Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ASAS-ASAS ILMU PENDIDIKAN ISLAM

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam

Disajikan Oleh Kelompok III

Disusun Oleh :

1. Ayu Apriani (1652230009)


2. Ilham Yuli Pratiwi (1622230024)

Dosen Pembimbing:
Afriantoni, M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG

1
2017

2
A. Pendahuluan

Pendidikan merupakan sarana utama yang perlu dikelola secara sistematis dan
konsisten berdasarkan pandangan teori dan praktik yang berkembang di dalam
kehidupan masyarakat. Pendidikan merupakan modal utama yang harus dimiliki
oleh manusia untuk membangun kehidupan di muka bumi ini. Pendidikan
merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia yang sekaligus membedakan
manusia dengan hewan. Manusia dan hewan pada dasarnya sama-sama belajar
akan tetapi hewan belajar lebih menggunakan ”instinknya”, sedangkan bagi
manusia belajar merupakan serangkaian kegiatan menuju pendewasaan,
perubahan sikap, dan pola pikir guna mencapai kehidupan yang lebih baik lagi.
Oleh karena itu, pendidikan merupakan suatu aktivitas yang secara sadar memiliki
tujuan yang menempati posisi yang sangat sentral di kehidupan manusia dalam
membangun kehidupan sosial dan memposisikan manusia dalam pluralisme
kehidupannya secara tepat.
Pendidikan telah menjadi kegiatan yang penting di muka bumi ini, baik secara
langsung maupun secara tidak langsung. Pendidikan memberikan efek yang
positif terhadap pembangunan karakter bangsa, pentingnya pendidikan
menjadikan pemerintah Indonesia bahkan Perserikatan Banngsa-Bangsa (PBB)
membuat suatu kebijakan bahwasanya setiap anak yang terlahir memiliki hak
yang sama dalam memperoleh pendidikan tanpa adanya perbedaan.
Demikian pentingnya pendidikan dalam kehidupan, pembentukan karakter
anak bangsa melalui pendidikan Islam juga sama. Pendidikan Islam yang secara
umum merupakan suatu usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah
manusia serta segala sumber daya yang ada padanya menuju terbentuknya
manusia yang memiliki pengetahuan sesuai dengan norma-norma Islam. Proses
pendidikan Islam tidak terlepas dari faktor psikologis, kemampuan manusia, dan
faktor lingkungan di sekitar manusia itu sendiri. Proses pendidikan Islam tidak

3
hanya memberikan materi-materi kepada peserta didik saja melainkan konsep
pendidikan Islam merupakan bagaimana materi-materi yang telah diberikan dapat
dipraktikan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari bahkan dapat menjadi
contoh bagi manusia lainnya. Manusia dilahirkan sebagai khalifah di muka bumi,
maka dari itu manusia tidak hanya dituntut untuk memiliki ilmu pengetahuan saja
akan tetapi manusia juga dituntut untuk memiliki akhlak, serta kepribadian yang
didasarkan pada norma-norma Islam.
Konsep manusia seutuhnya dalam presfektif Islam, secara garis besar dapat
diformulasikan sebagai manusia yang beriman dan bertakwa serta memiliki ilmu
pengetahuan dan segala bentuk kemampuan lainnya yang teraktualisasi dalam
hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan dengan alam sekitarnya secara
baik, positif, dan konstruktif. Proses pendidikan Islam harus berpegang teguh
pada petunjuk para ahli-ahli.
Tidak lengkap rasanya bila suatu ilmu pendidikan tanpa ada dasar ataupun
landasan dari suatu ilmu pendidikan tersebut, begitupun juga dengan ilmu
pendidikan Islam yang memiliki asas ataupun landasannya. Asas pendidikan
Islam merupakan dasar dari pendidikan Islam itu sendiri, asas inilah yang
nantinya akan memberikan pondasi bagi ilmu pendidikan Islam. Asas-asas
pendidikan Islam itu sendiri sangat erat hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya
seperti asas filosofi yang berkaitan dengan ilmu filsafat pendidikan Islam.
Pendidikan Islam juga tidak terlepas dari cerita pada zaman Nabi Muhammad
saw, sehingga dalam pendidikan Islam terdapat asas historis. Kebijakan-kebijakan
yang diambil dalam pendidikan Islam juga sangat dipengaruhi oleh kekuasaan
pemerintahaan, sehingga terdapat asas politik dalam pendidikan Islam. Faktor
lingkungan juga mempengaruhi proses pendidikan Islam, untuk itu pendidikan
Islam juga berasaskan pada asas sosiologis. Kita mengetahui bahwa ekonomi
seseorang mempengaruhi pendidikan orang tersebut, sehingga dalam pendidikan
Islam terdapata asas ekonomi. Kemudian seorang yang memiliki psikologis yang
baik akan dapat dengan mudah menerima pembelajaran dengan baik juga.

