Anda di halaman 1dari 29

ALKIL HALIDA: REAKSI SUBSTITUSI DAN ELIMINASI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok


Mata kuliah : Kimia Organik
Dosen Pengampu : Wiwid Pungki Ningrum., M.Pd

Disusun oleh :
Kelompok 3
Aulia Asmarani (1652230008)
Ilham Yuli Pratiwi (1622230024)
Reza Wahyudi (1652230042)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH PALEMBANG
MARE
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas nikmat dan
karunia-Nyalah kami dapat menyusun makalah dengan judul “Alkil Halida: Reaksi
Substitusi dan Eliminasi” ini hingga selesai. Sholawat serta salam tidak lupa kita
haturkan kepada junjungan nabi besar Muhammad saw beserta keluarga dan sahabat-
sahabatnya.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen yang telah membimbing kami pada
mata kuliah kimia organik. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman
atas kerjasamanya dalam pembelajaran dikelas, serta pihak – pihak yang telah
membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini kami susun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah kimia organik
yang berjudul alkil halida. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna
untuk itu kami minta kritik dan sarannya guna memperbaiki pembuatan makalah
kedepannya. Terima kasih atas segala bantuan dan perhatiannya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Palembang, Maret 2019
`

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................2
C. Tujuan ......................................................................................................2
D. Manfaat ....................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Struktur Alkil Halida....................................................................................5
B. Penggolongan alkil halida ............................................................................5
C. Tata nama alkil halida ..................................................................................6
D. Sifat fisika alkil halida .................................................................................7
E. Perbedaan nukleofil dan kebasaan ...............................................................11
F. Reaksi substitsi nukleofil .............................................................................12
G. Reaksi Eliminasi ..........................................................................................20
H. Kegunaan Alkil Halida ................................................................................22
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Senyawa organohalogen digunakan secara meluas dalam masyarakat modern.
Sebagai pelarut, insektisida dan bahan-bahan dalam sintesis senyawa organik. Kebanyakan
senyawa organohalogen adalah sintetik. Senyawa organohalogen agak jarang dijumpai di
alam. Tiroksina (thyroxine), suatu penyusun dari hormon tiroid tiroglobulin, adalah suatu
senyawa iod yang terdapat di alam. Senyawa halogen agak lebih lazim dalam organisme laut,
seperti ganggang dan rumput laut. Zat warna ungu tirius adalah suatu senyawa brom yang
diperoleh dalam jumlah kecil dari jenis langka siput di pulau Kreta. Ungu tirius digunakan
sebagai zat warna oleh keluarga raja Pheonix dan sesudah itu bangsa Romawi ( di negeri
barat dikenal ungkapan: “ungu kerajaan” atau “keturunan ungu”).
Banyak senyawa organohalogen bersifat racun (toxic) dan harus digunakan dengan
hati-hati. Misalnya, pelarut-pelarut karbon tetraklorida (CCl4) dan kloroform (CHCl3)
mengakibatkan kerusakan hati bila dihirup berlebihan. Insektisida yang mengandung
halogen-halogen (seperti DDT) digunakan secara meluas dalam pertanian, namun
pengguanaan itu merosot akhir-akhir ini karena efek yang merusak lingkungan. Dipihak lain
beberapa senyawa halogen tampaknya sangat aman dan beberapa digunakan sebagai
pematirasa hirupan. Contoh anestetika ini adalah halotana (CF3CHBrCl) dan metoksi flurana
(CH3OCF2CHCl2).
Senyawa yang mengandung hanya karbon, hydrogen, dan suatu atom halogen dapat
dibagi dalam tiga kategori: alkil halida, aril halida (dalam mana sebuah halogen terikat pada
sebuah karbon dari suatu cincin aromatic), dan halida vinilik (dalam mana sebuah halogen
terikat pada sebuah karbon berikatan rangkap). Berikut ini beberapa contoh:
Alkil halida (RX): CH3I CH3CH2Cl
Iodometana kloroetana
Aril halida (ArX):

Klorobenzena
Br
Halida vinilik: CH2Cl=CHCl CH3CH=CCH3
Kloroetana 2-bromo-2-butena
R telah didefinisikan sebagai lambang umum untuk sebuah gugus alkil. Atom halogen (F,Cl,
Br atau I) dapat diwakili oleh X. Dengan menggunakan lambang umum maka alkil halida
adalah RX.
Senyawa halogen sangat penting karena berbagai sebab. Alkil dan aril halida
sederhana, terutama klorida dan bromida, adalah cikal bakal sintesis kimia organik. Melalui
reaksi subtitusi, yang akan di paparkan dalam bab ini, halogen dapat digantikan dengan gugus
fungsi lain. Halida-halida organik juga dapat dirubah menjadi senyawa-senyawa jenuh
eliminasi. Akhirnya, banyak senyawa-senyawa organik mempunyai kegunaan praktis, sebagai
ansektisida, herbisida, pencegah api, cairan pembersih dan refrigeran, dan sebagainya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana rumus struktur alkil halida?
2. Bagaimana penggolongan alkil halida?
3. Bagaimana aturan tata nama alkil halida?
4. Apa saja sifat fisika alkil halida?
5. Apa perbedaan dari nuklefilisitas dan kebasaan?
6. Bagaimana reaksi substitusi nukleofilik?
7. Bagaimana reaksi eliminasi?

C. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat menjelaskan rumus struktur alkil halida.

2
2. Dapat menentukan penggolongan alkil halida.
3. Dapat menjelaskan aturan tata nama alkil halida.
4. Dapat menjelaskan sifat fisika alkil halida.
5. Dapat membedakan antara nukleofilisitas dan kebasaan.
6. Dapat menjelaskan tentang reaksi substitusi nukleofilik.
7. Dapat menjelaskan tentang reaksi eliminasi.

