Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

VISI MISI DAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah PENGANTAR PENDIDIKAN ISLAM


Dengan Judul Materi PERBANDINGAN PENDIDKAN NASIONAL DAN
PENDIDIKAN ISLAM

Dosen Pengampu :
Dra. Nurhayati, M.Pd.I

Di Sususn Oleh

Junaidi Hamzah
NIM. 15.2.4.015

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

MANADO

2023

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan
berdasarkan pada ajaran Islam. Karena ajaran Islam berdasarkan al-
Qur’an, al-Sunnah, pendapat ulama serta warisan sejarah, maka
pendidikan Islampun mendasarkan diri pada al-Qur’an, al-Sunnah,
pendapat para ulama serta warisan sejarah tersebut.
Hubungan pendidikan Islam dan pendidikan Nasional tidak dapat
dipisahkan, keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Dalam hal ini
dikaitkan dengan konsep penyusunan sistem pendidikan nasional tersebut. Suatu
sistem pendidikan nasional harus mementingkan masalah eksistensi umat
manusia pada umumnya dan elcsistensi bangsa Indonesia khususnya dalam
hubungan masa lalu, masa kini dan kemungkinan perkembangan masa depan.
Pendidikan Islam merupakan suatu Lembaga sesuai dengan peraturan
pemerintah No. 28 tahun 1990, No. 60 tahun 1999 dan No. 73 tahun 1991.
Pendidikan keagamaan diselenggarakan pemerintah sesuai peraturan perundang-
undangan dimana Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat serta pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan
pada jalur pendidikan formal, non formal dan informal, pendidikan keagamaan
berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman. Pendidikan Islam juga
Sebagai Mata Pelajaran dimana jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat
pendidikan pancasila, pendidikan agama dan pendidikan keagamaan.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas penulis merumuskan maslah sebagai berikut :
1. Apa Pengertian Pendidikan Islam ?
2. Apa Pengertian Pendidikan Nasional ?
3. Tujuan Pendidikan Barat ?
4. Bagaimana Pendidikan Islam didalam Sistem pendidikan nasional ?
5. Apa Perbedaan Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Islam


Pendidikan Islam menurut Zarkowi Soejoeti terbagi dalam tiga
pengertian. Pertama, “Pendidikan Islam” adalah jenis pendidikan yang pendirian
dan penyelenggaraannya didorong oleh hasrat dan semangat cita-cita untuk
menjewantahkan nilai-nilai Islam, baik yang tercermin dalam nama lembaganya,
maupun dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan. Di sini kata Islam
ditempatkan sebagai sumber nilai yang akan diwujudkan dalam seluruh kegiatan
pendidikan. Kedua, jenis pendidikan yang memberikan perhatian sekaligus
menjadikan ajaran Islam sebagai pengetahuan untuk program studi yang
diselenggarakan. Di sini kata Islam ditempatkan sebagai bidang studi, sebagai
ilmu, dan diperlakukan sebagai ilmu yang lain. ketiga, jenis pendidikan yang
mencakup kedua pengertian di atas. Di sini kata Islam ditempatkan sebagai
sumber nilai sekaligus sebagai bidang studi yang ditawarkan melalui program
studi yang diselenggarakan.
Ciri khas pendidikan Islam itu ada dua macam :
a. Tujuannya : Membentuk individu menjadi bercorak diri tertinggi menurut
ukuran Allah.
b. Isi pendidikannya : ajaran Allah yang tercantum dengan lengkap di dalam Al
Qur’an yang pelaksanaannya dalam praktek hidup sehari-hari dicontohkan
oleh Muhammad Rasulullah SAW.
Teori-teori pendidikan Islam yang berkembang di Indonesia secara
umum mendefinisikan pendidikan Islam dalam dua tataran : idealis dan
pragmatis. Pada tataran idealis, pendidikan Islam diandaikan sebagai suatu sistem
yang independen (eksklusif) dengan sejumlah kriterianya yang serba Islam.
Definisi ini secara kuat dipengaruhi oleh literatur Arab yang masuk ke Indonesia
baik dalam bentuk teks asli, terjemahan, maupun sadurannya. Sedangkan pada
tataran pragmatis, pendidikan Islam ditempatkan sebagai identitas (ciri khusus)
yang tetap berada dalam konteks pendidikan nasional. Perkembangan-
perkembangan aktual di Indonesia khususnya selama tiga dekade terakhir sangat
mempengaruhi munculnya definisi pragmatis ini.
Penulis-penulis Indonesia kontemporer berusaha menjelaskan definisi
pendidikan Islam dengan melihat tiga kemungkinan hubungan antara konsep
pendidikan dan konsep Islam. Dilihat dari sudut pandang kita tentang Islam yang
berbeda-beda, istilah pendidikan Islam tersebut dapat dipahami sebagai :
1. Pendidikan (menurut) Islam,
2. Pendidikan (dalam) Islam,
3. Pendidikan (agama) Islam.
Dalam hubungan yang pertama, pendidikan Islam bersifat normatif,
sedang dalam hubungan yang kedua, pendidikan Islam lebih bersifat sosio-
historis. Adapun dalam hubungan yang ketiga, pendidikan Islam lebih bersifat
proses-operasional dalam usaha pendidikan ajaran-ajaran agama Islam. Dalam
kerangka akademik, pengertian yang pertama merupakan lahan filsafat
pendidikan Islam, dan pengertian yang ketiga merupakan kawasan ilmu
pendidikan Islam teoritis.1
Ilmu Pendidikan Islam Ilmu Pengetahuan Perbedaan dengan Ilmu
pengetahuan yang lain penggongan-penggolongan suatu masalah dan
pembahasan masalah demi masalah di dalam pendidikan. pendidikan Islam
memerlukan beberapa metodologi pengembangan, antara lain:
test, pendidik memberikan test kepada anak didiknya untuk mengetahui
perkembangan anak didik.
Dari berbagai literatur terdapat berbagi macam pengertian pendidikan
Islam. Menurut Athiyah Al-Abrasy, pendidikan Islam adalah mempersiapkan
manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap
jasmaninya, sempurna budi pekertinya, pola pikirnya teratur dengan rapi,
perasaannya halus, profesiaonal dalam bekerja dan manis tutur sapanya.
Sedang Ahmad D. Marimba memberikan pengertian bahwa pendidikan
Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum islam
menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.
Sedangkan menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas, pendidikan
adalah suatu proses penamaan sesuatu ke dalam diri manusia mengacu kepada
metode dan sistem penamaan secara bertahap, dan kepada manusia penerima
proses dan kandungan pendidikan tersebut.