4
Begitupun dalam pendidikan Islam, maka dari itu dalam pendidikan Islam
terdapat asas psikologis. Dengan adanya asas-asas pendidikan Islam tersebut
proses pendidikan Islam dapat berlangsung secara sistematis, dan terorganisir
dengan baik.
Penjelasan lebih lanjut mengenai asas-asas pendidikan Islam akan diutarakan
pada makalah kali ini. Guna menghindari meluasnya pembahasan pada makalah
ini, maka kami membatasi pembahasan pada makalah ini yaitu apa saja asas-asas
ilmu pendidikan Islam itu. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu kami
mengharapkan dengan adanya makalah ini dapat menjelaskan apa saja asas-asas
ilmu pendidikan Islam itu dan pembaca dapat lebih memahami asas-asas yang
terdapat dalam ilmu pendidikan Islam.

B. Pengertian Asas

1. Pengertian Pendidikan Islam


Menurut Rusmaini (2016: 1) definisi pendidikan Islam yang dikemukakan
oleh para ahli dalam ruusan yang berbeda-beda menurut sudut pandang
masing-masing. Pengertian tersebut dapat ditinjau dari beberapa pendapat
para ahli tentang pengertian pendidikan Islam sebagai berikut :
a. Arifin mengemukakan “Pendidikan Islam adalah sistem pendidikan
yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin
kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam , karena nilai-nilai Islam
telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya”. Hal tersebut
berarti manusia muslim yang telah mendapatkan pendidikan Islam
harus mampu hidup dalam norma-norma Islam yang dapat menjadi
pemimpin, bangsa, negara, dan umatnya dan kepribadian yang
dimilikinya dapat menjadi contoh dan teladan yang baik.
b. Marimba mendefinisikan “Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani
dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada

5
terbentuknya kepribadian umat menurut ukuran-ukuran Islam”.
Definisi ini menjelaskan pendidikan Islam merupakan suatu proses
bimbingan baik jasmani maupun rohani dalam menuju terbentuknya
kepribadian Islami.
c. Samsul Nizar mengemukakan “Pendidikan Islam adalah proses
penstranferan nilai yang dilakukan oleh pendidik, yang meliputi proses
perubahan sikap dan tingkah laku serta kognitif peserta didik, baik
secara kelompok maupun individual, ke arah kedewasaan yang
optimal, dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya,
sehinggaa diharapkan peserta didik mampu memfungsikan dirinya
sebagai “abd maupun khalifah fi al-ardh, dengan tetap berpedoman
kepada ajaran Islam”.
Walaupun istilah pendidikan Islam dapat dipahami secara berbeda,
pada hakikatnya merupakan satu kesatuan dan mewujud secara
operasional dalam proses pembudayaan dan pewarisan serta
pengembangan ajaran agama, budaya dan peradaban Islam dari generasi
ke generasi yang berlagsung sepanjang sejarah umat Islam dalam suatu
sistem yang utuh, berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunah.

2. Pengertian Asas-Asas Pendidikan Islam


Kata asas berarti dalam bahasa Indonesia merupakan unnsur serapan
bahasa Arab, yaitu kata asas yang bentuk jamaknya adalah usasun. Seperti
dalam ungkapan asas al-hukm diartikan sebagai asas hukum. Begitu pula
dalam ungkapan ‘ala usasin yang berarti pada dasarnya, dan ungkapan
al-huquq al-asasiah li al-insan yang diartikan sebagai hak asasi manusia.
Dalam kamus Indonesia Inggris, kata asas diartikan dengan principle
(prinsip) dan foundation (pondasi/dasar), seperti dalam ungkapan “pada
asasnya” disamakan dengan fundamental atau on principle. Begitu pla dalam
kamus Inggris-Indonesia, kata principle diartikan sebagai dasar, permulaan,

6
aturan pokok dan asas (Khaeruddin, 2002: 26).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kata asas, dasar, dan prinsip
mempunyai padanan arti yang sama, yaitu sebagai sesuatu yang menjadi ide
pokok, pijakan atau pegangan dalam melakukan sesuatu. Dalam hubungannya
dengan pendidikan Islam, Hasan Langgulung mengemukakan bahwa
asas-asas pendidikan, di dalam bahasa Arab disebut ushul al tarbiyah atau
dalam bahasa Inggris disebut fondation of education yang dianggapnya
sebagai jalan untuk memahami ilmu pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu.
Disamping itu, asas merupakan pandangan yang mendasari seluruh aktivitas
pendidikan, baik dalam rangka penyusunan teori, perencanaan, maupun
pelaksanaan pendidikan itu sendiri (Khaeruddin, 2002: 27)
Pendidikan harus mempunyai tempat tegaknya (fondasi), yang disebut
dengan asas-asas pendidikan, sebagai dasar pijak dalam pengembangan
materi, interaksi, dan melakukan inovasi. Asas-asas pendidikan Islam sangat
erat kaitannya dengan ilmu-ilmu lainnya, yang dapat dikelompokkan menjadi:
asas filosofis, asas historis, asas politik, asas sosial, asas ekonomi, dan asas
psikologi (Rusmaini, 2016: 29)
Oleh karena itu asas-asas pendidikan sebagaimana yang akan dijelaskan
disini tidak lain adalah gagasan-gagasan yang menjadi dasar pertimbangan
atau pembentukan kerangka pikir dalam penyusunan teori-teori pendidikan
Islam yang terkristalisasi dalam rencana program pendidikan Islam serta
dapat diaktualkan dalam aktivitas pendidikan itu sendiri (Khaeruddin, 2002:
27).
Dalam hal ini, Hasan Langgulung juga mengemukakan beberapa asas yang
menjadi tempat tegaknya pendidikan Islam dalam intraksi, materi, inovasi,
seta tujuannya yaitu asas historis, asas sosial, asas ekonomi, asas politik dan
administrasi, asas psikologi, dam terakhir adalah asas filsafat atau filosofi
(Hasan Langgulung, 2008: 7).