D. MANFAAT
Manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini adalah:
1. Pembaca bisa memiliki pemahaman lebih tentang alkil halida
2. Pembaca dapat menentukan tatanama dari alkil halida
3. Pembaca dapat mengetahui sifat-sifat alkil halida
4. Pembaca dapat mengetahui tentang reaksi-reaksi alkil halida.

3
BAB II
PEMBAHASAN

Alkil halida adalah turunan hidrokarbon di mana satu atau lebih hidrogennya diganti
dengan halogen. Tiap-tiap hidrogen dalam hidrokarbon potensil digantikan dengan halogen,
bahkan ada senyawa hidrokarbon yang semua hidrogennya dapat diganti. Senyawa
terfluorinasi sempurna yang dikenal sebagai fluorokarbon, cukup menarik karena
kestabilannya pada suhu tinggi. Alkil halida juga terjadi di alam, meskpiun lebih banyak
terjadi dalam organisme air laut daripada organisme air tawar. Halometana sederhana seperti
CHCl3, CCl4, CBr4, CH3I, dan CH3Cl adalah unsur pokok alga Hawai Aspagopsi
taxiformis. Bahkan ada senyawa alkil halida yang diisolasi dari organisme laut yang
memperlihatkan aktivitas biologis yang menarik. Sebagai contoh adalah plocamen B, suatu
turunan triklorosikloheksana yang diisolasi dari alga merah Plocamium violaceum,
berpotensi seperti DDT dalam aktivitas insentisidalnya melawan larva nyamuk (Riawan.
1990:190).
Alkil halida dapat mengalami reaksi substitusi dan eliminasi. Dalam reaksi substitusi
alkil halida, halida disebut gugus pergi(leaving group) suatu istilah yang berarti gugus apa
saja yang dapat digeser dari ikatannya dengan suatu atom karbon. Spesi yang menyerang
suatu alkil halida dalam suatu reaksi substitusi disebut nukleofil, sering dilambangkan
dengan Nu-. Dalam persamaan reaksi di atas, OH- dan CH3O- adalah nukleofil. Umumnya,
sebuah nukleofil ialah spesi apa saja yang tertarik kepada suatu pusat positif; jadi sebuah
nukleofil ialah suatu basa lewis. Kebanyakan nukleofil adalah anion; namun beberapa
molekul polar yang netral, seperti H2O, CH3OH dan CH3NH2 dapat juga bertindak sebagai
nukleofil. Molekul netral ini memiliki pasangan electron menyendiri yang dapat digunakan
untuk membentuk ikatan sigma. Substitusi oleh nukleofil disebut substitusi nukleofil atau
pergantian nukleofil (Fessenden dan Fessenden. 1982: 170)
Lawan dari nukleofil adalah elektrofil (pecinta electron)yang sering dilambangkan
dengan ET, suatu elektrofil adalah spesi apa saja yang tertarik ke pusat negative. Jadi suatu
elektrofil adalah suatu asam lewis seperti H+ atau ZnCl2. Suatu asam lewei ini merupakan
suatu pengembangan teori lewis dari teori asam basa. Teori lewis memiliki keunggulan
dibandingkan dengan teori asam basa yang lain karena teori ini memungkinkan
4
penggolongan asam basa digunakan dalam reaksi-reaksi kimia yang tidak mengadung ion
OH- ataupun H+ (Petrucci.1999: 203).

A. Struktur Alkil Halida


Senyawa alkil halida merupakan senyawa hidrokarbon baik jenuh maupun tak jenuh
yang satu unsur H-nya atau lebih digantikan oleh unsur halogen (X = Br, Cl. I).
Struktur Alkil Halida : R-X
Keterangan :
R = senyawa hidrokarbon
X = Br (bromo), Cl (kloro) dan I (Iodo)
Ikatan sigma karbon-halogen terbentuk oleh saling menindihnya suatu orbital atom
halogen dan suatu orbital hibrida atom karbon. Tak dapat dipastikan mengenai ada tidaknya
hibridisasi atom halogen dalam suatu halida organic, karena sebuah halogen hanya
membentuk satu ikatan kovalen dank arena itu tak terdapat sudut ikatan di sekitar atom ini.
Namun, karbon mengguanakan orbital hibrida yang sama tipenya untuk mengikat halogen,
hydrogen maupun atom karbon lain.
H H sp3
H C C Cl
H H
Sebuah atom F, Cl, atau Br bersifat elektonegatif relative terhadap karbon.
Meskipun keelektronegatifan iod dekat dengan keelektronegatifan karbon, ion iod mudah
dipolarisasi. Oleh karena itu alkil halida bersifat polar. Suatu atom halogen dalam sebuah
senyawa organic adalah suatu gugus fungsional dan ikatan C-X merupakan letak reaktivitas
kimia.

B. Penggolongan alkil halida


Dalam reaksi kimia, struktur bagian alkil dari suatu alkil halida berperanan. Oleh
karena itu perlu diperbedakan empat tipe alkil halida: metil halida, primer, sekunder, dan
tersier. Suatu metil halida ialah suatu struktur dalam mana satu hydrogen dari metana telah
digantikan oleh sebuah halogen.