1
Jadi definisi pendidikan Islam adalah, pengenalan dan pengakuan yang
secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia, tentang tempat-
tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga
membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di
dalam tatanan wujud dan kepribadian. Jadi pendidikan ini hanyalah untuk
manusia saja.
Selama ini buku-buku ilmu pendidikan islam telah memperkenalkan
paling kurang tiga kata yang berhubungan dengan pendidikan islam yaitu, al-
tarbiyah, al-ta’lim dan al ta’dib. Jika ditelusuri ayat-ayat al-Quran dan matan as-
Sunah secara mendalam dan komperhensif sesungguhnya selain tiga kata tersebut
masih terdapat kata-kata lain tersebut, yaitu al-tazkiyah, al-muwa’idzah, al-
tafaqqu, al-tilawah, al-tahzib, al-irsyad, al-tafakkur, al-ta’aqqul dan al-
tadabbur. Deskripsi selengkapnya terhadap kata-kata tersebut dapat dikemukakan
sebagi berikut:
1. AL-Tarbiyah
Kata al-tarbiyah berasal dari kata rabba atau rabaa didalam al-Quran
disebutkan lebih dari dalapan ratus kali, dan sebagian besar atau bahkan
seluruhnya dengan Tuhan, yaitu terkadang dihubungkan dengan alam jagat raya
(bumi, langit, bulan, bintang, matahari, tumbu-tumbuhan, binatang, gunung, laut
dan sebagainya), dengan manusia seperti pada kata rabbuna (Tuhan
kami), rabbuhu (Tuhannya), rabbuhum (Tuhan mereka semua), rabbiy (Tuhan-
ku). Karena demikian lausnya pengertian al-tarbiyah ini, maka ada sebagian
pakar pendidikan, seperti Naquid al-Attas yang tidak sependapat dengan pakar
pendidikan lainnya yang menggunakan kata al-tarbiyah dengan arti pendidikan.
Menurutnya, kata al-tarbiyah terlalu luas arti dan jangkauannya. Kata tersebut
tidak hanya menjangkau manusia melainkan juga menjaga alam jagat raya
sebagaimana tersebut. Benda-benda alam selain manusia, menurutnya tidak dapat
dididik, karna benda-benda alam selain manusia itu tidak memiliki persyaratan
potensial, seperti akal, pancaindra, hati nurani, insting, dan fitrah yang
memungkinkan untuk dididik. Yang memiliki potensi-potensial diatas itu hanya
manusia. Untuk itu Naquid al-Attas lebih memilih kata al-ta’dib (sebagaimana
nanti akan dijelaskan) untuk adti pendidikan, dan bukan kata al-tarbiyah.
2. Al-Ta’lim
Kata al-ta’lim atau asal katanya, yaitu ‘allam, yu’allimu,
ta’liman dijumpai dalam hadis sebagai berikut.
“Pengetahuan adalah kehidupan islam dan pilar islam, dan barang
siappa yang mengajarkan ilmu Allah akan menyempurnakan pahala baginya,
dan barang siapa yang mengajarkan ilmu dan ia mengamalkan ilmu yang
diajarkan itu, maka Allah akan mengajarkan kepadanya sesuatu yang belum ia
ketahui.” (HR. Abu Syaikh).
Didalam hadis tersebut kata ta’lim dihubngkan dengan mengajarkan ilmu
kepada seseorang, dan orang yang mengajarkan ilmu tersebut akan mendapatkan
pahala dari Tuhan. Kata al-ta’lim dalam arti pengajaran yang merupakan bagian
dari pendidikan banyak digunakan untuk kegiatan pendidikan yang bersifat
nonformal, sepeti majelis taklim. Kata al-ta’lim dalam pendidikan sesungguhnya
merupakan kata yang paling dahulu digunakan daripada kata al-
tarbiyah. Kegiatan pendidikan dan pengajaran pertama kali dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW dirumah Al-Aqram di mekkah, dapat juga disebut majelis al-
ta’lim.
3. Al-Ta’dib
Kata al-ta’dib berasal dari kata addaba, yuaddibu, ta’diban yang dapat
berarti education (pendidikan), discipline (disiplin), punishment(peringatan atau
hukuman) dan chastisement (hukuman-penyucian). kata al-ta’dib berasal dari
kata adab yang berarti beradab, bersopan santun, tata krama, adab, budi pekerti,
akhlak, moral dan etika.
Kata al-ta’dib dalam arti pendidikan sebagaimana disinggung di atas,
ialah kata yang dipilih oleh Naquid al-Attas. Dalam hubungan ini ia mengartikan
al-ta’dib sebagai pengenalan dan pengakuan yang secara berangssur-angsur
ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tenpat yang tepat dari segala sesuatu
didalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing kearah pengenalan dan
pengakuan kekuatan dan keagungan Tuhan.
4. Al-Tahdzib
Kata al-tahdzib secara harfiah berarti pendidikan akhlak atau menyucikan
diri dari perbuatan akhlak yang buruk, dan berarti pula terdidik atau terpelihara
dengan baik, dan berarti pula beradab sopan.
Dari berbagai pengertian tersebut, tampak bahwa secara keseluruhan
kata al-tahzib terkait dengan perbaikan mental sepiritual, moral dan akhlak, yaitu
memperbaiki mental seseorang yang tidak sejalan dengan ajaran atau norma
kehidupan menjadi sejalan dengan ajaran atau norma, memperbaiki perilakunya
agar menjadi baik dan terhormat, serta memperbaiki akhlak dan budi pekertinya
agar manjadi akhlak mulia. Berbagai kegiatan tersebut termasuk dalam bidang
kegiatan pendidikan. Itulah sebabnya, kata al-tahzib juga berarti Pendidikan.
5. Al-Wa’dz atau Al-Mau’idzah
Al-wa’dz berasal dari kata wa’aza yang berarti to
preach (mengajar), conscience (kata hati, suara hati, hati nurani), to admonish
(memperingatkan atau mengingatkan), exhort (mendesak), dan to warn
(memperingatkan). 6 inti al-wa’dz atau al-mau’idzah adalah pendidikan dengan
cara memberikan penyandaran dan pencerahan batin, agar timbul kesadaran
untuk berubah menjadi orang yang baik.
6. Al-Riyadhah
Al-Riyadhah berasal dari kata raudha, yang mengandung arti to tame
(menjinakan), domesticate (menjinakan), to break in (mendobrak atau
membongkar), train (latihan), to train (melatih), coach (melatih), to pacify
(menenangkan atau menenteamkan), placate (mendamaikan, menentramkan), to
practice (memperagakan), exercise (melatih), regulate (mengatur), to seek to
make tractable (menemukan untuk membuat mudah dikerjakan), dan try to bring
round (mencoba membawa keliling).
Dalam pendidikan, kata al-riyadhah diartikan mendidik jiwa anak dengan
akhlak mulia. Didalam Al-Quran maupun as-Sunah kata al-riyadhah secara
eksplisit tidak dijumpai, namun inti dan hakikat al-riyadhah dalam arti mendidik
atau melatih mental spiritual agar senantiasa mematuhi ajaran Allah SWT amat
banyak dijumpai.
7. Al-Tazkiyah
Al-tazkiyah berasal dari kata zakka, yuzakki, tazkiyatan yang
berarti purification (pemurnian atau pembersihan), chastening (kesucian dan
kemurnian), pronouncement of (pengumuman atau pernyataan), integrity of a
witness (pengesahan atau kesaksian), honorable record (catatan yang dapat
dipercaya dan dihormati).
Dari penjelasan tersebut terlihat, bahwa kata al-tazkiyah ternyata juga
digunakan untuk arti pendidikan yang bersifat pembinaan mental spiritual dan
akhlak mulia.
8. Al-Talqin
Kata al-talqin berasal dari laqqana yulaqqinu talqina yang dapat berarti
pengajaran atau mengajarkan, dan dapat berarti pula insruction (perintah atau
anjuran), direction (pengarahan), dictation (pengimlaan atau
perintah), dictate (mendikte atau memerintah), inspiration (ilham,
inspirasi), insinuation (sindiran atua tuduhan tidak langsung), suggestion
(dorongan), suborning of witness (pengimlaan atau perintah).
Dari sekian kata tersebut terlihat bahwa kata talqin juga digunakan untuk
arti pengajaran. Dari penjelasan tersebut terlihat, bahwa kata al-talqin ternyata
digunakan pula untuk arti pendidikan dan pengajaran yang diberlakukan tidak
hanya kepada orang yang masih hidup melainkan kepada orang sudah meninggal.
9. Al-Tadris
Kata al-tadris berasal dari kata darrasa yudarrisu tadrisan, yang dapat
berarti teaching (pengajaran atau
mengajarkan), instruction (perintah), tution (kuliah, uang kuliah).
Selain kata al-tadris juga berarti baqa’ atsaruha wa baqa al-atsar yaqtadli
inmihauhu fi nafsihi, yang artinya sesuatu yang pengaruhnya membekas dan
sesuatu yang pengaruhnya membekas menghendaki adanya perubahan pada diri
seseorang. intinya kata al-tadris berarti pengajaran, yakni, menyampaikan ilmu
pengetahuan kepada peserta didik yang selanjutnya memberi pengaruh dan
menimbulkan perubahan pada dirinya.
10. Al-Tafaqquh
Kata al-tafaqquh berasal dari kata tafaqqaha yatafaqqohu tafaqquhan
yang berarti mengerti dan memahami. Selanjutnya Ar-Raghib al-Asfaniy
mengartikan kata tafaqquh sebagain berikut: menghubungkan pengetahuan yang
abstrak dengan ilmu yang konkret, sehingga menjadi ilmu yang khusus. Dari
kata al-tafaqquh muncul kata al-fiqh yang selanjutnya menjadi sebuah nama bagi
ilmu yang mempelajari hukum-hukum syariah yang disandarkan pada dalil-dalil
terperinci. Kata al-tafaqquh selanjutnya lebih digunakan untuk menunjukan pada
kegiatan pendidikan dan pengajaran ilmu agama islam.

