Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Dewasa ini semakin disadari bahwa memahami dan memecahkan
masalah sudah tidak bisa lagi hanya didekati dari suatu sudut pandang
saja, misalnya hanya dilihat dari faktor sosiologis, atau relugius bahkan
yang lainnya, melainkan harus dilihat dari berbagai sudut pandang. Ini
berarti suatu disiplin ilmu tidak bisa lagi bekerja sendirian dalam
memecahkan masalah, sebaliknya ia membutuhkan bantuan dari
disiplin-disiplin ilmu lainnya.

Ilmu sendiri kedudukannya mendasar dalam kehidupan manusia.


Hampir setiap aktivitas manusia dikendalikan oleh ilmu. Perkembangan
ilmu sendiri sangatlah pesat mengiringi tingkat tuntunan kebutuhan
manusia dari yang bersifat material, teknis, kemanusiaan,
kemasyarakatan, sampai yang bersifat spiritual dan religius. Berdasarkan
keragaman dan dinamika kebutuhan manusia ini, berkembanglah
disiplin-disiplin ilmu, yakni ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu sosial
humaniora, dan ilmu-ilmu agama.
Ketiga disiplin ilmu tersebut, terutama terkait dengan sifat
kajiannya, memiliki kekhasan epistimologi masing-masing. Kekhasan
tersebut tergambar dalam cara-cara kerja ilmu tersebut. Masing-masing
disiplin ilmu ini mempunyai cara kerja yang berbeda antara disiplin ilmu
yang satu dengan yang lainnya. Pembahsan yang akan kami bahas
adalah ilmu yang mempelajari manusia dalam hubungannya dengan
manusia-manusia lainnya atau disebut dengan ilmu humaniora. Selain
itu, dapat juga diartikan sebagai ilmu yang mempelajari perilaku dan
aktivitas sosial dalam kehidupan bersama. Jadi yang dimaksud ilmu-
ilmu sosial (social sciences) adalah  kelompok disiplin ilmu yang
mempelajari aktivitas manusia dalam hubungannya dengan sesamanya.
Dalam hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain,
sangat dibutuhkan ilmu sosial humaniora, karena di dalamnya terdapat

1
bagaimana cara berhubungan antara sesama manusia, sehingga dengan
ilmu tersebut manusia akan dapat menjalin hubungan dengan manusia
yang lainnya dengan menjalin hubungan yang baik.Berikut ini akan
dibahas materi pengenalan filsafat dalam matakuliah humaniora
1.2 Rumusan masalah
1. Apa itu ilmu pengetahuan?
2. Apa saja fenomologi pengetahuan dan ilmu pengetahuan?
3. Apa itu filsafat pengetahuan dan filsafat ilmu pengetahuan?
4. Apa saja fokus ilmu pengetahuan?
5. Apa saja manfaat belajar filsafat ilmu pengetahuan?
6. Ruang lingkup dan kedudukan apa saja dalam ilmu filsafat?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui ilmu filsafat
2. Mengetahui ilmu pengetahuan
3. Mengetahui filsafat pengetahuan
4. Mengetahui manfaat filsafat
5. Mengetahui ruang lingkup dan kedudukan filsafat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A.     PENGERTIAN ILMU SOSIAL HUMANIORA