5
Metil Halida:
CH3F CH3Cl CH3Br CH3I
Fluorometana klorometana bromometana iodometana
Karbon ujung sebuah alkil halida ialah atom karbon yang terikat pada halogen.
Suatu alkil halida primer (1°) (RCH2X) mempunyai satu gugus alkil terikat pada karbon
ujung. Contohnya:
CH3-CH2-CH2-CH2-Cl
Primer
Suatu alkil halida sekunder (2°) (R2CHX) mempunyai dua gugus alkil yang
terikat pada karbon ujung, dan suatu alkil halida tersier (3°) (R3CX) mempunyai tiga gugu
alkil yang terikat pada karbon ujung. Contohnya:
Alkil halida sekunder (2°):

alkil halida tersier (3°):

C. Tata nama alkil Halida


Dalam system IUPAC, suatu alkil halida diberi nama dengan suatu awalan halo-.
Banyak alkil halida yang lazim, mempunyai nama gugus-fungsional trivial. Dalam nama-
nama gugus alkil disebut lebih dahulu, diikuti nama halidanya.
Nama IUPAC Nama Trivial Rumus
Klorometana Metil klorida CH3Cl
Diklorometana Metilena klorida CH2Cl2
Triklorometana Kloroform CHCl3
Tetraklorometana Karbon tetraklorida CCl4
Bromometana Metal bromide CH3Br
Iodometana Metal iodide CH3I

6
D. Sifat Fisika Alkil Halida
1. Titik didih, titik didih alkil halida lebih tinggi ( dengan jumlah atom C yang sama ) karena berat
atom C lebih besar dari berat atom C ataupun H. Pada jumlah atom C yang sama, titik didih alkil
halida meningkat dengan kenaikan berat molekul. Dengan bertambah panjangnya gugus alkil,
maka titik didih alkil halida semakin tinggi pula. Titik didih alkil halida ( R-X )
Gugus alkil Klorida Bromida Iodida
BM = 35.5 BM = 79.9 BM = 126,9
Metil -24° C 5° C 42° C
Etil 13° C 38° C 72° C
n-propil 46° C 71° C 102° C
Grafik berikut menunjukkan titik didih dari beberapa alkil halida sederhana.

Perhatikan bahwa ada tiga dari alkil halida pada gambar yang memiliki titik didih di
bawah suhu kamar (sekitar 20°C). Ketiga alkil halida tersebut akan berwujud gas pada
suhu kamar. Semua alkil halida yang lain kemungkinan ditemukan dalam wujud cair.
Perlu diingat bahwa: satu-satunya metil halida yang berwujud cair adalah iodometana;

7
kloroetana merupakan sebuah gas. Pola-pola titik didih mencerminkan pola-pola gaya
tarik antar-molekul.
a. Gaya-gaya dispersi van der Waals
Gaya tarik ini menjadi lebih kuat apabila molekul lebih panjang dan memiliki
lebih banyak elektron. Ini dapat meningkatkan besarnya dipol-dipol sementara yang
terbentuk. Inilah sebabnya mengapa titik didih meningkat apabila jumlah atom
karbon dalam rantai meningkat. Mari kita ambil contoh untuk tipe halida tertentu,
misalnya klorida. Gaya-gaya dispersi akan menjadi semakin kuat apabila jumlah atom
karbon semakin bertambah dalam rantai (misalnya dari 1 menjadi 2, 3 dan
seterusnya). Dibutuhkan lebih banyak energi untuk mengatasi gaya dispersi tersebut,
sehingga titik didih meningkat.
Semakin meningkatnya titik didih dari klorida ke bromida sampai ke iodida (utuk
jumlah atom karbon tertentu) juga disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah
elektron yang menimbulkan gaya dispersi yang lebih besar. Sebagai contoh, terdapat
lebih banyak elektron dalam iodometana dibanding yang terdapat dalam klorometana.
b. Gaya tarik dipol-dipol van der Waals
Ikatan karbon-halogen (selain ikatan karbon-iodin) bersifat polar, karena pasangan
elektron tertarik lebih dekat ke atom halogen dibandng ke atom karbon. Ini
disebabkan karena halogen (kecuali iodin) lebih elektronegatif dibanding karbon. Ini
berarti bahwa selain gaya-gaya dispersi, ada juga gaya-gaya lain yang ditimbulkan
oleh gaya tarik antara dipol-dipol permanen (kecuali pada iodin).
Besarnya gaya-tarik dipol-dipol akan berkurang apabila ikatan menjadi semakin
tidak polar (misalnya semakin ke bawah mulai dari klorida sampai bromida terus ke
iodida). Meski demikian, titik didih tetap meningkat! Ini menujukkan bahwa efek
gaya tarik dipol-dipol permanen jauh lebih tidak penting dibanding efek dipol-dipol
temporer yang menimbulkan gaya-gaya dispersi. Besarnya peningkatan jumlah
elektron pada iodin melebihi kehilangan dipol-dipol permanen dalam molekul.

8
c. Titik didih beberapa isomer

Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa pada isomer-isomer alkil halida, titik


didih semakin berkurang dari alkil halida primer ke alkil halida sekunder ke alkil halida
tersier. Penurunan titik didih ini adalah akibat dari menurunnya efektifitas gaya-gaya
dispersi. Dipol-dipol temporer paling besar untuk molekul yang terpanjang. Gaya-gaya
tarik juga lebih kuat jika molekul-molekul bisa saling berdekatan. Alkil halida tersier
memiliki struktur yang sangat pendek dan besar sehingga tidak bisa berdekatan dengan
molekul tetangganya.
2. Kelarutan Alkil halida
a. Kelarutan dalam air
Alkil halida sangat sedikit larut dalam air. Agar alkil halida bisa larut dalam air,
maka gaya tarik antara molekul-molekul alkil halida harus diputus (gaya dispersi van
der Waals dan gaya-tarik dipol-dipol) demikian juga dengan ikatan hidrogen antara
molekul-molekul air. Pemutusan kedua gaya tarik ini memerlukan energi. Energi akan
dilepaskan apabila gaya tarik terbentuk antara alkil halida dengan molekul-molekul air.
Gaya-gaya tarik yang terbentuk ini hanya gaya dispersi dan gaya tarik dipol-dipol.
Kedua gaya ikatan ini tidak sama kuatnya dengan ikatan hidrogen sebelumnya terdapat
dalam air, sehingga energi yang dilepaskan lebih kecil dibanding yang digunakan
untuk memisahkan molekul-molekul air. Energi yang terlibat tidak cukup banyak
sehingga halogenalkana hanya sedikit larut dalam air.
b. Kelarutan dalam pelarut-pelarut organik
Alkil halida cenderung larut dalam pelarut organik karena gaya tarik antar-
molekul yang baru terbentuk memiliki kekuatan yang sama dengan kekuatan ikatan
yang diputus dalam halogenalkana dan pelarut.

