Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Tugas ini di buat guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam

Dosen pengampu:

Ari Rohmawati, m.pd.

Disusun oleh:

Hana juita purnama sari (191210067)

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDY S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF NU (IAIM NU)

METRO LAMPUNG 2020/2021


hakikat Pendidikan

Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki potensi

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara (Achmad Munib, 2004: 142).

Hal di atas menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu upaya yang

terencana, yang dilakukan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

oleh peserta didik. Potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik tentu

berbeda–beda, yang nantinya adalah tugas seorang pendidik untuk mampu

melihat dan mengasah potensi–potensi yang dimiliki peserta didiknya

sehingga mampu berkembang menjadi manusia berguna bagi masyarakat,

bangsa dan negara.

Pendidikan mempunyai tugas untuk menghasilkan generasi yang baik,

manusia–manusia yang lebih berbudaya, manusia sebagai individu yang

memiliki kepribadian yang lebih baik. Tujuan pendidikan di suatu negara

akan berbeda dengan tujuan pendidikan di negara lainnya, sesuai dengan

dasar negara, falsafah hidup bangsa, dan ideologi negara tersebut.


Agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada Nabi sebagai

petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan

manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata serta mengatur

hubungan dengan dan tanggung jawab kepada Allah, kepada masyarakat serta

alam sekitarnya.1

Agama Islam adalah agama universal yang mengajarkan kepada umat

manusia mengenai berbagai aspek kehidupan baik duniawi maupun ukhrawi.

Salah satu ajaran Islam adalah mewajibkan kepada umat Islam untuk

melaksanakan pendidikan, karena dengan pendidikan manusia dapat

memperoleh bekal kehidupan yang baik dan terarah.2

Bilamana pendidikan kita artikan sebagai latihan mental, moral dan

fisik (jasmaniah) yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk

melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku

hamba Allah, maka pendidikan berarti menumbuhkan personalitas

(kepribadian) serta menanamkan rasa tanggung jawab. Usaha kependidikan

bagi manusia menyerupai makanan yang berfungsi memberikan vitamin bagi


pertumbuhan manusia.3

1.Ahmadi, Ahmad, Drs dan Noor Salimi, 1991, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam,
Jakarta:

Bumi Aksara, hal: 4, 198.

2. Zuhairini, Dra, Dkk, 1992, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, hal: 98.

3 Arifin, Muhammad, M. Ed, 1994, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, hal 16

Pembahasan pengertian filsafat pendidikan Islam ini sebagai pengantar

pembahasan keseluruhan isi skripsi, dengan maksud memberi pemahaman dasar

tentang filsafat pendidikan Islam.

Secara terminologi filsafat berasal dari kata dalam bahasa Inggris philo dan

sophos. Philo berarti cinta, dan shopos berarti ilmu atau hikmah. Pendapat ini

kebanyakan dinyatakan oleh penulis berbahasa Inggris, seperti Louis O. Kattsoff.

Pendapat lain menyatakan bahwa filsafat berasal dari bahasa Yunani yang masuk

dan digunakan sebagai bahasa Arab, yaitu berasal dari kata philosophia. Philo

berarti cinta, sedangkan sophia berarti hikmah. Pendapat kedua ini dikemukakan

oleh tokoh filsafat Islam, Al-Farabi (w. 950 M). Namun demikian, meskipun kata

filsafat berasal dari Yunani, bukan berarti orang Yunani Kuno adalah perintis

pertama pemikiran filsafat di dunia. Sebelum Yunani Kuno ada negara lain seperti
Mesir, Cina, dan India yang sudah lama mempunyai tradisi filsafat, meskipun

mereka tidak menggunakan kata philosophia untuk maksud yang sama.1

Sebagai langkah awal untuk mememahami makna filsafat pendidikan Islam,

bisa dipahami pula bawa filsafat pendidikan Islam adalah filsafat pendidikan yang

sesuai dengan Islam, sedangkan filsafat pendidikan sendiri menurut Dr.

Muhammad an-Najihi bermakna penerapan perspektif dan metode filsafat dalam

pendidikan.