Menurut Taufik Abdullah, ilmu terbagi dalam dua kategori besar


yaitu ilmu eksakta dan noneksakta. Khusus ilmu noneksakta dipilah
menjadi dua; ilmu humaniora dan  ilmu sosial. Ilmu yang berkaitan
dengan filsafat, sastra, seni, dan bahasa dikategorikan dalam  ilmu
humaniora, sedangkan di luar itu adalah ilmu sosial. Pendapat serupa
disampaikan Helius Syamsudin, bahwa pengetahuan manusia (human
knowledge) umumnya dapat diklasifikasikan atas tiga kelompok besar,
yaitu ilmu-ilmu alamiah (natural sciences), ilmu-ilmu sosial (social
sciences), dan ilmu-ilmu kemanusiaan (humanities). Ilmu alamiah
mengkaji lingkungan hidup manusia, ilmu sosial mengkaji manusia
dalam hubungannya dengan manusia-manusia lainnya, dan ilmu-ilmu
kemanusiaan mengkaji manivestasi-manivestasi (eksistensi) kejiwaan
manusia. Sebagaimana disinggung di atas, bahwa ilmu-ilmu sosial
adalah ilmu yang mempelajari manusia dalam hubungannya dengan
manusia-manusia lainnya. Definisi serupa disampaikan Taufik
Abdullah (2006:31), ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari perilaku
manusia dalam kehidupan bersama . Sedangkan Dadang Supardan
(2008:34-35) menyampaikan ilmu sosial (social science) adalah ilmu
yang mempelajari perilaku dan aktivitas sosial dalam kehidupan
bersama. Jadi yang dimaksud ilmu-ilmu sosial (social sciences) adalah 
kelompok disiplin ilmu yang mempelajari aktivitas manusia dalam
hubungannya dengan sesamanya.
Objek material dari studi ilmu-ilmu sosial adalah berupa tingkah
laku dalam tindakan yang khas manusia, ia bersifat bebas dan tidak
bersifat deterministik, ia mengandung : pilihan, tanggung jawab,
makna, pernyataan privat dan internal, konvensi, motif dan sebagainya
(Tim Dosen Filsafat Ilmu). Aktivitas manusia tersebut termasuk

3
berpikir, bersikap, dan berperilaku dalam menjalin hubungan sosial
diantara sesamanya dan bersifat kondisionalitas. Dengan kata lain objek
tersebut sebagai gejala sosial.

B. Pengertian Filsafat

Kata Filsafat berasal dari kata Yunani fuilosof, yang berasal dari
kata kerja filosofein yang berarti mencintai kebijaksanaan. Kata tersebut
juga berasal dari Yunani philosophis yang berasal dari kata kerja
pheilein yang berarti mencintaiatau philia yang berarti cinta, dan
Sophia yang berarti kearifan. Dari kata tersebut kahirlah kata Inggris
philosophy yang biasanya diterjemahkan sebagai “cinta kearifan”.

FILSAFAT MENURUT BEBERAPA AHLI:

 Al Farabi

Filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) tentang alam maujud bagaimana


hakikat yang sebenarnya.

 Plato ( 428 -348 SM )

Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.

 Aristoteles ( (384 – 322 SM)

Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda.
Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan
tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.

 Cicero ( (106 – 43 SM )

Filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the arts“ ia
juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan )

 Johann Gotlich Fickte (1762-1814 )

Filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu


umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau
jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis
ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.

4
 Paul Nartorp (1854 – 1924 )

Filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan kesatuan


pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang
memikul sekaliannya .

 Imanuel Kant ( 1724 – 1804 )

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok dan pangkal dari
segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.Apakah
yang dapat kita kerjakan ?(jawabannya metafisika )

1. Apakah yang seharusnya kita kerjakan (jawabannya Etika )


2. Sampai dimanakah harapan kita ?(jawabannya Agama )
3. Apakah yang dinamakan manusia ? (jawabannya Antropologi )

 Notonegoro

Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang
mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.

 Driyakarya

Filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-


sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-
dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan “.

 Sidi Gazalba

Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran ,


tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal,
sistematik dan universal.

 Harold H. Titus (1979 )

Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan


alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses
kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi;

1. Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan


keseluruhan;
2. Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti
kata dan pengertian ( konsep );
3. Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia
dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli  filsafat.

5
 Hasbullah Bakry

Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan


mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga
dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu
sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.

 Mr.Mumahamd Yamin

Filsafat ialah pemusatan pikiran , sehingga manusia menemui


kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.

 Prof.Dr.Ismaun, M.Pd.

Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia dengan akal dan
qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni secara kritis sistematis,
fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai dan
menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau
kebenaran yang sejati.

 Bertrand Russel

Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara teologi dan


sains. Sebagaimana teologi , filsafat berisikan pemikiran-pemikiran
mengenai masalah-masalah yang pengetahuan definitif tentangnya, sampai
sebegitu jauh, tidak bisa dipastikan;namun, seperti sains, filsafat lebih
menarik perhatian akal manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas
wahyu.

