Anda di halaman 1dari 21

SOAL MEDEL TEST ILMU PENDIDIKAN ISLAM

SETIAP JAWABAN DILENGKAPI DENGAN FOOTNOTE-NYA


1. Jelaskan pengertian dan ruang lingkup pendidikan Islam
Ilmu pendidikan Islam diartikan sebagai proses kependidikan yang didasarkan
pada nilai-nilai filosofis ajaran Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi
Muhammad Saw.1 Ilmu Pendidikan Islam adalah ilmu yang membahas berbagai teori,
konsep, dan desain tentang berbagai aspek atau komponen pendidikan: visi, misi, tujuan,
kurikulum, proses belajar mengajar dan sebagainya yang didasarkan pada nilai-nilai
ajaran Islam sebagaimana terdapat di dalam Al-Qur’an dan al-Sunnah. Kata Islam yang
berada dibelakang kata “Ilmu Pendidikan,” selain berfungsi sebagai sumber inspirasi,
motivasi,dan tujuan, juga menjadi karakter Ilmu Pendidikan Islam, yang selanjutnya
membedakan dirinya dengan Ilmu Pendidikan yang berasal dari Barat. Dengan
karakternya yang demikian itu, Ilmu Pendidikan Islam, bukan ilmu yang bersifat
eksklusif dan statis, melainkan ilmu yang terbuka, menerima berbagai pengaruh dari luar,
dan terus mengalami perkembangan sepanjang pengaruh tersebut tetap sejalan dengan
prinsip-prinsip ajaran Islam.2
- Ruang Lingkup Ilmu Pendidikan Islam:
Ilmu pendidikan Islam adalah model pendidikan yang merujuk pada nilai-nilai
ajaran-ajaran Islam, yang menjadikan Al-qur’an dan As-sunnah sebagai sumber
utamanya. Ruang lingkup pendidikan Islam ini, yaitu :3
1. Para pendidik
2. Para murid atau peserta didik
3. Materi pendidikan
4. Perbuatan mendidik
5. Metode pendidikan
6. Evaluasi pendidikan

1
Lihat H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),cet I.;Bandingkan dengan Hery Noer Al, Ilmu Pendidikan Islam,
(Jakarta:Logos Wacana Ilmu,1996), ce. I. Hlm.10.
2
Ilmu Pendidikan Islam tidak bisa dilepaskan dari agama Islam, karena agama ini bertujuan untuk
mengembangkan sumber daya insani secara individual dan masyarakat untuk mengelola bumi ini. Islam
menginginkan individu dan masyarakat menjadi orang-orang yang berpendidikan, berilmu, berketerampilan,
berakhlak mulia, berkepribadian luhur, pandai bermasyarakat dan bekerja sama untuk mengelola bumi dan
alam beserta semua isinya untuk kesejahteraan umat manusia di dunia dan akhirat serta dekat dengan
Khaliknya. Lihat Aminuddin Rasyad, Ilmu Pendidikan(Esensi-Kebutuhan dan Tantangan Masa Depan), dalam
Ahmad Tafsir (ed), Epistimologi untuk Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung:Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Gunung
Jati 1995),hlm. 15
3
Beni Ahmad Saebani, Hendra Akhdiyat, Ilmu Pendidikan Islam 1, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009) hal. 47
7. Tujuan pendidikan
8. Alat-alat pendidikan
9. Lingkungan pendidikan

2. Jelaskan obyek dan metode ilmu pendidikan Islam


Pendidikan Islam mengidentifikasi sasaran (obyek) pada tiga pengembangan
fungsi manusia yang mana hal itu sejalan dengan misi agama Islam yang bertujuan
memberikan rahmat bagi sekalian makhluk di alam ini :4
1. Menyadarkan manusia sebagai makhluk individu, yaitu makhluk yang hidup
ditengah-tengah makhluk lain, manusia harus bisa memerankan fungsi dan tanggung
jawabnya, manusia akan mampu berperan sebagai makhluk Allah yang paling utama
diantara makhluk lainnya dan memfungsikan sbegai khalifah dimuka bumi ini.
2. Menyadarkan manusia sebagai makhluk sosial. Sebagi makhluk sosial manusia harus
mengadakan interaksi dengan sesamanya dalam kehidupan bermasyarakat. Itulah
sebabnya Islam mengajarkan tentang persamaan, persaudaraan, gotong royong dan
bermusyawarahsebagai upaya membentuk masyarakat menjadi persekutuan hidup
yang utuh.
3. Menyadarkan manusia sebagai hamba Allah SWT. Manusia sebagai makhluk
berketuhanan, sikap dan watak religiusitasnya perlu dikembangkan sedemikian rupa
sehingga mampu menjiwai dan mewarnai kehidupannya. Dalam fitrah manusia telah
diberi kememampuan beragama.
Dengan kesadaran demikian, manusia sebagai khalifah di muka bumi dan yang
terbaik di antara makhluk lainnya akan mendorong untuk melakukan pengelolaan serta
mendayagunakan ciptaan Allah untuk kesejahteraan hidup bersama dengan yang lainnya.
- Adapun Metode Ilmu Pendidikan Islam :
1. Metode deskriptif, ajaran-ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW yang
termaktub dalam Al-Qur’an dijelaskan oleh As-sunnah, khususnya yang langsung
berkaitan dengan pendidikan Islam dapat dilukiskan dan dijelaskan sebagaimana
adanya.
2. Metode Komparatif, mencoba membandingkan antara tujuan ajaran Islam tentang
pendidikan dan tuntunan fakta-fakta pendidikan yang hidup dan berkembang pada
masa dan tempat tertentu.

