Anda di halaman 1dari 5

TEORI – TEORI FILSAFAT ILMU DARI BEBERAPA AHLI

Kata filsafat berasal dari kata yunani filosofia, yang berasal dari kata kerja filosofein
yang berarti mencintai kebijaksanaan. Kata tersebut juga berasal dari kata yunani philosophis
yang berasal dari kata kerja philen yang berarti mencintai, atau philia yang berarti cinta dan
sophia yang berarti kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata inggris philosophy yang biasanya
diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Definisi filsafat sebagai ilmu. Di dalam sistematik
filsafat, hasbulloh Bakry menyebutkan beberapa definisi ilmu filsafat dari filosuf-filosuf
terkenal barat dan timur sebagai berikut:

1. Plato
Plato adalah ahli filsafat yang terkenal pada abad yunani kuno, pada tahun 427-347
SM. Pada zaman tersebut terkenal dengan masa keemasan dari filsafat, karena dian
menggunakan akal sebagai alur kehidupan dimana penduduknya diberi kebebasan untuk
berfikir dan lebih cenderung ke dialog-dialog yang merupakan metode filosofi dan seni
manusiawi yang paling tinggi. Dalam metodenya dialektika mulai diperluas dengan cara
penalaran yang maju dan logis.

Dalam kepemimpinanya lebih dikenal dengan metode dialektika yang menuangkan


dialo-dialog, teori, dan ide-ide yang mengidealkan negara pesemakmuran. Pandangan Plato
yang bersendi pada ajaran tentang ide-ide diaplikasikan melalui teori pengetahuan dualisme
dunia yang dipraktikkan dalam kehidupan. Ajaran-ajaran Plato dibagi sebagai berikut:

 Ajaran tentang ide-ide


 Ajaran tentang jiwa
 Ajaran tentang etika
 Ajaran tentang negara

2. Aristoteles
Menurut Aristoteles filsafat ilmu adalah sebab dan asas segala benda. Filsafat ilmu
merupakan ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu
metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika. Oleh karena itu, ia menamakan
filsafat sebagai Theologi. Filsafat sebagai refleksi dari pemikiran sistematis manusia atas
realitas dan sekitarnya, tidak berdiri sendiri dan tidak tumbuh di tempat atau ruang yang kosong.
Lingkungan keluarga, sosial alam dan potensi diri akan ikut mempengaruhi seseorang dalam
melakukan refleksi filosofis. Oloh karenanya, dalam sejarah pemikiran manusia terdapat tokoh
pemikir ataupun filosof yang selalu saja muncul dari zaman ke zaman dengan tema yang
berbeda-beda.

3. Al-Farabi
Al-Farabi menguasai berbagai cabang ilmu pengetahuan. Al-farabi memandang
semantic sebagai alat atau sebagai sarana “untuk menetapkan hokum umum guna memperkuat
kesanggupan berpikir yang dapat membawa manusia kejalan yang tepat menuju kebenaran.
Menurut al-Farabi, terdapat tiga macam keutamaan, yaitu Keutamaan Pandangan, keutamaan
berpikir dan keutamaan akhlak. Dalam Tahshilus-Sa’adah ia mengatakan : “ masalah
kemanusiaan yang jika dihayati oleh bangsa-bangsa atau oleh penduduk suatu negri dapat
mendatangkan kebahagiaan duniawi dalam kehidupan pertama dan kebahagiaan yang jauh
lebih tinggi didalam kehidupan akhirat, ada tiga yaitu : Pandangan utama, akhlak utama dan
perbatan utama.

Yang dimaksud dengan “ pandangan utama” ialah berbagai jenis ilmu menuju kepada
pengetahuan tentang semua yang ada di alam wujud, dan ini terbagi dalam dua bagian : Ilmu
Fithriyyah badihiyyah ( yakni pengetahuan yang dicapai melalui intuisi ) dan ilmu lainya yang
dapat dicapai dengan jalan pengamatan, penelitian, pengajaran dan belajar. Semua ilmu tersebut
terdiri dari tiga jenis pokok, yaitu ilmu pasti,ilmu alam dan ilmu ketuhanan atau metafisik. Al-
farabi telah memberikan klasifikasi tentang ilmu pengetahuan dalam tujuh bagian, yaitu: logika,
percakapan, matematika, physika, metaphysika, politik, dan ilmu fikhi (jurisprudence). Ketujuh
ilmu pengetahuan ini telah melingkupi seluruh kebudayaan Islam pada masa itu

4. Immanuel Kent
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang menjadi pokok pangkal dari segala
pengetahuan, yang mencakup masalah epistomologi, masalah etika dan masalah ketuhanan
(keagamaan). Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala
pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan yaitu metafisika, etika agama dan
antropologi. Yaitu,

 Apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika)


 Apakah yang boleh kita kerjakan? (dijawab oleh etika)
 Sampai dimanakah pengharapan kita? (dijawab oleh agama)
 Apakah yang dinamakan manusia? (dijawab oleh anthroposlogi)

5. Hasbullah Bakry
Menurut Hasbullah Bakry dalam bukunya Sistematik Filsafat, (1971:11)
mendefinisikan bahwa filsafat merupakan sejenis pengetahuan yang menyelidiki segala
sesuatu dengan mendalam mngenai ketuhanan, alam semesta dan manusia. Sehunnga dapat
menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya dan sejauh yang dapat dicapai akal
manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setalah mengetahui pengetahuan
tersebut. Dari penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa filsafat merupakan ilmu pengetahuan
yang mencakup objek umum dan bersifat rasional yang menjelaskan bagaimana manusia
menerapkan dan mengembangkan hal tersebut dalam kehidupannya.
KEGUNAAN FILSAFAT DAN

HUBUNGANNYA DENGAN PENDIDIKAN

1. Kegunaan Filsafat

Pemanfaatan filsafat dalam kehidupan dapat dibagi menjadi dua macam yaitu
kegunaan secara umum dan kegunaan secara khusus. Kegunaan secara umum yaitu manfaat
yang dapat diambil oleh orang yang mempelajari ilmu filsafat ini secara mendalam , manfaat
tersebut dapat berupa memudahkan dalam penyelesaian masalah-masalah secara kritis. Ciri dari
pemanfaatan filsafat secara umum ini yaitu ketidakterikatan oleh ruang dan waktu. Kegunaan
secara khusus yaitu dapat berupa pemecahan masalah secara tertentu atau spesifik dalam
dimensi ruang dan waktu yang terbatas.

Plato merasakan bahwa berpikir dan memikirkan adalah hal yang nikmat luar biasa
sehingga filsafat diberi predikat sebagai keingginan yang maha berharga. kegunaan filsafat
filsafat dapat di kelompokkan menjadi guna filsafat secara teoritis dan guna filsafat secara
praktis. Guna filsafat secara teoritis yakni, sebagai sumber ilmu lain, membantu dalam
membuat definisi, pemersatu ilmu, dan sebagai pemberi penfsiran yang terdalam, sedangkan
guna filsafat secara praktis yakni, sebagai pendorong berfikir kritis dan sebagai pembangun
hidup kemanusiaan. Menurut’ Salam (1988:24) filsafat mempunyai kegunaan sebagai berikut:

1. Melatih diri untuk berfikir kritis dan runtut serta menyusun hasil pemikiran tersebut secara
sistematis.
2. Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berpikir dan bersikap
sempit dan tertutup.
3. Melatih diri melakukan penelitian, pengkajian, dan memutuskan atau mengambil
kesimpulan mengenai sesuatu hal secara mendalam dan komperhensif.
4. Menjadikan diri bersikap dinamis dan terbuka menghadapi berbagai problem.
5. Membuat diri menjadi menusia yang penuh toleransi dan tenggang rasa.
6. Menjadi alat yang berguna bagi manusia baik untuk kepentingan pribadi maupun dalam
hubungan dengan orang lain.
7. Menyadari kedudukan manusia sebagai makhluk pribadi dalam hubunganya dengan
orang lain, alam sekitar, dan Tuhan Yang Maha Esa.
8. Menjadikan manusia lebih taat kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Hubungan Filsafat dengan pendidikan

Filsafat dan pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. baik dilihat
dari proses, jalan, serta tujuannya. Filsafat, jika dilihat dari fungsinya secara praktis, adalah
sebagai sarana bagi manusia untuk dapat memecahkan berbagai problematika kehidupan yang
dihadapinya, termasuk dalam problematika di bidang pendidikan. Oleh karena itu, apabila
dihubungkan dengan persoalan pendidikan secara luas, dapat disimpulkan bahwa filsafat
merupakan arah dan pedoman atau pijakan dasar bagi tercapainya pelaksanaan dan tujuan
pendidikan. Jadi, filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan yang merupakan penerapan analisis
filosofis dalam lapangan pendidikan.

Keberadaan filsafat dalam ilmu pendidikan, menurut Arifin, bukan merupakan


insidental. Artinya, filsafat itu merupakan teori umum dari pendidikan, landasan dari semua
pemikiran mengenai pendidikan. Filsafat mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan menyelidiki
aspek-aspek realita dan pengalaman yang banyak didapatkan dalam bidang pendidikan. Dengan
melihat tugas dan fungsinya, maka pendidikan harus dapat menyerap, mengolah, menganalis,
dan menjabarkan aspirasi dan idealitas masyarakat itu dalam jiwa generasi penerusnya.

Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan berikut:


1. Filsafat, dalam arti filosofis merupakan satu cara pendekaatan yang dipakai
dalam memecahkan problematikan.
2. Filsafat berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurut
aliran tertentu yang memiliki relevansi dengan kehidupan nyata.
3. Filsafat, dalam hal ini filsafat pendidikan, mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk
dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan
(pedagogik).

Di samping hubungan fungsional tersebut, antara filsafat dan teori pendidikan, juga
terdapat hubungan yang bersifat suplementer, sebagaimana dikemukakan oleh Ali Saefullah
dalam bukunya antara Filsafat dan pendidikan, sebagai berikut:

1. Kegiatan merumuskan dasar-dasar, dan tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang sifat


hakikat manusia, serta konsepsi hakikat dan segi-segi pendidikan serta ini moral
pendidikannya.
2. Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan yang meliputi politik pendidikan,
kepemimpinan pendidikan atau organisasi pendidikan, metodologi pendidikan dan
pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan peran pendidikan dalam pembangunan
masyarakat dan negara.
FUNGSI FILSAFAT PENDIDIKAN

Fungsi filsafat pendidikan adalah menyelidiki perbandingan pengaruh-pengaruh dari


filsafat-filsafat yang kompetitif dalam proses kehidupan dan dari kemungkinan proses-proses
pendidikan dan pembinaan watak guna menemukan pengelolaan pendidikan yang dikehendaki
untuk membina watak yang paling konstruktif bagi kaum muda dan tua. Di samping itu, fungsi
filsafat pendidikan juga untuk membantu tujuan-tujuan pedagogis yang meliputi empat aspek
yang saling berhubungan, yaitu fungsi analisis, evaluasi, spekulatif, dan integratif. Hal senada
juga seperti yang diungkapkan Brameld bahwa fungsi filsafat pendidikan sebagai alat analisis,
kritik, sintesis, dan penilaian

1. Fungsi Spekulatif
Fungsi spekulatif dalam filsafat pendidikan, berusaha mengerti keseluruhan persoalan
pendidikan dan mencoba merumuskannya dalam satu gambaran pokok sebagai pelengkap bagi
data-data yang telah ada dari segi ilmiah. Filsafat pendidikan berusaha mengerti keseluruhan
persoalan pendidikan dan antar hubungannya dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi
pendidikan.
2. Fungsi Normatif
Fungsi normatif dalam filsafat pendidikan, sebagai penentu arah dan pedoman untuk apa
pendidikan itu. Asas ini tersimpul dalam tujuan pendidikan, jenis masyarakat apa yang ideal
yang akan dibina. Khususnya norma moral yang bagaimana sebaiknya manusia cita-citakan.
Bagaimana filsafat pendidikan memberikan norma, pertimbangan bagi kenyataan-kenyataan
normatif dan kenyataan-kenyataan ilmiah, yang pada akhirnya membentuk kebudayaan.
3. Fungsi Kritik
Fungsi kritik terutama untuk memberi dasar bagi pengertian kritis rasional dalam
pertimbangan dan menafsirkan data-data ilmiah. Misalnya, data pengukuran analisa evaluasi,
baik kepribadian, maupun achievement (prestasi). Fungsi kritik bararti pula analisis dan
komparatif atas sesuatu, untuk mendapat kesimpulan. Bagaimana menetapkan klasifikasi
prestasi itu secara tepat dengan data-data obyektif (angka-angka, statistik), juga untuk
menetapkan asumsi atau hipotesa yang lebih resonable. Filsafat harus kompeten, mengatasi
kelemahan-kelemahan yang ditemukan bidang ilmiah, melengkapinya dengan data, dan
argumentasi yang tak didapatkan dari data ilmiah.

4. Fungsi Teori dan Praktek


Dalam fungsi teori dan praktek, semua ide, konsepsi, analisa, dan kesimpulan-kesimpulan
filsafat pendidikan berfungsi teori. Dan teori ini adalah dasar bagi pelaksanaan atau praktek
pendidikan. Dengan demikian, filsafat memberikan prinsip-prinsip umum bagi suatu praktek.

5. Fungsi Integratif
Fungsi integratif filsafat pendidikan adalah wajar, artinya sebagai pemadu fungsional
semua nilai dan asas normatif dalam ilmu pendidikan (ilmu kependidikan sebagai ilmu
normatif). Dalam mengkaji peranan filsafat pendidikan, dapat ditinjau dari tiga lapangan
filsafat, yaitu metafisika, epistimologi, dan aksiologi.

Anda mungkin juga menyukai