9
3. Kereaktifan kimiawai alkil halida
Pentingnya kekuatan ikatan. Pola kekuatan dari keempat ikatan karbon-halogen
ditunjukkan pada gambar berikut:

Perlu diperhatikan bahwa kekuatan ikatan semakin berkurang ketika kita


berpindah dari C-F ke C-I, dan juga perhatikan bahwa ikatan C-F jauh lebih kuat
dibanding lainnya. Agar zat lain bisa bereaksi dengan alkil halida, maka ikatan karbon-
halogen harus diputus. Karena pemutusan semakin mudah dilakukan semakin ke bawah
(mulai dari fluoride sampai iodin), maka senyawa-senyawa semakin ke bawah golongan
halogen akan semakin reaktif. Iodoalkana merupakan alkil halida yang paling reaktif dan
fluoroalkana merupakan yang paling tidak reaktif.

4. Pengaruh polaritas ikatan


Dari keempat halogen, fluorin merupakan unsur yang paling elektronegatif dan
iodin yang paling tidak elektronegatif. Ini berarti bahwa pasangan elektron dalam ikatan
karbon-fluorin akan tergeser ke ujung halogen. Perhatikan metil halida sebagai contoh-
contoh sederhana berikut ini:

Keelektronegatifan karbon dan iodin sama sehingga tidak akan ada pemisahan
muatan pada ikatan (pasangan elektron berada pada posisi netral). Salah satu reaksi
penting yang dialami oleh alkil halida melibatkan penggantian halogen oleh sesuatu

10
yang lain – yakni reaksi substitusi. Reaksi-reaksi ini melibatkan salah satu dari
mekanisme berikut:
a) ikatan karbon-halogen terputus menghasilkan ion positif dan ion negatif.Ion yang
memiliki atom karbon bermuatan positif selanjutnya bereaksi dengan sesuatu
yang bermuatan negatif (baik negatif penuh maupun negatif parsial).
b) sesuatu yang bermuatan negatif penuh atau parsial tertarik ke atom karbon yang
sedikit bermuatan positif dan melepaskan atom halogen.
Yang mengendalikan kereaktifan adalah kekuatan ikatan yang harus diputus,
sementara cukup sulit untuk memutus sebuah ikatan karbon-fluorin, tapi cukup mudah
untuk memutus ikatan karbon-iodin.

E. Perbedaan Nukleofilisitas dan Kebasaan


Pada suasana yang sesuai semua basa dapat bertindak sebagai nukleofil.
Sebaliknya, semua nukleofil dapat bertindak sebagai basa. Dalam masa-masa kasus,pereaksi
(reagent) bereaksi dengan cara menyumbangkan sepasang elektronnya untuk membentuk
suatu ikatan sigma baru. Kebasaan (basicity) ialah ukuran kemampuan pereaksi untuk
menerima sebuah proton dalam suatu reaksi asam-basa. Oleh karena itu kuat basa relatif dari
sederet pereaksi ditentukan dengan membandingkan letak relatif kesetimbangan mereka
dalam suatu reaksi asam,-basa, seperti misalnya derajat ionisasi air.
Basa kuat
I - Br - Cl – ROH- H2O - C ≡ N - OH - OR
Naiknya kebasaan
Kontras dengan kebasaan, nukleofisilitas ialah ukuran kemampuan suatu pereaksi
untuk menyebabkan (terjadinya) suatu reaksi subtitusi. Nukleofilisitas relatif dari sederet.
CH3CH2 - Br + OH CH3CH2 - OH + Br

H2O ROH Cl - Br - OH - OR I - - C ≡ N
naiknya nukleofilisitas

Data daftar nukleofilisitas relative tidak paralel secara eksak dengan daftar kuat
basa ; suatu basa lebih kuat biasanya juga nukleofili yang lebih baik dari suatu basa lebih
11
lemah.misalnya, OH- (suatu basa kuat) adalah nukleofilik yang lebih baik dari pada atau H2O
(basa lemah). Karena beberapa alkil halida dapat menjalani reaksi subtitusi dan
eliminasi.pereaksi seperti OH- dpat bertindak baik sebagai nukleofil dalam suau bejana
reaksi.
H2O

( CH3)2CHBr + OH (CH3)2CHOH + CH2 = CHCH3

terbentuk oleh – OH terbentuk oleh –OH terbentuk oleh OH- yang bertindak sebagai basa
yang bertindak yang bertindak sebagai
sebagai nukleofil basa

F. Reaksi Substitusi Nukleofiik


Atom karbon ujung suatu alkil halida mempunyai muatan positif parsial. Karbon
ini rentan terhadap serangan oleh anion dan spesi lain apa saja yang mempunyai sepasang
electron menyendiri dalam kulit luarnya. Dihasilkan reaksi substitusi yaitu suati reaksi dalam
mana satu atom, ion atau gugus disubstitusikan untuk menggantikan atom, ion atau gugus
lain.

