Anda di halaman 1dari 17

- Herakleitos

Seorang filsuf y
ang tidak
tergolong
mazhab
apapun., Di
dalam tulisan-
tulisannya,ia
justru
mengkritik dan
mencela para
filsuf dan
tokoh-tokoh
terkenal,
seperti Homeru
s, Arkhilokhos,
Hesiodos, Phythagoras, Xenophanes, danHekataios.Meskipun ia berbalik dari ajaran
filsafat yang umum pada zamannya, namun bukan berarti ia sama sekali tidak
dipengaruhi oleh filsuf-filsuf itu
Lahir c. 550 SM
Efesus
Meninggal c. 480 SM
Era Filsafat Kuno
Aliran Tidak termasuk ke dalam aliran
filsafat manapun
Minat Metafisika, Epistemologi, Etika,P
utama olitik
Gagasan Logos, segala sesuatu mengalir
penting

Pemikiran
Segala Sesuatu Mengalir

Pemikiran Herakleitos yang paling terkenal adalah mengenai perubahan-perubahan di


alam semesta.Menurut Herakleitos, tidak ada satu pun hal di alam semesta yang
bersifat tetap atau permanen.Tidak ada sesuatu yang betul-betul ada, semuanya
berada di dalam proses menjadi ia terkenal dengan ucapannya panta rhei kai uden
menei yang berarti, "semuanya mengalir dan tidak ada sesuatupun yang tinggal
tetap."

Perubahan yang tidak ada henti-hentinya itu dibayangkan Herakleitos dengan dua
cara:
Pertama, seluruh kenyataan adalah seperti aliran sungai yang mengalir.
"Engkau tidak dapat turun dua kali ke sungai yang sama," demikian kata
Herakleitos..Maksudnya di sini, air sungai selalu bergerak sehingga tidak
pernah seseorang turun di air sungai yang sama dengan yang sebelumnya.
Kedua, ia menggambarkan seluruh kenyataan dengan api. Maksud api di sini
lain dengan konsep mazhab Miletos yang menjadikan air atau udara sebagai
prinsip dasar segala sesuatu. Bagi Herakleitos, api bukanlah zat yang dapat
menerangkan perubahan-perubahan segala sesuatu, melainkan melambangkan
gerak perubahan itu sendiri. Api senantiasa mengubah apa saja yang
dibakarnya menjadi abu dan asap, namun api tetaplah api yang sama. Karena
itu, api cocok untuk melambangkan kesatuan dalam perubahan.

Logos

Segala sesuatu yang terus berubah di alam semesta dapat berjalan dengan teratur
karena adanya logos. Pandangan tentang logos di sini tidak boleh disamakan begitu
saja dengan konsep logos pada mazhab Stoa. Logos adalah rasio yang menjadi
hukum yang menguasai segala-galanya dan menggerakkan segala sesuatu, termasuk
manusia.Logos juga dipahami sebagai sesuatu yang material, namun sekaligus
melampaui materi yang biasa. Hal ini disebabkan pada masa itu, belum ada filsuf
yang mampu memisahkan antara yang rohani dan yang materi.

Segala Sesuatu Berlawanan[

Menurut Herakleitos, tiap benda terdiri dari yang


berlawanan. Meskipun demikian, di dalam perlawanan tetap
terdapat kesatuan. Singkatnya, dapat dikatakan bahwa 'yang satu
adalah banyak dan yang banyak adalah satu.' Anaximenes juga
memiliki pandangan seperti ini, namun perbedaan dengan
Herakleitos adalah Anaximenes mengatakan pertentangan tersebut
sebagai ketidakadilan, sedangkan Herakleitos menyatakan bahwa
pertentangan yang ada adalah prinsip keadilan. Kita tidak akan
bisa mengenal apa itu 'siang' tanpa kita mengetahui apa itu
'malam'. Kita tidak akan mengetahui apa itu 'kehidupan' tanpa
adanya realitas 'kematian'. Kesehatan juga dihargai karena ada
penyakit. Demikianlah dari hubungan pertentangan seperti ini,
segala sesuatu terjadi dan tersusun.j Herakleitos menegaskan
prinsip ini di dalam kalimat yang terkenal: "Perang adalah
bapak segala sesuatu." Perang yang dimaksud di sini adalah
pertentangan.Melalui ajaran tentang hal-hal yang bertentangan
tetapi disatukan oleh logos, Herakleitos disebut sebagai filsuf
dialektis yang pertama di dalam sejarah filsafat