C. Filsafat Pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuan adalah cabang filsafat yang
mempersoalkan dan mengkaji segala persoalan yang berkaitan dengan
ilmu pemgetahuan. Kegiatan kajian ini dalam filsafat ilmu pengetahuan
berupa upaya pencarian kebenaran dalam bentuk sikap kritis yang ingin
meragukan terus kebenaran yang telah ditemukan.
Filsafat ilmu pengetahuan atau filasafat ilmu secara historis, telah
diperkenalkan oleh bangsa Yunani, diawali oleh filsuf Aristoteles pada
abad VI sebelum masehi. Dan dalam tradisi filsafat Barat telah dikenal
pula adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema-tema
tertentu. Tema-tema besar itu berupa ontologi, epistemology, dan

6
aksiologi. Tema kedua, epistemology yaitu tema yang mengkaji tentang
pengetahuan (episteme adalah pengetahuan).
Dalam pembahasan tentang epistemology (pengetahuan) dibahas
berbagai hal seperti batas pengetahuan, sumber pengetahuan, serta
criteria tentang kebenaran. Batas pengetahuan adalah pengalaman
manusia dalam mengkaji sesuatu yang menjadi minat penelitiannya. Oleh
karena itulah setiap ilmu pengetahuan, misalnya ilmu kedokteran dengan
psikologi sangat berbeda, karena masing-masing ilmu memiliki ruang
lingkup tersendiri (objek forma yang berbeda).

A. Fokus filsafat ilmu pengetahuan


Filsafat ilmu membahas tentang persoalan ilmu pengetahuan dengan
berbagai problematisnya, terutama yang berkaitan dengan metodologis
atau pembenaran ilmiah. Dengan kata lain, ciri keilmiahan suatu ilmu
pengetahuan dengan cara kerja ilmiah menjadi bahan yang dikaji dalam
filsafat ilmu. Sedang epistemology membahas tentang batas, sumber dan
kebenaran pengetahuan, yang semuanya itu memerlukan kajian yang
bersifat rasional. Demikian juga filsafat ilmu mengkaji ciri dan cara
kerja ilmu pengetahuan berlandaskan rasionalitas atau akal budi
manusia. Ini berarti bahwa jembatan rasionalitas menjadi media bagi
filsafat ilmu dengan aspek epistemilogi untuk menemukan kebenaran
ilmiah atau validitas ilmu pengetahuan.
Focus filsafat ilmu pengetahuan adalah masalah metode ilmu
pengetahuan. Metode-metode ilmu pengetahuan adalah metode- metode
yang logis karena ilmu penghetahuan mempraktekkan logika. Namun
selain logika temuan-temuan dalam ilmu pengetahuan dimungkinkan
oleh akal budi manusia yang terbuka pada realistis. Keterbukaan budi
manusia pada realitas itu kita sebut imajinasi. Maka logika dan imajinasi
merupakan dua dimensi penting dari seluruh cara kerja ilmu
pengetahuan. Tugas filsafat ilmu pengetahuan adalah membuka pikiran
kita untuk mempelajari dengan serius proses logis dan imajinatif dalam
cara kerja ilmu pengetahuan.

7
Pengertian Ilmu Pendidikan

Pengertian pendidikan yang dapat ditawarkan oleh penulis


adalah sebagai berikut:

 Pendidikan adalah ilmu tentang proses transformasi cara


berpikir, berperasaan, dan berperilaku dari generasi tua kepada generasi
muda dalam suatu komunitas. 

Objek Kajian Ilmu Pendidikan

Ilmu adalah studi yang bersifat sistematis dan intersubjektif


tentang suatu fenomena yang memiliki tata aturan tersendiri. Objek-
objek utama yang menjadi bidang kajian ilmu pendidikan antara lain
adalah:

 Belajar, pengajaran, dan pelatihan,


 Metode belajar, pengajaran, dan pelatihan.
 Perilaku guru dan siswa.
 Media pengajaran dan belajar

Tujuan Ilmu Pendidikan

 Mendeskripsikan aktivitas mental dan perilaku manusia.


 Memahami aktivitas pendidikan.
 Meramal aktivitas pendidikan.
 Mengendalikan aktivitas pendidikan.
 Memecahkan masalah-masalah pendidikan.