Dalam reaksi substitusi alkil halida, halida itu disebut gugus pergi (leaving group)
suatu istilah yang berarti gugus apa saja yang dapat digeser dari ikatannya dengan suatu atom
karbon. Ion halida merupakan gugus pergi yang baik, karena ion-ion ini merupakan basa yang
sangat lemah. Basa kuat seperti misalnya OH-, bukan gugus pergi yang baik.
Dalam reaksi substitusi alkil halida, ion iodide adalah halida yang paling mudah
digantikan, baru ion bromide dan kemudian klorida. Karena F- merupakan basa yang lebih
kuat daripada ion halida lain dank arena ikatan C-F lebih kuat daripada ikatan C-X lain.
Fluorida bukan gugus pergi yang baik. Dari segi praktis hanya Cl, Br, dan I merupakan gugus
pergi yang cukup baik, sehingga bermanfaat dalam reaksi-reaksi substitusi. Dengan alasan
ini, bila disebut RX, maka biasanya berarti alkil klorida, bromide dan iodide.

12
Contoh reaksi substitusi nukleofilik yang terjadi pada gugus karbonil pada sebuah keton
melalui substitusi dengan senyawa bergugus hidroksida. Pada contoh ini, terbentuk senyawa
hemiasetal yang tak stabil. Pada kimia organik maupun anorganik, substitusi nukleofilik
adalah suatu kelompok dasar reaksi substitusi, dimana sebuah nukleofil yang "kaya" elektron,
secara selektif berikatan dan elektron dengan atau menyerang muatan positif dari sebuah
gugus kimia atau atom yang disebut gugus lepas (leaving group).
Bentuk umum reaksi ini adalah
Nu: + R-X → R-Nu + X:
Dengan Nu menandakan nukleofil, : menandakan pasangan, serta R-X menandakan
substrat dengan gugus pergi X. Pada reaksi tersebut, pasangan elektron dari nukleofil
menyerang substrat membentuk ikatan baru, sementara gugus pergi melepaskan diri bersama
dengan sepasang elektron. Produk utamanya adalah R-Nu. Nukleofil dapat memiliki muatan
listrik negatif ataupun netral, sedangkan substrat biasanya netral atau bermuatan positif.
Contoh substitusi nukleofilik adalah hidrolisis alkil bromida, R-Br, pada kondisi basa,
dimana nukleofilnya adalah OH− dan gugus perginya adalah Br-.
R-Br + OH− → R-OH + Br−
Reaksi substitusi nukleofilik sangat umum dijumpai pada kimia organik, dan reaksi-reaksi
ini dapat dikelompokkan sebagai reaksi yang terjadi pada karbon alifatik, atau pada karbon
aromatik atau karbon tak jenuh lainnya (lebih jarang). Menurut kinetikanya, reaksi substitusi
nukleofilik dapat dikelompokkan menjadi reaksi SN1 dan SN2.
1. Reaksi alkil halida primer dengan ion-ion hydrogen
a. Fakta-fakta
Jika sebuah alkil halida dipanaskan di bawah refluks dengan sebuah
larutan natrium hidroksida atau kalium hidroksida, halogen akan digantikan oleh
-OH dan dihasilkan sebuah alkohol. Pemanasan di bawah refluks berarti
memanaskan dengan sebuah kondensor yang dipasang secara vertikal dalam labu
kimia untuk mencegah terlepasnya zat-zat volatil dari campuran.

13
Pelarut yang biasa digunakan adalah campuran antara etanol dan air
dengan perbandingan 50/50, karena pelarut ini dapat melarutkan apa saja. Alkil
halida tidak dapat larut dalam air. Jika hanya air yang digunakan sebagai pelarut,
maka alkil halida dan larutan natrium hidroksida tidak akan bercampur dan reaksi
hanya bisa terjadi apabila lapisan alkil halida dan natrium hidroksida bertemu.
Sebagai contoh, dengan menggunakan 1-bromopropana sebagai sebuah alkil
halida primer yang sederhana, persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:

Persamaan lengkapnya bisa dituliskan, bukan dalam bentuk persamaan


ionik, tetapi penulisan persamaan lengkap ini membuat kita sulit memahami apa
yang terjadi:

Bromin (atau halogen lain) dalam alkil halida digantikan oleh sebuah
gugus -OH – dengan demikian terjadi reaksi substitusi. Pada contoh ini,
terbentuk propan-1-ol.
b. Mekanisme
Berikut mekanisme reaksi yang melibatkan bromoetana:

Ini adalah contoh dari substitusi nukleofilik. Karena mekanisme ini


melibatkan tubrukan antara kedua spesies dalam tahapan yang lambat (dalam
hal ini, satu-satunya tahapan yang ada) dari reaksi, maka reaksi ini disebut
sebagai reaksi SN2. Jika diminta menunjukkan keadaan transisi, anda bisa
menggambarkan mekanismenya seperti berikut:

14
2. Reaksi alkil halida tersier dengan ion-ion hidroksida
a. Fakta-fakta
Fakta-fakta reaksi sama persis seperti fakta untuk alkil halida primer. Jika alkil
halida dipanaskan di bawah refluks dengan sebuah larutan natrium hidroksida
atau kalium hidroksida, halogen akan digantikan oleh -OH, dan terbentuk
alkohol. Sebagai contoh.

Atau untuk persamaan lengkapnya:

b. Mekanisme
Mekanisme ini melibatkan sebuah tahapan ionisasi awal alkil halida:

diikuti dengan serangan yang sangat cepat oleh ion hidroksida terhadap ion
karbonium yang terbentuk:

15
Ini juga merupakan contoh dari substitusi nukleofilik. Kali ini, tahapan lambat
dari reaksi hanya melibatkan satu spesies, yakni alkil halida Reaksi ini disebut
reaksi SN1.