7
C. Macam-macam Asas-asas Pendidikan Islam

Melihat beberapa pandangan tersebut dari segi latar belakang dan


tujuannya maka berikut ini dapat dikemukakan beberapa pandangan atau dasar
pertimbangan yang menjadi Asas Pendidikan Islam, yang secara garis
besarnya akan diuraikan sebagai berikut:
1. Asas Filosofis
Asas filosofi dalam pendidikan mengandung dua hal, yaitu filsafat
dan tujuan pendidikan. Filsafat menentukan dasar dan tujuan hidup
yang akan dijadikan sebagai dasar dan tujuan pendidikan yang akan
dilaksanakan oleh manusia dan pada tahap selanjutnya akan
mencerminkan sikap dan tingkah laku manusia dalam kehidupannya.
Hal ini menjadi mungkin karena filsafat mengandung ide-ide, cita-cita,
dan sistem nilai perlu dipertahankan demi kelangsungan hidup
masyarakat atau bangsa dan inilah yang turut mewarnai sistem dan
tujuan pendidikan yang dijalankan oleh manusia (Khaeruddin,
2002:35)
Proses dan hasil keilmuan dari jenis ilmu apapun, ternyata sangat
ditentukan oleh landasan filosofis yang mendasarinya, yang memang
berfungsi memberikan kerangka, mengarahkan, menentukan corak dari
keilmuan yang dihasilkannya. Landasan filosofis dimaksud adalah
kerangka teori (theoretical framework), paradigma keilmuan dan
asumsi dasar. Ketiga hal inilah yang lazim disebut dengan filsafat ilmu
atau filsafat keilmuan, dalam arti, basis filosofis yang mendasari
bangunan keilmuan dan aktifitas ilmiah pada umumnya (Muslih,
2011:72-73)
Menurut Rusmainni mengutip dari Hasan Langgulung, asas
filosofis dalam pendidikan Islam berarti asas pendidikan yang
berdasarkan kajian filsafat. Secara harfiah, filsafat berarti “cinta

8
kepada ilmu”. Filsafat berasal dari kata Philo yang artinya cinta dan
Sophos artinya ilmu/hikmah. Secara historis, filsafat menjadi induk
segala ilmu pengetahuan yang berkembang sejak zaman Yunani kuno
sampai zaman modern sekarang. Pendidikan sangat erat kaitannya
dengan kajian filsafat, karena dalam pelaksanaannya memerlukan
proses pemikiran yang konsekuen, tentang hal-hal yang harus
dilaksanakan demi tercapainya tujuan pendidikan. Dengan demikian
suatu falsafah bagi masyarakat atau bangsa berkaitan erat dengan
sistem pendidikan yang dirancang (Rusmaini, 2016:29).

2. Asas Historis
Asas historis berarti asas pendidikan yang berdasarkan faktor
sejarah. Sejarah membahas peristiwa-peristiwa masa lalu, memberi
makna yang penting bagi kehidupan manusia termasuk dalam bidang
pendidikan. Asas historis tentu saja berkaitan erat dengan sejarah
peradaban manusia yang telah lama dibuat dan mengalami pasang
surut kejadian. Terleas dari unsur tersebut, maka kejadian-kejadian
pada masa lalu kemudian akan menjadi pelajaran yang bermanfaat
bagi kehidupan kita pada masa depan.
Menurut Rusmaini mengutip dari Hasan Langgulung, faktor
sejarah merupakan salah satu faktor budaya berpengaruh terhadap
filsafat pendidikan, yang akan menentukan tujuan dan sistem
pendidikan yang berlaku dalam suatu masyarakat atau suatu bangsa.
Dengan demikian, asas historis dalam pendidikan Islam meletakkan
dasar pada analisis pendidikan dari fakta-fakta sejarah umat Islam
yang berawal dari Nabi Muhammad saw sampai sekarang, mulai dari
pertumbuhan, perkembangan, kemajuan, kemunduran, dan

