Oleh:
BANJARMASIN
2023
PENDAHULUAN
B. Rumusan masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas maka penulis memetakan rumusan
masalah untuk lebih terperinci yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian filsafat pendidikan islam?
2. Bagaimana hubungan filsafat dan pendidikan islam?
1
Samsul Bahri, Filsafat Pendidikan Islam, (Indrammayu: Penerbit Adab, 2020), hal, 1.
2
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hal, 11.
3
Dikutip dari Mahfud Junaedi, Paradigma Baru Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2017), hal,
86.
3. Apa urgensi dan tujuan filsafat pendidikan islam?
Signifikansi makalah
1. Manfaat teoritis
a. Makalah ini diharapkan agar memberikan kontribusi terhadap pengembangan studi
ilmu khususnya dalam bidang ilmu filsafat, filsafat pendidikan, dan filsafat
pendidikan islam.
b. Makalah ini diharapkan dapat berguna untuk mudah mengerti serta memahami
kajian tentang filsafat pendidikan islam
2. Manfaat praktis
a. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dan memiliki dampat positif bagi para
akademisi untuk menambah wawasan serta pengembangan ilmu filsafat.
b. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa, pelajar dan sebagai
tambahan referensi untuk makalah selanjutnya.
PEMBAHASAN
A. Pengertian filsafat
Kata filsafat secara etimologi berasal dari bahasa Yunani: philos, (suka, cinta) dan
Sophia (kebijaksanaan). Dengan demikian filsafat itu berarti cinta pada kebijaksanaan. 4
Adapula yang berpendapat mengungkapkan filsafat berasal dari bahasa Arab falsafah.
Filsafat berasal dari kata Arab falsafah dengan timbangan fa’lala, fa’lalah, dan fi’al.
Kemudian, pendapat berikutnya bahwa filsafat berasal dari bahasa Inggris philo dan
sophos. Philo berarti cinta dan sophos berarti ilmu atau hikmah.5
Adapun pengertian Filsafat secara terminologi, menurut Slamet Soetrisno filsafat
mempunyai konteks-konteks yang menunjuk ruang lingkup pengertiannya. Sekurang-
kurangnya ada empat konteks yang berkaitan dengan filsafat.6
1. Jiwa dan pikiran sebuah zaman atau era. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi filsafat
begitu besar bagi berlangsungnya sebuah kebudayaan.
2. Kearifan hidup personal maupun kolektif orang atau kelompok masyarakat tertentu.
3. Filsafat ilmu, yaitu sebuah refleksi kritis dan secara mendasar atas perkembangan ilmu.
4. Aliran filsafat, yaitu gagasan-gagasan atau pemikiran- pemikiran yang telah dilahirkan
oleh para pemikir dalam sejarah dunia yang memiliki corak dan karakter tersendiri,
seperti Platonisme, Aristotelianisme, Hegelianisme, Kantianisme, Pragmatisme,
Rasionalisme, Empirisme, Spiritualisme,Materialisme, Positivisme,Fenomenologi,
Eksistensialisme, Modernisme, Postmodernisme, Hinduisme, Buddhisme, Javanisme,
dan banyak lagi.
5. Filsafat sebagai ilmu. Dalam hal ini filsafat diartikan sebagai sebuah disiplin atau
bidang studi yang diajarkan oleh sistem pendidikan atau universitas yang dikenal
sekarang ini. Biasanya mereka mempelajari wilayah-wilayah kajian yang sudah
terkategorisasi seperti metafisika, ontologi, epistemologi, etika, estetika, aksiologi,
4
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat, (Jakarta: Kencana, 2014), hal, 7.
5
Arif Sugianto, REKONSTRUKSI FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM: Studi Pemikiran Syed Muhammad
Naquib al Attas, (Yogyakarta: Bintang Pustaka Madani, 2021), hal 15-16.
6
Dikutip dari Mohammad Anas & Ilhamuddin Nukman, FILSAFAT ILMU Orientasi Ontologis,
Epistimologis, dan Aksiologis Keilmuan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2018), hal, 2-4.
filsafat hukum, filsafat politik, filsafat sosial, filsafat ekonomi, etika politik, filsafat
manusia, dan lain-lain.