Metode dalam Ilmu Pendidikan

8
Dalam upaya untuk mencapai tujuan-tujuan ilmu pendidikan itu,
ilmu pendidikan sebagai salah satu bidang ilmiah memiliki metode
penelitian yang disesuaikan dengan objek-objek kajian pendidikan.
Metode-metode penelitian pendidikan itu antara lain adalah:

 Positivistik (kuantitatif). Tujuan penelitian adalah untuk


menetapkan objektivitas berdasar pada bukti-bukti empiris dan hukum-
hukum yang dapat digeneralisasi tanpa memperhatikan atau tanpa
dipengaruhi oleh konteks tempat penelitian dilakukan. Objektivitas
hasil penelitian sangat ditentukan oleh peminimalan kesalahan dalam
proses pengukuran. Tujuan penelitian adalah deskripsi, penjelasan,
kontrol, dan prediksi. Contoh aliran pendidikan yang menggunakan
metode positivistik adalah pendidikan behavioristik.
 Interpretif (kualitatif). Tujuan penelitian adalah pemahaman
terhadap bahasa dan perilaku yang bersifat sehari-hari atau bersifat
alamiah yang berujung pada temuan-temuan makna dan keyakinan yang
ada dalam diri partisipan. Hubungan antara ilmu, metode penelitian, dan
proses penelitian dengan   nilai adalah lekat nilai atau bermuatan nilai
(value-laden). Dalam hal ini pengetahuan ilmiah sebagai hasil dari
penelitian metode penelitian interpretif termuat di dalamnya nilai-nilai
personal dan sosial budaya partisipan penelitian. Contoh aliran
pendidikan yang menggunakan metode interpretif adalah psikologi
humanistik atau bidang-bidang pendidikan yang berhubungan dengan
konteks budaya.
 Penelitian kritis memberi kesempatan kepada peneliti,
praktisi, dan partisipan menjelaskan dan menantang sumber-sumber
dominasi dan eksploitasi yang ada dalam kehidupan sosial budaya
tempat hidup seseorang. Penelitian kritis merupakan penelitian yang
bertujuan pemberdayaan terhadap individu-individu atau kelompok-
kelompok dalam masyarakat yang mengalami penindasan (oppressed).
Oleh karena itu, penelitian kritis memiliki sifat-sifat: terbuka ideologi,
kritik sosial, terbuka politik, dan orientasi emansipatori (Connole dkk.,

9
1993). Tujuan penelitian kritis adalah untuk melakukan pemberdayaan
(empowerment) berupa: pengembangan kesadaran kritis dan
pengembangan tindakan (action) pada individu-individu atau
kelompok-kelompok yang tertindas (perempuan, buruh, dan siswa).
Contoh aliran pendidikan yang menggunakan metode penelitian kritis
adalah pendidikan kritis.

B. Manfaat Belajar Filsafat Ilmu Pengetahuan


Terdapat beberapa manfaat dalam belajar filsafat ilmu pengetahuan,
baik di bidang pendidikan itu sendiri maupun di dalam kehidupan.
a.       Manfaat Belajar Filsafat Ilmu Pengetahuan di Bidang Pendidikan
1.      Membantu mahasiswa untuk semakin kritis dalam sikap ilmiahnya.
Mahasiswa dituntut untuk tetap kritis terhadap berbagai macam teori
dan pengetahuan ilmih yang diperoleh baik di ruang kuliah maupun
dari berbagai sumber yang dapat diperolehnya.
2.      Bagi calon ilmuan dengan memperkenalkan mereka dengan metode
ilmu
pemgetahuan yang kiranya sangat berguna bagi mereka dalam
mencari ilmu pemgetahuan, khususnya dalam melakukan penelitaian
ilmiah.
3.      Lebih praktis sifatnya, yaitu membantu kerja mahasiswa tersebut
kelak di
kemudian hari. Yang dibutuhkan dari seseorang yang professional
dalam pekerjaannya adalah pertama-tama kemampuan untuk melihat
masalah, dimana masalahnya, seberapa besar masalahnya, apa
dampaknya, dan bagaimana mengatasinya.
4.      Ilmu pengetahuan tidak hanya bersifat puritan-elitis, melainkan juga
pragmatis. Jadi, ilmu pengetahuan tidak hanya berhenti sekedar
memuaskan rasa ingin tahu manusia, melainkan juga bermaksud
membantu manusia untuk memecahkan berbagai persoalan yang
dihadapi manusia dalam hidupnya.

