandung:


Mandar Maju, 2011

Moh. Mahfud MD. Politik Hukum di Indonesia. Cetakan ke-7.Jakarta: Rajawali Press, 2017

10

Anda mungkin juga menyukai