11. Al-Irsyad
Kata al-irsyad dapat mengandung arti yang berhubungan dengan
pengajaran dan pendidikan yaitu bimbingan, pengarahan, pemberitahuan, nasihat,
dan bimbingan sepiritual. Dengan demikian kata al-irsyad layak dipertimbangkan
untuk dimasukan dalam arti kata pendidikan dan pengajaran.
Pengertian pendidikan islam menurut istilah, istilah atau terminologis
pada dasarnya merupakan kesepakatan yang dibuat para ahli dalam bidangnya
masing-masing terhadap pengertian tentang sesuatu. Adapun yangdi maksud
dengan pendidikan islam saangat beragam, hal ini terlihat dari definisi pendidikan
islam yang dikemukakan oleh beberapa tokoh pendidikan berikut:
Prof.Dr. Omar Mohammad At-Toumi Asy-Syaibany mendefinisikan
pendidikan isla sebagai proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan
pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu
aktifitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi masyarakat.
(Asy-Syaibany, 1979:339). Pengertian tersebut memfokuskan perubahan tingkah
laku manusia yang konotasinya pada pendidikan etika. Selain itu, pengertian
tersebut menekankan pada aspek-aspek produktivitas dan kreatif manusia dalam
kehidupan masyarakat dan alam semesta.
Dr. Muhammad SA Ibrahimy (Banglades) mengemukakan pengertian
pendidikan islam sebagai berikut : “Islamic education in true sense of the term,
is a system education which enables a man to lead his life accourding to the
Islamic ideology, so that he may easily mould his life in accourding with tenent of
islam”.
Pendidikan dalam pandangan yang sebenarnya adalah suatu system
pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya
sesuai dengan cita-cita islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk
hidupnya sesuai dengan agama islam.
Pengertian itu mengacu pada perkembangan kehidupan manusia masa
depan tanpa menghilangkan prinsip-prinsip islam yang diamanahkan oleh Allah
kepada manusia, sehinnga manusia mampu memenuhi kebutuhan dan tuntunan
hidupnya seiring dengan perkembangan iptek.
Dr. Muhammad Fadhli Al-Jamali memberikan pengertian pendidikan
islam sebagai uapya menggembangkan, mendorong, serta mengajak manusia
untuk lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang
mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan
dengan akal, perasaan, maupun perbuatan.
B. Pengertian Pendidikan Nasional
Menurut Sunarya, Pendidikan nasional adalah sistem pendidikan yang
berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh falsafah hidup suatu bangsa dan
tujuannya bersifat mengabdi kepada kepentingan dan cita-cita nasional bangsa
tersebut.
Sementara itu, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, merumuskan
bahwa pendidikan nasional ialah suatu usaha yang membimbing para warga
negara Indonesia menjadi Pancasila, yang berpribadi, berdasarkan akan
Ketuhanan berkesadaran masyarakat dan mampu membudayakan alam sekitar.
Dalam Undang-undang RI No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada Bab I Pasal 2 berbunyi: Pendidikan Nasional adalah pendidikan
yang berakar dari pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945. Dasar ini dapat dilihat dari Pembukaan UUD 1945 alinea 4
batang tubuh UUD 1945 Bab XIII Pasal 31.

C. Dasar Pendidikan Nasional


Pancasila menjadi dasar sistem nasional dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, sebagai termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 dan
Pancasila sehingga pendidikan nasional Indonesia adalah pendidikan Pancasila.
Melalui sistem pendidikan nasional diharapkan setiap rakyat Indonesia
mempertahankan hidupnya, mengembangkan dirinya dan secara bersama-sama
membangun masyarakatnya. Pendidikan di Indonesia mempunyai landasan ideal
adalah Pancasil, landasan konstitusional ialah UUD 1945, dan landasan
operasional ialah ketetapan MPR tentang GBHN.
1. Landasan Ideal
Dalam Undang-Undang Pendidikan No. 4 Thun 1950 tentang Dasar-
dasar Pendidikan dab Pengajaran Sekolah pada Bab III Pasal 4 tercantum bahwa
landasan ideal pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang
cakap dan warga negar yang demokratis serta bertanggung jawab terhadap
kesejahteraan masyarakat dan Tanah Air.