3. Reaksi alkil halida sekunder dengan ion-ion hidroksida


a. Fakta-fakta
Fakta-fakta reaksi sangat mirip dengan fakta pada reaksi dengan alkil halida
primer atau tersier. Alkil halida dipanaskan di bawah refluks dengan sebuah
larutan natrium hidroksida atau kalium hidroksida dalam sebuah campuran etanol
dan air. Sebagai contoh:

b. Mekanisme
Alkil halida sekunder menggunakan kedua mekanisme, SN2 dan SN1. Sebagai
contoh, mekanisme SN2 adalah sebagai berikut:

Sedangkan untuk mekanisme SN1 yang terdiri dari dua tahapan adalah sebagai
berikut:

4. Reaksi Substitusi Nukleofilik Antara Alkil halida dengan Air


Reaksi antara alkil halida primer dengan air – mekanisme SN2. Air sebagai sebuah
nukleofil. Nukleofil adalah sebuah spesies (ion atau molekul) yang tertarik kuat ke
sebuah daerah yang bermuatan positif pada sesuatu yang lain. Nukleofil bisa berupa

16
ion negatif penuh, atau lainnya yang memiliki muatan - kuat di suatu tempat pada
sebuah molekul.

Air jelas tidak membawa muatan negatif. Akan tetapi, oksigen dalam molekul air
jauh lebih elektronegatif dibanding hidrogen, sehingga atom oksigen memiliki
muatan - yang cukup besar untuk mem-backup kedua pasangan elektron bebasnya.
Dengan demikian, serangan terhadap alkil halida dilakukan oleh salah satu dari
pasangan elektron bebas pada oksigen tersebut. Karena tidak ada sebuah muatan
negatif penuh, air tidak bisa menjadi nukleofil yang sama baiknya dengan sebuah ion
negatif seperti OH-, dan karenanya reaksi berlangsung lebih lambat.

5. Reaksi substitusi nukleofilik – reaksi SN2

Kita akan membahas reaksi ini dengan mengambil contoh sebuah alkil halida primer,
yaitu bromoetana sebagai alkil halida primer sederhana. Bromoetana memiliki
sebuah ikatan polar antara atom karbon dan bromin.

Salah satu pasangan elektron bebas pada air akan tertarik kuat ke atom karbon +,
dan akan bergerak kearahnya, mulai membentuk sebuah ikatan dengannya. Ion
negatif yang mendekat akan mendorong elektron-elektron dalam ikatan karbon-
bromin semakin dekat ke bromin. Pergerakan pasangan elektron bebas ini terus
berlanjut sampai air terikat kuat ke atom karbon, dan bromin telah dilepaskan sebagai
ion Br-. Perhatikan bahwa oksigen dalam ion produk membawa sebuah muatan
positif (ditunjukkan dengan warna merah). Muatan ini harus ada karena dua alasan:
17
a) Pada sebelah kiri persamaan reaksi, kita memulai dengan dua molekul yang
netral. Jika kita meniadakan muatan positif tersebut, maka akan diperoleh
sebuah spesies netral dan sebuah ion negatif pada sebelah kanan reaksi.
Sedangkan muatan harus seimbang dalam persamaan reaksi, olehnya itu ada
sesuatu yang salah.
b) Oksigen terlihat ganjil karena terikat pada 3 spesies yang seharusnya 2
spesies. Oksigen hanya bisa terikat dengan 3 spesies lain jika dia membawa
sebuah muatan positif.
Secara teknis, reaksi ini disebut sebagai reaksi SN2. S adalah singkatan dari substitusi,
N singkatan untuk nukleofilik, dan dituliskan 2 karena tahap awal dari reaksi ini
melibatkan dua spesies – yaitu bromoetana dan ion hidroksida. Dalam beberapa
silabus, reaksi ini biasa hanya disebut substitusi nukleofilik. Terakhir, sebuah ion
hidrogen diambil dari ion produk oleh molekul air yang lain dari larutan. Sebuah
pasangan elektron tunggal pada molekul air yang baru membentuk sebuah ikatan
dengan atom hidrogen, sehingga memaksa pasangan elektron ikatan kembali ke atom
oksigen positif. Ini menghilangkan muatan positif yang ada pada oksigen.

Produk organik yang terbentuk adalah etanol. Rumus strukturnya dimodifikasi pada
gambar di atas sehingga anda bisa melihat dengan jelas hubungan antara atom-atom
pada kedua sisi persamaan reaksi. Produk lain yang juga terbentuk adalah ion
hidroksonium (yang juga dikenal sebagai ion hidronium atau ion oksonium). Ini tidak
lain sebuah ion hidrogen yang terikat pada sebuah molekul air – seringkali dituliskan
sebagai H+(aq).
6. Reaksi antara alkil halida tersier dengan air – mekanisme SN1

18
Kita akan membahas mekanisme ini dengan mengambil contoh sebuah alkil halida
tersier sederhana seperti yang ditunjukkan pada gambar di samping (2-bromo-2-
metilpropana).
a. Mengapa alkil halida tersier memerlukan mekanisme yang berbeda?
Ketika sebuah nukleofil menyerang sebuah alkil halida primer, nukleofil ini
mendekati atom karbon + dari sisi yang jauh dari atom halogen. Nukleofil ini
tidak mendekati atom karbon dari sisi yang dekat dengan atom halogen karena
halogen berukuran besar dan sedikit bermuatan negatif. Muatan pada halogen ini
menolak nukleofil yang mendekat. Jika nukleofil menyerang sebuah halogen
tersier, masuknya nukleofil lewat belakang molekul tidak akan mungkin karena
belakang molekul telah terisi oleh gugus-gugus CH3 – itulah sebabnya alkil
halida tersier memerlukan mekanisme yang berbeda.
b. Mekanisme SN1
Pada tahap pertama, beberapa alkil halida terionisasi menghasilkan sebuah ion
karbonium dan sebuah ion bromida.