6. Pandangan hidup atau weltanschauung. Hal ini terkait usaha sekelompok manusia
dalam usahanya menjawab permasalahan-permasalahan mendasar dari hidup, seperti
hakikat hidup manusia, kerja/karya, ruang waktu, relasi manusia-alam-Tuhan, dan
relasi manusia dengan manusia. Baik jawaban atas problem mendasar itu biasanya
terangkum dalam sistem nilai yang mendasar dan pokok, pengekspresian dalam budaya
masyarakat bersangkutan. Perangkat keyakinan konseptual yang telah meresap pada
masyarakat, manusia, bangsa yang telah “menubuh” dalam kebudayaan tersebut,
disadari atau tidak, itulah yang disebut sebagai “pandangan hidup” sebuah bangsa atau
masyarakat.
7. Pandangan dunia atau world view. Pandangan dunia lebih menitikberatkan pada
“sistem intelektual kognitif” yang menjadi acuan, persepsi dan pembentukan
pengetahuan atau ilmu pengetahuan. Artinya pandangan dunia lebih merupakan upaya
“memberi deskripsi umum tentang semesta (universum) yang melingkupi sebuah
masyarakat atau bangsa. Berbeda dengan pandangan hidup lebih terkait dan diisi oleh
“sistem normatif” yang menjadi acuan bagi sikap dan perilaku.
7
Dikutip dari Mohammad Anas & Ilhamuddin Nukman, FILSAFAT ILMU…, hal, 4.
menggapai ‘hikmah’ seperti ini, maka ia telah mendapat anugerah kebaikan
berlimpah.8
6. Fuad Hasan (1929-2007): Filsafat adalah ikhtiar manusia untuk memahami berbagai
manifestasi kenyataan melalui upaya berpikir sistematis, kritis dan radikal.9
Untuk mendefinisikan filsafat memanglah sulit, tetapi upaya untuk memberi
pengertian mengenai filsafat tetap diperlukan. Dari pengertian yang telah dikemukakan
oleh para ahli sudah cukup dimengerti dan para ahli merumuskan filsafat secara
berbeda-beda. Oleh karenanya, Mohammad Hatta dan Langeveld menyarankan agar
filsafat tidak didefinisikan. Biarlah seseorang mendefinisikan filsafat menurut
konotasinya sendiri setelah ia belajar filsafat.10 Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
komprehensif yang berusaha memahami persoalan-persoalan yang timbul di dalam
keseluruhan ruang lingkup pengalaman manusia. Dengan demikian diharapkan
manusia agar dapat mengerti dan memiliki pandangan yang menyeluruh dan sistematis
mengenai alam semesta dan tempat manusia di dalamnya.11
Menurut Imam Barnadib menyebutkan bahwa filsafat pendidikan adalah ilmu yang
hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan.
Artinya filsafat pendidikan merupakan aplikasi suatu analisis filosofis terhadap
pendidikan. Menurut Ali Saifullah mengartikan filsafat pendidikan sebagai lapangan
studi mengarahkan pusat perhatiannya dan memusatkan kegiatannya pada dua fungsi
tugas normatif ilmiah yaitu: a). kegiatan merumuskan dasar-dasar, dan tujuan-tujuan
pendidikan, konsep tentang sifat hakikat manusia, serta konsep hakikat hakikat dan
segi-segi pendidikan serta isi moral pendidikannya. b). kegiatan merumuskan sistem
atau teori pendidikan (science of education) yang meliputi politik pendidikan,
kepemimpinan pendidikan atau organisasi pendidikan, metodologi pendidikan dan
pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam
pembangunan masyarakat dan negara.12
8
Dikutip dari Husaini Adian, Filsafat Ilmu (Perspektif Barat dan Islam), (Jakarta: Gema Insani, 2013), hal,
14.
9
Dikutip dari Mahfud Junaedi, Paradigma Baru Filsafat Pendidikan Islam…, hal, 13.
10
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam…, hal, 19.
11
Afifuddin Harisah, “Filsafat Pendidikan Islam Prinsip Dasar Pengembangan, (Yogyakarta: Deepublish,
2018), hal, 3.
12
Albar Adetary Hasibuan, Filsafat Pendidikan Islam Tinjauan Pemikiran Al-Attas dan Relevansinya
dengan Pendidikan di Indonesia, (Malang: UIN-Maliki Press, 2015), hal 29-31.