Parmenides
Seorang filsuf dari
Mazhab Elea. Arti
nama Parmenides
adalah "Terus
Stabil", atau
"Penampilan yang
stabil". Di dalam
Mazhab Elea,
Parmenides
merupakan tokoh
yang paling
terkenal. Pemikiran
filsafatnya
bertentangan
denganHerakleitos s
ebab ia berpendapat
bahwa segala
sesuatu "yang ada"
tidak
berubah.Parmenides lahir pada tahun 540 SM dan meninggal pada tahun 470 SM. Ia
berasal dari kota Elea, Italia Selatan. Ia berasal dari keluarga yang kaya dan terhormat
di Elea. Parmenides juga menyusun suatu konstitusi untuk Elea.Ia merupakan murid
dari Xenophanes

Pemikiran tentang "Yang Ada"


Inti utama dari "Jalan Kebenaran" adalah keyakinan bahwa "hanya 'yang ada' itu
ada".Parmenides tidak mendefinisikan apa yang dimaksud "yang ada", namun
menyebutkan sifat-sifatnya. Menurut Parmenides, "yang ada" itu bersifat meliputi
segala sesuatu, tidak bergerak, tidak berubah, dan tidak terhancurkan. Selain itu,
"yang ada" itu juga tidak tergoyahkan dan tidak dapat disangkal.

Menurut Parmenides, "yang ada" adalah kebenaran yang tidak mungkin


disangkal. Bila ada yang menyangkalnya, maka ia akan jatuh pada kontradiksi. Hal
itu dapat dijelaskan melalui pengandaian yang diberikan oleh Parmenides. Pertama,
orang dapat mengatakan bahwa "yang ada" itu tidak ada. Kedua, orang dapat
mengatakan bahwa "yang ada" dan "yang tidak ada" itu bersama-sama ada. Kedua
pengandaian ini mustahil. Pengandaian pertama mustahil, sebab "yang tidak ada"
tidak dapat dipikirkan dan tidak dapat dibicarakan. "Yang tidak ada" tidak dapat
dipikirkan dan dibicarakan. Pengandaian kedua merupakan pandangan dari
Herakleitos. Pengandaian ini juga mustahil, sebab pengandaian kedua menerima
pengandaian pertama, bahwa "yang tidak ada" itu ada, padahal pengandaian pertama
terbukti mustahil. Dengan demikian, kesimpulannya adalah "Yang tidak ada" itu tidak
ada, sehingga hanya "yang ada" yang dapat dikatakan ada.

Untuk lebih memahami pemikiran Parmenides, dapat digunakan contoh berikut


ini. Misalnya saja, seseorang menyatakan "Tuhan itu tidak ada!"Di sini, Tuhan yang
eksistensinya ditolak orang itu sebenarnya ada, maksudnya harus diterima sebagai dia
"yang ada". Hal ini disebabkan bila orang itu mengatakan "Tuhan itu tidak ada",
maka orang itu sudah terlebih dulu memikirkan suatu konsep tentang Tuhan. Barulah
setelah itu, konsep Tuhan yang dipikirkan orang itu disanggah olehnya sendiri dengan
menyatakan "Tuhan itu tidak ada". Dengan demikian, Tuhan sebagai yang dipikirkan
oleh orang itu "ada" walaupun hanya di dalam pikirannya sendiri. Sedangkan
penolakan terhadap sesuatu, pastilah mengandaikan bahwa sesuatu itu "ada" sehingga
"yang tidak ada" itu tidaklah mungkin. Oleh karena "yang ada" itu selalu dapat
dikatakan dan dipikirkan, sebenarnya Parmenides menyamakan antara "yang ada"
dengan pemikiran atau akal budi.