9
kebangkitan kembali pendidikan Islam. Dari sejarah, dapat diketahui
bagaiman ide, konsep, institusi, sistem, dan operasionalnya
penyelenggaraan pendidikan Islam dari waktu ke waktu (Rusmaini,
2016:31).
Pada periode Nabi, pendidikan dilakukan dari berbagai macam
disiplin keilmuan akan tetapi pada saat itu, fokus utama Nabi adalah
ilmu yang ada dalam wahyu. Dengan bimbingan Nabi Muhammad
maka berlangsunglah kegiatan-kegiatan pendidikan. Mula-mula di
sebuah tempat bernama Darul Arqam di Makkah, setelah hijrahnya
Nabi ke Madinah, dibangun kuttab di pinggir Masjid Nabawi, hal
tersebut berlangsung dari generasi ke generasi sehingga pada abad
ke-2 H. hampir di setiap desa di dunia Islam telah memilikinya.
Budaya ilmu yang telah dirintis Nabi Muhammad secara umum tetap
dilanjutkkan dan dikembangkan pada zaman Khulafaurrasidin.
Meskipun penuh kehati-hatian dan sedikit disibukkan oleh
pengembangan wilayah Islam. Khalifah yang pertama yang
menggantikan Nabi Muhammad dalam memimpin umat Islam adalah
Abu bakar as-Siddik, yangg dalam pemerintahannya diguncang
berbagai pemebrontakan oleh orang-orang murtad, orang-orang yang
mengaku sebagai nabi dan orang-orang yang tidak mau membayar
zakat (Asyari & Rusni Bil Maruf, 2014: 8).
Dalam menganalisis asas historis dalam proses pendidikan Islam
dapat ditinjau dari 4 aspek, yaitu ideal, institusional, struktur, dan
materi. Aspek ideal berarti proses mencapai tujuan pendidikan sesuai
dengan cita-cita ajaran Islam dapat berlangsung dengan lancar bila
berprinsip pada konsitensi dan kesinambungan dalam suatu sistem
kemsyarakatan yang teratur rapi. Aspek institusional mengandung
pengertian bahwa tujuan atau cita-cita itu akan lebih mudah dicapai
melalui proses kependidikan jika ditransformasikan melalui institusi

10
(lembaga) kependidikan, karena institusi menjadi wadah
pengorganisasian dan pelaksanaan program untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Aspek struktur yaitu dengan struktur (bentuk) kelembagaan
kependidikan yang berjenjang (bertingkat) tujuan pendidikan Islam
akan tercapai secara bertahap sesuai tingkat-tingkat perkembangan
peserta didik. Aspek materi berarti tujuan akhir dan tujuan sementara
pendidikan Islam menentukan corak materi pelajaran, yang baru dapat
efektif dan efisien, jika diajarkan dengan sistem dan metode yang tepat
guna sesuai dengan karakteristik dari idealitas nilai-nilai yang
terkandung dalam tujuan.
Asas sejarah dalam pendidikan Islam itu harus mengacu kepada
perkembangan sikap yang diharapkan menuju kesesuaiannya dengan
asas dasar ajaran Islam. Generasi-generasi manusia pada masa lampau
itu merupakan fakta sejarah akurat yang ditunjukkan Allah dalam
firmannya (Rusmaini, 2016: 32-33).

3. Asas Sosiologis
Manusia menurut Al-Farabi adalah makhluk yang mempunyai
kecendrungan untuk hidup bermasyarakat karena manusia tidak akan
mungkin dapat hidup dan memenuhi kebutuhannya dengan sendirinya.
Manusia membutuhhkan bantuan pertolongan dan kerjasama dengan
orag lain untuk memenuhi kebutuhan hidup yang dapat memberikan
kebahagiaan yang seimbang. Demikian pula halnya pendidikan sebagai
lembaga sosial. Antara pendidikan dan masyarakat mempunyai
hubungan yang kuat dan saling mempengaruhi, yakni pendidikan
dipengaruhi oleh lingkungan msyarakat dan pada sisi lain, pendidikan
juga sangat mempengaruhi dinamika kehidupan masyarakat
(Khaeruddin, 2002:38).