4
H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam tinjauan Teoritis dan Praktis berdasarkan pendekatan indisipliner, (jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2008) hal.23-25
3. Metode Analisis Sintesis digunakan untuk memberikan analisis terhadap istilah-
istilah atau pengertian yang diberikan ajaran Islam secara kritis, sehingga
menunjukkan kelebihan dankekhasan pendidikan Islam.5
Selain itu, ada juga beberapa metode yang dapat dipakai:
 Metode Lisan dengan metode ini pelacakan suatu obyek dengan menggunakan
interview.
 Metode Observasi dalam hal ini obyek sejarah diamati secara langsung.
 Metode Documenter dimana dengan metode ini berusaha mempelajari secara
cermat dan mendalam segala catatan atau dokumen tertulis.6
3. Apa kegunaan Ilmu Pendidikan Islam
Kegunaan pendidikan islam merupakan realisasi dari pengertian tarbiyah al-insya
yang artinya menumbuhkan atau mengaktualisasikan potensi. Pendidikan berusaha untuk
menampakkan atau mengaktualisasikan potensi-potensi laten yang dimiliki oleh setiap
peserta didik. Adapun kegunaan dari pendidikan islam adalah :[12]
1) Pendidikan sebagai Pengembangan Potensi
Potensi laten yang dimiliki manusia banyak ragamnya. Abdul Mujib menyebutkan
tujuh macam potensi bawaan manusia yaitu :
a. Al- Fitrah (Citra Asli)
b. Struktur manusia
c. Al-Hayah (Vitality)
d. Al-Khuluq (karakter)
e. Ath-Thab’u (Tabiat)
f. As-Sajiyah (Bakat)
g. As-Sifat (Sifat-sifat)
2) Pendidikan sebagai Pewaris Budaya
Dalam pendidikan islam, sumber nilai budaya dapat dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu :
a. Nilai Ilahiyyah, nilai yang dititihkan Allah melalui para Rasul-Nya yang
diabadikan pada wahyu. Inti nilai ini adalah iman dan takwa.

5
Zuhairini dkk., op.cit., hlm. 4
6
Samsul Minur Amin, op.cit., hlm. 4-5
b. Nilai Insaniyyah, nilai yang tumbuh atas kesepakatan manusia serta hidup dan
berkembang dari peradaban manusia. Nilai ini bersifat dinamis, yang berkelakuan
relative dan dibatasi oleh ruang dan waktu.
3) Interaksi antara Potensi dan Budaya
Interaksi antara potensi dan budaya harus mendapatkan tempat dalam proses
pendidikan, dan jangan sampai salah satunya ada yang diabaikan. Tanpa interaksi
tersebut, harmonisasi kehidupan akan terhambat.

4. Jelaskan Dasar-Dasar Pendidikan Islam dan Mengapa perlu dasar-dasar tersebut


- Dasar pokok dari pendidikan islam ada dua; yaitu:
1. Al-Qur’an
Umat islam sebagai suatu umat yang dianugerahkan Tuhan suatu kitab suci
Al-Quran, yang lengkap dengan segala petunjuk yang meliputi seluruh aspek
kehidupan dan bersifat universal, sudah barang tentu dasar pendidikan mereka
adalah bersumber kepada falsafah hidup yang berdasarkan kepada Al-Quran.7
2. Sunnah
Sunnah dapat dijadikan dasar pendidikan islam karena sunnah hakikatnya
tak lain adalah penjelasan dan praktek dari ajaran Al-Qurân itu sendiri, disamping
memang sunnah merupakan sumber utama pendidikan islam karena karena Allah
Swt menjadikan Muhammad Saw sebagai teladan bagi umatnya.8
Adapun konsepsi dasar pendidikan yang dicontohkan Nabi Muhammad Saw
sebagai berikut:[13]
a. Disampaikan sebagai rahmatan li al-alamin.
b. Disampaikan secara Universal
c. Apa yang disampaikan merupakan kebenaran mutlak.
d. Kehadiran, Nabi sebagai evaluator atas segala aktivitas pendidikan.
e. Perilaku Nabi sebagai figur identifikasi (uswah hasanah) bagi umatnya
- Dasar Tambahan
1. Perkataan, Perbuatan dan Sikap para Sahabat
Perkataan, sikap dan perbuatan para sahabat juga dapat dijadikan dasar
dari pendidikan islam selain Al-Quran dan Sunnah. perkataan mereka dapat

7
Prof. Dr. H. Ramayulis, 2010, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kalam Mulia, hlm. 121
8
Ibid. Hlm. 123.
dijadikan pegagang karena Allah sendiri yang memberikan pernyataan di dalam
Al-Quran.
2. Ijtihad
Menurut Ramayulis, dengan berdirinya pusat-pusat pendidikan di atas,
berarti telah terjadi perkembangan baru dalam masalah pendidikan; sebagai akibat
interaksi nilai-nilai budaya daerah yang ditaklukkan dengan nilai-nilai islam. Ini
berarti perlunya pemikiran yang mendalam tentang cara mengatasi
permasalahannya yang timbul. Pemikiran yang seperti itu disebut “ijtihad”.
3. Maslahah Mursalah (Kemaslahatan Umat)
Menurut Ramayulis, masyarakat yang berada di sekitar lembaga
pendidikan islam berpengaruh terhadap berlangsungnya pendidikan, maka dalam
setiap pengambilan kebijakan hendaklah mempertimbangkan kemaslahatan
masyarakat supaya jangan terjadi hal-hal yang dapat menghambat berlangsungnya
proses pembelajaran.
4. Urf (Nilai-Nilai dan Adat Istiadat Masyarakat)
Al- ‘Urf secara harfiah berarti sesuatu yang sudah dibiasakan dan
dipandang baik untuk dilaksanakan. Adapun secara termenologi, al- ‘urf adalah
kebiasaan masyarakat, baik berupa perkataan, perbuatan maupun kesepakatan
yang dilakukan secara terus menerus dan selanjutnya membentuk semacam
hukum tersendiri.

5. Jelaskan tujuan Pendidikan Islam, mengapa harus ada tujuan


Tujuan ilmu pendidikan Islam dapat dikemukakan sebagai berikut:
Pertama,melakukan pembuktian terhadap teori-teori kependidikan Islam yang
merangkum aspirasi atau cita-cita Islam yang harus diikhtiarkan agar menjadi kenyataan.
Kedua, memberikan bahan-bahan informasi tentang pelaksanaan pendidikan
dalam segala aspeknya bagi pengembangan ilmu pendidikan Islam tersebut.
Ketiga, menjadi korektor terhadap kekurangan teori-teori yang dipegangi oleh
ilmu pendidikan Islam sehingga kemungkinan pertemuan antara teori dan praktik
semakin dekat dan hubungan antara keduanya bersifat interaktif(saling memengaruhi).9
Karena dengan adanya tujuan pendidikan Islam, keterbelakangan pendidikan
Islam yang umunya terjadi saat ini, antara lain karena kegiatan pendidikan yang

9
H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam... op.cit, hlm. 19-20.
umumnya berlangsung di masyarakat masih dilaksanakan secara konvensional, hanya
bermodalkan niat dan semangat, tapi tidak didukung dengan teori dan konsep yang
mapan dan telah terbukti efektivitasnya. Untuk itu, dengan adanya tujuan maka dalam
Ilmu Pendidikan Islam dapat ditemukan teori, konsep dan prinsip-prinsip yang dapat
digunakan dalam merumuskan berbagai komponen pendidikan :visi, misi, tujuan,
kurikulum, proses belajar-mengajar dan seterusya.10 Selain itu, proses pendidikan juga
akan berjalan sistematis dan efektif dalam rangka menghasilkan lulusan pendidikan yang
bermutu dalam segala aspeknya pengetahuan, wawasan, keterampilan, mental spiritual,
akhlak dan kepribadiannya. Untuk itulah adanya tujuan pendidikan agaar mampu
mengatasi berbagai keterbelakangan pendidikan yang umumnya terjadi pada saat ini.