2 Atau bisa juga dipahami bahwa filsafat pendidikan Islam adalah

filsafat tentang pendidikan Islam. Dalam kaitan ini, Ali Khalil Abu Al-Ainain

dalam Falsafah al-Tarbiyah al-Islamiyyah fi al-Qur’an al-Karim sebagaimana

teruraikan dalam bukunya Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam menyebutkan

bahwa untuk mengemukakan pengertian pendidikan Islam lebih baik

dikemukakan terlebih dahulu karakteristik pendidikan Islam, yakni :

(1)

pendidikan Islam mencakup semua aspek kehidupan manusia, baik berupa aspek

1Endang Saifuddin Anshari, dalam Tuto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam,


(Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media, 2006), hlm. 22

2. Muhammad an -Najihi, Falsafah at- Tarbiyah, (Kairo: Muthobi’ al-Kailani, t.t), hlm.
36penting bagi kehidupan inidividu didalamnya. Pertama-tama
berkembang industri yang sederhana asasi dan dibutuhkan di

dalam kehidupan seperti pertanian, pembangunan, pertukangan,

pertukangan kayu dan jahit menjahit. Hal ini merupakan ilmu

praktis yang sifatnya sederhana dan khas, sedangkan pekerjaan

yang bersifat kompleks seperti kedokteran, administrasi, dan

kesenian.

Tujuan pendidikan Islam menurut Ibnu Khaldun yang

pertama itu merupakan tujuan paling utama dan pertama yang

ditanamkan kepada individu, karena sesuai dengan Alqur’an yang

merupakan ajaran bagi seluruh aspek kehidupan manusia di alam

raya ini sekaligus Alqur’an dijadikan kurikulum pendidikan

Islam. Ibnu Khaldun dalam konsep pendidikannya akan

membentuk suatu masyarakat yang siap menghadapi perubahan

sosial yang terjadi, sebab Ibnu Khaldun tidak mementingkan

pengajaran teoritis saja melainkan benar-benar melakukan

pembentukan kecakapan riil kepada masyarakat agar hidup lebih

baik. Ibnu Khaldun ingin menjadikan manusia hamba Allah yang

berakhlak baik sebagai khalifah di maka bumi. Ibnu Khaldun

bermaksud menjadikan pengabdi Allah menjdi paling bertakwa

itu bukanlah orang yang ahli dalam keagamaan saja, melainkan

orang yang tahu dengan jelas dan lengkap seluruh isi ajaran Allah
dalam Alqur’an serta cakap melaksanakannya ke dalam praktek

kehidapan sehari-hari, baik selaku individu maupun selaku warga

serta mayarakat dan bangsa. Dari tujuan pendidakan itu penulis dapat menyebutkan
secara

lebih rinci sebagai berikut:

1. Mempersiapkan individu dari bidang keagamaan yaitu mengajarkan syiar agama


menurut Alqur’an dan Hadis, sebab dengan demikian potensi yang ada baik potensi iman
maupun yang lainnya diperkuat. Maka apabila telah diperkuat maka akan menjadi
mendarah daging dan seakan-akan menjadi fitrah.

2. Menyiapkan individu agar menjadi anggota masyarakat yang baik serta mampu
menghadapi berbagai persoalan yang ada.

3. Menyiapkan individu dari segi vokasional, dikatakannya bahwa mencari dan


menegakkan hidupnya mencari pekerjaan sebagaimana ditegaskan bagaimana pentingnya

2 ) Metafisika adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan proses analitis atas hakikat
fundamental mengenai keberadaan dan realitas yang menyertainya. Kajian mengenai
metafisika umumnya berporos pada pertanyaan mendasar mengenai keberadaan dan sifat-
sifat yang meliputi realitas yang dikaji.

Epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang teori, sedangkan Aksiologi adalah
kajian tentang nilai ilmu pengetahuan.

Ontologi adalah bagian filsafat yang paling umum, atau merupakan bagian dari
metafisika,
3) Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang
telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman
Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaannya
yang utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh
fleksibilitas, di mana serta terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan
dengan doktrin tertentu. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada
nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan
nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.

Essentialisme merupakan paduan ide-ide filsafat Idealisme dan Realisme. Dan praktek-
praktek filsafat pendidikan Essentialisme dengan demikian menjadi lebih kaya
dibandingkan jika ia hanya mengambil posisi yang sepihak dari salah satu aliran yang ia
sinthesakan itu. Ide pokok idealisme berprinsip tentang semesta raya dan hakekat sesuatu.
Ide pokok realisme berprinsip realita itu ada jika independen terlepas daripada kesadaran
jiwa manusia.

Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda
dengan progresivisme, yaitu yang tumbuh dan berkembang disekitar abad 11, 12, 13 dan
ke 14 Masehi.

Perenialisme diambil dari kata perennial, yang dalam Oxford Advanced Learner’s
Dictionary of Current English diartikan sebagai “continuing throughout the whole year”
atau “lasting for a very long time” – abadi atau kekal. Dari makna yang terkandung dalam
kata itu adalah aliran perenialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang
pada nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat kekal abadi.

Perenialisme lahir pada tahun 1930-an sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan
progresif. Perenialsme menentang pandangan progresivisme yang menekankan
perubahan dan suatu yang baru. Perenialisme memandang situasi didunia ini penuh
kekacawan, ketikdak pastian dan ketidak teraturan, terutama pada kehidupan moral,
intelektual dan sosial kultural. Maka perlu ada usaha untuk mengamankan ketidak
beresan ini.
4.) Ibnu Khaldun berpendapat bahwa tujuan pendidikan pertama-tama adalah
memberikan kesempatan kepada pikiran untuk aktif dan

bekerja, karena dia memandang aktivitas ini sangat penting bagi

terbukanya pikiran dan kematangan individu, kemudian kematangan

ini akan mendapat faedah bagi masyarakat, pikiran yang matang

adalah alat kemajuan ilmu dan industri dan sistem sosial. Karena ilmu

dan industri lahir di dalam masyarakat disebabkan oleh aktifitas

pikiran insani ini. Sedangkan manifestasi terpenting dari aktifitas

pikiran ini adalah usaha mencapai ilmu pengetahuan.

Ibnu khaldun tidak memisahkan antara teori dan praktek, bahkan

mengaitkan antara keduanya secara bersama-sama untuk memperoleh

keterampilan atau untuk menguasai pengetahuan, dengan anggapan

bahwa makhluk yang terbentuk dari perolehan keterampilan atau

penguasan pengetahuan, tidak lain merupakan suatu perbuatan yang

bersifat fikriah jasmaniah sehingga pengetahuan yang didapat

melekat dengan kuat (Sulaiman, 1987:32). Menurut Ibnu Khaldun

tujuan dunia akhirat harus dicapai, selanjutnya pendidikan menurut

Ibnu Khaldun harus sesuai dengan anak didik.

Dalam Kitab Muqaddimahnya Ibnu Khaldun menjelaskan

berbagai macam ilmu pengetahuan. Penulis dapat menjelaskan bahwa

tujuan pendidikan Islam menurut Ibnu Khaldun dalam penjelasannya


itu dapat dibagi kepada 2 bagian:

1. Tujuan pendidikan yang berorientasi kepada akhirat. Ibnu khaldun

menjelaskan dalam Kitab Muqaddimahnya bahwa mengajarkan

anak-anak mendalami Alqur’an merupakan suatu simbol dan

pekerti Islam, orang Islam memiliki Alqur’an dan mempraktekkan

ajarannya, dan menjadikan pengajaran, ta’lim, di semua kota

mereka. Hal ini akan mengilhami hati dengan satu keimanan dan

memperteguh keimanan, serta memperteguh keyakinan kepada

Alqur’an dan Hadis.

2. Tujuan pendidikan yang berorientasi kepada duniawi, dalam

Muqaddimahnya juga Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa

pendidikan sebagai salah satu industri yang berkembang di dalam

masyarakat. Ibnu khaldun berpendapat bahwa industri ini

berkembang di dalam masyarakat manapun karena ia sangat

penting bagi kehidupan inidividu didalamnya. Pertama-tama

berkembang industri yang sederhana asasi dan dibutuhkan di

dalam kehidupan seperti pertanian, pembangunan, pertukangan,

pertukangan kayu dan jahit menjahit. Hal ini merupakan ilmu

praktis yang sifatnya sederhana dan khas, sedangkan pekerjaan


yang bersifat kompleks seperti kedokteran, administrasi, dan

kesenian.

