Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Penyusunan makalah “ Kapita Pembelajaran Fisika ” bertujuan untuk


memenuhi tugas dan kewajiban sebagai mahasiswa serta agar mahasiswa yang lain
dapat melakukan kegiatan seperti yang sya lakukan. Dengan ini saya mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman yang saling mendukung
dalam pembuatan tugas.

Tiada gading yang tak retak, demikian pepatah mengatakan. Kami sadari
tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga kami dapat memperbaiki
kesalahan kami.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih. Semoga tugas ini bermanfaat dan
berguna bagi kita semua.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii


DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
2.1 Teori Ausubel............................................................................................................ 3
2.2 Prinsip dalam teori belajar Ausubel .......................................................................... 7
2.3 Tipe-tipe belajar dalam teori Ausubel ....................................................................... 8
2.4 Implementasi teori belajar Ausubel dalam pelajaran Fisika ..................................... 9
BAB III............................................................................................................................. 12
PENUTUP........................................................................................................................ 12
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 12
3.2 Saran ....................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................iv

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar merupakan perubahan tingkah laku pada diri manusia. Kegiatan
beajar sangat dipengaruhi bermacam-macam factor. Metode dan strategi belajar
sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Keberhasilan siswa mencapai suatu
tahap hasil belajar memungkinkannya untuk belajar lebih lancer dalam mencapai
tahap selanjutnya. Strategi pembelajaran tidak terlepas dari teori belajar yang
dihasilkan oleh pakar-pakar pendidikan. Teori belajar yang bersumber dari pakar
pendidikan atau pakar psikologi pendidikan banyak macamnya, seperti teori
pembelajran Ausubel.
Teori David Paul Ausubel adalah berkaitan dengan bagaimana individu
mempelajari sejumlah material yang berarti dari verbal/tekstual presentasi di
sekolah, pengaturan (berbeda dengan teori-teori dikembangkan dalam konteks
percobaan laboratorium). Menurut Ausubel (Journal International, 1962: 66),
belajar adalah berdasarkan jenis proses superordinat, representasi, dan kombinasi
yang terjadi selama penerimaan informasi. Sebuah proses utama dalam belajar
adalah subsumption di mana materi baru terkait dengan gagasan yang relevan dalam
struktur kognitif yang ada, berdasarkan substantive non-kata.
David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Inilah yang
membedakan Ausubel dari teoriawan-teoriawan lainnya yang hanya berlatar
belakang psikologi, tetapi teori-teori mereka diterjemahkan dari dunia psikologi ke
dalam penerapan pendidikan. Ausubel memberi penekanan pada “belajar
bermakna” serata retensi dan variabel-variabel yang berhubungan dengn macam
belajar ini. Dalam makalah ini akan di bahas prinsip-prinsip belajar menurut
Ausubel, yaitu belajar bermaakna, belajar hafalan, peristiwa subsumsi, diferensiasi
progresif, penyesuaian integrative, belajar superodinat, pengatur awal, serta
bagaimana teori ini diterapkan dalam mengajar

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori belajar Ausubel ?
2. Bagaimana prinsip dalam teori belajar Ausubel?
3. Bagaimana tipe-tipe belajar Ausubel?
4. Bagaimana implementasi teori belajar Ausubel pada pelajaran Fisika?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui teori belajar Ausubel
2. Mengetahui prinsip dalam teori belajar Ausubel
3. Mengetahui tipe-tipe belajar Ausubel
4. Mengetahui implementasi belajar Ausubel pada pelajaran Fisika