10
H. Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Rajawali Pers, 2009), hlm. 22
SOAL FINAL TEST ILMU PENDIDIKAN ISLAM
SETIAP JAWABAN DILENGKAPI DENGAN FOOTNOTE-NYA
1. Jelaskan : a. Jelaskan ruang lingkup kajian Ilmu Pendidikan Islam
1. Perbuatan Mendidik sendiri
Sikap atau tindakan menuntun, membimbing,memberikan pertolongan
dari seorang pendidik kepada anak didik untuk menuju ke tujuan
pendidikan islam.
2. Anak didik
Yaitu pihak yang merupakan objek terpenting dalam pendidikan. Hal
ini disebabkan perbuatan atau tindakan mendidik itu diadakan atau
dilakukan hanyalah untuk membawa anak didik ke arah tujuan
pendidikan islam yang di cita-citakan.
3. Dasar dan tujuan pendidikan islam
Yaitu landasan yang menjadi fondamen serta sumber dari segala
kegiatan pendidikan islam ini dilakukan. Maksudnya pelaksanaan
pendidikan islam yaitu arah kemaana anak didik akan dibawa.
4. Pendidikan
Yaitu subjek yang melaksanakan pendidikan islam. Pendidik ini
mempunyai peran penting karena berpengaruh kepada baik atau tidaknya
hasil pendidikan islam.
5. Materi pendidikan islam
Yaitu bahan – bahan atau pengalaman – pengalaman belajar ilmu agama
islam yang disusun yang sedemikian rupa untuk disajikan kepada anak
didik.
6. Metode pendidikan islam
Ialah cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidik untuk
menyampaikan bahan atau materi pendidikan islam agar materi
pendidikan islam tersebut dapat dengan mudah diterima oleh anak didik
7. Evaluasi pendidikan
Yaitu memuat cara – cara bagaimana mengadakan evaluasi atau penilaian
terhadap hasil belajar anak didik.
8. Alat – alat pendidikan islam
Yaitu alat – alat yang dapat digunakan selama melaksanakan pendidikan
islam agar tujuan pendidikan islam tersebut lebih berhasil.
9. Lingkungan sekitar
Yang dimaksud ialah keadaan – keadaan yang ikut berpengaruh dalam
pelaksanaan serta hasil pendidikan islam.
b. Apa manfaat Ilmu Pendidikan Islam secara teoritis dan praktis?
Manfaat dari ilmu pendidikan Islam secara teoritis yakni:
1 Melakukan pembuktian terhadap teori-teori kependidikan islam yang
merangkum aspirasi atau cita-cita islam yang harus diupayakan agar
terealisasi.
2 Memberikan bahan informasi tentang pelaksanaan pendidikan islam
dalam segala aspeknya bagi pengembangan ilmu pendidikan islam.
3 Mengoreksi kekurangan dari teori-teori yang menjadi pegangan ilmu
pendidikan islam sehingga memungkinkan bertemunya teori dan praktik
dalam hubungan yang semakin dekat dan bersifat interaktif.

Dilihat dari tujuan ilmu pendidikan Islam, yakin menciptakan manusia


yang beriman dan bertakwa, manfaat pendidikan Islam secara praktis adalah
sebagai berikut:11
1. Menguatkan iman dan memperkaya pandangan anak didik tentang
ajaran-ajaran Islam yang menjadi sumber kehidupan manusia dan
sumber ilmu pengetahuan.
2. Menjadi jihad dijalan Allah karena mengembangkan ilmu pendidikan
Islam merupakan ibadah.
3. Memperluas penafsiran dan memperdalam pemaknaan ayat-ayat Al-
Quran dan as-Sunah tentang berbagai hal yang menyangkut hal yang
universal
4. Menunjukan kepada dunia barat bahwa ajaran islam merupakan sumber
ajaran beragama dan ide-ide dasar dari seluruh pengetahuan yang
perkembangannya tidak mengenal waktu.
5. Ilmu pendidikan islam berguna untuk memberikan keterampilan hidup
yang islami.
6. Mencerdaskan anak didik.
7. Membentuk anak didik.

11
Beni Ahmad Saebani & Hendra akhdhiyat, Ilmu Pendidikan Islam Jiid 1. (Bandung : Pustaka Setia, 2012)
8. Membentuk akhlak yang mulia.
9. Membentuk manusia yang memiliki kepedulian sosial, meneakan amar
ma’ruf nahyi munkar.
10. Mengembangkan lembaga pendidikan Islam agar bersaing dengan
lembaga pendidikan umum atau sekuler.
11. Mengkaji al-Quran dan as-Sunnah dan merumuskan teori-teori yang
berkaitan dengan ilmu pendidikan islam.
12. Mengembangkan teori dan menguji teori dengan paradigma pendidikan
Ilsam.
13. Mengkaji berbagai teori pendidikn barat dengan pendekatan ilmu
pendidikan Islam.
14. Menciptakan lembaga pendidikan islam yang bonafide.
15. Membangun citra lembaga pendidikan Islam yang karismatik dan
digandringi oleh umat Islam.
16. Menyiapkan kader ulama yang mempuni dalam pendidikan Islam.
17. Membuktikan berbagai ide dasar ilmu pengetahuan yang terapat dalam
al-Quran dan as-Sunnah kedalam realitas kehidupan dunia.

