pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui indera manusia, disebut pengetahuan indera (pengetahuan biasa). Pengetahuan yang diperoleh mengikuti metode dan sistem tertentu serta bersifat universal disebut pengetahuan ilmiah. Pengetahuan yang diperoleh melalui perenungan yang sedalam-dalamnya (kontemplasi) sampai kepada hakikatnya, muncullah pengetahuan filsafat. Pengetahuan “knowledge” tidaklah sama dengan “ilmu”, atau seringkali disebut “ilmu pengetahuan” (science). Ilmu adalah pengetahuan yang memiliki objek, metode, dan sistematika tertentu. Ilmu juga bersifat universal. Semaju apa pun ilmu yang dimiliki manusia, tetap saja ada pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab. Pertanyaan-pertanyaan tentang hakikat manusia, tujuan hidup dan kematiannya, merupakan beberapa contoh pertanyaan-pertanyaan itu yang tidak mampu terjawab oleh ilmu, itulah yang menjadi porsi pekerjaan filsafat. Filsafat datang sebelum dan sesudah ilmu. Sebelum ilmu, karena semua ilmu yang khusus bermula sebagai bagian dari filsafat. Dikatakan filsafat datang sesudah ilmu, karena semua ilmu menghadapi pertanyaan- pertanyaan yang melewati batas spesialisasi mereka, yang kemudian ditampung oleh filsafat. Banyak filsuf terkemuka, seperti Arisoteles, Rene Descartes, Auguste Comte, Hegel, Leibniz, Pascal, Hume, Immanuel Kant, Whitehead, dan Einstein. Kalaupun filsafat “berhasil” memberikan suatu jawaban, bukan berarti pekerjaan filsafat menjadi selesai dan tidak pernah sampai pada akhir masalah. Jawaban-jawaban filsafat tersebut tidak pernah abadi, yang menyebabkan jawaban yang diberikan terkesan dari itu ke itu saja. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang metodis, sistematis, dan koheren (bertalian) tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan. Filsafat adalah pengetahuan yang metodis, sistematis, dan koheren tentang seluruh kenyataan. Filsafat pun sebenarnya adalah suatu ilmu, yaitu ilmu tanpa batas. Karena filsafat telah memenuhi syarat-syarat untuk hal itu, yakni memiliki objek, metode dan sistematika tertentu, dan terlebih bersifat universal. Selain sebagai ilmu, fisafat juga dapat berarti sebagai pandangan hidup manusia. Jadi ada filsafat sebagai ilmu dan filsafat sebagai pandangan hidup. Filsafat sebagai pandangan hidup ini sangat banyak, tercermin dalam slogan, pepatah, lambang, dan sebagainya. Tut Wuri Handayani adalah filsafat pandangan hidup. Pandangan hidup ini sering disebut dengan istilah way of life, Weltanschaung, Wereldbeschowing, Wereld-en Levenbeschowing. Filsafat China, filsafat Yunani, filsafat Liberalisme, filsafat Pancasila adalah terminologi pengertian filsafat sebagai pandangan hidup. Filsafat diartikan sebagai ilmu, salah satu unsurnya adalah ia harus mempunyai objek tertentu. Menurut Poendjawijatna (1986: 6-7) objek suatu ilmu dibedakan menjadi dua, yaitu objek materia dan objek forma. Objek materia adalah lapangan atau bahan penelitian suatu ilmu. Objek forma adalah sudut pandang tertentu yang menentukan jenis suatu ilmu. Objek materia filsafat adalah sesuatu yang ada dan mungkin ada. Dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu tentang hakikat Tuhan, hakikat alam, dan hakikat manusia. Yang membedakan suatu ilmu dengan ilmu yang lainnya adalah objek formanya saja. Objek forma filsafat adalah sudut pandang yang tidak membatasi diri, dan hendak mencari keterangan yang sedalam-dalamnya atau sampai hakikat sesuatu. Filsafat adalah ilmu tanpa batas. Filsafat dikenal dengan istilah philosophy (Inggris), philosophie (Perancis dan Belanda), filosofie, wijsbegeerte (Belanda), philosophia (Latin). Kata filsafat diambil dari bahasa Arab, yaitu “Falsafah”. Secara etimologis, filsafat atau falsafah tersebut berasal dari bahasa Yunani yaitu, philos atau filo yang artinya cinta (dalam arti seluas-luasnya), dan sophia atau sofia yang artinya kebijaksanaan. Dari asal-usul katanya, filsafat dapat diartikan sebagai cinta akan kebijaksanaan. Batasan filsafat 1. Dalam arti ilmu adalah pengetahuan yang metodis, sistematis, dan koheren tentang seluruh kenyataan (menyeluruh dan universal). 