Reaksi ini mungkin karena ion karbonium tersier relatif stabil dibandingkan
dengan yang sekunder atau primer. Bahkan demikian, reaksi tetap lambat. Akan
tetapi, ketika ion karbonium terbentuk, dia akan bereaksi segera ketika
bersentuhan dengan molekul air. Salah satu pasangan elektron bebas pada air
tertarik kuat ke arah atom karbon positif, dan bergerak kerahnya untuk
membentuk sebuah ikatan baru.

Kecepatan reaksi akan ditentukan oleh seberapa cepat alkil halida terionisasi.
Karena tahapan awal yang lambat ini hanya melibatkan satu spesies, maka

19
mekanisme ini disebut sebagai SN1 – substitusi, nukleofilik, dan satu spesies
yang terlibat dalam tahap awal yang lambat.
Air turut ambil bagian pada tehapan cepat dari reaksi, dan karena air adalah
sebuah nukleofil lemah maka tidak berpengaruh signifikan untuk memperlambat
reaksi secara keseluruhan. Laju reaksi ditentukan oleh ionisasi alkil halida yang
lambat. Seperti halnya dengan alkil halida primer, terdapat sebuah tahapan akhir
pada reaksi ini dimana sebuah ion hidrogen ditransfer dari ion organik ke sebuah
molekul air dalam larutan. Apa yag terjadi persis sama seperti yang terjadi pada
alkil halida primer yang dijelaskan di atas.

G. Reaksi Eliminasi
Pada reaksi eliminasi, molekul senyawa berikatan tunggal berubah menjadi
senyawa berikatan rangkap dengan melepas molekul kecil. Jadi, eliminasi merupakan
kebalikan dari adisi. Contoh: Eliminasi air (dehidrasi) dari alkohol. Apabila dipanaskan
dengan asam sulfat pekat pada suhu sekitar 1800C, alkohol dapat mengalami dehidrasi
membentuk alkena.

Reaksi eliminasi kebalikan dari reaksi adisi. Pada reaksi ini molekul senyawa yang
berikatan tunggal (ikatan jenuh) berubah menjadi senyawa berikatan rangkap (ikatan tak
jenuh) dengan melepaskan molekul yang kecil. Mekanismenya :

Bila suatu alkil halida diolah dengan suatu basa kuat,dapat terjadi suatu reaksi
eliminasi. Dalam reaksi ini sebuah molekul kehilangan atom-atom atau ion-ion dari dalam
strukturnya. Produk organik suatu reaksi eliminasi suatu alkil halida adalah suatu alkena.
20
Dalam tipe reaksi eliminasi ini, unsur H dan X keluar dari dalam alkil halida;oleh karena itu
reaksi ini juga disebut reaksi dehidrohalogenasi.( Awalan de- berarti “minus” atau
“hilangnya”).

Adisi dan pasangannya eliminasi merupakan reaksi yang mengubah jumlah


substituen dalam atom karbon, dan membentuk ikatan kovalen. Ikatan ganda dan tiga dapat
dihasilkan dengan mengeliminasi gugus lepas yang cocok. Seperti substitusi nukleofilik, ada
beberapa mekanisme reaksi yang mungkin terjadi. Dalam mekanisme E1, gugus lepas terlebih
dahulu melepas dan membentuk karbokation. Selanjutnya, pembentukan ikatan ganda terjadi
melalui eliminasi proton (deprotonasi). Dalam mekanisme E1cb, urutan pelepasan terbalik:
proton dieliminasi terlebih dahulu. Dalam mekanisme ini keterlibatan suatu basa harus ada.
Reaksi dalam eliminasi E1 maupun E1cb selalu bersaing dengan substitusi S N1 karena
memiliki kondisi reaksi kondisi yang sama.

Eliminasi E1 Eliminasi E1cb

21
Eliminasi E2
Mekanisme E2 juga memerlukan basa. Akan tetapi, pergantian posisi basa dan
eliminasi gugus lepas berlangsung secara serentak dan tidak menghasilkan zat antara ionik.
Berbeda dengan eliminasi E1, konfigurasi stereokimia yang berbeda dapat dihasilkan dalam
reaksi yang memiliki mekanisme E2 karena basa akan lebih memfavoritkan eleminasi proton
yang berada pada posisi-anti terhadap gugus lepas. Oleh karena kondisi dan reagen reaksi
yang mirip, eliminasi E2 selalu bersaing dengan substitusi SN2.

Adisi elektrofilik hidrogen bromide


Kebalikan dari reaksi eliminasi adalah reaksi adisi. Pada reaksi adisi, ikatan rangkap
dua atau rangkap tiga diubah menjadi ikatan rangkap tunggal. Mirip dengan reaksi substitusi,
ada beberapa tipe dari adisi yang dibedakan dari partikel yang mengadisi. Contohnya, pada
adisi elektrofilik hidrogen bromida, sebuah elektrofil (proton) akan mengganti ikatan rangkap
ganda dan membentuk karbokation, lalu kemudian bereaksi dengan nukleofil (bromin).
Karbokation dapat terbentuk di salah satu ikatan rangkap tergantung dari gugus yang melekat
di akhir. Konfigurasi yang lebih tepat dapat diprediksikan dengan aturan Markovnikov. Aturan
Markovnikov mengatakan: "Pada adisi heterolitik dari sebuuah molekul polar pada alkena atau
alkuna, atom yang mempunyai keelektronegatifan yang besar, maka akan terikat pada atom
karbon yang mengikat atom hidrogen yang lebih sedikit."