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Ausubel


David Ausubel, seorang ahli pendidikan mengklasifikasikan belajar ke
dalam 2 dimensi. Pertama, dimensi penerimaan/penemuan berhubungan dengan
cara bagaimana suatu materi pelajaran disampaikan atau dipresentasikan. Belajar
penerimaan dimaksudkaan siswa menerima informasi atau materi pelajaran dalam
bentuk yang sudah “Fixed” / final. Sedangkan belajar penemuan, maksudnya siswa
diharapkan dapat menemukan sendiri informasi atau konsep dari materi pelajaran
yang disampaikan.
Dimensi kedua, yaitu belajar bermakna/hafalan, berhubungan dengan bagaimana
cara siswa mengkaitkan materi pelajaran baru dengan struktur kognitif yang telah
ada pada diri siswa. Struktur kognitif tersebut dapat berupa fakta-fakta, konsep-
konsep, maupun generalisasi yang telah diperoleh atau bahkan difahmi sebelumnya
oleh siswa. Jika siswa dapat mengkaitkan materi pelajaran baru dengan struktur
kognitif yang sudah ada, maka akan terjadi proses belajar bermakna.
Kedua dimensi tersebut, baik ditinjau dari bagaimana cara materi pelajaran
disampaikan maupun bagaimana cara siswa belajar tidak merupakan suatu hal yang
dikolomi, melainkan sesuatu yang kontinyu.
Untuk lebih memudahkan mencerna apa yang telah dibahas, disajikan matrik
hubungan aantara belajar (hafalan bermakna) dan proses belajar mengajar (
penemuan/penerimaan) menurut Ausubel dan Robinson (1969) sebagaimana
dikutip oleh Dahar (1988) sebagai berikut :

3
Tabel 1. Bentuk-bentuk belajar

Siswa mngasimilasi Belajar dapat


matri pelajaran Hafalan Bermakna
Materi disajikan dalam Materi disajikan dalam bentuk
bentuk final final
Secara Penerimaan
Siswa menghafal materi Siswa memasukkan materi ke
pelajaran dalam struktur kognitif
Materi ditemukan oleh Siswa menemukan materi
siswa
Secara Penemuan Siswa menghafal materi Siswa memasukan materi
pelajaran pelajaran materi ke dalam
struktur kognitif

Gambar 1. Dua kontinyu belajar menurut Novak (1985)

Belajar Menjelaskan Pengajaran audio- Penelitian


hubungan antar tutorial yang baik
Bermakna ilmiah
konsep

Penyajian melalui Kegiatan Sebagi besar


ceramah atau buku dilaboratorium penelitiannrutin atau
pelajaran sekolah produksi intelektual

Menerapkan rumus- Pemecahan masalah


Belajar Daftar perkalian
rumus untuk dengan coba-coba
Hafalan memecahkan masalah

Belajar Belajar Belajar


penerimaan penemuan penemuan
terpimpin mandiri

4
Dari Gambar tersebut dapat terlihat bahwa pada sumbu mendatar semaakin ke
kanan kadar belaajar penerimaan berkurang, sebaliknya kadar belajar penemuan
makin besar. Pada sumbu vertikal, semakin keatas kadar belajar hafalan berkurang,
sebaliknya kadar belajar bermakna makin tinggi. Belajar bermakna merupakan inti
teori belajar Ausubel.

a. Belajar Bermakna
Belajar bermakna, menurut Ausubel terjadi jika informasi atau pelajaran
baru dapat dikaitkan dengan konsep-konsep relevan yang terdapat di dalam struktur
kognitif siswa. Dengan dasar hal tersebut dpat terlihat bahwa sangat penting bagi
guru untuk mengetahui konsep-konsep yang telah diketahui oleh siswa. Dengan
mengetahui apa yang telah diketahui oleh siswa seorang guru dapat menyusun
persiapan pelajaran secara baik, agar proses belajar bermakna dapat berlangsung
seperti, dinyatakan oleh Ausubel (1968) dalam bukunya Educational Psychology.
A Cognitive View, sebagaimana dikutip oleh Sutherland (1992:79) sebagai berikut;
“The most important thing for teachers to know at the outset of the
teaching is what each pupil knows. The teaachers can then plan a learning
progranme for each pupil, taking his initial knowledge and learning
strategies as the startingpoint”.

Pernyataan Ausubel tersebut mengisyaratkan bahwa hal yang paling


penting bagi para guru dalam mengajar adalah mengetahui apa yang telah diketahui
oleh setiap siswa. Selanjutnya menggunakan pengetahuan awal siswa sebagai
permulaan untuk memulai pelajran. Selain itu Ausubel juga menyatakan bahwa
anak-anak membutuhkan bimbingan agar mereka dapat belajar secara efektif.