10
C. Manfaat Belajar Filsafat dalam Kehidupan
1.      Dengan berfilsafat, seseorang akan lebih menjadi manusia, karena
terus
melakukan perenungan akan menganalisasi hakikat jasmani dan
hakikat rohani manusia dalam kehidupan di dunia agar bertindak
bijaksana.
2.      Dengan berfilsafat seseorang dapat memaknai makna hakikat
hidupmanusia, baik dalam lingkup pribadi maupun social.
3.      Kebiasaan menganalisis segala sesuatu dalam hidup seperti yang
diajarkan
dalam metode berfilsafat, akan menjadikan seseorang cerdas, kritis,
sistematis, dan objektif dalam melihat dan memecahkan beragam
problema kehidupan, sehingga mampu meraih kualitas keunggulan.
4.      Dengan berfilsafat manusia selalu dilatih, dididik untuk berfikir
secara
universal, multidimensional, komprehensif, dan mendalam.
5.      Belajar filsafat akan melatih seseorang untuk mampu meningkatkan
kualitas berfikir secara mandiri keberagaman dan keunggulan orang
lain.
6.      Belajar filsafat akan memberikan dasar-dasar semua bidang kajian
pengetahuan, memberikan pandangan yang sistematis atau
pemahaman atas hakikat kesatuan semua pengetahuan dan
kehidupan manusia lebih dipimpin oleh pengetahuan yang baik.

D. Fenomenologi Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan


Fenomenologi berkembang sebagai metode untuk mendekati
fenomena-fenomena dalam kemurniannya. Fenomena disini
dipahami sebagai segala sesuatu yang dengan suatu cara tertentu
tampil dalam kesadaran kita. Baik berupa sesuatu sebagai hasil
rekaan maupun berupa sesuatu yang nyata sebagai gagasan maupun

11
kenyataan, yang penting ialah pengembangan suatu metode yang
tidak memalsukan fenomena, melainkan dapat mendeskripsikannya
seperti penampilannya tanpa prasangka sama sekali.
Filsafat fenomenologi berusaha untuk mencapai pengertian
yang sebenarnya dengan cara menerobos semua fenomena yang
menampakkan diri menuju kepada bendanya yang sebenarnya.
Usaha inilah yang dinamakan untuk mencapai “Hakikat segala
sesuatu”.
Dalam hal ini pengetahuan dan ilmu pengetahuan, subyek
adalah manusia dengan akal budinya, sedangkan obyek adalah
kenyataan yang diamati dan dialami di alam semesta ini. Suatu
kenyataan bahwa supaya ada pengetahuan, subyek harus terarah
kepada obyek, dan sebaliknya obyek harus terbuka dan terarah
kepada subyek.
Pengetahuan adalah peristiwa yang terjadi dalam diri
manusia. Maka tanpa ingin meremehkan peran penting dari obyek
pengetahuan, manusia sebagai subyek pengetahuan memegang
peranan penting. Keterarahan manusia terhadap obyek jadinya
merupakan faktor yang sangat menentukan bagi munculnya
pengetahuan manusia.
Pengetahuan terwujud kalau manusia sendiri adalah bagian
dari obyek. Dari realitas alam semesta ini, berkat unsure jasmaniyah,
manusia mampu menangkap obyek yang ada di sekitarnya karena
tubuh jasmani manusia adalah bagian dari realitas alam semesta ini,
serta dengan bantuan jiwa dan akal budinya, manusia mampu
mengangkat pengetahuan abstrak tentang berbagai obyek lain serta
bersifat temporal, konkrit, jasmani-inderawi tadi ke tingka abstrak
dan karena itu universal.
Pengetahuan manusia yang bersifat umum dan universal
itulah memungkinkan untuk dirumuskan dan dikomunikasikan
dalam bahasa yang bersifat umum dan universal untuk bias dipahami
oleh siapa saja dari waktu dan tempat mana saja. Berkat refleksi ini

12
pula pengetahuan yang semula bersifat langsung dan spontan,
kemudian diatur dan dilakukan secara sistematis sedemikian rupa,
sehingga isinya dapat dipertanggungjawabkan, atau dapat pula
dikritik dan dibela, maka lahirlah apa yang kita kenal sebagai Ilmu
Pengetahuan.
Jadi Ilmu Pengetahuan muncul karena apa yang sudah
diketahui secara spontan dan langsung tadi, disusun dan diatur
secara sistematis dengan menggunakan metode tertentu yang bersifat
baku.