Setelah berargumentasi mengenai "yang ada" sebagai kebenaran, Parmenides juga


menyatakan konsekuensi-konsekuensinya:

Pertama-tama, "yang ada" adalah satu dan tak terbagi, sedangkan pluralitas
tidak mungkin. Hal ini dikarenakan tidak ada sesuatu pun yang dapat
memisahkan "yang ada".
Kedua, "yang ada" tidak dijadikan dan tidak dapat dimusnahkan. Dengan kata
lain, "yang ada" bersifat kekal dan tak terubahkan. Hal itu merupakan
konsekuensi logis, sebab bila "yang ada" dapat berubah, maka "yang ada"
dapat menjadi tidak ada atau "yang tidak ada" dapat menjadi ada.
Ketiga, harus dikatakan pula bahwa "yang ada" itu sempurna, seperti sebuah
bola yang jaraknya dari pusat ke permukaan semuanya sama. Menurut
Parmenides, "yang ada" itu bulat sehingga mengisi semua tempat.
Keempat, karena "yang ada" mengisi semua tempat, maka disimpulkan bahwa
tidak ada ruang kosong. Jika ada ruang kosong, artinya menerima bahwa di
luar "yang ada" masih ada sesuatu yang lain. Konsekuensi lainnya adalah
gerak menjadi tidak mungkin sebab bila benda bergerak, sebab bila benda
bergerak artinya benda menduduki tempat yang tadinya kosong.

Pengaruh
Pemikiran Parmenides membuka babak baru dalam sejarah filsafat Yunani. Dapat
dikatakan bahwa dialah penemu metafisika, cabang filsafat yang menyelidiki "yang
ada".Filsafat pada masa selanjutnya akan bergumul dengan masalah-masalah yang
dikemukakan Parmenides, yakni bagaimana pemikiran atau rasio dicocokkan dengan
data-data inderawi. Plato dan Aristoteles adalah filsuf-filsuf yang memberikan
pemecahan untuk masalah-masalah tersebut.

Leukippos
Seorang filsuf yang merintis mazhab Atomisme. Ia juga merupakan guru
dari Demokritos. Di dalam filsafat Atomisme, pemikiran Demokritos lebih dikenal
ketimbang Leukippos, meskipun amat sulit membedakan antara pandangan
Leukippos dan Demokritos. Para ahli masa kini menganggap bahwa Leukippos
merumuskan garis besar ajaran-ajaran atomisme, lalu Demokritos mengembangkan
pemikiran gurunya lebih lanjut

Riwayat hidup Leukippos (sekitar abad ke-5 SM) sulit diketahui sebab hanya sedikit
sumber kuno yang berbicara tentang kehidupan dan
karyanya. Epikuros dan Samos bahkan membantah bahwa Leukippos adalah tokoh
historis. Akan tetapi, Aristoteles danTheophrastos, muridnya, menyatakan Leukippos
sebagai pendiri mazhab Atomisme, dan kesaksian mereka lebih dipercaya para ahli
masa kini.