2. Landasan Konstitusional
Pendidikan Nasional didasarkan atas landasan konstitusional/Undang-
Undang Dasar 1945 pada Bab XIII Pasal 31 yang berbunyi:
a. Ayat 1 : Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.
b. Ayat 2 : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem
pengajaran nasional yang ditetapkan dengan Undang-Undang.
Pasal 32 berbunyi: Pemerintah memajukan kebudayaan nasional
Indonesia. Dalam pembukaan UUD 1945 dapat dilihat bahwa pemerintah:
1) Memajukan kesejahteraan umum.
2) Mencerdaskan kehidupan bangsa.
3) Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan kaedilan sosial.
3. Landasan Operasional
Dalam GBHN 1988 dirumuskan tujuan pendidikan, yaitu untuk
membentuk manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, berbudi pekerti luhur, bekepribadian, berdisiplin, bekerja keras dan tangguh,
bertanggung jawab, mandiri, cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan
rohaani.
Berikut ini dikemukakan Ketetapan MPR tentang GBHN sejak tahun
1966-1988 sebagai landasan operasional pendidikan nasional dan tujuan
pendidikan nasional.
a. TAP MPRS No. XXVII/1966 Bab II Pasal 3
b. TAP MPR No. IV / MPR/1973
c. TAP MPR No. IV / MPR/ 1978
d. TAP MPR No. II / MPR/1983
e. TAP MPR No. II / MPR/1988
f. Bab II Pasal 4 UU RI No. 2 Tahun 1989.

D. Unsur-unsur Pokok dan Asas-asas Pelaksanaan Pendidikan Nasional


1. Unsur-unsur Pokok
Unsur-unsur pokok Pendidikan Pancasila terdiri dari Pendidikan Moral
Pancasila berdasarkan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila,
pendidikan agama, pendidikan watakdan kepribadian, pendidikan bahasa,
pendidikan jasmani, pendidikan kesenian, pendidikan ilmu pengetahuan,
pendidikan keterampilan, pendidikan kewarganegaraan, dan pendidikan
kesadaran bersejarah.
2. Asas-asas Pelaksanaan
Pendidikan Nasional dilaksanakan dengan memperhatikan asas-asas
pelaksanaan seperti berikut:
a. Asas semesta menyeluruh dan terpadu
b. Asas pendidikan seumur hidup
c. Asas pendidikan berlangsung dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan
masyarakat
d. Asas tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah
e. Asas keselarasan dan keterpaduan dengan ketahanan nasional dan wawasan
nusantara
f. Asas Bhineka Tunggal Ika
g. Asas keselarasan, keserasian, keseimbangan dan kebulatan yang utuh dalam
seluruh kegiatan pendidikan
h. Asas manfaat, adail dan merata yang memandang manusia Indonesia seutuhnya
tanpa deskriminasi antara rakyat kota, desa, daerah-daerah, suku-suku bangsa,
jennis kelamin, agama, dan lain-lain.
i. Asas Ing Ngarso Sung Tuludo, Ing Madya Mangun Karso dan Tut Wuri
Handayani

j. Asas mobilitas, efisiensi dan efektivitas, yang memungkinkan kesempatan yang


seluas-luasnya bagi manusia Indonesia untuk memperoleh pendidikan.
3. Asas kepastian hukum
Pada asas pendidikan di atas, pendidikan nasional diharapkan
memungkinkan setiap rakyat Indonesia mempertahankan hidupnya,
mengembangkan dirinya, dan secara bersama-sama membangun masyarakatnya.

E. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Nasional


Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, agar berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Fungsi pendidikan nasional sebagai berikut:
1. Alat membangaun pribadi, pengembangan warga negara, pengembangan
kebudayaan, dan pengembangan bangsa Indonesia.
2. Menurut Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 Bab II Pasal 3 “Pendidikan
Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan
mutu kehidupan dan martabat bangsa Indonesia dalam rangka upaya
mewujudkan tujuan nasional”.
Perbedaan tujuan pendidikan Islam dengan pendidikan nasional adalah
sebagai berikut.(Saebani.dkk,2009:149):
a. Pendidikan Islam sumber dan dasar pijakannya adalah Al – Quran dan As –
Sunnah.
b. Pendidikan nasional sumber dan dasarnya adalah Undang – Undang Sistem
Pendidikan Nasional, sebagaimana dikatakan oleh Made Pidarta (2004:6)
bahwa tujuan pendidikan bangsa Indonesia tertera dalam Undang – Undang
Ri nomor 20 tahun 2003 sebagai berikut: “Mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
c. Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional mengacu pada Pancasila dan
Undang – Undang Dasar 1945.
d. Al – Quran dan As – Sunnah dapat dijadikan sumber inspirasi dan ide dasar
untuk semua pendidikan, tidak terkecuali pendidikan nasional. Persamaan
antara pendidikan Islam dan pendidikan nasional adalah tujuannya yang
mengarahkan anak didik atau membentuk manusia yang beriman dan
bertakwa, memiliki kecerdasan intelektual, memiliki ketrampilan yang
profesional, dan memberikan manfaat bagi dirinya, keluarga, dan lingkungan
sekitarnya. Pendidikan Islam bertujuan membentuk pribadi muslim yang
menjalankan keimanan dalam bentuk amal saleh yang berwujud dalam
akhlak mulia pada kehidupan sehari – hari. Pendidikan Islam berpatokan
pada nilai – nilai ketauhidan yang mengembangkan perilaku Nabi
Muhammad SAW. sebagai suri tauladan dalam kehidupan anak didik melalui
pelaksanaan pendidikan yang berbasis pada Al – Quran dan As – Sunnah,
tanpa menafikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Pendidikan nasioal di Indonesia secara esensial mengikuti pendidikan yang
berbasis nilai – nilai ketuhanan karena tujuan utamanya adalah terciptanya
anak didik yang beriman dan bertakwa. Dengan demikian, pendidikan Islam
dengan pendidikan nasional harus selalu diintegralisasikan secara harmoni.

F. Visi dan Misi Pendidikan Nasional


Visi Pendidikan Nasional: terwujudnya sistem pendidikan sebagai
pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga
negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga
mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
Misi Pendidikan Nasional:
1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan
yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh
sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar.
3. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk
mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral.
4. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai
pusat pembudayaan ilmu pengetahuan. keterampilan, pengalaman, sikap, dan
nilai berdasarkan standar nasional dan global.
5. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik Inonesia.

