Anda di halaman 1dari 14

FILSAFAT HUKUM

PENGANTAR
A. PENGERTIAN FILSAFAT

Sesuatu yang diketahui oleh manusia itu disebut


pengetahuan.
Pengetahuan yang diperoleh melalui indera manusia,
disebut pengetahuan indera (pengetahuan biasa).
Pengetahuan yang diperoleh mengikuti metode dan
sistem tertentu serta bersifat universal disebut
pengetahuan ilmiah. Pengetahuan yang diperoleh
melalui perenungan yang sedalam-dalamnya
(kontemplasi) sampai kepada hakikatnya, muncullah
pengetahuan filsafat.
Pengetahuan “knowledge” tidaklah sama dengan
“ilmu”, atau seringkali disebut “ilmu pengetahuan”
(science). Ilmu adalah pengetahuan yang memiliki
objek, metode, dan sistematika tertentu. Ilmu juga
bersifat universal.
Semaju apa pun ilmu yang dimiliki manusia, tetap saja
ada pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab.
Pertanyaan-pertanyaan tentang hakikat manusia,
tujuan hidup dan kematiannya, merupakan beberapa
contoh pertanyaan-pertanyaan itu yang tidak mampu
terjawab oleh ilmu, itulah yang menjadi porsi
pekerjaan filsafat.
Filsafat datang sebelum dan sesudah ilmu. Sebelum
ilmu, karena semua ilmu yang khusus bermula sebagai
bagian dari filsafat. Dikatakan filsafat datang sesudah
ilmu, karena semua ilmu menghadapi pertanyaan-
pertanyaan yang melewati batas spesialisasi mereka,
yang kemudian ditampung oleh filsafat. Banyak filsuf
terkemuka, seperti Arisoteles, Rene Descartes,
Auguste Comte, Hegel, Leibniz, Pascal, Hume,
Immanuel Kant, Whitehead, dan Einstein.
Kalaupun filsafat “berhasil” memberikan suatu jawaban,
bukan berarti pekerjaan filsafat menjadi selesai dan
tidak pernah sampai pada akhir masalah.
Jawaban-jawaban filsafat tersebut tidak pernah abadi,
yang menyebabkan jawaban yang diberikan terkesan
dari itu ke itu saja.
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang metodis,
sistematis, dan koheren (bertalian) tentang suatu
bidang tertentu dari kenyataan. Filsafat adalah
pengetahuan yang metodis, sistematis, dan koheren
tentang seluruh kenyataan. Filsafat pun sebenarnya
adalah suatu ilmu, yaitu ilmu tanpa batas. Karena
filsafat telah memenuhi syarat-syarat untuk hal itu,
yakni memiliki objek, metode dan sistematika
tertentu, dan terlebih bersifat universal.
Selain sebagai ilmu, fisafat juga dapat berarti sebagai
pandangan hidup manusia. Jadi ada filsafat sebagai
ilmu dan filsafat sebagai pandangan hidup. Filsafat
sebagai pandangan hidup ini sangat banyak,
tercermin dalam slogan, pepatah, lambang, dan
sebagainya. Tut Wuri Handayani adalah filsafat
pandangan hidup. Pandangan hidup ini sering
disebut dengan istilah way of life, Weltanschaung,
Wereldbeschowing, Wereld-en Levenbeschowing.
Filsafat China, filsafat Yunani, filsafat Liberalisme,
filsafat Pancasila adalah terminologi pengertian
filsafat sebagai pandangan hidup.
Filsafat diartikan sebagai ilmu, salah satu unsurnya adalah
ia harus mempunyai objek tertentu. Menurut
Poendjawijatna (1986: 6-7) objek suatu ilmu dibedakan
menjadi dua, yaitu objek materia dan objek forma.
Objek materia adalah lapangan atau bahan penelitian
suatu ilmu. Objek forma adalah sudut pandang tertentu
yang menentukan jenis suatu ilmu.
Objek materia filsafat adalah sesuatu yang ada dan
mungkin ada. Dapat dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu tentang hakikat Tuhan, hakikat alam, dan hakikat
manusia. Yang membedakan suatu ilmu dengan ilmu
yang lainnya adalah objek formanya saja.
Objek forma filsafat adalah sudut pandang yang tidak
membatasi diri, dan hendak mencari keterangan yang
sedalam-dalamnya atau sampai hakikat sesuatu. Filsafat
adalah ilmu tanpa batas.
Filsafat dikenal dengan istilah philosophy (Inggris),
philosophie (Perancis dan Belanda), filosofie,
wijsbegeerte (Belanda), philosophia (Latin). Kata filsafat
diambil dari bahasa Arab, yaitu “Falsafah”. Secara
etimologis, filsafat atau falsafah tersebut berasal dari
bahasa Yunani yaitu, philos atau filo yang artinya cinta
(dalam arti seluas-luasnya), dan sophia atau sofia yang
artinya kebijaksanaan. Dari asal-usul katanya, filsafat
dapat diartikan sebagai cinta akan kebijaksanaan.
Batasan filsafat
1. Dalam arti ilmu adalah pengetahuan yang metodis,
sistematis, dan koheren tentang seluruh kenyataan
(menyeluruh dan universal).
2. Dalam arti pandangan hidup adalah petunjuk arah
kegiatan (aktivitas) manusia dalam segala
kehidupannya.
Filsafat memiliki tiga sikap pokok, yaitu (1) menyeluruh, (2)
mendasar, dan (3) spekulatif (Suriasumantri, 1985: 20-
22). Sifat menyeluruh memiliki arti jika cara pemikiran
filsafat tidak sempit (fragmentaris atau sektoral), tetapi
selalu melihat masalah dari setiap sudut yang ada.
Dianalisis secara mendalam hingga sampai ke akar-
akarnya yaitu mendasar atau radikal.
Ciri ketiga yaitu spekulatif, yaitu tidak boleh sembarangan,
harus memiliki dasar-dasar yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Ciri lain adalah sikap refleksif kritis dari filsafat. Refleksi
berarti pengendapan yang dipikirkan secara berulang-
ulang dan mendalam (kontemplasi). Tujuan
pengendapan tersebut dilakukan untuk mengetahui
pengetahuan atau jawaban atas pertanyaan yang lebih
jauh lagi, dan ini dilakuakan secara terus menerus. Kritis
berarti jika analisis yang dilakukan oleh filsafat tidak
hanya terbatas pada fakta saja, melainkan analisis nilai.
Pada analisis nilai, hasilnya bukan lagi gejala-gejala,
tetapi hakikat.
B. PEMBIDANGAN FILSAFAT DAN LETAK FILSAFAT HUKUM