c. Bagaimana : a. Bagaimana proses sistem pendidikan madrasah dari masa khalifah


sampai sekarang. Apa perbedaan dan persamaannya?
Sistem pendidikan Islam pada masa Khalifah dilakukan secara mandiri
tidak dikelola oleh pemerintah kecuali pada masa Khalifah Umar bin Khatab
yang turut campur dalam materi lembaga pendidikan Kutab. Sahabat-sahabat
Rasulullah telah mendirikan majelis-majelis ilmu mereka masing-masing.
Seiring dengan perkembangan wilayah Islam, maka pusat pendidikan
Islam tidak hanya ditemukan di Madinah saja. Tapi telah menyebar ke daerah
lainnya seperti Basrah dan Kufah (Iraq), Palestina dan Damsyiq (Syam) dan kota
Fustat (Mesir)12. Tenaga pengajar dan ahli pendidikan di masing-masing daerah
adalah tokoh-tokoh sahabat yang mendirikan Majelis dan madrasah masing-
masing. Mereka adalah:
1. Madrasah dan Majelis Ilmu Di Makkah
Sahabat yang mengajar di Makkah adalah Muadz bin Jabal. Beliau
memiliki spesifikasi dalam bidang Al-qur’an dan hukum-hukum halal dan
haram dalam Islam. Nantinya Madrasah ini dilanjutkan oleh Ibnu Abbas

12
Iskandar Engku dan Siti Zubaidah, Sejarah Pendidikan Islamu (Bandung : Rosdakarya, 2014) hal 16
yang datang ke Mekkah pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Ibnu
Abbas mengajarkan Fiqh, tafsir, hadist dan sastra. Ibnu Abbaslah yang
membuat Madrasah Mekkah ini berkembang dan terkenal.
Tercatat beberapa murid-murid madrasah Mekkah ini yang akan
memainkan peran penting dalam Islam. Diantaranya adalah; Mujahid bin
Jabbar ahli tafsir Qur’an, Atta’ bin Abi Rabbah seorang yang ahli dalam
ilmu Fiqh, serta Tawus bin Kaisan seorang Fuqaha dan Mufti yang ada di
Mekkah. Generasi selanjutnya dari Madrasah ini adalah; Sufyan bin
Uyainah, Muslim bin Khalid Al-zanji. Imam asy-Syafi’i sebelum berangkat
ke Madinah belajar dengan dua ulama tersebut13
2. Madrasah Madinah
Madrasah Madinah lebih terkenal dibandungkan dengan madrasahh-
madrasah lainnya di masa itu. Hal ini terkait dengan banyaknya para sahabat
Nabi yang menetap di Madinah seperti Zaid bin Tsabit dan Abdullah bin
Umar. Selain itu para Khulafaur rasyidin tinggal di daerah ini. Madrasah
Madinah inilah yang yang nantinya melahirkan ulama-ulama terkemuka
seperti; Said Al-Musayab, Urwah bin Zubair, dan generasi setelahnya yaitu
Ibnu SyihabAl-Zuhri14
3. Madrasah Basrah
Para sahabat di Basrah yang mengajarkan ilmunya di sana adalah
Abu Musa Al-Asy’ari dan Anas bin Malik yang terkenal dengan
keahliannya di bidang Fiqh, hadist dan Al-Qur’an. Generasi penerus
madrasah Basrah yaitu Hasan Al-Bashri dan Ibnu Sirin15
4. Madrasah Kufah
Guru utama Madrasah Kufah dari kalangan sahabat adalah Ali bin
Abi Thalib dan Abdullah bin Mas’ud. Ibnu Mas’ud adalah utusan resmi
Khalifah Umar bin Khatab untuk mengajarkan agama kepada masyarakat
Kufah. Madrasah Kufah inilah yang nantinya akan melahirkan banyak
ulama kelas satu di antaranya : Alqamah, Al-Aswad, Masruq, Al-harits bin
Qais dan amr bin Syurahbil. Angkatan selanjutnya madrasah ini melahirkan
ulama seperti Abu Hanifah16

13
Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam. (Jakarta : Bumi Aksara, 2004) hal 72
14
Ibid, hal 73
15
Ibid...
16
Ibid, hal 74
5. Madrasah Damsyik
Di Damsyik para guru dari sahabat Nabi adalah Muadz bin Jabal,
Ubadah dan Abu Darda. Ketiga sahabat tersebut diutus pada masa Khalifah
Umar bin Khatab. Madrasah ini kemudian diteruskan oleh para murid-murid
meraka di antaranya adalah Abu Idris Al-Khailany, Makhul Al-Dimasyqi,
Umar nin Abdul Aziz dan Raja’ bin Haiwah. Akhirnya muncullah seorang
ulama mazhab yang terkenal Imam Al-Auza’i17
6. Madrasah Fustat (Mesir)
Sahabat yang mendirikan Madrsah dan menjadi guru di sana adalah
Amr bin Ash yang merupakan ahli hadist dan penulis hadist. Penggantinya
adalah Yazid bin Abu Habib Al-Nuby dan Abdullah bin Abu Ja’far bin
Rabi’ah. Murid Yazid yang paling terkenal adalah Abdullah bin Lahi’ah18
Pada masa Abu Bakar Ash-Shidiq, Al-Qur’an mulai dikumpulkan untuk
dibukukan. Hal ini mengingat banyaknya sahabat penghafal Al-Qur’an yang
gugur di medan perang. Untuk tugas besar ini, ditunjuklah Zaid bin Tsabit.
Metode Zaid dalam menyusun Al-Qur’an adalah dengan menyeleksi ragam
tulisan yang telah ada sebelumnya yang dimiliki masyarakat. Syaratnya adalah
orang itu hafal ayat tersebut dan ia menuliskannya dengan didukung oleh dua
orang saksi19
Terdapat metode pendidikan khas kaum muslimin yang telah
dikembangkan sejak jaman Rasulullah hingga sekarang. Metode ini adalah
sistem sanad yang digunakan untuk menguji otensitas sebuah riwayat. Pada
awalnya sistem Isnad ini tidak terlalu dipentingkan. Namun berhubungan dengan
fitnah besar yang melanda kaum muslimin, maka sistem isnad ini diwajibkan
untuk menghindari informasi-informasi palsu yang tak bisa
dipertanggungjawabkan. Pada masa selanjutnya semangat mencari ilmu yang
otentik, mendorong para sarjana untuk melakukan Rihlah yaitu pengembaraan
dalam mencari hadits.20Hal inilah yang membuat ditemukannya banyak hadits
dengan ungkapan-ungkapan yang sama namun berasal dari belahan dunia yang