G. Hubungan Pendidikan Islam dengan Pendidikan Nasional


Dari bunyi UU No. 2 tahun 1989 beserta peraturan yang menyertai jelas
bahwa pendidikan agama islam adalah kurikulum wajib bagi yang harus
diberikan. Jika pendidikan agama (islam) tidak diberikan, berarti tujuan
pendidikan nasional tidak akan pernah tercapai secara maksimal, karena ada
sebagian siswa, khususnya yang berada pada satuan pendidikan tertentu tidak
mendapat pendidikan agam islam. Karena itu kehadiran guru pendidikan agama
islam yang prefesional sangat dibutuhkan.
Di dalam GBHN tahun 1988 tujuan pendidikan dinyatakan
bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila, bertujuan untuk meningkatkan
kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap tuhan yang
maha esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras,
tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan
rohani.
Hubungan pendidikan Islam dan pendidikan Nasional tidak dapat
dipisahkan,keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Dalam hal ini
dikaitkan dengan konsep penyusunan sistem pendidikan nasional tersebut. Suatu
sistem pendidikan nasional harus mementingkan masalah eksistensi umat
manusia pada umumnya dan eksistensi bangsa Indonesia khususnya dalam
hubungan masa lalu, masa kini dan kemungkinan perkembangan masa depan.
Dari bunyi UU No. 2 tahun 1989 beserta peraturan yang menyertai jelas
bahwa pendidikan Agama Islam adalah kurikulum wajib bagi yang harus
diberikan. Jika pendidikan agama (islam) tidak diberikan, berarti tujuan
pendidikan nasional tidak akan pernah tercapai secara maksimal, karena ada
sebagian siswa, khususnya yang berada pada satuan pendidikan tertentu tidak
mendapat pendidikan agam islam. Karena itu kehadiran guru pendidikan agama
islam yang prefesional sangat dibutuhkan.
Dan jika kita menengok kepada tujuan pendidikan sebagaimana tertuang
dalam tujuan pendidikan nasional ( pasal 4 UU no. 2 tahun 1989) yang
berbunyi “mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kepada masyarakat dan bangsa. Sedangkan tujuan pendidikan
islam adalah sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani
menurut ajaran islam.
Dengan melihat kedua tujuan pendidikan diatas, baik tujuan pendidikan
nasional maupun tujuan pendidikan islam ada kesamaan yang ingin di wujudkan
yaitu: dimensi transcendental (ukhrowi) dan dimensi duniawi (material).
Pendidikan Islam dan pendidikan nasional terdapat 3 segi yang dapat
ditelusuri Pertama dari konsep penyusunan sistem pendidikan nasional indonesia
itu sendiri. Kedua, dari hakikat pendidikan islam dan kehidupan beragama kaum
muslimin di Indonesia. Ketiga, dari segi kedudukan pendidikan islam dalam
sistem pendidikan nasional.
Pendidikan Islam merupakan suatu Lembaga sesuai dengan peraturan
pemerintah No. 28 tahun 1990, No. 60 tahun 1999 dan No. 73 tahun 1991.
Pendidikan keagamaan diselenggarakan pemerintah sesuai peraturan perundang-
undangan dimana Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat serta pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan
pada jalur pendidikan formal, non formal dan informal, pendidikan keagamaan
berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman. Pendidikan Islam juga
Sebagai Mata Pelajaran dimana jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat
pendidikan pancasila, pendidikan agama dan pendidikan keagamaan. Dalam
pasal 3 isi kurikulum pendidikan dasar memuat sekurang-kurangnya bahan kajian
dan pelajaran (PP 28 Bab. VII pasal 14 ayat 2) meliputi :
a. pendidikan pancasila
b. pendidikan agama
c. pendidikan kewarganegaraan
d. bahsa indonesia
e. membaca dan menulis
f. matematika (termasuk berhitung)
g. pengantar sains dan teknologi
h. ilmu bumi
i. kerajinan tangan dan kesenian
j. pendidikan jasmani dan kesehatan
k. menggambar
l. bahasa inggris
Pada PP 29 tahun 1990 Bab VIII pasal (15) ayat (2) isi kurikulum
pendidikan menengah wajib memuat bahan kajian dan mata pelajaran tentang:
a. pendidikan pancasila
b. pendidikan agama
c. pendidikan kewarganegaraan.
Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 dicantumkan tentang beberapa
hal yang berkenaan dengan pendidikan agama. Pasal 37 (1): kurikulum
pendidikan dasar dan menengah wajib memuat:
a. pendidikan agama
b. pendidikan kewarganegaraan
c. pendidikan bahasa
d. matematika
e. ilmu pengetahuan alam
f. ilmu pengetahuan sosial
g. seni dan budaya
h. pendidikan jasmani dan olahraga
i. keterampilan / kejuruan
j. muatan lokal
Selain itu kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat:
a. pendidikan agama
b. pendidikan kewarganegaraan
c. bahasa
Ada beberapa pokok-pokok pikiran nilai-nilai yang terkandung dalam
undang-undang nomor 20 tahun 2003, yaitu:
a. pendidikan nasional adalah pelaksanaan pembangaunan nasional dibidang
pendidikan
b. asas dan dasar pendidikan berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar
1945
c. tujuan pendidikan nasional bertujuan berkembangnya potensi peserta didik
d. pendidikan nasional bersifat demokratis dan humanis yakni memberikan
kesempatan kepada setiap negara untuk memperoleh pendidikan
e. memberikan kesempatan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki
kelainan fisik atau mental
f. menekankan pentingnya pendidikan keluarga merupakan salah satu upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan seumur hidup
g. pendidikan keagamaan merupakan satu jenis pendidikan yang khusus
mengajarkan agama tertentu.
Berdasarkan hal di atas dapat dikatakan bahwa suatu sistem pendidikan
nasional tidaklah berlaku umum. Maksudnya adalah pola penyusunan sistem
pendidikan nasional harus berdasarkan keberadaan umat manusia dan latar
belakang sejarah bangsa masa lalu, sekarang dan masa depan.
Dalam laporan komisi pembaharuan pendidikan nasional dikatakan
bahwa pengembangan bangsa merupakan kriteria dasar dalam membangun suatu
sistem pendidikan nasional dengan mewujudkan keselarasan, keseimbangan dan
keserasian antara pengembangan kwantitatif dan pengembangan kwalitatif serta
antara aspek lahiriah dan aspek rohaniah.
Dari keterangan tersebut dikatakan bahwa penyusunan sistem pendidikan
nasional harus berdasarkan dan pertimbangan faktor bangsa dan masyarakat
Indonesia serta aspek lahiriah dan rohaniah bangsa Indoneisa, sebab bangsa
Indonesia telah menjalani penindasan dan perjuangan melawan penjajah, tentu
dalam hal ini ada keterkaitan dengan masa awal perkembangan dan pendidikan
Islam di tanah air sampai sekarang ini.
Ditinjau dari segi hakikat pendidikan Islam, kegiatan mendidik
merupakan bahagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan agama Islam di
Indoneisa dengan sistem pendidikan Islam dan usaha-usaha penyiaran agama di
masyarakat. Islam dapat tersebar di seluruh masyarakat Indonesia. Ditambah lagi
dengan kebutuhan akan pendidikan di masyarakat akan semakin meningkat.
Karena pendidikan adalah suatu usaha yang teratur, rinci dan terarah dalam
pemeliharaan, pengembangan dan peningkatan kebudayaan bangsa baik dalam
bidang pendidikan formal maupun non formal.
Dengan adanya sistem pendidikan Barat yang terkoordinir dan sistematis,
menguntungkan pendidikan secara umum namun mempengaruhi sistem
pendidikan Islam. Pada keharusannya memperbaharui sistem pendidikan Islam
pada lembaga keagamaan ke arah sistem yang lebih sempurna. Dan disamping itu
muncul lembaga pendidikan yang menyelenggarakan sekolah-sekolah nasional
swasta dengan menggunakan pola Barat yang berorientasi kepada kepentingan
nasional dan semangat kebangsaan. Berdasarkan hal ini pendidikan akan tetap
tumbuh dan berkembang untuk mendidik masyarakat Indonesia yang mayoritas
beragama Islam dan juga lembaga-lembaga pendidikan Islam seperti pesantren,
madrasah, sekolah umum yang berdasarkan keagamaan dan yang lainnya. Dan
lembaga-lembaga inilah yang akan menjadi modal dasar dan modal pokok dari
pendidikan nasional yang akan disusun bangsa Indonesia yang sudah merdeka,
bersatu dan berdaulat.

