Anda di halaman 1dari 8

SITI HANA – 21156005

UTS FILSAFAT ILMULOGIKA

1. MANUSIA
a) Makna menjadi manusia
Pengertian manusia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah makhluk yang berakal budi / mampu menguasai makhluk lain.
Manusia adalah makhluk yang sangat sosial dan cenderung hidup
dalam struktur sosial yang kompleks yang terdiri dari banyak kelompok
yang saling bekerja sama dan bersaing, mulai dari keluarga dan jaringan
kekerabatan hingga negara politik. Oleh karenanya, interaksi sosial antara
manusia telah membentuk berbagai macam nilai, norma sosial, bahasa,
dan ritual, yang masing-masing menopang komunitas manusia. Keinginan
untuk memahami dan mempengaruhi fenomena telah memotivasi manusia
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, hukum,
mitologi, agama, dan bidang studi lainnya. (Wikipedia). Menjadi manusia
berarti berada di pusat alam semesta kita sendiri, mengalami kehidupan
dengan segala warna dan potensinya .
b) hubungan manusia dan berpikir
KBBI mendefinisikan berpikir sebagai cara teratur yang digunakan
untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang
dikehendaki. Proses berpikir terdiri dari menerima informasi, mengolah,
dan menyimpannya dalam ingatan.
Berbeda dengan makhluk hidup lainnya, manusia dibekali dengan
akal dan hasrat ingin tahu tentang hal-hal serta peristiwa yang terjadi di
sekelilingnya. Untuk menjawab keingintahuan itu, mereka harus berpikir.
Dijelaskan dalam situs Study Master, berpikir melibatkan seluruh
proses belajar, mengingat, dan mengatur mental untuk memahami
informasi dengan lebih baik dan mengingatnya nanti. Dengan berpikir,
manusia mampu memecahkan masalah, mempelajari hal baru, memahami
konsep, dan memproses pengalaman diri.
Manusia butuh berpikir untuk menelaah masalah yang tengah
dihadapi. Tanpa melibatkan proses ini, masalah tersebut tidak akan
terselesaikan dengan baik atau bahkan benar-benar terabaikan
c) hubungan manusia dan pengetahuan
Manusia mendapatkan ilmu pengetahuannya dari pengalaman-
pengalaman yang didapatkannya dan logika yang dimiliki. Dari
pengalaman-pengalaman tersebut manusia terus mengolahnya dengan
cara berpikir sehingga menghasilkan suatu ilmu pengetahuan. manusia
tidak saja mampu memperoleh pengetahuan yang diperlukan dalam
hidupnya, tetapi juga mengembangkannya menjadi beraneka ragam
pengetahuan. Berkat pengetahuannya, manusia dapat mengenali dan
menguasai dan mengolah berbagai daya isi dunia untuk kehidupannya.

2. HAKIKAT FILSAFAT
Istilah “filsafat” ini sebenarnya berasal dari Bahasa Yunani, yakni
“philosophia”, yang mana merupakan gabungan dari kata “philo” dan “sophia”.
Philo berarti ‘cinta dalam arti yang luas’, sementara sophia berarti ‘kebijakan
atau pandai’. Jadi, dapat disebut bahwa filsafat ini adalah keinginan untuk
mencapai cita pada kebijakan (Gramedia).
Filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan yang menggunakan logika,
metode, serta juga sistem dalam mengkaji masalah umum serta mendasar
tentang segala macam persoalan, seperti misalnya; pengetahuan, akal, pikiran,
eksistensi, serta juga bahasa. Philosophia, yang secara harfiah berarti cinta
terhadap kebijaksanaan (love of wisdom), merupakan sebuah cara baru untuk
memahami dunia secara masuk akal.

Mengapa Harus Belajar Filsafat ?