Hal yang sukar untuk memahami proses belajar bermakna adalah


mengetahui dan menjelaskan bagaimana mekanisme secara biologis proses
penyimpanan pengetahuan di dalam otak.

b. Faktor-faktor yang mempngaruhi belajar bermakna

Beberapa factor yang mempengaruhi belajar bermakna, menurut Ausubel


(1963; dikutip oleh Dahar, 1998) adalah :

5
a. Struktur kognitif yang ada
b. Stabilitas, dan
c. Kejelasan pengetahuan pada suatu bidang studi tertentu dan pada waktu
tertentu

Sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti dari


pengetahuan/informasi yang masuk. Jika struktur kognitifnya stabil, jelas dan
teratur maka pengetahuan baru yang valis dan jelas akan terbentuk. Pengetahuan
tersebut akan cenderung bertahan lama. Sebaliknya jika struktur kognitifnya tidak
stabil, tidak jelas, dan tidak teratur, maka hal itu akan menghambat proses belajar
bermakna.

Agar belaajar bermakna dapat berlangsung secara baik, diperlukan prasyarat yang
harus dipenuhi. Prasyaarat yang dimaksud adalah ;

a. Materi yang akan dipelajari harus bermakna


b. Siswa yang belajar harus punya tujuan (niat) ingin belajar bermakna

Kedua prasyarat tersebut mengharuskan materi yang diajarkan memiliki


kebermaknaaan logis dan pada struktur kognitif siswa ada gagasan-gagasan yang
relevan. Selain itu siswa juga harus mempunyai kesiapan dan niat untuk
melakukannya, karena tujuan/niat siswa merupakan factor utama terlaksananya
belajar bermakna.

c. Kebaikan belajar bermakna

Belajar bermakna memiliki 3 kebaikan seperti dikemukakan oleh Ausubel (1968)


sebagai berikut;

- Informasi atau pengetahuan yang diperoleh dapat lebih lama diingat


- Mempermudah proses belajar selanjutnya untuk materi pelajaran yang
mirip
- Pengetahuan yang telah hilang (lupa) meninggalkan ‘sisa’, sehingga
mempermudah mempelajari pengetahuan yang mirip meskipun sudah
lupa.

6
2.2 Prinsip dalam teori belajar Ausubel

Menurut Dahar (2011), prinsip-prinsip yang perlu diperhatiakan untuk


menrerapkan teori Ausubel:

a. Pengaturan Awal
Menurut Ausubel (2000:11), mengatakan bahwa awal perangkat
pedagogic yang membantu menerapkan prinsip-prinsip dengan menghubungkan
kesenjangan antara apa yang pelajar sudah ketahui dan apa yang perlu ia ketahui.
Pengaturan awal mengarahkan para pelajar ke materi yang akan dipelajari dan
menolong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan dengan
materi itu, sehingga dapat digunakan dalam menanamkan pengetahuan baru.
Pengaturan awal ini berisi konsep-konsep atau ide-ide yang diberikan
kepada pelajarr jauh sebelum materi pelajaran yang sesungguhnya diberikan
(ndriyani, 2008). Ada 3 hal yang dapat dicapai dengan menggunakan pengaturan
awal; pengaturan awal memberikan kerangka konseptual untuk belajar yang bakal
terjadi berikutnya. Dapat menjadi penghubung antara informasi yang sudah dimiliki
pelajar saat ini dengan informasi baru yang akan diterima atau dipelajari berfungsi
sebagai jembatan penghubung sehingga memperlancar proses pengkodean pada
pelajar.
b. Diferensiasi Progresif

Diferensiasi progresif artinya proses penyusunan konsep yang akan


diajarkan. Menurut Dahar (2011:101), pengembangan konsep berlangsung paling
baik jika unsur-unsur yang paling umum atau paling insklusif diperkenalkan
terlebih dahulu, kemudian baru diberikan hal-hal yang lebih mendetil dan lebih
konsep dari konsep itu. Dengan perkataan lain, modl belajar menurut Ausubel pada
umumnya berlangsung dari umum ke khusus.

c. Belajar superordinate

Menurut Dahar (2011) menyebutkan belajar superordinate terjadi bila


konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsur-unsur suatu
konsep yang lebih luas, lebih inklusif. Sedangkan menurut Andriyani (2008:23),