11
Manusia adalah “makhluk sosial”. Hal ini sesuai dengan ayat
Al-Qur’an yang menjelaskan tentang hal tersebut. Khalaqa al-insaana
min ‘alaq bukan hanya diartikan sebagai “menciptakan manusia dari
segumpal darah” atau “sesuatu yang berdempet di dinding rahim”,
akan tetapi juga dapat dipahami sebagai “diciptakan dinding dalam
keadaan selalu bergantung kepada pihak lain atau tidak dapat hidup
sendiri”. Dan hal itu dapat dipahami bahwa manusia dengan seluruh
perwatakan dan pertumbuhannya adalah hasil pencapaian dua faktor,
yaitu faktor warisan dan faktor lingkungan. Demikian pula dalam
sistem pendidikan Islam, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa
sesuai dengan karakteristik pendidikan Islam itu sendiri. Disadari atau
tidak lingkunagn mempengaruhi pendidikan itu sendiri (Surawardi,
63-64).
Dalam Rusmaini (2016:34-33), pendidikan merupakan salah satu
sarana yang mempengaruhi adanya perubahan sosial, atau sebaliknya
perubahan sosial dapat mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap
dunia pendidikan. Asas sosiologis dalam pendidikan Islam berarti asas
pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai kehidupan masyarakat
dalam rangka memenuhhi kebutuhan dan tuntutan hidup masyarakat.
Pendidikan Islam tidak terlepas dari peranannya sebgai lembaga yang
menjalankan fungsi-fungsi sosial. Asas sosial dalam pendidikan daapat
ditinjau dari beberapa hal :
a. Pendidikan sebagai Daya Pengubah
Salah satu fungsi pedidikan adalah menyampaikan,
meneruskan, atau mentransmisi kebudayaan. Pewarisan
pendidikan yang berasas pada nilai-nilai Islami, walupun
terjadinya pergantian generasi akibat adanya kelahiran,
kematian, dan perpindahan tersebut nilai-nilai Islami yang
diwariskan itu masih dapat bertahan. Hal ini menunjukkan

12
bahwa pendidikan berperan sebagai pelestari kebudayaan dan
sistem sosial (agent of conservation).
Akan tetapi, jika unsur budaya yang dipandang tidak cocok
lagi, atau ada unsur udaya baru yang perlu dimasukkan
pendidikan juga dapat melakukan perannya, hal ini
menunjukkan bahwa pendidikan berperan sebagai pembawa
atau perilaku perubaghan (agent of change). Dalam hal ini
menunjukkann bahwa pendidikan memiliki peran ganda. Di
satu sisi pendidikan dapat mempertahankan kebudayaan dan di
sisi lain pendidikan juga dapat melakukan perubahan
kebudayaan. Peran tersebut tergantung pada kebutuhan
masyarakat pada saat itu.

b. Pendidikan dan Pembaruan Masyarakat


Sistem pendidikan adalah alat yang ampuh untuk
mengindoktrinasi generasi muda dalam menciptakan suatu
msyarakat menurut keinginan penguasa. Oleh karena itu, guru
tidak diharapkan terlalu banyak guru akan mengambil inisatif
untuk mengadakan reformasi, karena guru itu sendiri diangkat
oleh pihak yang berwenang dan telah menerima norma-norma
yang menjadi persyaratannya. Perubahan yang dilakukan
sekolah hnyalah perubahan kecil-kecilan di bawah pimpinan
yang berwenang yang tidak mungkin mempeloporinya.
Perubahan kekuasaan dalam suatu negara dengan suatu
ideologi tertentu, akan memanfaatkann seklah sebagai alat
untuk membangun masyrkat baru menurut ideologi mereka.
Perubahan itu tercermin dari perubahan dan pembaharuan
kurikulum dan sistem pendidikan, di mana dipengaruhi oleh
pihak yang berkuasa.

13
c. Pendidikan dan Mobilitas Sosial
Pendidikan dapat berperan mempertahannkan status sosial
dan juga merupakan jalan bagi mobilitas sosial. Mobilitas
sosial merupakan peralihan dari status sosial yang satu ke
status sosial yang lain. Mobilitas sosial ada dua macam, yaitu :
1) Mobilitas sosial horizontal adalah gerakan individu atau
kelompok dalam ruangan geografik (migrasi),
2) Mobilitas sosial vertikal adalah gerakan individu turun naik
dalam tangga kemsyarakatan.
Kebutuhan akan pendidikan dapat mendorong terjadinya
mobilitas sosial secara horizontal, misalnya suatu daerah tidak
memiliki jejang pendidikan yang lebih tinggi mendorong
seseorang untuk bermigrasi ke kota atau luar negeri untuk
memperoleh pendidikan tersebut. Pendidikan yang didapat itu
sendiri mendorong terjadinya mobilitas sosial secara vertikal,
karena semakinn tinggi pendidikan seseorang, makin besar
harapan untuk meningkatkan status sosial. Pendidikan
merupakan jalan bagi mobilitas sosial.