H. Fungsi Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional


Secara eksplisit fungsi pendidikan agama telah dituangkan dalam
penjelasan pasal 39 ayat (2) UU Nomor 2 Tahun 1989, yang menyebutkan
“pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat iaman dan ketakwaan
terhadap Tuhan yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut peserta
didiknya yang bersangkutan, dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati
agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat
untuk mewujudkan persatuan nasional.
Dari rumusan tersebut, tampaknya terdapat konsistensi dan keterkaitan
langsung antara rumusan fungsi pendidikan agama dengan tujuan pendidikan
nasional yang tertuang pada pasal 4 UU Nomor 2 tahun 1989 yaitu:
“Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa…”
Dalam upaya membentuk manusia Indonesia yang beriman dan
bertakwa, maka pendidikan agama memiliki peranan yang sangat penting. Untuk
itulah maka pendidikan agama wajib diberikan pada semua satuan, jenjang dan
jenis pendidikan, baik melalui jalur sekolah maupun jalur luar sekolah.
Gambaran tentang peranan madrasah dan pondok pesantren adalah
sebagai berikut:
1. Madrasah dan pondok pesantren telah menunjukan kemampuanya untuk
tumbuh dan berkembang dalam menghadapi berbagai tantangan zaman, serta
kemampuanya untuk memasuki pelosok daerah terpencil disamping
kemampuanya untuk tetap tumbuh dan berkembang di daerah perkotaan yang
modern dan sangat maju.
2. Madrasah dan pondok pesantren sebagian besar adalah perguruan swasta
yang berkemampuan tinggi untuk berswakarsa dan berswakarya dalam
menyelenggarakan pendidikan. Dengan kata lain, madrasah dan pondok
pesantren telah menunjukan kemampuanya untuk tumbuh dan berkembang
diatas kemampuan kekuatan sendiri, dengan memobilisasi sumber daya yang
tersedia di masyarakat pendukungnya.
3. Madrasah dan pondok pesantren yang memiliki ciri khas sebagai pusat
pendidikan, pengembangan dari penyebaran agama Islam, diharapkan dan
telah membuktikan diri dapat menghasilkan keluaran atau out put yang
berkualitas dan potensial untuk menjadi pendidik, khususnya di bidang
pendidikan agama Islam.
4. Madrasah dan pondok pesantren memiliki potensi yang cukup besar untuk
bersama-sama satuan pendidikan lainnya di dalam system pendidikan
nasional untuk menuntaskan wajib belajar tingkat SLTP dan pelaksana
pendidikan dasar 9 tahun. Dan atas dasar inilah Madrasah Ibtidaiyah dan
Madrasah Tsanawiyah merupakan lembaga pendidikan dasar.
Adapun madrasah umumnya didirikan atas inisiatif masyarakat Islam
yang tujuan umumnya adalah untuk mendidik para peserta didik memahami dan
mengamalkan ajaran-ajaran Islam dengan baik. Dengan dikeluarkanya PP Nomor
28 tahun 1990 dimana pada pasal 4 ayat (2) disebutkan bahwa SD dan SLTP
yang berciri khas agama Islam yang dikelola oleh Departemen Agama disebut
Madrasah Ibtidaiah dan Madrasah Tsanawiyah. Dengan kenyataan ini, tugas dan
fungsi MI dan MTs menjadi ganda, yaitu:
1. Sebagai sekolah pendidikan Islam
2. Sebagai sekolah pendidikan dasar.
Karenanya, keberdayaan fungsi Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah
Tsanawiyah makin kuat dan penting.
Dengan keadaan yang demikian, orang tidak bisa lagi menomor duakan
lembaga-lembaga pendidikan agama, terlebih-lebih bila lembaga pendidikan
agama terutama madrasah mampu memacu diri dengan berupaya maksimal
meningkatkan kualitas dalam berbagai aspeknya, tidak mustahil madrasah
nantinya akan menjadi alternative pertama, pilihan masyarakat untuk memasukan
anak-anaknya. Sebab bagaimanapun disaat globalisasi melanda dunia seperti
sekarang ini, nilai-nilai etik dan moral sudah mulai luntur dan bergeser. Dalam
konteks ini madrasah sangat strategis untuk membendung arus demoralisasi yang
sangat merugikan.