E. Ruang Lingkup dan Kedudukan Filsafat Ilmu


Ruang lingkup dalam bidang filsafat mencakup dua pokok
bahasan yaitu, sifat ilmu pengetahuan dan  cara-cara mengusahakan
pengetahuna ilmiah. Bidang pertama berkaitan dengan filsafat
pengetahuan atau epistemologi yang secara umum menyelidiki
syarat serta bentuk pengetahuan manusia. Bidang kedua berkaitan
dengan logika dan metodologi, pada bidang ini filsafat sering
disamakan pengertiannya dengan metodologi.
Filsafat ilmu dikolompokan menjadi dua, yaitu :
1.   Filsafat ilmu umum
Kelompok ini mencakup kajian tentang persoalan kesatuan,
keseragaman, serta hubungan diantara segenap ilmu.
2.   Filsafat ilmu khusus
Kelompok ini membahas tentang kategori serta metode yang
digunakan pada ilmu tertentu.
Filsafat ilmu dapat pula dikelompokan berdasarkan model
pendekatan, yaitu :
1.      Filsafat ilmu terapan
Yaitu filsafat ilmu yang mengkaji pokok pikiran yang
melatarbelakangi pengetahuan normatif ilmu. Filsafat ilmu terapan
bertitik tolak dari ilmu bukan dari filsafat. Filsafat ilmu terapan
sebagai pengetahuan normatif mencakup Pengetahuna yang berpola

13
hakekat keilmuan, pengetahuan model praktik ilmiah dari pola pikir,
pengetahuan dari berbagai sarana ilmu, dan serangkaian nilai yang
bersifat etis.

2.      Filsafat ilmu murni


Yaitu bentuk kajian filsafat yang menelaah  secara kritis dan
eksploratif terhadap materi kefilsafatan dan membuka kemungkinan
berkembangnya ilmu baru. Filsafat ilmu murni berasal dari kajian
filosofis asumsi dasar yang berlaku pada ilmu.
Bidang Kajian Filsafat

Secara garis besar, filsafat memiliki tiga bidang kajian filsafat,


yaitu:

1. Ontologi

Ontologi seringkali disebut sebagai teori hakikat yang


membicarakan pengetahuan itu sendiri. Sementara Langeveld
menamai ontologi ini dengan teori tentang keadaan. Hakikat adalah
kenyataan yang sebenarnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukan
keadaan sementara atau keadaan yang menipu dan bukan keadaan
yang berubah. Bidang kajian filsafat ontologi ini terbagi menjadi
beberapa aliran; materialisme, idealisme, dualisme, skeptisime, dan
agnostisme, Epistemologi

2. Landasan Ontologi

Ontologi merupakan cabang teori hakikat yang membicarakan


hakikat sesuatu yang ada. Dari aliran ini muncul empat macam aliran
filsafat, yaitu : (1) aliran Materialisme; (2) aliran Idealisme; (3)
aliran Dualisme; (4) aliran Agnoticisme.

Ontologi merupakan salah satu di antara lapangan penyelidikan


kefilsafatan yang paling kuno. Awal mula alam pikiran Yunani telah
menunjukan munculnya perenungan di bidang ontologi. Dalam
persolan ontologi orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita

14
menerangkan hakikat dari segala yang ada ini? Pertama kali orang
dihadapkan pada adanya dua macam kenyataan. Yang pertama,
kenyataan yang berupa materi (kebenaran) dan kedua, kenyataan
yang berupa rohani (kejiwaan).

Pembicaraan tentang hakikat sangatlah luas sekali, yaitu segala


yang ada dan yang mungkin adalah realitas; realita adalah ke-real-an,
riil artinya kenyataan yang sebenarnya. Jadi hakikat adalah
kenyataan sebenarnya sesuatu, bukan kenyataan sementara atau
keadaan yang menipu, juga bukan kenyataan yang berubah.

Term ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius


pada tahun 1636 M. Untuk menamai teori tentang hakikat yang ada
yang bersifat metafisis. Dalam perkembangannya Christian Wolff
(1679-1754 M) membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika
umum dan metafisika khusus. Metrafisika umum dimaksudkan
sebagai istilah lain dari ontologi.

Dengan demikian, metafisika umum atau ontologi adalah cabang


filsafat yang membicarakan prinsip paling dasar atau paling dalam
dari segala sesuatu yang ada. Sedang metafisika khusus masih dibagi
lagi menjadi kosmologi, psikologi, dan teologi.