Filsafat membantu kita memahami bahwa sesuatu tidak selalu tampak
seperti apa adanya. Filsafat membantu kita mengerti tentang diri kita sendiri dan
dunia kita, karena filsafat mengajarkan bagaimana kita bergulat dengan
pertanyaan-pertanyaan mendasar. Filsafat membuat kita lebih kritis.
Tujuannya adalah untuk memperoleh pengetahuan dan kebenaran.
Dengan filsafat kita mampu memikirkan segala hal secara radikal (mendasar,
mendalam sampai ke akarakarnya) sistematis (teratur, runtut, logis dan tidak
serampangan) untuk mencapai kebenaran universal (umum, integral, tidak
khusus dan tidak parsial).
Kriteria Berpikir Filsafat
Karakteristik berpikir filsafat salah satunya adalah yang dikemukakan oleh
Achmadi (1995:4), yaitu sebagai berikut :
1) Harus sistematis. Pemikiran yang sistematis ini dimaksudkan untuk
menyusun suatu pola pengetahuan yang rasional. Sistematis adalah
masing-masing unsur saling berkaitan satu dengan yang lain secara
teratur dalam suatu keseluruhan.
2) Harus konsepsional. Secara umum konsepsional berkaitan dengan ide
atau gambaran yang melekat pada akal pikiran yang berada dalam
intelektual. Gambaran tersebut mempunyai bentuk tangkapan sesuai
dengan nilainya.
3) Harus koheren. Koheren atau runtut adalah unsur-unsurnya tidak boleh
mengandung uraian-uraian yang bertentangan satu sama lainnya.
Koheren atau runtut didalamnya memuat suatu kebenaran logis.
4) Harus rasional, yaitu unsur-unsurnya berhubungan secara logis. Artinya
pemikiran filsafat harus diuraikan dalam bentuk yang logis.
5) Harus sinoptik, yaitu pemikiran filsafat harus melihat hal-hal secara
menyeluruh atau dalam keadaan kebersamaan secara integral.
6) Harus mengarah kepada pandangan dunia. Pemikiran filsafat sebagai
upaya untuk memahami semua realitas kehidupan dengan jalan
meyusun suatu pandangan (hidup) dunia, termasuk didalamnya
menerangkan tentang dunia dan semua hal yang berada didalamnya
(dunia).

Ciri-Ciri Filsafat
Suprapto wirodiningrat dalam surajiyo ( 2012 : 13 ) menyebutkan ciri-ciri
filsafat ada 3 ( tiga ) yakni sebagai berikut :
1) Menyeluruh Artinya, pemikiran yang luas karena tidak membatasi diri
dan bukan hanya ditinjau dari satu sudut pandang tertentu. Pemikiran
kefilsafatan ingin mengetahui hubungan antara ilmu yang satu dengan
ilmu-ilmu lain, hubungan ilmu dengan moral, seni dan tujuan hidup
2) Mendasar Artinya pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang
fundamental atau esensial objek yang dipelajarinya sehingga dapat
dijadikan dasar berpijak bagi segenap nilai dan keilmuan. Jadi tidak
hanya berhenti pada periferis (kulitnya) saja, tetapi sampai tembus ke
dalamannya.
3) Spekulatif Artinya, hasil pemikiran yang didapat dijadikan dasar sebagai
pemikiran selanjutnya. Hasil pemikirannya seslalu dimaksudkan sebagai
dasar untuk menjelajah wilayah pengetahuan yang baru. Miskipun
demikian, tidak berarti hasil pemikiran kefilsafatan itu meragukan,
karena tidak pernah mencapai penyelesaian

3. PANDANGAN-PANDANGAN TERHADAP FILSAFAT, PERSOALAN-


PERSOALAN FILSAFAT, FOKUS KAJIAN UTAMA FILSAFAT, DAN OBJEK
FILSAFAT.
Dalam filsafat, terdapat sejumlah pandangan yang dapat menjadi dasar
atau landasan ilmu bagi manusia. Pandangan dalam ilmu filsafat sendiri terbagi
menjadi enam, yakni sebagai berikut:
1) Idealisme. Pandangan dalam ilmu filsafat yang satu ini lebih
menekankan nilai-nilai kehidupan manusia. Selain itu, masyarakat yang
mengikuti pandangan idealisme lebih menghormati tradisi dan budaya
yang berlangsung sejak lama.
2) Rasionalisme. Dalam pandangan ini, orang-orang memandang bahwa
setiap manusia diciptakan sama, seperti sebuah kertas putih yang masih
kosong. Dengan diberikan pembelajaran dan pelatihan, maka manusia
dapat memperoleh ilmu yang banyak.
3) Empirisme. Pandangan empirisme mengutamakan pengalaman dalam
bidang pengetahuan. Soalnya, dari pengalaman manusia dapat belajar
dan memberikan hal yang baik kepada orang lain selama di dunia.
4) Humanisme. Dalam pandangan humanisme terbagi menjadi dua jenis,
yakni humanisme individu dan sosial. Bedanya, humanisme individu
lebih mengutamakan kebebasan dalam berpikir, berpendapat, dan
melakukan aktivitas sesuai keinginan. Sementara itu, humanisme sosial
lebih menjunjung tinggi pendidikan yang sama rata bagi seluruh
masyarakat. Tak hanya itu, kesejahteraan sosial dan hubungan antara
manusia juga menjadi hal penting dalam humanisme sosial.
5) Konstruktivisme. Pandangan konstruktivisme merupakan bentuk filsafat
yang dibentuk oleh individu setelah melakukan interaksi dengan
lingkungan di sekitarnya. Pandangan ini juga mengatakan kalau
pengetahuan yang didapat manusia merupakan hasil interaksi dengan
objek, fenomena, dan pengalaman.
6) Kritisme. Pandangan kritisme mengungkapkan bahwa suatu kebenaran
yang dimiliki oleh manusia tidak perlu diuji lagi, soalnya sudah memiliki
batasan tersendiri antara rasionalisme dan empirisme.