17
Ibid...
18
Ibid, hal 75
19
Hal ini berdasarkan pada satu riwayat bahwa Abu Bakar mengatakan pada Umar dan Zaid “ Duduklah di
depan pintu gerbang Masjid Nabawi. Jika ada orang yang membawa sepotong ayat dari kitab Allah dengan dua
orang saksi, maka tulislah” riwayat ini dari Ibnu Abi Dawud dalam al-Mashafi. Lihat M.M. Al-A’zami, The History
of The Qur’anic Text From Revelation to Compilation ( Jakarta : Gema Insani Press, 2005).
20
Rihlah bisa dikatakan pula salah satu cara dalam pendidukan kaum Muslimin. Umum diketahui bahwa para
ulama tidak hanya memiliki satu guru namun banyak guru bahkan mencapai ratusan dan ribuan guru. Hal ini
dapat dengan mudah kita jumpai dalam biografi-biografi para Iamam Hadist seperti Imam Sahmad bin Hanbal,
Imam Asy-Syafi’i, Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud dan lain sebagainya.
berbeda yang masing-masing melacak kembali asal-usulnya yang bermuara pada
sumber yang sama yaitu Rasulullah SAW, sahabat dan Thabi’in.
- Periode Dinasti Umayyah
Pada masa dinasti Umayyah, perkembangan Islam semakin pesat
dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Jika masa sebelumnya pendidikan
Islam dilaksanakan di Kuttab, Shuffah ataupun di rumah-rumah para ulama dan
Masjid, maka pada masa ini pendidikan Islam juga dilakukan di dalam Istana
untuk mengajar dan mendidik keluarga-keluarga kerajaan. Selain itu para
penguasa dinasti Umayyah seringkali mengadakan majelis-majelis keilmuwan.
Mu’awiyah sendiri serimg menyelenggarakan majelis-majelis tersebut dengan
mengundang ulama, sastrawan, dan ahli sejarah untuk memberikan penjelasan
pada Mu’awiyah sejarah bangsa Arab melalui syair-syair arab, cerita-cerita
persia dan sistem pemerintahan serta administrasi kerajaan Persia21
Pada masa ini mulai terjadi pembidangan dalam ilmu tafsir, hadist, fikih
dan ilmu kalam. Dalam bidang hadist muncul sosok seperti Hasan Al-Bashri,
dalam bidang fiqih terdapat ulama terkemuka bernama Ibnu Shihab Al-Zuhri,
dalam bidang ilmu kalam muncullah nama Washil bin Atha’ yang merupakan
peletak dasar Mu’tazilah. Selain itu berkembang pula Bahasa Arab.
Kecenderungan untuk mempelajari bahasa Al-Qur’an dan pemerintahan,
kebutuhan orang-orang non arab yang telah ditaklukkan dengan bahasa Arab dan
banyaknya orang-orang non arab yang menggunakan bahasa Arab namun
dialeknya dianggap merusak bahasa Arab menyebabkan besarnya tuntutan akan
pendalaman bahasa Arab sehingga lahirlah ilmu bahasa Arab. Tokoh-tokohnya
natara lain Abu Al-aswad ad-Duali (murid Ali bin Abi Thalib) dan Sibawaih22
Selain itu muncullah sekolah Al-Badiyah. Sekolah Al-Badiyah adalah
sekolah bagi para Pangeran dinasti Umayah. Badiyah adalah nama gurrun pasir
di Suriah dimana suku-suku Badui tinggal dengan mempertahankan kemurnian
adat dan bahasa mereka. Pelajaran yang diberikan adalah berburu, menunggang
kuda / unta, memeras anggur dan menggubah syair. Para pangeran berusaha
untuk menyerap bahasa Arab murni yang tidak tercemar denggan bahasa
Aramaik. Tempat ini pula tempat pengungsian keluarga kerajaan dari wabah
penyakit yang menjangkiti kota23
Kondisi Mekkah dan Madinah yang cukup tenang dari hiruk pikuk
politik membuat banyak calon ulama datang dan belajar di kedua kota suci ini

21
Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan islam (jakarta:Logos, 1999) hal 22
22
Ibid, hal 23
23
Philip K Hitti, History of The arabs (Jakarta : Serambi, 2008) hal 242
pada masa Dinasti Umayyah. Madinah terkenal dengan banyaknya ahli hadist.
Dua orang ahli hadist yang tinggal di Madinah adalah Anas bin Malik dan
Abdullah bin Umar. Mekkah terkenal dengan kemampuan ulamanya dalam
menafsirkan Al-Qur’an dan ilmu fikih. Ulama yang terkenal adalah Ibnu Abbas,
sepupu Rasulullah SAW24
Selain ilmu hadist, Qur’an dan bahasa Arab, penulisan sejarah
mendapatkan prioritas terbesar. Keinginan para pembesar istana yang ingin
mengetahui kisah hidup para Nabi dan orang-orang besar terdahulu yang menjadi
landasan penulisan buku-buku tentang penaklukan (Maghazi) dan Sirah. Siroh
yang paling tertua mungkin adalah siroh Ibnu Ishak yang kemudian menjadi
rujukan bagi Ibnu Hisyam untuk menulis sirohnya pula. Atas undangan
Mu’awiyah hadir pula tokoh seperti Abid bin Syaryah untuk memberitahu
khalifah tentang raja-raja Arab masa lalu dan suku mereka. Abid menulis sebuah
buku berjudul Kitab Al-Muluk wa Akhbar Al-madin (Buku tentang para raja dan
sejarah bangsa-bangsa terdahulu). Selain itu muncul pula tokoh ahli asal-usul
Wahb bin Munnabih dan Ka’ab Al-Ahbar25
Kebudayaan literer juga berkembang pada masa dinasti Umayyah.
Kegandrungan pada puisi dan pidato, membuat bidang ini mendapatkan
perhatian khusus. Tokoh-tokoh cendekiawan dalam bidang ini antara lain; Abdul
Hamid Al-Katib, ‘Ali Al-ahnaf, Ibnu Qays, Akhtam ibn Shayfi, Umar bin Abi
Rabi’ah, Jamil dari Bani ‘Udzrah yang sukses dengfan karyanya yang legendaris
Layla Majnun, Miskin Al-darimi, Hammad Al-Rawiyah dan lain sebagainya.26
Sekolah puisi pun dibangun pada masa dinasti Umayyah yang dikepalai
oleh Farazdaq (640-728) dan Jarir (W.729). sekolah puisi di ibukota kerajaan
dikepalai oleh Al-Akhtal (640-710). Mereka adalah penggubah puisi satir dan
puisi pujian. Sedangkan sekolah secara formal, Philip K Hitti berpendapat belum
ada pada masa dinasti Umayyah ini. Selain ke Badiyah, pada masa Abdul Malik,
seorang guru dipanggil ke Istana untuk mendidik putra Khalifah. Masyarakat
luas yang ingin mendapatkan pendidikan akan menggunakan masjid untuk
mempelajari Al-Qur’an dan Hadist. Karena itu guru-guru pertama dalam Islam
adalah para pembaca Qur’an (Qarra’). Umar bin Abdul Aziz mengirimkan Yazid
bin Habib ke Mesir sebagai hakim agung di sana. Di Kuffah terdapat tokoh al-
Dhahak ibnu Muzahim yang mendirikan semacam sekolah dasar (Kuttab) dan
tidak memungut bayaran dari siswa. Pada abad kedua hijriyah seorang badui

