Anda di halaman 1dari 5

Muhammad Feldi Rahman

20810334097

Manajemen Pemasaran Gunungkidul

Tugas Resume PAI Modul 7


PENDIDIKAN PERSPEKTIF ISLAM

KEGIATAN BELAJAR 1: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Pendidikan Islam


Pendidikan Islam dapat dimaknai sebagai upaya mengoptimalkan perkembangan
potensi manusiawi, kecakapan hidup, dan sikap kepribadian individu peserta didik
menuju tercapainya kesempurnaan dan kedewasaan yang baik. Pengertian pendidikan
yang bersifat umum, menurut Azra (1999: 4), jika dihubungkan dengan agama Islam
memunculkan pngertian baru yang secara totalitas inheren mengandung makna
tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib. Makna dari ketiga istilah ini dalam pendidikan Islam
harus diwujudkan secara bersama-sama. Karena ketiga makna itu ada keterkaitan
dengan makna yang dalam menyangkut peran manusia dan masyarakat, serta peran
manusia dalam lingkungan dan pengabdian pada Tuhan. Pendidikan Islam dapat
dimaknai sebagai upaya mengoptimalkan perkembangan potensi manusiawi,
kecakapan hidup, dan sikap kepribadian individu peserta didik menuju tercapainya
kesempurnaan dan kedewasaan yang baik.

B. Tujuan Pendidikan Islam


Pendidikan Islam adalah merupakan salah satu aspek upaya umat Islam
membelajarkan generasinya dapat menjalankan ajaran Islam secara kaffah dalam
tugas dan perannya sebagai hamba Allah Swt dan sebagai khalifatullah fil ardhy.
Peran inilah yang mengharuskan tujuan pendidikan Islam tidak dapat lepas dari siapa
hakikat manusia dan apatujuan hidup manusia dalam Islam. Tujuan pendidikan Islam
dengan demikian harus mampu menjawab terciptanya pribadi-pribadi hamba Allah
Swt. yang bertakwa, pribadi yang mampu mengelola kehidupan lebih maju dan bijak,
pribadi yang peduli dengan lingkungan alam dan sesama dengan semangat
kerahmatan, dan pribadi yang mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Pendidikan Islam tidak membenarkan penguasaan ilmu pengetahuan yang merusak
nilai-nilai kemuliaan/akhlak. Pendidikan bahkan mempunyai tanggung jawab utama
membentuk akhlak anak, agar pengatuhuan yang dimiliki anak diarahkan untuk
kerahmatan dan tidak sebaliknya disalahgunakan untuk perusakan dan kejahatan.
Tujuan pendidikan dengan demikian menurut Ainain (1980: 150–153) tidak
dibenarkan keluar dari tiga pilar berikut :
1. Pilar ruhiyah/spiritual.
Pilar ini berkaitan dengan menyadari eksistensi Allah Swt., sebagai sesuatu yang
sangat agung dan tinggi. Pilar ini akan dapat tertanam melalui kualitas keimanan
yang harus ditanamkan dalam jiwa anak.
2. Pilar ubudiyah
Pilar ini merupakan perwujudan sikap manusia yang kedua, yakni ketika manusia
dalam semua keadaan hidup pribadi dan keluarga, dalam memelihara kebaikan
diri dan lingkungan, dalam pergaulan dengan dirinya dan manusia lain senantiasa
berpegang pada prinsip hukum tertinggi yang dibuat oleh Allah Swt.
3. Pilar fardiyah/pribadi
Pilar pribadi ini berkaitan dengan bagaimana agar pendidikan mampu
mengoptimalkan pembinaan dan pengembangan potensi manusiawi secara total,
baik akal, akhlak, jiwa, fisik, keindahan, dan kemampuan sosial.
4. Pilar fardun fil mujtami.
Pilar ini berkaitan dengan bagaimana agar pendidikan mampu menumbuhkan
potensi individu yang sekaligus menyadari posisinya tidak bisa lepas dari tugas
kehidupan ditengan sosial kemasyarakatan.