4. Asas Ekonomi
Dalam Rusmaini (2016:36-37), ekonomi sebagai suatu usaha
mempergunakan sumber-sumber daya secara rasional untuk memenuhi
kebutuhan, sesungguhnya melekat pada watak manusia. Dalam bahasa
Arab, ekonomi sering diterjemahkan dengan al-Iqtishad, yang berarti
hemat, dengn perhitungan, juga mengundang makna rasional, dan nilai
secara implisit. Manusia harus berilmu pengetahuan untuk dapat

14
memanfaatkannya semaksimal mungkin dengan melalui proses
pendidikan. Hal tersebut jelas bahwa masalah pendidikan sangat
berkaitan dengan masalah ekonomi. Kondisi ekonomi berpengaruh
terhadap mutu pendidikan, salah satu contohnya negara Indonesia.
Alokasi biaya pendidikan di Indonesia belum menjadi perhatian yang
cukup serius dari berbagai pihak, pada hal fungsi ekonomi dalamm
dunia pendidikan sangat pentig untuk menunjang kelancaran proses
pendidikan. Hubungan amtara ekonomi, pendidikan, dan sumberdaya
manusia seperti yang dikemukakan oleh Rusmaini mengutip dari Yusuf
Enoeh, antara lain:
a. Faktor kesenjangan sosial ekonomi akan mempengaruhi
strategi dalam perencanaan pendidikan.
b. Pendidikan mempengaruhi kehidupan masyarakat.
c. Profesi seseorang akan menempatkannya pada tingkat sosial
ekonomi tertentu dan mempengaruhi perkembangan
selanjutnya.
Dalam Islam, khususnya berbiacara mengenai ilmu, maka terdapat
konsep integral dengan tauhid sebagai fondasi keseluruhan integralitas
tersebut. Hal ini jika dilihat dari sudut pandang ekonomi, proses
pendidikan dapat diartikan sebagai usaha penanaman modal, baik
penanaman dalam bentuk modal kemanusiaan ataupun investasi dalam
bentuk modal sebagai persiapan hidup masa depan yang bahagia
(Rahman, 2015: 168).
Ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang
diperoleh dari lembaga pendidikan merupakan modal yang bernilai
tinggi, dalam arti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang semakin besar pula investasi yang ditanam dalam bentuk
kemanusiaan. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang atau semakin berkualitas luaran pendidikan itu, semakin

15
meningkat pula taraf kesejahteraan suatu masyarakat yang
dibentuknya (Khaeruddin, 2002: 40).

5. Asas Politik
Politik merupakan masalah yang erat hubungannya dengan
masalah kekuasaan, dan kebijakan yang dilakukannya. Asas politik
dalam pendidikan Islam berarti asas pendidikan yang sangat erat
hubungannya dengan kebijkan yang dilakukan oleh penguasa.
Kebijakan adalah mekanisme yang sesungguhnya menangani
masalah-masalah sistem (Rusmaini, 2016: 38-39).
Kebijakan politik sangat mempengaruhi arah sistem pendidikan
nasional yang dibangun dan dikembangkan. Pendidikan yang
dikembangkan senantiasa disertai perubahaan dan perkembangan yang
ada di lingkungannya terutama yang terkai dengan aspek politik,
ekonomi, dan stabilitas keamanan. Ketiga aspek tersebut saling terkait
dan saling mempengaruhi. Asumsi ini cukup beralasan karena
didasarkan pada sebuah teori bahwa pendidikan dan bidang-bidang
kehidupan lain yang terjadi di luar sistem pendidikan saling
mempengauhi. Upaya memperjelas kaitan antara pendidikan dan
bidang-bidang kehidupan di luar sistem pendidikan dimaksudkan agar
tampak keterkaitan fungsionalnya dengan sistem pendidikan.
Faktor-faktor tersebut meliputi kependudukan, politik, ekonomi,
ketenagakerjaan, dan sosial-budaya (Hamlan, 2013: 187).

6. Asas Psikologis
Salah satu fungsi pendidikan adalah pemindahan ilmu pengetahuan
dan nilai-nilai serta keterampilan dari generasi ke generasi berikutnya,
sehingga pendidikan berlangsung secara berkesinambungan dalam

16
rangka menjaga dan memelihara identitas manusia atau masyarakat.
Dalam proses transformasi ilmu pengetahuan dan keterampilan serta
proses internalosasi nilai sangat terkait dua persoalan. Hal ini juga tidak
terlepas dari dua faktor dalam psikologi yang mendapat perhatian yang
cukup intens oleh banyak peneliti. Kedua faktor tersebut yaitu mengajar
(teaching) dan belajar (learning) (Khaeruddin, 2002: 36).
Psikologi Islam disamakan dengan psikologi agama. Pengertian ini
sering dimunculkan bagi mereka yang belum pernah terlibat langsung dala
kegiatan psikologi Islam, sehingga mereka salah memahaminya. Psikologi
agama merupakan cabang dari psikologi yang membicarakan tingkah laku
keberagamaan individu dari sudut pandang psikologi yang kedudukannya
resmi sebagai salah satu cabang dari psikologi. Psikologi agama ini
memiliki kedudukan yng sama dengan psikologi pendidikan, psikologi
sosial, dan sebagainya. Sedangkan psikologi Islam merupakan salah satu
madzhab dalam psikologi yang kedudukannya masih diperselisihkan
(Mujib, 2005: 19).
Rusmaini (2016:40-41) menyatakan psikologi secara etimologi
memiliki arti “ilmu tentang jiwa”. Asas psikologi dalam pendidikan Islam
berarti bahwa dalaam proses pendidikan Islam harus memperhitungkan
faktor-faktor kejiwaan peserta didik. Pemahaman situasi pendidikan bukan
menjadi satu-satunya tujuan dari pengetahuan tentang asas psikologi
dalam pendidikan. Diharapkan dengan pemahaman yang mendalam dan
menyeluruh tentang asas psikologis, pendidik dapat menyiapkan dan
melaksanakn pendidikan dengan lebih baik, mampu memberikan
bimbingan yang lebih tepat, terhindar dari kesalahan-kesalahan dalam
memberikan perlakuan pendidikan. Tujuan utama mengetahui asas
psikologis dalam pendidikan adalah:
a. Agar pendidik mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang
situasi pendidikan, seorang pendidik harus mengetahui situasi