24
Ibid, hal 292
25
Ibid, hal 305
26
Ibid, hal 312 - 315
yang tidak diketahui namanya mendirikan sekolah di Basrah dengan memungut
bayaran.27
Sedangkan dalam ilmu pengobatan dan kedokteran, kedokteran arab
lebih terpengaruh pada pengobatan yunani dan Persia. Dokter-dokter Arab pada
masa ini adalah Harits bin Kaladah dari Taif yang menuntut ilmu di Persia. Ia
adalah orang arab pertama yang belajar ke Persia dan mendapatkan gelar
kehormatan sebagai “dokter Arab”. Karirnya sebagai dokter dilanjutkan dengan
anaknya Al-Nadzr. Selain itu tterdapat tabib istana yang menonjol seperti Ibnu
Utsal, dan Tayazhuq. Seorang dokter di Basrah bernama Masarjawayh pada
masa Marwan bin hakam mencoba mbenerjemahkan sebuah naskah ke dalam
bahasa arab tentang pengobatan Suriah yang awalnya ditulis dalam bahasa
Yunani.
Ilmu lainnya adalah ilmu kimia. Khalid putra Khalifah Umayah kedua
dan seorang filsuf merupakan orang Islam pertama yang menerjemahkan buku-
buku dalam bahasa Yunani dan Koptik tentang Kimia ke dalam bahasa Arab.
Selain itu Ja’far Ah-Shadiq seorang keturunan Ali bin Abi Thalib dan salah satu
dari 12 Imam Syi’ah disebut- sebut menulis naskah tentang astrologi dan kimia.
Namun hal ini telah ditentang poleh sarjana-sarjana modern. Dalam sejarah kita
bisa melacak judul karya pada masa dinasti Umayah. Namun mengutip ungkapan
Philip K Hitti bahwa;“Kenyataan paling tidak menyenangkan seputar kehidupan
intelektual pada masa Umayyah adal;ah bahwa ia tidak mewariskan kepada kita
sumber-sumber berbentuk dokumen yang bisa dijadikan bahan kajian”.28
 Adapun perbedaan sistem pendidikan madrasah pada masa khalifah sampai sekarang
dilihat dari tujuan pendidikan pada masanya. Pada masa Nabi hingga Bani Umayyah,
misalnya, terlihat adanya tujuan pendidikan untuk kepentingan keagamaan. Sedangkan
pada masa Abbasiyah yang wilayah kekuasaan Islam semakin jauh dan problematika
serta perkembangan peradabannya yang cukup tinggi, tujuan pendidikannya tidak hanya
sekedar untuk kepentingan keagamaan semata, tetapi juga tampaknya memiliki
kepentingan lain, seperti kepentingan ekonomi dan kepentingan kelompoknya.
Secara umum, sistem pengelolaaan pendidikan pada masa klasik tampaknya lebih
ditentukan oleh kekuatan ulama (orang yang memiliki komitmen intelektual) dari pada
kekuatan negara (orang yang memiliki kekuasaan). Baik pada masa Nabi maupun hingga
masa Abbasiyah, para tokoh agama memiliki otoritas untuk menentukan sistem
pendidikannya. Hal ini berlainan ketika sistem pendidikan yang digunakan adlaah sistem
madrasah. Pada madrasah, biasanya yang mempunyai otoritas kekuasaan dalam

27
Ibid, hal 317-318
28
Ibid, hal 320
pengelolaan pendidikan adalah penguasa atau orang yang memeberikan harta wakafnya
(donatur).
 Sedangkan untuk persamaannya dapat dilihat dari kurikulum mata pelajaran yang
diajarkan yakni bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits. Selain itu, pada zaman Dinasati
Umayyah masih melanggengkan ilmu-ilmu yang diletakkan pada masa sebelumnya,
seperti ilmu tafsir maupun ilmu fiqih. Dalam ilmu pendidikan Islam, ilmu dasar tauhid,
fiqih, muamalah, dll wajib diajarkan pada peserta didik sebagai fondasi dasar keislaman.
Kemudian materi-materi keagamaan akan menggunakan metode yang berbeda dengan
materi-materi eksakta. Pada masa awal, karena materi yang dikenal relatif sedikit maka
metodenya pun lebih terbatas jika dibandingkan dengan pendidikan pada masa
Abbasiyah.

b. Mengapa pendidikan Islam pada saat ini dianggap mundur


dibanding dengan pendidikan Islam masa Rasulullah, sahabat dan
khalifah
M.M. Sharif – sebagaimana dikutip oleh Zuhairini29 –
mengatakan bahwadiantara sebab melemahnya pemikiran islam tersebut
antara lain:
1 Telah berkelebihan filsafat Islam yang bercorak sufi yang
dimasukkanoleh al-Ghozali yang mengarah pada bidang rohaniah
sehinggamenghilang ke alam mega tasawuf yang kemudian menjadi
satu aliran penting di dunia timur.
2 Umat Islam, terutama pemerintahnya melalaikan ilmu
pengetahuandan kebudayaan tanpa memberi kesempatan untuk
berkembang. Padamasa ini para ahli ilmu umumnya terlibat dalam
urusan pemerintahansehingga melupakan pengembangan ilmu
pengetahuan.
3 Terjadinya pemberontakan yang dibarengi dengan serangan dari luar
yang mengakibatkan berhentinya kegiatan pengembangan
pengetahuandan kebudayaan. Sementara itu obor pikiran islam telah
berpindah tangankepada kaum Masehi, yang telah mengikuti jejak
kaum muslim. Ini terjadidi wilayah barat akibat adanya
perkembangan filsafat yang bercorak rasional yang dikembangkan