7
untuk menerapkan strategi mengajar seperti ini perludilakukan analisis konsep.
Lanjutnya Andriyani mengatakan analisis konsep dilakukan untuk menemukan
kemudian menghubungkan konsep-konsep utama yang paling utama dan
superordinate dan mana konsep yang lebih khusus dan subordinat.

d. Penyesuaian Integratif

Untuk mencapai penyesuaiaan integrative, materi pelajaran hendaknya


disusun sedemikian rupa hingga kita menggerakkan hierarki konseptual dari atas
hingga ke bawah selama informasi disajikan. Menurut Dahar (20111), dalam
mengajar bukan hanya urutan menurut diferensiasi progresif yang diperhatikan,
melainkan juga harus diperhatikan bagaimana konsep-konsep baru dihubungkan
pada superordinate.

2.3 Tipe-tipe belajar dalam teori Ausubel

Tipe belajar menurut Ausubel ( Journal International, 1962:243) ada empat tipe
belajar, diantaranya;

a. Belajar dengan penemuan yang bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yang


telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajari itu. Atau sebaliknya,
siswa terlebih dahulu menemukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari
kemudian pengetahuan baru tersebut ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah
ada.
b. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari
ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah
dimilikinya, kemudian ia hafalkan.
c. Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna yaitu materi pelajaran yang telah
tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian
pengetahuan yang baru ia peroleh itu dikaitkan dengan pengetahuan lain yang
telah dimiliki.
d. Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna yaitu materi pelajaran yang
telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir,

8
kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu hafalkan tanpa mengaitkannya
dengan pengetahuan lain yang telah ia miliki.

Ausubel (Basleman dan Mappa, 2011:90) berpendapat bahwa guru harus


dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar bermakna.
Dari belajar mengasosiasikan sebuah pengalaman, fenomena dan fakta-fakta yang
ada di dalam lingkungannya, maka siswa akan memiliki sikap perilaku social yang
terbentuk dari sebuah pengalaman yang diterapkannya. Sama seperti Bruner dan
Gagne, Ausubel beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa terutama mereka yang
berada di tingkat pendidikan dasar, akan bermanfaaat kalau mereka banyak
dilibatkan dalam kegiatan langsung. Namun untuk siswa pada tingkat pendidikan
lebih tinggi, maka kegiatan langsung akan menyita banyak waktu untuk mereka.
Menurut Ausubel, lebih efektif kalau guru menggunakan penjelasan, peta konsep,
demonstrasi, diagram, dan ilustrasi.

2.4 Implementasi teori belajar Ausubel dalam pelajaran Fisika

Inti teori Ausubel ialah belajar bermakna (Dahar, 1989 : 112). Menurut
Ausubel, belajar bermakna merupakan suatu proses belajar dimana informasi baru
dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang
sedang belajar (Suparno, 1997 : 54). Belajar bermakna terjadi bila siswa mencoba
menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Ini terjadi
melalui belajar konsep dan perubahan konsep yang sudah ada, yang mengakibatkan
pertumbuhan dan perubahan struktur konsep yang telah dimiliki siswa. Sebagai
contoh, siswa telah mempunyai konsep “resonansi” dalam mekanika, yaitu keadaan
tertentu yang terjadi pada suatu benda, ketika kepadanya datang stimulus (pengaruh
dari luar) berupa gaya periodik yang frekuensinya sama dengan frekuensi alamiah
benda dapat bergetar itu. Namun konsep “resonansi” itu berbeda ketika siswa
mempelajari keadaan “resonansi” pada rangkaian RLC seri misalnya, atau keadaan
“resonansi” antara pemancar dan penerima.