Implikasi pendidikan dapat dikelompokkan menjadi tiga konsep, yaitu asal mula
manusia, hakikat manusia, dan takdir manusia. (Herman Harrell Horne: 2020, 312)
13
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam…, hal, 43.
14
Albar Adetary Hasibuan, Filsafat Pendidikan Islam…, hal, 41-42.
mengenai hubungan antara pikiran, bahasa, dan realita.15 Pengertian selalu
berkaitan dengan bahasa, pengertian tentang sesuatu objek dirumuskan dalam
bentuk definisi yang menggunkan bahasa. Analisis bahasa adalah usaha untuk
mengadakan interpretasi yang menyangkut pendapat atau pendapat-pendapat
mengenai makna yang dimillikinya.
4. Pendekatan historis artinya mengambil pelajaran dari peristiwa dan kejadian
masa lalu. Suatu kejadian atau peristiwa dalam pandangan kesejarahan terjadi
sebab akibat dan peristiwa sejarah berguna untuk memberikan petunjuk dalam
membina masa depan.
5. Pendekatan ilmiah terhadap masalah aktual, yang pada hakikatnya merupakan
pengembangan dan penyempurnaan dari pola berpikir rasional, empiris dan
eksperimental yang telah berkembang pada masa kejayaan filsafat dalam Islam.
6. Pendekatan komprehensif yang terpadu antara sumber naqliah, aqliah,
imamiah. Kebenaran yang sebenarnya adalah kebenaran yang diyakini
merupakan kebenaran. Kebenaran yang mendatangkan jiwa bukan kebenaran
yang mendatangkan keraguan.
15
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam…, hal, 50.
16
Afifuddin Harisah, “Filsafat Pendidikan Islam Prinsip Dasar Pengembangan…, hal, 41-42.
C. Hubungan Filsafat dan Pendidikan Islam
Filsafat dan pendidikan Islam memiliki kaitan yang sangat erat. Hubungan antara keduanya
dapat dibedakan dan tidak dapat dipisahkan. Menurut Daniel Secara singkat hubungan
antara keduanya dapat dirumuskan sebagai berikut:17
1. Filsafat pendidikan memberikan pandangan-pandangan falsafahnya kepada teori
pendidikan, khususnya pandangannya tentang manusia, peserta didik, tujuan
pendidikan, dan bagaimana seharusnya belajar.
2. Teori pendidikan sebagai sebuah disiplin ilmu yang otonom, sering menemui masalah-
masalah yang membutuhkan bantuan filsafat pendidikan. Kadang-kadang pandangan
filsafat pendidikan dapat mengubah teori pendidikan.
3. Jika suatu teori pendidikan tidak dapat dpertanggungjawabkan secara filsafah,
khususnya yang berhubungan dengan hidup manusia maka akan mengakibatkan
perlakuan yang tidak bertanggungjawab.
4. Pelaksanaan teori pendidikan sering memberikan bahan-bahan baru kepada filsafat
pendidikan untuk direnungkan.
5. Teori pendidikan dapat meng-cover pandangan filsafat pendidikan yang cocok
baginya, meskipun pandangan-pandangan tersbeut harus diolah kembali.
Pendidikan memiliki sisi penting untuk membangun filsafat hidup, untuk dijadikan
pedoman dalam menjalani kehidupan sehari-hari agar selalu dalam keteraturan. Kemudian
filsafat memberikan sumbangan berupa kesadaran menyeluruh asal mula, eksistensi dan
tujuan kehidupan. Tanpa filsafat, pendidikan tidak bisa berbuat apa-apa, tidak tahu yang
harus dikerjakan, dan sebaliknya tanpa pendidikan filsafat tetap berada dalam dunia
utopianya.18
17
Mar’atus Sholikhah, “Hubungan antara Filsafat dengan Pendidikan,” Tabyin Jurnal Pendidikan Islam,
Vol. 02, No. 02, Desember 2020, hal 27-28.
18
St. Wardah Hanafie Das, “Hubungan Filsafat, Manusia, dan Pendidikan,” ISTIQRA, Vol. 1, No. 1,
September 2013, hal 71.
PENUTUP
A. Simpulan
Kata filsafat secara etimologi berasal dari bahasa Yunani: philos, (suka, cinta) dan
Sophia (kebijaksanaan). Dengan demikian filsafat itu berarti cinta pada kebijaksanaan.