29
Dra. Zuhairini, dkk.,op.cit.,hlm. 110
oleh Ibn Rusyd yang kemudian menjadi pimpinan yang penting bagi
alam pikiran barat setelah islam di Andalusiahancur.
Adapun penyebab lain dari kemunduran pendidikan Islam saat ini
adalah:
1. Perpecahan umat Islam
a. Keberagaman garis keturunan (Bani)
b. Keberagaman tafsiran (interpretasi)
2. Ilmu pengetahuan yang menyimpang
3. Kurangnya kesadaran umat Islam akan pentingnya Ilmu
pengetahuan.
4. Lunturnya nilai-nilai Islami dalam diri umat Islam
5. Kerusakan budi pekerti.

c. Bagaimana caranya untuk memperbaiki agar pendidikan Islam


tersebut bisa maju dan berkembang seperti pada masa keemasan
Islam (masa khalifah)
Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki agar pendidikan Islam bisa
maju dan berkembang, mengarah kepada dua sasaran pokok yaitu:
1 Mengembalikan ajaran islam kepada unsur-unsur aslinya, dengan
bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, membuang segala
bi’dah dan khurafat serta pengaruh dari ajaran lainyang dimasukkan
oleh kaum sufi
2 Membuka pintu ijtihad yang telah beberapa abad sebelumnya
dinyatakan ditutup.Gerakan pemurnian ini adalah merupakan tahap
awal dari gerakan pembaharuan yang nanti dilaksanakan pada akhir
abad ke 13H/19 M.30
d. Jelaskan : a. Pendidik dan anak didik dalam perspektif Islam
- Pendidik Dalam Perspektif Islam
Dalam ajaran Islam, pendidik (Guru) mendapatkan penghargaan
yang tinggi. Begitu tingginya penghargaan itu sehingga menempatkan
kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan Nabi dan Rasul. Hal ini

30
Dra. Zuhairini, dkk. Sejarah Pendidikan Islam. Bumi Aksara. Jakarta,2011. Hal.111
dikarenakan guru selalu terkait dengan ilmu (pengetahuan); sedangkan
Islam ssangat menghargai pengetahuan.
Tingginya kedudukan guru dalam Islam merupakan realisasi
ajaran Islam. Islam memuliakan pengetahuan; pengetahuan itu didapat
dari belajar dan mengajar; yang belajar adalah calon guru, yang
mengajar adalah guru. Maka tidak boleh tidak, Islam memuliakan guru.
Tak terbayangkan adanya belajar dan mengajar tanpa adanya guru.
Kedudukan guru yang demikian tinggi dalam Islam
kelihatannya memang berbeda dari kedudukan guru di dunia Barat.
Perbedaan ini tidaklah mengherankan, karena di Barat guru tidak lebih
dari sekadar orang yang pengetahuannya lebih banyak dari murid.
Hubungan guru-murid adalah hubungan kepentingan antara pemberi
dan penerima jasa, karena itu hubungan juga diikat oleh pembayaran
yang dilakukan berdasarkan perhitungan ekonomi.31
- Peserta Didik Dalam Perspektif Islam
Peserta didik juga disebut anak didik atau terididk. Peserta didik
sebagai individu atau pribadi (manusia seutuhnya): individu lain dapat
diartikan orang seorang tidak tergantung dari orang lain, dalam arti
benar-benar seseorang pribadi yang menentukan diri sendiri dan tidak
dipaksa dari luar, mempunyai sifat-sifat dan keinginan sendiri.32
Menurut Langevald anak manusia itu memerlukan pendidikan karena
ia berada dalam keadaan tidak berdaya.33
Dari beberapa penjelasan diatas, setiap anak yang baru lahir,
kanak-kanak atau peserta didik memerlukan bantuan orang dewasa
untuk mengembangkan potensi bawaan yang sering disebut fiitrah
manusia. Fitrah manusia yang merupakan karunia Allah tersebut harus
diarahkan ke hal-hal yang positif, yaitu mempunyai naluri beragama
(tauhid). Oleh karena itu, tugas orang mengarahkan anak untuk
memilih lingkungan yang mempunyai pengaruh besar terhadap

31
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung, PT Remaja Rosdakarya: 2005,
hal. 76-77
32
Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan, loc.cit, hlm. 39
33
Nur Uhbiyati, op.cit, hlm. 112
perkembangan anak, terutama lingkungan sekolah dan lingkungan
bergaul.
c. Lingkungan yang kondusif terhadap pendidikan Islam
Kihajar Dewantara mangatakan bahwa apa yang dimaksud dengan
lingkungan pendidikan berada dalam 3 pusat lembaga pendidikan yaitu:34
1. Keluarga
Secara literal keluarga adalah merupakan unit social terkecil yang terdiri
dari orang yang berada dalam seisi rumah yang sekurang-kurangnya yang
terdiri dari suami isteri. Sedangkan dalam arti normative, keluarga adalah
kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh suatu ikatan
perkawinan, lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai suatu gabungan
yang khas dan bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk
kebahagiaan, kesejahteraan, dan ketentraman semua anggota yang ada di
dalam keluarga tersebut.35
Kalau orangtua tidak pandai mendidik dan memelihara anak, akhirnya
anak tersebut terjerumus kelembah kenistaan, maka akibatnya baik
kehidupan didunia apalagi diakhirat.
Keluarga yang ideal ialah keluarga yang mau memberikan dorongan kuat
kepada anaknya untuk mendapatkan pendidikan agama. Jika mereka
mampu dan berkesempatan, maka mereka melakukan sendiri pendidikan
agama ini. Tetapi apabila tidak mampu atau tidak berkesempatan, maka
mereka datangkan guru agama untuk memberikan pelajaran privat kepada
anak-anak mereka. Disamping itu mereka masih memberikan perhatian
dan fasilitas-fasilitas lainyang diperlukan. Mereka merasa kecewa dan
merasa berdosa kepada Tuhan apabila tidak memberikan perhatian
pendidikan agama ini. Keluarga demikianlah yang melahirkan anak-anak
taat menjalankan agama.
Selain dari ayah bundanya, keluarga-keluarga yang lain pun telah
memegang peranan. Hubungan denga keluarga selain ibu bapak,
membawa akibat-akibat baru terhadap anak-anak itu. Kasih sayang seperti
yang ditrimanya dari ibu bapak, tidak akan diperolehnya dari keluarga-
keluarga lain itu. Kasih sayang mereka itu, biasanya lepas dari soal-soal