9
Bila konsep yang cocok dengan fenomena baru itu belum ada dalam struktur
kognitif seseorang informasi baru harus dipelajari lewat belajar hafalan. Dalam
proses ini informasi baru tidak diasosiasikan dengan konsep yang telah ada dalam
struktur kognitif. Belajar ini perlu bila seseorang memperoleh informasi baru dalam
dunia pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang telah
siswa miliki (Suparno, 1997 : 54). Sebagai contoh siswa telah mempelajari atau
menguasai konsep-konsep refleksi dan refraksi dalam optika, namun ketika sampai
ke konsep-konsep “interferensi” misalnya, siswa harus belajar secara hafalan
karena belum ada konsep “interferensi” itu dalam struktur kognitifnya.
Prinsip lain yang dikemukakan oleh Ausubel adalah advance organizer (pengatur
awal). Advance Organizer merupakan kerangka dalam bentuk abstraksi atau
ringkasan konsep-konsep dasar dari apa yang harus dipelajari dan hubungannya
dengan apa yang telah ada dalam struktur kognitif siswa (Soekamto dkk, 1996 : 26).
Pengatur awal mengarahkan siswa ke materi yang akan mereka pelajari, dan
mendorong siswa untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang
dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru. Suatu pengatrur
awal dapat dianggap semacam pertolongan mental, dan disajikan sebelum materi
baru.
Penerapan teori belajar bermakna Ausubel dilakukan pada saat guru
mempersiapkan siswa berpartisipasi dalam pelaksanaan model-model
pembelajaran tertentu, terutama dalam (a) mengukur kesiapan siswa melalui uji
awal, (b) mengidentifikasi prinsip-prinsip mendasar dari materi baru (misalnya
rangkaian arus bolak-balik) yang harus dikuasai siswa sebelumnya, (c)
menghubungkan pelajaran sekarang dengan pengetahuan sebelumnya, (d) mengajar
siswa memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang ada dengan memberikan
fokus pada hubungan-hubungan yang ada, (e) memotivasi siswa dalam melakukan
eksperimen. Dengan mengambil materi contoh rangkaian arus bolak-balik,
penerapan teori Ausubel dapat dilakukan sebagai berikut. Untuk uji awal misalnya
: apa perbedaan arus bolak-balik dengan arus searah? mengapa untuk jaringan PLN
itu dipakai arus bolak-balik? dan sebagainya. Menyangkut prinsip-prinsip mendasar

10
arus bolak-balik yang harus dikuasai siswa seperti: tegangan dan arus bolak-balik
itu umumnya mempunyai bentuk sinusoidal, arus bolak-balik mempunyai harga-
harga efektif, maksimum dan rata-rata, dan sebagainya. Untuk menghubungkan
pelajaran rangkaian arus bolak-balik dengan pengetahuan sebelumnya antara lain:
arus bolak-balik itu dibangkitkan (dihasilkan) oleh generator AC, besarnya ggl yang
ditimbulkan generator AC adalah sesuai dengan hukum Faraday, dan sebagainya.
Adapun konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang perlu seperti ; induktansi,
kapasitansi (contoh konsep), pada rangkaian kapasitif kuat arus mendahului
tegangan dengan sudut fase 900 (contoh prinsip). Untuk memotivasi siswa
dilakukan eksperimen seperti : merangkai, sirkuit untuk mengamati resonansi.

11
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran bermakna adalah suatu proses pembelajaran di mana
informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki
seseorang yang sedang melalui pembelajaran. Pembelajaran bermakna terjadi
apabila siswa boleh menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan
mereka. Inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses belajar akan
mendatangkan hasil atau bermakna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran
yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada
dalam struktur kognisi siswa. Dalam teori Ausubel memiliki 4 prinsip yaitu
pengaturan awal Diferensiasi Progresif, belajar superordinate. Selain itu, pada teori
belajar Ausubel juga terdapat 4 tipe seperti. belajar dengan penemuan yang
bermakna, belajar dengan penemuan yang tidak bermakna, belajar menerima
(ekspositori) yang bermakna, belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna.

3.2 Saran
Saran dari penulis yaitu guru diharapkan dapat menerapkan teori belajar
menurut Ausubel dengan baik kepada peserta didik. Dan diharapkan agar peserta
didik juga lebih cepat faham jika menggunakan teori tersebut.

12
DAFTAR PUSTAKA
Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga

Harefa, 2013. Penerapan Teori Pembelajara Ausubel Dalam Pembelajaran. Medan:


Universitas Darmawangsa

Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta :


Kanisius

iv

Anda mungkin juga menyukai