Adapula yang berpendapat mengungkapkan filsafat berasal dari bahasa Arab falsafah.
Filsafat berasal dari kata Arab falsafah dengan timbangan fa’lala, fa’lalah, dan fi’al.
Kemudian, pendapat berikutnya bahwa filsafat berasal dari bahasa Inggris philo dan
sophos. Philo berarti cinta dan sophos berarti ilmu atau hikmah.
Menurut Imam Barnadib menyebutkan bahwa filsafat pendidikan adalah ilmu yang
hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan.
Artinya filsafat pendidikan merupakan aplikasi suatu analisis filosofis terhadap
pendidikan. Menurut Ali Saifullah mengartikan filsafat pendidikan sebagai lapangan studi
mengarahkan pusat perhatiannya dan memusatkan kegiatannya pada dua fungsi tugas
normatif ilmiah yaitu: a). kegiatan merumuskan dasar-dasar, dan tujuan-tujuan pendidikan,
konsep tentang sifat hakikat manusia, serta konsep hakikat hakikat dan segi-segi
pendidikan serta isi moral pendidikannya. b). kegiatan merumuskan sistem atau teori
pendidikan (science of education) yang meliputi politik pendidikan, kepemimpinan
pendidikan atau organisasi pendidikan, metodologi pendidikan dan pengajaran, termasuk
pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat dan negara.
Secara umum ada empat urgensi dalam mempelajari Filsafat Pendidikan, yaitu 1.
Membantu para pendidik menjadi paham akan persoalan-persoalan mendasar pendidikan;
2. Memungkinkan para pendidik untuk dapat mengevaluasi secara lebih baik mengenai
tawaran-tawaran yang merupakan solusi bagi persoalan-persoalan tersebut; 3. Membekali
para pendidik berpikir klarifikatif tentang tujuan-tujuan hidup dan pendidikan; 4. Memberi
bimbingan dalam mengembangkan suatu sudut pandang yang konsisten secara internal,
dan dalam mengembangkan suatu program pendidikan yang berhubungan secara realistik
dengan konteks dunia global yang lebih luas.
Pendidikan memiliki sisi penting untuk membangun filsafat hidup, untuk dijadikan
pedoman dalam menjalani kehidupan sehari-hari agar selalu dalam keteraturan. Kemudian
filsafat memberikan sumbangan berupa kesadaran menyeluruh asal mula, eksistensi dan
tujuan kehidupan. Tanpa filsafat, pendidikan tidak bisa berbuat apa-apa, tidak tahu yang
harus dikerjakan, dan sebaliknya tanpa pendidikan filsafat tetap berada dalam dunia
utopianya.
DAFTAR PUSTAKA
Adian, Husaini. Filsafat Ilmu (Perspektif Barat dan Islam). Jakarta: Gema Insani,
2013.
Anas, Mohammad dan Ilhamuddin Nukman. FILSAFAT ILMU Orientasi Ontologis,
Epistimologis, dan Aksiologis Keilmuan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2018.
Bahri, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam. Indrammayu: Penerbit Adab, 2020.
Das, St. Wardah Hanafie. “Hubungan Filsafat, Manusia, dan Pendidikan,” ISTIQRA.
Vol. 1, No. 1, September 2013.
Daulay, Haidar Putra. Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat. Jakarta:
Kencana, 2014.
Harisah, Afifuddin. “Filsafat Pendidikan Islam Prinsip Dasar Pengembangan.
Yogyakarta: Deepublish, 2018.
Hasibuan, Albar Adetary. Filsafat Pendidikan Islam Tinjauan Pemikiran Al-Attas
dan Relevansinya dengan Pendidikan di Indonesia. Malang: UIN-Maliki
Press, 2015.
Junaedi, Mahfud. Paradigma Baru Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana,
2021.
Sholikhah, Mar’atus. “Hubungan antara Filsafat dengan Pendidikan.” Tabyin Jurnal
Pendidikan Islam. Vol. 02, No. 02, Desember 2020.
Sugianto, Arif. REKONSTRUKSI FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM: Studi
Pemikiran Syed Muhammad Naquib al Attas. Yogyakarta: Bintang Pustaka
Madani, 2021.
Suharto, Toto. Filsafat Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.