Tujuan pendidikan Islam menurut Ibnu Khaldun yang

pertama itu merupakan tujuan paling utama dan pertama yang

ditanamkan kepada individu, karena sesuai dengan Alqur’an yang

merupakan ajaran bagi seluruh aspek kehidupan manusia di alam

raya ini sekaligus Alqur’an dijadikan kurikulum pendidikan

Islam. Ibnu Khaldun dalam konsep pendidikannya akan

membentuk suatu masyarakat yang siap menghadapi perubahan

sosial yang terjadi, sebab Ibnu Khaldun tidak mementingkan

pengajaran teoritis saja melainkan benar-benar melakukan

pembentukan kecakapan riil kepada masyarakat agar hidup lebih

baik. Ibnu Khaldun ingin menjadikan manusia hamba Allah yang

berakhlak baik sebagai khalifah di maka bumi. Ibnu Khaldun

bermaksud menjadikan pengabdi Allah menjadi paling bertakwa

itu bukanlah orang yang ahli dalam keagamaan saja, melainkan

orang yang tahu dengan jelas dan lengkap seluruh isi ajaran Allah

dalam Alqur’an serta cakap melaksanakannya ke dalam praktek

kehidupan sehari-hari, baik selaku individu maupun selaku warga

serta mayarakat dan bangsa.


Dari tujuan pendidakan itu penulis dapat menyebutkan secara

lebih rinci sebagai berikut:

1. Mempersiapkan individu dari bidang keagamaan yaitu

mengajarkan syiar agama menurut Alqur’an dan Hadis,

sebab dengan demikian potensi yang ada baik potensi iman

maupun yang lainnya diperkuat. Maka apabila telah

diperkuat maka akan menjadi mendarah daging dan seakan-

akan menjadi fitrah.

2. Menyiapkan individu agar menjadi anggota masyarakat

yang baik serta mampu menghadapi berbagai persoalan

yang ada.

3. Menyiapkan individu dari segi vokasional, dikatakannya

bahwa mencari dan menegakkan hidupnya mencari

pekerjaan sebagaimana ditegaskan bagaimana pentingnya

Daftar Pustaka
1.Ahmadi, Ahmad, Drs dan Noor Salimi, 1991, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, Jakarta:
Bumi Aksara, hal: 4, 198.

2. Zuhairini, Dra, Dkk, 1992, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, hal: 98.

3 Arifin, Muhammad, M. Ed, 1994, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, hal 16

Sanjaya, Wina.Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran.(Jakarta : Kencana.2009

3.pendidikan Islam mencakup semua aspek kehidupan manusia, baik berupa aspek Endang
Saifuddin Anshari, dalam Tuto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media, 2006), hlm. 22

4.Muhammad an -Najihi, Falsafah at- Tarbiyah, (Kairo: Muthobi’ al-Kailani, t.t), hlm. 36penting
bagi kehidupan inidividu didalamnya. Pertama-tama

5. . Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

(Jakarta : Kencana. 2010)

6.Soetjipto dan Raflis Kosasi. Profesi Keguruan. (Jakarta : Rineka Cipta. 2004)

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung :

Alfabeta. 2009)

7.Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung : Alfabeta. 2012)

Sukardi, Dewa Ketut.Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah.(Surabaya :

Usaha Nasional. 1983)

8.Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar

Bahasa Indonesia.(Jakarta : Balai Pustaka. 1996)

9.Trianto, dkk. Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru

dan Dosen.(Jakarta : Prestasi Pustaka. 2006)

10.Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. (Bandung : PT. Remaja


Racman Shaleh, Abdul, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan

11.Aksi, (Jakarta: PT. Gemawindu Pancaperkasa, 2000).

12.Rasyidin, Al dan Nasution,Wahyudin Nur Teori belajar dan pembelajaran

(Medan: Perdana publishing,Cet. 2, 2011).

13 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2003).

14.Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R &D (Bandung:

Alfabeta, 2009)

15.Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003)

Sanjaya, Wina, Kurikulum dan Pembelajaran (Teori dan Praktek

16.Pengembangan Tingkat Pendidikan Satuan KTSP) (Jakarta Kencana,

2009).

Sitorus, Masganti, Perkembangan Peserta didik (Medan: Perdana Publising

2012).

17.Sutisna, Oteng, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek

18.Profesional, ( Bandung: Angkasa, 2001)Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar


(Jakarta: Rajawali Pers, Edisi

Baru, 2009)

19.Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2004).

20.Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali

Grafindo, 1992).

21.Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

Pustaka, 2006).
Willis, Sofyan. S, Problema Remaja dan Pemecahannya (Bandung: Angkasa,

Anda mungkin juga menyukai