17
pendidikan yang ada di tempatnya pada saat itu. Dengan
pemahaman situasi pendiidikan, pendidik dapat menyiapkan dan
melaksanakan pendidikan dengan lebiih baik, mampu memberi
bimbingan dengan tepat, dan terhindar dari kesalahan-kesalaha
dalam memberikan perlakuan pendidikan.
b. Agar pendidik mampu menyiapkan dan melaksanakan pengajaran
dan bimbinngan terhadap peserta didik dengan lebih baik, dengan
mengetahui psikologis peserta didik, pendidik dapat dengan mudah
memahami peserta didik. Dengan cara tersebutlah pendidik dapat
memberikan pembelajaran dan pelaksanaan pengajaran yang lebih
efektif dan efisien, sehingga mampu memberikan bimbingan yang
lebih tepat dan terhindar dari kesalahan dalam pemberian bahan
ajar.

D. Analisis
Pendidikan merupakan hal yang penting di muka bumi ini, karena
dengan pendidikan manusia dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan
norma-norma yang berlaku di dunia ini. Dengan pendidikan pula orang
yang tidak mengetahui menjadi mengetahui dan dengan pendidikan orang
dapat bertahan menghadapi kehidupan di dunia. Pendidikan tidak hanya
bersifat umum, tetapi pendidikan Islam juga sangat diperlukan. Pendidikan
Islam dapat membangun seorang manusia yang berilmu tetapi juga
memiliki akhlak yang baik, yang dapat menjadi pemimpin bangsa, negara,
serta kaumnya dengan kepribadian yang dimilikinya. Bahkan seorang
dapat menjadi contoh dan teladan bagi umatnya ketika seseorang memiliki
ilmu dan berkepribadian yang baik.
Pendidikan Islam tidak hanya memberikan materi kepada peserta didik
akan tetapi pendidikan Islam juga memberikan praktiknya agar dapat
dipraktikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Pedidikan

18
Islam dalam pengajaran dan pendidikannya memiliki dasar-dasar serta
asas-asas. Asas tersebut merupakan pondasi dari pendidikan
Islam.Asas-asas pendidikan Islam sangat erat hubugannya dengan
ilmu-ilmu lainnya.
Adapun asas-asas pendidikan Islam yaitu asas filosofi dimana
pendidikan Islam didasarkan pada ilmu filsafat yang bersifat universal,
serta mendalam tetapi tetap berdasarkan norma-norma Islam. Asas
tersebut melatarbelakangi pendidikan Islam berdasarkan kajian filsafat.
Secara historis filsafat merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan
yang berkembang sejak zaman Yunani kuno sampai zaman modern
sekarang ini. Islam sebagai suatu konsep ajaran yang diyakini memiliki
nilai-nilai tentang kebenaran oleh penganutnya, pada dasarnya juga
merupakan falsafah dan pandangan hidup. Sistem pendidikan Islam
sebagai bagaian dari tatanan kehidupan yang dicita-citakan, pada
hakikatnya tidak mungkin terlepas dari keterkaitannya dengan ajaran Islam
itu sendiri. Pandangan hidup muslim yang termuat dalam al-Qur’an dan
al-Hadis menjadi falsafah pendidikan Islam.
Kemudian asas historis dimana pendidikan Islam tidak akan pernah
dapat terlepas dari sejarah pendidikan Islam itu sendiri, karena sejak
zaman dahulu Nabi Muhammad saw telah memberikan pengajaran dan
pendidikan umum dan pendidikan Islam lah yang diberikan secara khusus.
Faktor sejarah merupakan salah satu faktor budaya yang berpengaruh
terhadap filsafat pendidikan Islam, yang akan menentukan tujuan dan
sistem pendidikan yang berlaku dalam suatu masyarakat atau suatu
bangsa. Asas historis pendidikan Islam diletakkan pada fakta-fakta sejarah
umat Islam yang berawal dari Nabi Muhammad saw sampai sekarrang.
Mulai dari pertumbuhan, perkembangan, kemjuan, kemunduran, dan
kebangkitan kembali pendidikan Islam. Melalui sejarah kita dapat
mengetahui ide pokok, konsep, isntitusi, sistem, dan operasionalnya