I. Perbedaan Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional


Antara pendidikan Islam dan pendidikan nasional Indonesia tak dapat
dipisahkan satu dengan yang lain. Hal ini dapat ditelusuri dari dua segi, pertama
dari konsep penyusunan system pendidikan nasional Indonesia itu sendiri, dan
yang kedua dari hakikat pendidikan Islam dalam kehidupan beragama kaum
muslimin di Indonesia.
Penyusunan suatu sistem pendidikan nasional harus mementingkan
masalah-masalah eksistensi umat manusia pada umumnya dan eksistensi bangsa
Indonesia pada khususnya dalam hubungannya dengan masa lampau, masa kini
dan kemungkinan-kemungkinan perkembangan masa depan.
Eksistensi bangsa Indonesia terwujud dengan proklamasi kemerdekaan
pada tanggal 17 Agustus 1945, dimana Indonesia sebagai Negara yang merdeka,
bersatu dan yang berdaulat penuh. Indonesia sebagai Negara yang merdeka,
bersatu dan yang berdaulat penuh. Indonesia sebagai negara yang merdeka telah
dengan tegas menyatakan kepribadiannya, tujuan dan pandangan hidupnya
sebagaimana tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Bangsa
Indonesia telah bertekad bulat unutk membangun dan mengembangkan bangsa
dengan Pancasila sebagai landasan ideology dan Undang-Undang Dasar 1945
sebagai landasan konstitusionalnya.
Pancasila sebagai landasan ideologis dalam pembangunan bangsa
mengundang arti bahwa setiap usaha pembangunan dan pengembangan bangsa
Indonesia, harus selalu menjaga keselarasan, keseimbangan dan keserasian dalam
hidup manusia Indonesia sebagai pribadi, dalam hubungnnya manusia dengan
Tuhannya, dalam hubungan manusia dengan masyarakat, dalam hubungan
manusia dengan alam, dan dalam hubungann bangsa dengan bangsa-bangsa lain
dalam mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rohaniah.Untuk itu maka,
bangsa Indonesia harus menghayati cita-cita dan dasar hidup kebngasaannya
secara terus menerus, dapat mengamalkan dan mewujudkan cita-cita dan dasar
hidup tersebut secara nyata, dan melestarikannya dengan mewariskan nilai-nilai
moral ediologi, tata nilai budaya, nilai-nilai moral keagamaan yang menjadi
sumber aspirasi yang tak ternilai harganya dalam pemangunanan bangsa dan
tanah air. Oleh karena itulah maka pengembangan bangsa merupakan criteria
dasar dalam membangun satu sistem pendidikan nasional dengan mewujudkan
keselarasan, keseimbangna dan keserasian antara pengembangan kuantitatif dan
pengembnagna kualitatif serta antara aspek lahiriah dan aspek rohaniah.
Dilihat dari segi hakikat pendidikan agama islam, ternyata kegiatan
mendidik memang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan agama
islam baik dalam keluarga, masyarakat, lebih-lebih dipusat-pusat peribadatan,
seperti langgar, suaru atau masjid yang dikelola oleh seorang prtugas yang
sekaligus sebagai guru agama.
Disurau atau dilanggar itu pendidikan terutama ditekankan pada
pelajaran agama yang bersifat elementer berupa pengajian Al-Qur’an murid-
mudir di ajar baik secara individual (sorogan) maupun secara semi klasikal atau
(bandongan). Pada tingkat yang lebih tinggi pengajar adalah seorang kyai,
sedangkan sistem penyampaiannya tidak hanya sorogan dan bandungan tetapi
juga masal.
Sejarah mencatat, bahwa dengan sistem pendiidikan islam sepeerti yang
tersebut diatas, ditam bah dengan usaha-usaha penyiaran agam di masyarakat,
hasilnya sangat memuaskan dan bahkan menakjubkan. Agama islam dapat
tersebar keseluruh pelosok tanah air Indonesia. Di dorong oleh kebutuhan akan
pendidikan yang makin meningkat, maka timbullah lembaga-lembaga pendidikan
keagamaan yang berupa madrasah dan pondok pesantren. Dalam perkembangan
selanjutnya, tumbuh pula lembaga pendidikan umum yang berdasarka keagamaan
dimana disamping diberikan mata pelajaran agama juga diajarkan pengetahuan
umum dan kejujuran.
Dengan adanya gerakan pembaharuan Islam dan dengan datangya sistem
pendidikan Barat yang program belajar mengajarkannya lebih terkoordinir dan
lebih sistematis, meskipun dengan tujuan yang sangat menguntungkan sistem
pendidikan namun member pengaruh pula pada keharusan memperbaharui sistem
pendidikan islam pada madrasah, pondok pesantren dan lembaga-lembaga
pendidika yang berdasar keagamaan, kearah isitem yang lebih sempurna.
Sejak Belanda menerapkan politik etis, maka disamping lembaga-
lembaga pendidikan Islam, madrasah, pondok pesantren dan lembaga pendidikan
yang berdasarkan keagamaan, maka mulai muncul lembaga pendidikan yang
menyelenggarakan sekolah-sekolah nasional swasta dengan menggunakan sistem
sekolah Barat yang berorientasi demi kepentingan nasional dan semangat
kebangsaan.
Demikianlah lembaga-lembaga pendidikan itu tetap tumbuh dan
berkembang mendidik dan mendasarkan anak-anak sebagai generasi muda
Indonesia, yang mayoritas beragama Islam menjadi manusia-manusia Indonesia
yang beragama, bersatu dan berjiwa kebangsaan. Pada waktu memproklamasikan
kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, kita telah mempunyai lembaga-
lembaga pendidikan pondok pesantren, madrasah yang tersebar luas di seluruh
Indonesia, sekolah umum yang berdasarkan kebangsaan. Lembaga-lembaga
pendidikan semacam inilah ynag nantinya menjadi modal dasar dan modal pokok
dari pendidikan nasional yang akan disusun bangsa Indonesia yang sudah
merdeka, bersatu dan berdaulat penuh.
Kaitan antara pendidikan Islam dengan pendidikan nasional akan
semakin Nampak dalam rumusan pendidikan nasional hasil rumusan Komisi
Pembaharuan Pendidikan Nasional, yaitu bahwa pendidikan nasional ialah usaha
dasar untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan mengusahakan perkembangan
kehidupan beragama, kehidupan yang berkepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, nilai, budaya, pengetahuan, ketrampilan, daya estetik, dan jasmaninya,
sehingga ia dapat mengembangkan dirinya dan bersama-sama dengan sesame
manusia membangun masyarakatnya,serta membudayakan alam sekitarnya.
Rumusan pendidikan nasional seperti tersebut diatas dikukuhkan oleh
Tap. MPR No. II/1983 GBHN yang menyatakan bahwa : Pendidikan berdasarkan
Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, kecerdasan dan ketrampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat
kepribadian, dan memepertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air agar
dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun
dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Dari rumusan pendidikan nasional diatas menunjukkan bahwa agama
menempati kedudukan yang sangat penting dan tak dapat dipisahkan dalam
membagnun manusia Indonesia seutuhnya. Hal ini dapat dimengerti, bahwa
bangsa Indonesia sebagai bangsa yang beragama, agama tak dapat dilepaskan
dari kehidupannya. Agama bagi bangsa Indonesia merupakan modal dasar yang
menjadi tenaga penggerak yang tak ternilai harganya bagi pengisian aspirasi
bangsa. Agama merupakan unsure mutlak dalam pembangunan bangsa dan watak
bangsa. Agama memberi motivasi hidup dan kehidupan serta merupakan alat
pengembangan dan pengendalian diri yang amat penting. Agama mengatur
hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan manusia dengan
manusia, hubungan manusia dengan alam, hubungan manusia dengan dirinya
yang dapat menjamin keselarasan, keseimbangan dan keserasian dalam hidup
manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat dalam
mencapai kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rohaniah. Oleh karena itu, “agama
perlu diketahui, dipahami, diyakini, dan diamalkan oleh manusia Indonesia agar
dapat menjadi dasar kepribadian, sehingga ia dapat menjadi manusia yang
utuh”. Disinilah pendidikan agama merupakan bagian yang penting dari
pendidikan nasional yang berkenan dengan pembinaan aspek-aspek sikap, nilai
moral dan nilai akhlaq keagamaam.
Dan sejak awal Insonesia merdeka, pemerintah telah menempatkan
agama sebagai fondasi dalam membangun bangsa dan negara. Hal ini dapat kit
abaca dalam Undang-Undang 1945. Dalamm pembukaan UUD 1945 alinea
ketiga dinyatakan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah semata-mata atas berkat
dan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, dan pada alinea ke empat dinyatakan
bahwa pancasila menjadi dasar negara.
Kemudian dalam pasal 29 UUD 1945 ayat 1 dan 2 dinyatakan:
 Ayat 1 : Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
 Ayat 2 : Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu.
Selanjutnya eksistensi pendidikan agama sebagai komponen pendidikan
nasional juga telah dituangkan dalam Undang-Undang Pokok Pendidikan dan
Pengajaran No. 4 Tahun 1950, yang sampai sekarang masih berlaku, dimana
dinyatakan bahwa belajar di sekolah-sekolah agama yang telah memenuhi
kewajiban belajar.
Pada era pembangunan sekarang ini, pendidikan agama di masyarakat
tetap dibina dan digalakkan dalam usaha untuk mengembangkan kehidupan
beragama. Pendidikan agama dalam arti sebagai salah satu bidang studi telah
diintegrasikan dalam kurikulum sekolah-sekolah negeri. Hal-hal tersebut diatas
ditegaskan dalam Tap. MPR 1983 tentang GBHN bidang Agama, point 1 c dan 1
d, sebagai berikut:
1. Dengan semakin meningkatkannya dan meluanya pembangunan, maka
kehidupan keagamaan dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
harus semakin diamalkan bain di dalam kehidupan pribadi maupun dalam
hidup social kemasyarakatan.
2. Diusahakan supaya terus bertambah sarana-sarana yang diperlukan bagi
pengembangan kehidupan keagamaan dan kehidupan lepercayaan terhadap
Tuhan Ynag Maha Esa, termasuk pendidikan agama yang dimasukkan ke
dalam kurikulum di sekolah-sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai dengan
universitas-universitas negeri.
Pengembangan dan pembinaan pendidikan agama dilembaga-lembaga
pendidikan agama seperti madrasah dan pondok pesantren juga mendapatkan
perhatian serius dari pemerintah. Khusus untuk madrasah telah dikeluarka Surat
Keputusan Bersama Tiga Menteri, antara Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri
dan Menteri P dan K (1976), mengenai peningkatan mutu madrasah. Dalam
SKB3M tersebut dinyatakan bahwa ijazah madrasah disamakan dengan ijazah
sekolah umum yang sederajat.
Demikianlah kaitan antara pendidikan antara pendidikan Islam dan
pendidikan nasional yang ternyata tak dapat dipisahkan satu sama lain.
Pendidikan Islam merupakan bagian yang integral dari sistem pendidikan
nasional.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari beberapa rumusan masalah di atas, maka penulus merumuskan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pendidikan Islam menurut Zarkowi Soejoeti terbagi dalam tiga pengertian.
Pertama, “Pendidikan Islam” adalah jenis pendidikan yang pendirian dan
penyelenggaraannya didorong oleh hasrat dan semangat cita-cita untuk
menjewantahkan nilai-nilai Islam, baik yang tercermin dalam nama
lembaganya, maupun dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan.
2. Menurut Sunarya, Pendidikan nasional adalah sistem pendidikan yang berdiri
di atas landasan dan dijiwai oleh falsafah hidup suatu bangsa dan tujuannya
bersifat mengabdi kepada kepentingan dan cita-cita nasional bangsa tersebut.
3. Hubungan pendidikan Islam dan pendidikan Nasional tidak dapat
dipisahkan,keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Dalam hal ini
dikaitkan dengan konsep penyusunan sistem pendidikan nasional tersebut.
Suatu sistem pendidikan nasional harus mementingkan masalah eksistensi
umat manusia pada umumnya dan elcsistensi bangsa Indonesia khususnya
dalam hubungan masa lalu, masa kini dan kemungkinan perkembangan masa
depan.
4. Secara eksplisit fungsi pendidikan agama telah dituangkan dalam penjelasan
pasal 39 ayat (2) UU Nomor 2 Tahun 1989, yang menyebutkan “pendidikan
agama merupakan usaha untuk memperkuat iaman dan ketakwaan terhadap
Tuhan yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut peserta didiknya
yang bersangkutan, dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati
agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam
masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.
5. Antara pendidikan Islam dan pendidikan nasional Indonesia tak dapat
dipisahkan satu dengan yang lain. Hal ini dapat ditelusuri dari dua segi,
pertama dari konsep penyusunan system pendidikan nasional Indonesia itu
sendiri, dan yang kedua dari hakikat pendidikan Islam dalam kehidupan
beragama kaum muslimin di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Hasan, M. Ali dan Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan .Jakarta : Pedoman Ilmu
Jaya.2003.