Kaitan filsafat dan filsafat hukum, D. Runes membagi


filsafat dalam tiga cabang utama, yaitu: (1) ontologi, (2)
epistemologi, dan (3) aksiologi. Ontologi adalah cabang
filsafat yang menyelidiki tentang keberadaan sesuatu.
Epistemologi adalah ilmu filsafat yang mempelajari
tentang asal, syarat, susunan, metode, dan validasi
pengetahuan. Aksiologi adalah cabang filsafat yang
menyelidiki tentang hakikat nilai, kedudukan metafisis
(keberadaan) suatu nilai. Metafisika dapat dimasukkan
ke dalam ontologi. Estimologi dapat dimasukkan antara
lain logika, metodologi, dan filsafat hukum. Pada
aksiologi terdapat cabang etika dan estetika.
Poedjawijatna (1986: 11-17) membagi fisafat menurut
objeknya menjadi enam bagian, yaitu: (1) filsafat ada
umum (ontologia atau metafisika generalis); (2) filsafat
ada mutlak (theodicea); (3) filsafat alam (kosmologia),
(4) filsafat manusia (antropologia); (5) filsafat tingkah
laku (etika); dan (6) filsafat budi (etika).
Enslikopedia yang sangat terkenal, yaitu Eerster
Nederlandse Systematisch Ingerichte Encyclopedie
(ENSIE) jilid 1 membagi filsafat dalam sembilan bagian,
yaitu: (1) metafisika; (2) logika; (3) filsafat menggenal
(Kenreer); (4) filsafat ilmu (wetenschapsleer); (5) filsafah
alam; (6) filsafah kebudayaan dan sejarah; (7) etika; (8)
estetika;dan (9) filsafah manusia (Devos, 1956).
Harry Hamersma (1990: 14) membagi filsafah dalam
sepuluh bidang, yaitu: (1) epistemologi; (2) logika; (3)
kritik ilmu-ilmu; (4) metafisika umum atau ontologi; (5)
teologi metafisik; (6) antropologi; (7) kosmologi; (8)
etika; (9) estetika; dan(10) sejarah filsafat.
Jujun S. Suriasumatri (1985; 32-33) menyatakan bahwa
cabang-cabang filsafah yang sekarang dikenal sebagai
bidang yang mempunyai kajian pada pokoknya terdiri
dari sebelas bidang, yaitu: (1) epistemologi (filsafat
pengetahuan); (2) etika (filsafat moral); (3) estetika atau
filsafat seni; (4) metafisika; (5) politik (filsafat
pemerintahan); (6) filsafat agama; (7) filsafat ilmu; (8)
filsafat pendidikan; (9) filsafat hukum; (10) filsafat
sejarah; (11) filsafat matematika;
Menurut pembagian yang dilakukan oleh Kattsoff
adalah sebagai berikut.
(1) logika (10) etika
(2) metedologi (11) estetika
(3) metafisika (12) filsafat agama
(4) ontologi
(5) kosmologi
(6) epistemologi
(7) biologikefisafatan
(8) psikologi kefilsafatan
(9) sosiologi kefilsafatan

Anda mungkin juga menyukai