KEGIATAN BELAJAR 2: PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM

A. Landasan Pemikiran Pendidikan Islam


Konsepsi pendidikan Islam akan dapat dirumuskan dari hasil derivasi pandangan
Islam tentang manusia, alam semesta dan ilmu pengetahuan. Pendidikan akan
terkonsepsikan dengan secara baik dan sempurna manakala pemahaman (potensi, dan
peran manusia; realitas alam dan sosial budaya; serta konsep ilmu) telah terumuskan
dengan baik dan sempurna.
1. Konsep Manusia
Studi tentang manusia dalam konteks pendidikan Islam menempati posisi yang
amat sentral. Manusia adalah maudu’ pendidikan. Islam memiliki Alquran yang
menjadi rujukan sentral perilaku manusia. Alquran adalah hudan (Q.S. Al-
Baqarah, 2: 2) menjadi sumber inspirasi sekaligus dasar berpikir bagi
pengembangan pendidikan Islam. Menurut Ainain (1980: 95) Alquran adalah
kitab manusia, maka Alquran kandungan seluruhnya untuk dan tentang manusia.
Manusia adalah makhluk Allah Swt. yang termulia dari makhluk ciptaannya yang
lain (Q.S. Al-Isra’: 7), dan karena itu maka Allah Swt. telah menundukkan semua
apa yang ada dibumi dan langit untuk digunakan oleh manusia.
2. Konsep Ilmu Pengetahuan
Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang dalam Alquran sebanyak 854 kali,
kata ilmu digunakan dalam arti proses pencapaian dan obyek pengetahuan.
Berbeda dengan konsep barat dalam Islam ilmu tidak dibatasi pada yang ilmiah
(sistematik, rasional, empiris, dan bersifat kumulatif), karena Islam juga menerima
ilmu pengetahuan yang bersifat supra rasional dan supra empiris, yakni sejenis
imu pengetahuan yang bersumber dari wahyu dan intuisi (Tim Dosen, 2009: 167).
Pandangan integratif terhadap ilmu di samping menuntut adanya keharusan
lembaga pendidikan untuk mengajarkan berbagai ilmu tanpa dikotomik, juga
menuntut adanya upaya agar semua ilmu yang diajarkan tidak dipertentangkan.
Pendidikan hendaknya dapat membuat anak didik yang mempelajari ilmu
tauqifiah menjadi tertarik untuk membawa pada penyelidikan ilmu muktasabah
dan sebaliknya pendidik yang mempelajari ilmu muktasabah menjadi menyadari
batapa pentingnya mempelajari ilmu tauqifiyah.

B. Prinsip Pendidikan Islam


Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim
seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmaniah
maupun rohaniah, menumbuh suburkan hubungan harmonis setiap pribadi dengan
Allah, manusia dan alam semesta. Dengan demikian, pendidikan Islam itu berupaya
untuk mengembangkan individu sepenuhnya, maka sudah sewajarnyalah untuk dapat
memahami hakikat pendidikan Islam itu harus bertolak dari pemahaman terhadap
konsep manusia menurut Islam. Potensi jasmani adalah meliputi seluruh organ
jasmaniah yang berwujud nyata. Sedangkan potensi rohaniah bersifat spiritual yang
terdiri dari fitrah, roh, kemauan bebas dan akal. Manusia itu memiliki potensi yang
meliputi badan, akal dan roh. Ketigatiganya persis segitiga yang sama panjang
sisinya. Di sisi lain, di samping manusia berfungsi sebagai khalifah, juga bertugas
untuk mengabdi kepada Allah (Az-Zariyat, 51: 56). Dengan demikian manusia itu
mempunyai fungsi ganda, sebagai khalifah dan sekaligus sebagai ‘abd. Fungsi sebagai
khalifah tertuju kepada pemegang amanah Allah untuk penguasaan, pemanfaatan,
pemeliharaan, dan pelestarian alam raya yang berujung kepada pemakmurannya.
Fungsi ‘abd bertuju kepada penghambaan diri semata-mata hanya kepada Allah.