34
Sama’un Bakry, Menggagas Konsep Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung, Pustaka bani quraisy, 2005) hlm.97
35
Abuddinnata, Op.Cit, hal. 113
memanjakan si terdidik, sehingga tidak selalu keinginan si anak itu
dipenuhi oleh mereka. Jika terjadi demikian, maka hal itu akan banyak
membantu anak-anak kearah berdiri sendiri, dan mengenal lingkungannya
dengan baik. Orang tua yang bijaksana akan member kesempatan
secukupnuya kepada anak anaknya untuk bergaul dengan keluarga
keluarganya itu, dengan tetangga tetangga yang terdekat dan sebagainya.36
2. Sekolah
Sekolah adalahlembaga pendidikan yang penting sesudah keluarga,
karena makin besar kebutuhan anak, maka orangtua menyerahkan
tanggungjawabnya sebagian kepada lembaga sekolah ini. Sekolah
berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam mendidik anak. Sekolah
memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak anak mengenai apa
yang tidak dapat atau tidak ada kesempatan orang tua untuk memberikan
pendidikan dan pengajaran didalam keluarga.
Tugas guru dan pemimpin sekolah disamping memberikan ilmu
pengetahuan pengetahuan, keterampilan dan juga mendidik anak
beragama. Disinilah sekolah berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam
memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak didik.
Pendidikan budi pekerti dan keagamaan yang diselenggarakan di sekolah
sekolah haruslah merupakan kelanjutan, setidak tidaknya jangan
bertentangan dengan apa yang diberikan dalam keluarga.37
Disamping itu telah diakui oleh berbagai pihak tentang peran sekolah bagi
pembentukan kepribadian anak sangat besar. Sekolah telah membina anak
tentang kecerdasan, sikap, minat dan sebagainya dengan gaya dan caranya
sendiri sehingga anak mentaatinya. Karena itu dapatlah dikatakan sekolah
berpengaruh besar bagi jiwa dan keberagamaan anak. Lingkunag sekolah
yang positif terhadap pendidikan islam yaitu lingkungan sekolah yang
memberikan fasilitas dan motivasi untuk berlangsungnya pendidikan
agama ini. Apalagi kalau sekolah ini memberikan sarana dan
prasaranayang memadai untuk penyelenggaraan pendidikan agama, maka
dibuatkan pula tempat wudhu, tempat ibadah, diadakan buku buku ke

36
Nur uhbiyati, Op.Cit., h. 212-213
37
Proyek Pembinaan Prasarana Dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN di Jakarta, Filsafat Pendidikan Islam,
(Jakarta: CV Yulina, 1984) h. 176-177
islaman di dalam perpustakaan sekolah dan diberikan kesempatan yang
luas untuk penyelenggaraan praktek-praktek ibadah dan peringatan hari-
hari besar islam dan lain-lain. lingkungan sekolah demikian inilah yang
mampu membina anak rajin beribadah. Berpandangan luas dan daya nalar
kreatif.38
3. Masyarakat
Lembaga pendidikan masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang
ketiga sesudah keluarga dan sekolah. Pendidikan ini telah dimulai sejak
anak-anak untuk beberapa jam sehari lepas dari asuhan keluarga dan
berada diluar sekolah. Corak ragam pendidikan yang diterima anak didik
dalam masyarakat ini banyak sekali, yaitu meliputi segala bidang naik
pembentukan kebiasaan, pembentukan pengetahuan, sikap dan minat,
maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
Pendidikan dalam pendidikan masyarakat ini boleh dikatakan pendidikan
secara tidak langsung, pendidikan yang dilaksanakan dengan tidak sadar
oleh masyarakat. Dan anak didik sendiri secara sadar atau tidak mendidik
dirinya sendiri, mencari pengetahuan dan pengalaman sendiri,
mempertebal keimanan serta keyakinan sendiri akan nilai nilai kesusilaan
dan keagamaan didalam masyarakat.
Lembaga lembaga pendidikan yang ada di masyarakat ikut langsung
melaksanakan pendidikan tersebut. Di dalam masyarakat terdapat
beberapa lembaga atau perkumpulan atau organisasi seperti: organisasi
pemuda (KNPI, karang Taruna), organisassi kesenian (sanggar tari,
perkumpulan musik), pramuka, olahraga, keagamaan dan sebagainya.
Lembaga-lembaga tersebut membantu pendidikan dalam usaha
membentuk pendidikan seperti: membentuk sikap, kesusilaan, dan
menambah ilmu pengetahuan diluar sekolah dan keluarga.39
Organisasi-organisasi seperti tersebut di atas jika mendasarkan diri pada
agama mempunyai pengaruh positif bagi kehidupan keagamaan.
Tidak kalah pentingnya dengan Organisasi-organisasi tersebut di atas
yaitu persekutuan hidup di dalam masyarakat yang memanifestasikan

38
Nur uhbiyati, Op.Cit., h 214
39
Proyek Pembinaan Prasarana Dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN di Jakarta, Filsafat Pendidikan Islam,
Op.Cit., h 177-178
ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari, kesemuanya itu ikut
mempengaruhi keagamaan anak.
Perkumpulan dan persekutuan hidup masyarakat yang memberikan anak
untuk hidup dan mempraktikkan ajaran islam rajin beramal, cinta damai,
toleransi, dan toleransi, dan suka menyambung ukhuwah islamiyah,
sebaliknya lingkungan yang tidak menghargai ajaran islam maka dapat
menjadikan anak apatis atau masa bodoh kepada agama islam. Apalagi
masyarakat yang membenci islam, maka akhirnya anaknya akan
membenci kepada islam.40

40
Nur uhbiyati, Op.Cit., h 216-217

Anda mungkin juga menyukai