Persoalan-persoalan filsafat

Suatu persoalan filsafati menyangkut berbagai pertimbangan dan


pilihan mengenai segala macam moral: apakah moral, estetis,
keagamaan, atau sosial. Suatu persoalan filsafati menyangkut
pengungkapan secara tegas, penemuan arti dari suatu konsep, atau apa
yang diperbincangkan.

Tiga masalah utama filsafat

1) Masalah keberadaan termasuk masalah kenyataan (Being and


Reality) à Metafisika. 3 (tiga) tingkatan keberadaan:
a. Bein (yang-ada)
b. Reality (yang-nyata/kenyataan)
c. Existence (yang-bereksistensi)
2) Masalah pengetahuan termasuk masalah kebenaran
(knowledge) à Epistemologi
3) Masalah Nilai (Value) à Aksiologi

Fokus Kajian Utama Filsafat

Setelah masuk zaman modern, fokus kajian filsafat adalah manusia.


Objek formal (sudut pandang pendekatan) filsafat adalah dari sudut
pandang hakikatnya. Filsafat berusaha untuk membahas hakikat segala
sesuatu. Hakikat artinya kebenaran yang sesungguhnya atau yang
sejati, yang esensial, bukan yang bersifat kebetulan.

Objek Filsafat

Bila kita membicarakan tentang pengetahuan yang sistematis, pasti


ada kejelasan mengenai objeknya. Objek dibedakan menjadi dua
macam, yaitu objek material dan objek formal. Setiap ilmu mempunyai
objek material dan objek formal masing-masing. Demikian pula halnya
dengan filsafat. Sering orang mengatakan bahwa salah satu perbedaan
antara ilmu empiris dan filsafat adalah karena objeknya ini.

Objek material filsafat meliputi segala sesuatu yang ada. Segala


sesuatu itu adalah Tuhan, alam dan manusia. Bandingkanlah dengan
ilmu empiris dan ilmu agama. Objek ilmu empiris hanya manusia dan
alam. Ilmu empiris tidak mempermasalahkan atau mengkaji tentang
Tuhan, tetapi ilmu-ilmu agama (teologi) sebagian besar berisi kajian
tentang ketuhanan ditinjau dari perspektif dan interpretasi manusia
terhadap wahyu atau ajaran para Nabi. Ilmu filsafat mengkaji tentang
alam, manusia dan Tuhan. Sepanjang sejarah filsafat, kajian tentang
alam menempati urutan pertama, kemudian disusul kajian tentang
manusia dan Tuhan. Pada abad pertengahan di Eropa ketika filsafat
menjadi abdi teologi, banyak kajian-kajian filsafati tentang Tuhan.
Setelah masuk zaman modern, fokus kajian filsafat adalah manusia.