Departemen Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Sistem


Pendidikan Nasional .Jakarta: Dirjen. Binbaga Islam, 1992.

Ihsan, Fuad. Dasar Dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Hasbullah. Kapita Selekta Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. 1996.

Abdul Mujid dan Jusuf Mudzhakir, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Ke-1, Jakarta:
Rineka Cipta, 2008.
Muhammad Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: PT Hidakrya Agung, 2005.

Daulay, Haidar Putra. Pendidikan Islam. Jakarta:Prenada Media. 2004.

A Kholiq, Ismail. dan Nurul Huda. Paradigma Pendidikan Islam. Semarang:


Pustaka Pelajar.2001.

Ramayulis, ilmu pendidikan islam. Jakarta: klam mulia, 1994

Ramayulis, ilmu pendidikan islam. Jakarta: kalam mulia, 2002.

http://muchsin115.blogspot.co.id/2016/02/antara-pendidikan-islam-dan-
pendidikan.html

http://rahayukusumapratiwi.blogspot.com/2013/01/makalah-sistem-pendidikan-
nasional.html

http://zhalabe.blogspot.com/2012/03/visi-dan-misi-pendidikan-
nasional.html#.UaTB_dIVMZY

http://ukhiuswah.blogspot.co.id/2016/06/perbandingan-antara-tujuan-
pendidikan.html

http://alleducationdiana.blogspot.co.id/2011/06/pendidkan-agama-dan-
pendidikan-umum.html

Anda mungkin juga menyukai