19
penyelenggaraan pendidikan Islam dari waktu ke waktu.
Asas sosiologis, manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial,
manusia pasti akan berinteraksi dengan makhluk lainnya begitu pula
dengan pendidikan. Interaksi dari luar pendidikan mempengaruhi
pendidikan yang sedang berlangsung. Asas sosiologis dalam pendidikan
Islam berarti asas pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai kehidupan
masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan dan tuntunan hidup
masyarakat. Pendidikan Islam tidak terlepas dari peranannya sebagai
lembaga yang menjalankan fungsi-fungsi sosial.
Asas ekonomis, sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan,
karena asas ekonomi diibaratkan dengan “menabung” seseorang yang
memiliki ekonomi baik akan mendapatkan pendidikan yang baik pula.
Sama halnya dengan faktor perekonomian disuatu negara sangat
mempengaruhi tingkat pendidikan di negara tersebut. Karena fakotr
tersebut salah satunya dipengaruhi oleh alokasi dana untuk pendidikan.
Asas politik, asas ini menginteraksikan langsung pendidikan Islam
dengan kebijakan pemerintah yang dibuat. Karena setiap kebijakan akan
mempengaruhi pedidikan yang sedang berlangsunng. Asas psikologis,
selain memberikan pendidikan kepada peserta didik, pengajar juga harus
mengetahui terlebih dahulu kondisi psikologis peserta didiknya, karena ini
akan mempengaruhi pendidikan yang diberikan. Asas pendidikan Islam
merupakan dasar/pondasi dari pendidikan Islam itu sendiri.

E. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan analisis sebagaimana tersebut di atas dapat


dikemukakan catatan sebagai kesimpulan sabagai berikut. Ilmu Pendidikan
Islam sebagai sebuah sistem atau bangunan, memerlukan asas dan
prinsip-prinsip bagi tegaknya sistem dan bangunan tersebut. Asas

20
Pendidikan Islam sebagai sebuah ilmu baru, Ilmu Pendidikan Islam
memiliki keterkaitan dengan bidang-bidang ilmu lainnya, yakni psikologi,
sejarah, filsafat, sosiologi, budaya, poltik, agama, dan ilmu-ilmu sosial
lainnya. Berbagai disiplin ilmu ini sekaligus menjadi asas atau dasar bagi
tegaknya Ilmu Pendidikan Islam.
Kata Islam, sebagaimana yang terdapat pada kata Ilmu Pendidikan
Islam, di samping menjadi karakter yang membedakan Ilmu Pendidikan
Islam dengan Ilmu Pendidikan lainnya, juga sekaligus menjadi dasar atau
asas dan prinsip Ilmu Pendidikan Islam tersebut. Ajaran Islam tentang
belajar seumur hidup, pendidikan untuk semua, pendidikan yang bermutu,
pendidikan yang berorientasi ke masa depan, pendidikan yang seimbang,
terbuka, dinamis, progresif, adil, egaliter, dan manusiawi merupakan dasar
atau asas, prinsip dan jiwa pendidikan Islam.

21
DAFTAR PUSTAKA

Asyari, Akhmad & Rusni Bil Makruf. 2014. Dikotomi Pendidikan Islam: Akar
Historis dan Dikotomisasi Ilmu, Mataram: el-Hikmah: Jurnal Kajian dan
Penelitian Pendidikan Islam, 8(2): 1-17.

Hamlan. 2013. Politik Pendidikan Islam Dalam Konfigurasi Sistem Peendidikan


Di Indonesia, STAIN Datokrama Palu: Hunafa: Jurnal Studia Islamika,
10(1): 177-202.

Khaeruddin. Ilmu Pendidikan Islam. Makassar: Yayasan Pendidikan Fatiya. 2002.

Langgulung, Hasan. Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna


Baru. 2008.

Mujib, Abdul. 2005. Pengembangan Psikologi Islam Melalui Pendekatan Studi


Islam. Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta: Jurnal
Psikologi Islami, 1(1): 17-32.

Muslih, Mohammad. 2011. Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat Ilmu,


ISID Gontor Ponorogo Jawa Timur: Hunafa: Jurnal Studia Islamika,
8(1):53-80.

22
Rahman, Addi. 2015. Pos-Islamisme “Ilmu” Ekonomi Islam di Era Urban dan
Multikulturalisme, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN Sulthan
Tbaba Saifuddin Jambi: Islam Realistis: Journal of Islamic & Social
Studies, 1(2): 165-172.

Rusmaini. Ilmu Pendidikan Islam. Palembang: Gafika Telindo Press. 2016.

Surawardi. Dasar-Dasar Sosiologis Pendidikan Islam. Jurnal: Guidance and


Counseling, 1(2): 55-68.

23

Anda mungkin juga menyukai