KEGIATAN BELAJAR 3: PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM

A. Pola Pembaruan Pendidikan


Tantangan pendidikan didunia Islam masa moderen relatif sama, namun dalam
realitas para pemikir pendidikan pada masing negara tidak sama persis. Kesamaan
yang mendasar yang menyatukan pemikiran mereka adalah semangat pembaruan
yang didasarkan kepada doktrin kembali kepada Alquran dan Hadis. Semangat ajaran
ini yang kental mewarnai kesamaan pemikiran mereka konsisten untuk kembali
membuka pintu ijtihad. Semangat untuk membuka kembali pintu ijtihad dan kembali
pada ajaran islam yang berdasar Alquran dan Hadis juga telah mewarnai gagasan
pemikiran pendidikan di India, seperti Ahmad Khan, menurutnya Alquran perlu
ditafsirkan kembali untuk menghapuskan pertentangan dengan perkembangan baru
dan realitas fisik (Hoodbhoy, 1992: 107). Pemikir lain adalah Syeed Amir Ali,
menurutnya Islam harus diselamatkan dari para mujaddid dan imam, dan tafsiran
tafsiran Islam harus dibebaskan dari tafsiran-tafsiran literal.
1. Konservatif- Tradisional
Pendekatan yang dipakai kelompok ini yaitu apologetik. Pemikiran pendidikannya
berusaha mempertahankan tradisi lama tanpa ada perubahan. Pemikir ini menolak
secara bulat segala revolusi pemikiran. Secara umum gerakan ini dipelopori ulama
sufi, yang mempunyai semboyan “memelihara yang lama yang baik”. Dengan
semboyan ini mereka selalu menggagungkan kejayaan masa lalunya.
2. Pendekatan Modernis-Reformis
Pendekatan pemikiran ini adalah lebih adaptif rasional dalam mengaplikasikan
Islam dalam kehidupan yang penuh perubahan dan dinamis. Yang menjadi tolok
ukur reformasinya adalah usaha mereka dalam menciptakan ikatan-ikatan positif
pemikiran Qurani dengan pemikiran moderen. Menurut John O. Volt, penedekatan
modernis reformis, memiliki tiga tema utama pemikiran, yaiotu: Kembali kepada
Alquran dan Hadis. Perlunya ijtihad dalam pemecahan persoalan kaum muslimin,
dan penguatan kembali keotensititasan dan keuniukan Alquran
3. Pembaruan Pendidikan di Mesir
Beberapa pemikiran pendidikan di Mesir yang cukup memberikan inspirasi bagi
pemikiran pendidikan masa berikut adalah gagasan Muhammad Abduh dalam
beberapa hal sebagai berikut: Pertama, Purifikasi, yakni pemurnian ajaran Islam
terkait maraknya bid’ah dan khurafat yang selama abad pertengahan telah masuk
dalam kehidupan beragama kaum muslimin. Menurutnya seorang muslim wajib
menghindarkan diri dari perbuatan syirik (Nizar, 2007: 247 ). Kedua, Reformasi
pendidikan yang dilakukan oleh Muh.Abduh difokuskan pada pembaruan
Universitas Al-Azhar. Revormasi universitas ini tidak hanya dalam bidang
kurikulum tetapi juga dalam metode pembelajaran.
4. Pembaruan Pendidikan di India
Pemikiran pendidikan moderen di India yang menonjol adalah dipelopori Ahmad
Khan. Pemikir ini meskipun memiliki semangat yang sama dengan Afghani dan
M. Abduh namun sikapnya sedikit berbeda dalam menghadapi imperialis. Kedua
tokoh Mesir menyerukan penolakan terhadap imperialis, sementara Ahmad Khan
nampaknya malah bekerja sama dengan Imperialis untuk memajukan pendidikan
di India.
5. Pendekatan Modernis – Sekuler
Pendekatan pemikiran pendidikan kaum ini adalah identifikatif, yaitu bahwa
pembahruan pemikiran pendidikan hanya dapat dilakukan dengan cara identifikasi
model pendidikan yang datang dari barat apa adanya. Sekularisasi menurut
pandangan ini adalah merupakan proses dimana pendidikan dibebaskan dari
ikatan-ikatan sakral yang berkembang di tengah masyarakat. Dan dengan
sekularisasi inilah pendidikan akan dapat berkembang dengan bebas dan maju.
6. Pendekatan Pemikiran Fundamentalis
Pendekatan pemikian fundamentalis, adalah afirmatif, dengan tujuan untuk
menguatkan keotentikan dan keorisinalan Islam. Pemikiran pendidikannya
berusaha merespon tantangan modernisasi yang dilakuan barat. Pokok
pemikirannya adalah semua aspek kehidupan harus diislamisasikan kembali,
dengan memmbersihkan, mensucikan, menyaring, dan menyegarkan kembali
sesuatu yang sudah tercemar keorisinalannya.

B. Pengembangan Sistem Pendidikan


Melihat masa depan yang penuh dengan tantangan sudah barang tentu tidak bisa
menyesuaikan permasalahan jika pendidikan Islam tersebut masih terikat dikotomi.
Berkenaan dengan itu perlu diprogramkan upaya pencapainya, mobilisasi pendidikan
Islam tersebut, misalnya melakukan rancangan kurikulum, baik merancang
keterkaitan ilmu agama dan umum maupun merancang nilai-nilai Islami pada setiap
pelajaran; personifikasi pendidik di lembaga pendidikan sekolah Islam, sangat
dituntut memiliki jiwa keislaman yang tinggi .Lembaga pendidikan Islam dapat
merealisasikan konsep kurikulum seutuhnya bedasar prinsip pendidikan Islam di atas.
Dari prinsip di atas tujuan pendidikan dapat disederhanakan berorientasi kepada tiga
tujuan besar. 1. Tercapainya tujuan hablum minallah (hubungan dengan Allah. 2.
Tercapainya tujuan hablum minannas (hubungan dengan manusia). 3. Tercapainya
tujuan hablum minal’alam (hubungan dengan alam). Adapun model-model
pengembangan lembaga pendidikan Islam ada tiga pendekatan sebagai pola alternatif
yaitu: pendekatan sistematik (perubahan total), pendekatan suplementer (dengan
menambah sejumlah paket pendidikan yang bertujuan memperluas pemahaman), dan
pendekatan komplementer (dengan upaya mengubah kurikulum dengan sedikit radikal
untuk disesuaikan secara terpadu).

Anda mungkin juga menyukai