D. Epistemologi
Istilah Epistemologi pertama kali digunakan oleh J.F. Ferrier pada
tahun 1854 untuk membedakannya dengan cabang filsafat lainnya atau
ontology (Hunnex, 1986 : 3). Secara kebahasaan (Etimologi ), istilah
epistemology berasal dari bahasa yunani yakni episteme dan logos. Jika
kata yang pertama disebutkan berarti pengetahuan (Knowledge), maka
kata yang belakangan disebutkan berarti ilmu atau teori (theory). Jadi jika
melihat dari silsilah kebahasaan tersebut, Epistemology dapat dimengerti
sebagai teori pengetahuan (theory of knowledge).
Adapun secara terminologis, kita dapat meminjam pendapat dari
beberapa pakar terkait pengertian epistemology ini. Milton D. Hunnex
misalnya menyebutkan bahwa epistemology adalah cabang filsafat yang
membahas sifat dasar, sumber, dan validitas pengetahuan. Pengertian yang
dikemukakan Hunnex tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut. Yaknik,
bahwa focus pembahasaaan epistemology meliputi pokok-pokok persoalan
seperti: Dari mana manusia memperoleh pengetahuan atau apa sumber
pengetahuan itu. Jadi, dari situ secara singkat, kita dapat memahami bahwa
epistemology pada dasarnya merupakan salah satu upaya evaluative dan
kritis tentang pengetahuan (knowledge) manusia.
E. Sumber Pengetahuan
Sumber pengetahuan ialah apa yang menjadi titik-tolak atau apa
yang merupakan objek pengetahuan itu sendiri. Sumber itu dapat bersifat
atau berasal dari “dunia eksternal” atau juga terkait dan berasal dari “dunia
internal” atau kemampuan subjek. R. John Hospers (1967) mengemukakan
enam sumber pengetahuan diantaranya yakni sense experience
(pengalaman indrawi), reason (akal-budi), authority (otoritas), intuition
(intuisi), revelation (wahyu), dan faith (keyakinan). Selanjutnya akan
diterangkan sebisa mungkin menyangkut sumber-sumber pengetahuan
yang dicantumkan tersebut.
Perception, yakni hasil tanggapan indrawi terhadap fenomena
alam. Memory, pengalaman langsung maupun tidak langsung harus
didukung oleh ingatan. Reason, pikiran atau penalaran adalah hal yang
paling mendasar bagi kemungkinan adanya pengetahuan. Introspection,
pengenalan atau pemahaman terhadap dirinya. Intuition, pengenalan
terhadap sesuatu secara langsung. Authority, individu atau kelompok
yang dianggap memiliki pengetahuan sahih dan memiliki legitimasi
sebagai sumber pengetahuan. Precognition, kemampuan untuk
mengetahui sesuatu peristiwa yang akan terjadi. Clairvoyance,
kemampuan mempersepsi suatu peristiwa tanpa menggunakan indera.
Telepathy, kemampuan berkomunikasi tanpa menggunakan suara ataupun
simbolik lain.
F. Struktur pengetahuan
1. Objektivisme
Pendukung objektiveme berpendapat bahwa objek-objek fisis
yang diobservasi/teliti bersifat independen di hadapan subjek yang
meniliti atau / mengetahui. Realitas, data, sensasi adalah sama atau
satu.
2. Subjektivisme
Subjektivisme adalah pandangan yang menekankan peran
unsur/ dimensi subjek dalam menghasilkan pengetahuan.
3. Skeptisisme
Skeptisisme adalah paham yang menyatakan
ketidakmungkinan untuk mencapai kebenaran objektif (akhir, final)
pengetahuan.
4. Relativisme
Relativisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa
kebenaran tidak bersifat absolut atau universal.
5. Fenomenalisme
6. Teori Kebenaran
Dalam epistemologi dan filsafat ilmu pengetahuan dikenal
sejumlah teori kebenaran, yaitu : teori kebenaran korespondensi, teori
kebenaran koherensi, teori kebenaran pragmatis, teori kebenaran
performatif dan teori kebenaran paradigmatik. Berikut akan dijelaskan
secara ringkas teori-teori kebenaran tersebut.
Teori kebenaran korespondensi, menyatakan bahwa satu
teori/proposisi benar bila proposisi atau teori itu sesuai dengan fakta
(kenyataan). Kebenaran adalah kesetiaan pada realitas objektif. Aristoteles
menyebut ini dengan teori penggambaran/cermin.
Teori kebenaran koherensi, Dalam teori konsistensi atau
koherensi, kebenaran adalah apabila adanya saling hubungan antar
putusan-putusan atau kesesuaian/ketaat asasan dengan kesepakatan atau
pengetahuan yang telah dimiliki.
Teori kebenaran Pragmatis, Pragmatisme adalah aliran filsafat
yang lahir di Amerika Serikat akhir abad ke-19, yang menekankan
pentingnya akal budi (rasio) sebagai sarana pemecahan masalah (problem
solving) dalam kehidupan manusia baik masalah yang bersifat teoritis atau
praktis.
Teori Kebenaran Peformatif, Teori kebenaran ini berasal dari
John Langshaw Austin (1911–1960), seorang filsuf inggris yang
mengemukakan teori tindak bahasa (speech-acts), Austin tidak begitu
tertarik membicarakan bahasa sebagai pemaparan realitas (fakta atomik).
Teori kebenaran formatif yang disebut juga “tindak bahasa” mengaitkan
kebenaran satu satu tindakan yang dihubungkan dengan satu pernyataan.
Tuturan formatif, menurut Austin, tidak dinyatakan benar atau salah, akan
tetapi berhasil atau gagal.
Teori kebenaran Paragdimatik, Teori ini dapat juga diturunkan
dari konsep paradigm Thomas Samuel Kuhn. Menurut Kuhn, ilmu
pengetahuan dikonstruksi atas paradgima tertentu. Dalam dunia ilmiah ada
sekelompok ilmuwan (komunitas ilmuwan) yang mendukung paradigm
tertentu (misalnya dalam psikologi terdapat paradigma psikoanalisa,
paradigma behaviorisme, paradigma humanistik, dan lain-lain). Ada
kriteria yang berbeda antara satu paradigma dengan paradigma lain,
sehingga kebenaran tergantung pada paradigm yang digunakan
(paradigmatic).