Objek formal (sudut pandang pendekatan) filsafat adalah dari sudut


pandang hakikatnya. Filsafat berusaha untuk membahas hakikat segala
sesuatu. Hakikat artinya kebenaran yang sesungguhnya atau yang
sejati, yang esensial, bukan yang bersifat kebetulan. Sebagai contoh
dapat dikemukakan di sini. Manusia sebagai objek kajian ilmu dan
filsafat dapat dikaji dari berbagai sudut pandang. Manusia dapat dikaji
dari sudut interaksinya dalam hidup bermasyarakat. Inilah sudut
pandang sosiologi. Manusia juga dapat ditinjau dari sisi kejiwaannya.
Inilah sudut pandang psikologi. Manusia dapat ditinjau dari perilakunya
dalam memenuhi kebutuhan hidup yang cenderung tidak terbatas
dihadapkan dengan benda-benda yang terbatas. Inilah sudut pandang
ilmu ekonomi. Tetapi, manusia dapat pula dibahas dari sudut pandang
yang hakiki. Inilah sudut pandang filsafat. Pertanyaan mendasar adalah:
―Siapakah manusia itu sebenarnya?‖. Ada berbagai macam jawaban
terhadap pertanyaan tersebut. Salah satu jawaban yang terkenal dari
Aristoteles bahwa manusia adalah animal rationale (binatang yang
berpikir).

4. FILSAFAT ILMU
Filsafat ilmu adalah kajian filosofis terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
ilmu, dengan kata lain filsafat ilmu merupakan upaya pengkajian dan
pendalaman mengenai ilmu (Ilmu Pengetahuan/Sains), baik itu ciri substansinya,
pemerolehannya, ataupun manfaat ilmu bagi kehidupan manusia
a. Teori kebenaran ilmiah

Teori kebenaran ilmiah adaah Keadaan yang benar, cocok dengan hal
atau keadaan yang sesungguhnya dan betul-betul ada, dan benar apabila
kebenaran-kebenaran tersebut kebenaran yang diajarkan agama. Kebenaran
yang diperoleh melalui penelitian disebut kebenaran ilmiah

b. Penyebab keterbatasan ilmu


Faktor yang menyebabkan terbatasnya ilmu pengetahuan manusia yaitu :
 Umur, umur manusia relatif hanya sekitar 70 tahun, sedangkan ilmu
pengetahuan itu sangat banyak sekali. Jadi, umur menjadi faktor
penting mengapa ilmu pengetahuan manusia itu terbatas.
 Teknologi, secanggih canggih nya teknologi didunia saat ini, tentunya
teknologi tersebut tidak mampu untuk menggali semua ilmu
pengetahuan di dunia ini.

5. KAJIAN ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI


1) Ontologi yaitu membahas mengenai segala sesuatu yang ada secara
menyeluruh dan sekaligus. Pembahasan biasanya dilakukan dengan
membedakan dan memisahkan eksistensi yang sesungguhnya dari
penampilan atas eksistensinya. Ontologi adalah bagian filsafat yang paling
umum, atau merupakan bagian dari metafisika, dan metafisika merupakan
salah satu bab dari filsafat. Obyek telaah ontologi adalah yang ada tidak
terikat pada satu perwujudan tertentu, ontologi membahas tentang yang ada
secara universal, yaitu berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataan
yang meliputi segala realitas dalam semua bentuknya.

2) Epistemologi adalah pengetahuan sistematis yang membahas tentang


terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan,
metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas, dan kebenaran
pengetahuan (ilmiah)
3) Aksiologi adalah ilmu tentang nilai. Aksiologis dasarnya berbicara tentang
hubungan ilmu dengan nilai, apakah ilmu bebas nilai dan apakah ilmu terikat
nilai. Karena berhubungan dengan nilai maka aksiologi berhubungan dengan
baik dan buruk, berhubungan dengan layak atau pantas, tidak layak atau
tidak pantas

6. ADA DAN YANG NYATA


Kenyataan atau realitas, dalam bahasa sehari-hari berarti hal yang nyata,
yang benar-benar ada. contoh: Tuhan itu nyata

Ada adalah hadir, telah sedia


contoh: ia ada di sana

7. YANG TAMPAK DAN YANG NYATA.

Yang tampak adalah dapat dilihat, kelihatan contoh: Mobil itu sudah tampak
dari sini. Sedangkan yang nyata adalah benar-benar ada, ada buktinya,
berwujud, terang (kelihatan, kedengaran)
Contoh:
huruf dalam buku itu tidak nyata sehingga sukar dibaca
tunjukkan kasih sayangmu dengan tindakan nyata,
Singkatnya Tampak itu bisa di lihat (berwujud), kalau nyata belum tentu
bisa di lihat

Anda mungkin juga menyukai