H. Kegunaan Alkil Halida


1. Banyak kegunaan haloalkana seperti kloroform digunakan sebagai pelarut, bahan
pembuatan freon dan zat anestetik.
2. etil klorida digunakan sebagai pembuatan plastik etil dan TEL lalu metil bromida untuk
bahan bakar pesawat.
3. triodometana dikenal dengan iodoform sebagai obat luka luar, luka bakar, koreng dan
bisul. monomer dari teflon digunakan sebagai pelapis panas untuk setrika, wajan, panci.
4. karbon tetraklorida digunakan bahan pelarut lemak dan dry cleaning.
5. lalu dibrometana digunakan sebagai zat aditif untuk bensin.

22
6. ini digunakan sebagai anestetik, diklorometana tidak berwarna, titik didihnya 40 derajat
celcius dan tidak beracun
7. etil klorida merupakan bahan utama dalam pembuatan plastik etil selulosa dan sebagai
anestetik lokal pada operasi ringan.
8. zat ini digunakan sebagai pemadam kebakaran di pesawat terbang dan sebagai bahan
pengasapan biji biji dan buah buahan
9. merupakan bahan obat luar seperti luka bakar atau luka yang sudah koreng
10. zat ini dikenal sebagai bahan pelarut lemak dan sebagai bahan dasar industri freon yang
tidak beracun dan tidak korosif.
11. digunakan sebagai obat bius yang sering digunakan sampai sekarang.
12. monomer dari teflon. digunakan sebagai pelapis anti lengket ( panci dll).
13. zat ini sebagai zat aditif pada mesin yang menggunakan TEL.

23
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Senyawa alkil halida merupakan senyawa hidrokarbon baik jenuh maupun tak jenuh yang
satu unsur H-nya atau lebih digantikan oleh unsur halogen (X = Br, Cl. I).
Struktur Alkil Halida : R-X
2. Ada 4 penggolongan alkil halida, yaitu metil halida, alkil halida primer, sekunder dan
tersier. Suatu metil halida ialah suatu struktur dalam mana satu hydrogen dari metana
telah digantikan oleh sebuah halogen. Suatu alkil halida primer (1°) (RCH2X) mempunyai
satu gugus alkil terikat pada karbon ujung. Suatu alkil halida sekunder (2°) (R2CHX)
mempunyai dua gugus alkil yang terikat pada karbon ujung, dan suatu alkil halida tersier
(3°) (R3CX) mempunyai tiga gugu alkil yang terikat pada karbon ujung.
3. Dalam system IUPAC, suatu alkil halida diberi nama dengan suatu awalan halo-. Banyak
alkil halida yang lazim, mempunyai nama gugus-fungsional trivial. Dalam nama-nama
gugus alkil disebut lebih dahulu, diikuti nama halidanya.
4. Titik didih alkil halida lebih tinggi ( dengan jumlah atom C yang sama ) karena berat
atom C lebih besar dari berat atom C ataupun H. Pada jumlah atom C yang sama, titik
didih alkil halida meningkat dengan kenaikan berat molekul. Dengan bertambah
panjangnya gugus alkil, maka titik didih alkil halida semakin tinggi pula.
5. Kebasaan (basicity) ialah ukuran kemampuan pereaksi untuk menerima sebuah proton
dalam suatu reaksi asam-basa. Nukleofisilitas ialah ukuran kemampuan suatu pereaksi
untuk menyebabkan (terjadinya) suatu reaksi subtitusi.
6. Spesi yang menyerang suatu alkil halida dalam suatu reaksi substitusi disebut nukleofil,
sering dilambangkan dengan Nu-. Substitusi oleh nukleofil disebut substitusi nukleofil
atau pergantian nukleofil. Menurut kinetikanya, reaksi substitusi nukleofilik dapat
dikelompokkan menjadi reaksi SN1 dan SN2.
7. Mekanisme reaksi SN2 melibatkan tubrukan antara kedua spesies dalam tahapan yang
lambat (dalam hal ini, satu-satunya tahapan yang ada) dari reaksi. Reaksi SN1
tahapannya lambat dari reaksi dan hanya melibatkan satu spesies, yakni alkil halida.

24
8. Pada reaksi eliminasi, molekul senyawa berikatan tunggal berubah menjadi senyawa
berikatan rangkap dengan melepas molekul kecil. Eliminasi merupakan reaksi yang
mengubah jumlah substituen dalam atom karbon, dan membentuk ikatan kovalen. Dalam
mekanisme E1, gugus lepas terlebih dahulu melepas dan membentuk karbokation.
Selanjutnya, pembentukan ikatan ganda terjadi melalui eliminasi proton (deprotonasi).
Dalam mekanisme E1cb, urutan pelepasan terbalik: proton dieliminasi terlebih dahulu.
Dalam mekanisme ini keterlibatan suatu basa harus ada. Mekanisme E2 juga memerlukan
basa. Akan tetapi, pergantian posisi basa dan eliminasi gugus lepas berlangsung secara
serentak dan tidak menghasilkan zat antara ionik.

25
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, Ralp J.,Fessenden, Joan S. 1982. Kimia Organik 1 Edisi Ketiga. Jakarta:Erlangga.
Petrucci, Ralph H. 1999. Kimia Dasar II. Jakarta : Erlangga.
Riawan, S. 1990. Kimia Organik Edisi 1. Jakarta:/ Binarupa Aksara.

26

Anda mungkin juga menyukai