2. Dalam arti pandangan hidup adalah petunjuk arah kegiatan (aktivitas) manusia dalam segala kehidupannya. Filsafat memiliki tiga sikap pokok, yaitu (1) menyeluruh, (2) mendasar, dan (3) spekulatif (Suriasumantri, 1985: 20- 22). Sifat menyeluruh memiliki arti jika cara pemikiran filsafat tidak sempit (fragmentaris atau sektoral), tetapi selalu melihat masalah dari setiap sudut yang ada. Dianalisis secara mendalam hingga sampai ke akar- akarnya yaitu mendasar atau radikal. Ciri ketiga yaitu spekulatif, yaitu tidak boleh sembarangan, harus memiliki dasar-dasar yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Ciri lain adalah sikap refleksif kritis dari filsafat. Refleksi berarti pengendapan yang dipikirkan secara berulang- ulang dan mendalam (kontemplasi). Tujuan pengendapan tersebut dilakukan untuk mengetahui pengetahuan atau jawaban atas pertanyaan yang lebih jauh lagi, dan ini dilakuakan secara terus menerus. Kritis berarti jika analisis yang dilakukan oleh filsafat tidak hanya terbatas pada fakta saja, melainkan analisis nilai. Pada analisis nilai, hasilnya bukan lagi gejala-gejala, tetapi hakikat. B. PEMBIDANGAN FILSAFAT DAN LETAK FILSAFAT HUKUM
Kaitan filsafat dan filsafat hukum, D. Runes membagi
filsafat dalam tiga cabang utama, yaitu: (1) ontologi, (2) epistemologi, dan (3) aksiologi. Ontologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki tentang keberadaan sesuatu. Epistemologi adalah ilmu filsafat yang mempelajari tentang asal, syarat, susunan, metode, dan validasi pengetahuan. Aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki tentang hakikat nilai, kedudukan metafisis (keberadaan) suatu nilai. Metafisika dapat dimasukkan ke dalam ontologi. Estimologi dapat dimasukkan antara lain logika, metodologi, dan filsafat hukum. Pada aksiologi terdapat cabang etika dan estetika. Poedjawijatna (1986: 11-17) membagi fisafat menurut objeknya menjadi enam bagian, yaitu: (1) filsafat ada umum (ontologia atau metafisika generalis); (2) filsafat ada mutlak (theodicea); (3) filsafat alam (kosmologia), (4) filsafat manusia (antropologia); (5) filsafat tingkah laku (etika); dan (6) filsafat budi (etika). Enslikopedia yang sangat terkenal, yaitu Eerster Nederlandse Systematisch Ingerichte Encyclopedie (ENSIE) jilid 1 membagi filsafat dalam sembilan bagian, yaitu: (1) metafisika; (2) logika; (3) filsafat menggenal (Kenreer); (4) filsafat ilmu (wetenschapsleer); (5) filsafah alam; (6) filsafah kebudayaan dan sejarah; (7) etika; (8) estetika;dan (9) filsafah manusia (Devos, 1956). Harry Hamersma (1990: 14) membagi filsafah dalam sepuluh bidang, yaitu: (1) epistemologi; (2) logika; (3) kritik ilmu-ilmu; (4) metafisika umum atau ontologi; (5) teologi metafisik; (6) antropologi; (7) kosmologi; (8) etika; (9) estetika; dan(10) sejarah filsafat. Jujun S. Suriasumatri (1985; 32-33) menyatakan bahwa cabang-cabang filsafah yang sekarang dikenal sebagai bidang yang mempunyai kajian pada pokoknya terdiri dari sebelas bidang, yaitu: (1) epistemologi (filsafat pengetahuan); (2) etika (filsafat moral); (3) estetika atau filsafat seni; (4) metafisika; (5) politik (filsafat pemerintahan); (6) filsafat agama; (7) filsafat ilmu; (8) filsafat pendidikan; (9) filsafat hukum; (10) filsafat sejarah; (11) filsafat matematika; Menurut pembagian yang dilakukan oleh Kattsoff adalah sebagai berikut. (1) logika (10) etika (2) metedologi (11) estetika (3) metafisika (12) filsafat agama (4) ontologi (5) kosmologi (6) epistemologi (7) biologikefisafatan (8) psikologi kefilsafatan (9) sosiologi kefilsafatan