3. Kosmologi 

Kosmologi adalah cabang filsafat yang secara khusus


membicarakan tentang alam semesta. Psikologi adalah cabang
filsafat yang secara khusus membicarakan tentang jiwa manusia.
Teologi adalah cabang filsafat yang secara khusus membicarakan
Tuhan.

Di dalam pemahaman ontologi dapat diketemukan pandangan-


pandangan pokok pemikiran sebagai berikut :

15
a. Monoisme

Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh


kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu
hakikat saja sebagai sumber asal, baik yang asal berupa materi
ataupun berupa rohani. Tidak mungkin ada hakikat masing-masing
bebas dan berdiri sendiri. Istilah monisme oleh Thomas Davidson
disebut dengan Block Universe. Paham ini kemudian terebagi ke
dalam dua aliran:

b. Materialisme. 

Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah


materi, bukan rohani. Aliran ini sering juga disebut dengan
naturalisme. Mernurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan
satu-satunya fakta. Yang ada hanyalah materi, yang lainnya jiwa
atau ruh tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri.
Jiwa dan ruh merupakan akibat saja dari proses gerakan kebenaran
dengan dengan salah satu cara tertentu. 

Alasan mengapa aliran ini berkembang sehingga memperkuat


dugaan bahwa yang merupakan hakikat adalah:

• Pikiran yang masih sederhana, apa yang kelihatan yang dapat


diraba, biasanya dijadikan kebenaran terakhir. 

• Pikiran sederhana tidak mampu memikirkan sesuatu di luar ruang


yang abstrak.

• Penemuan-penemuan menunjukan betapa bergantungnya jiwa


pada badan.Oleh sebab itu, peristiwa jiwa selalu dilihat sebagai
peristiwa jasmani. Jasmani lebih menonjol dalam peristiwa ini.
Dalam sejarahnya manusia memang bergantung pada benda seperti

16
pada padi. Dewi Sri dan Tuhan muncul dari situ. Kesemuanya itu
memperkuat dugaan bahwa yang merupakan haklekat adalah benda.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan:

Perkembangan ilmu sendiri sangatlah pesat mengiringi tingkat


tuntunan kebutuhan manusia dari yang bersifat material, teknis,
kemanusiaan, kemasyarakatan, sampai yang bersifat spiritual dan religius.
Berdasarkan keragaman dan dinamika kebutuhan manusia ini,
berkembanglah disiplin-disiplin ilmu, yakni ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu
sosial humaniora, dan ilmu-ilmu agama.
Filsafat ilmu pengetahuan atau filasafat ilmu secara historis, telah
diperkenalkan oleh bangsa Yunani, diawali oleh filsuf Aristoteles pada abad
VI sebelum masehi. Dan dalam tradisi filsafat Barat telah dikenal pula
adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema-tema tertentu.
Tema-tema besar itu berupa ontologi, epistemology, dan aksiologi. Tema
kedua, epistemology yaitu tema yang mengkaji tentang pengetahuan
(episteme adalah pengetahuan).

17
DAFTAR PUSTAKA
1. Anidar Aprilia, (2014). Fokus Filsafat Ilmu Pengetahuan dan
Manfaat Belajar Filsafat Ilmu Pengetahuan.
2. Muslih, Moh., 2005, Filsafat Ilmu: Kajian Atas Asumsi Dasar,
Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta:
Belukar.
3. http://oktasariya.blogspot.co.id/2015/10/filsafat-ilmu-dan-
pengetahuan-dalam.html
4. http://nurthahara.blogspot.co.id/2014/11/konsep-dasar-filsafat.html
5. A.Wattimena, Reza A , Filsafat dan Sains Kata Pengantar, Grasindo.
6. Bertenes. K, 2005, Panorama Filsafat Modern, Jakarta: Teraju

18
MAKALAH HUMANIORA

PENGENAKAN FILSAFAT

KELOMPOK 2 :

1.AWWAL ALFAUZIA.N

2. BELLA PUSPA SARI

3.HELMIA MEINIKA

4. KRISE YUSIANA

5.LOVIA ANGGRAINI

6.PRILI PUSPA DEWI

7.ULFA NUR RAMADHANI

8. VELLY APRILIA DIANTI

DOSEN PEMBIMBING :

ANDIK PURWANTO,Msi

SERILAILA, SKM.MPH

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


BENGKULU

TAHUN AJARAN 2017/2018

19
20

Anda mungkin juga menyukai