Tentang Atom

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pemikiran Leukippos dan Demokritos


sulit untuk dipisahkan sehingga untuk mengetahui lebih banyak tentang
konsep atom kita perlu mempelajari Demokritos.[1] Ada satu catatan
dari Simplicius yang berbicara sedikit tentang konsep atom Leukippos.[6] Menurut
Leukippos, atom adalah elemen yang tak terbatas dan abadi, terus bergerak, serta
memiliki bentuk yang jumlahnya tak terbatas.[6] Atom inilah yang membentuk
segala sesuatu yang ada.[6] Selain itu, atom-atom tersebut bersifat padat dan penuh

Leukippos juga mengajarkan semacam pandangan determinisme di dalam satu


fragmennya yang masih tersisa.[3][2][6] Leukippos mengatakan:

"Tidak ada satu hal pun yang terjadi secara sembarangan, melainkan semuanya
terjadi karena maksud tertentu dan kebutuhan tertentu

Demokritos

Seorang filsuf yang


termasuk di
dalam Mazhab Atomisme.Ia adalah murid dari Leukippos, pendiri mazhab
tersebut. Demokritos mengembangkan pemikiran tentang atom sehingga justru
pemikiran Demokritos yang lebih dikenal di dalam sejarah filsafat

Demokritos lahir di kota Abdera, Yunani Utara.[3][5] Ia hidup sekitar tahun 460 SM
hingga 370 SM.[2][3] Ia berasal dari keluarga kaya raya.[3] Pada waktu ia masih
muda, ia menggunakan warisannya untuk pergi ke Mesir dan negeri-negeri Timur
lainnya.[3] Selain menjadi murid Leukippos, Ia juga belajar
kepada Anaxagoras dan Philolaos.[5] Hanya sedikit yang dapat diketahui dari riwayat
hidup Demokritos.[4] Banyak data tentang kehidupannya telah tercampur dengan
legenda-legenda yang kebenarannya sulit dipercaya

Tentang Atom[sunting | sunting sumber]

Demokritos dan gurunya, Leukippos, berpendapat bahwa atom adalah unsur-unsur


yang membentuk realitas.[1][3] Di sini, mereka setuju dengan
ajaran pluralisme Empedoklesdan Anaxagoras bahwa realitas terdiri dari banyak
unsur, bukan satu.[3] Akan tetapi, bertentangan dengan Empedokles dan Anaxagoras,
Demokritos menganggap bahwa unsur-unsur tersebut tidak dapat dibagi-bagi lagi.
[3] Karena itulah, unsur-unsur tersebut diberi nama atom (bahasa
Yunani atomos: a berarti "tidak" dan tomos berarti "terbagi")[1][3]

Atom-atom tersebut merupakan unsur-unsur terkecil yang membentuk realitas.


[1] Ukurannya begitu kecil sehingga mata manusia tidak dapat melihatnya.[1][2]
[3] Selain itu, atom juga tidak memiliki kualitas, seperti panas atau manis.[1][3] Hal
itu pula yang membedakan dengan konsep zat-zat Empedokles dan benih-benih dari
Anaxagoras.[1][3] Atom-atom tersebut berbeda satu dengan yang lainnya melalui
tiga hal: bentuknya(seperti huruf A berbeda dengan huruf N), urutannya (seperti AN
berbeda dengan NA), dan posisinya (huruf A berbeda dengan Z dalam urutan abjad).
[3] Dengan demikian, atom memiliki kuantitas belaka, termasuk juga massa.
[1] Jumlah atom yang membentuk realitas ini tidak berhingga.[3]

Selain itu, atom juga dipandang sebagai tidak dijadikan, tidak dapat dimusnahkan,
dan tidak berubah.[3] Yang terjadi pada atom adalah gerak.[1][3] Karena itu,
Demokritus menyatakan bahwa "prinsip dasar alam semesta adalah atom-atom dan
kekosongan".[1] Jika ada ruang kosong, maka atom-atom itu dapat bergerak.
[1] Demokritus membandingkan gerak atom dengan situasi ketika sinar matahari
memasuki kamar yang gelap gulita melalui retak-retak jendela.[3] Di situ akan
terlihat bagaimana debu bergerak ke semua jurusan, walaupun tidak ada angin yang
menyebabkannya bergerak.[3] Dengan demikian, tidak diperlukan prinsip lain untuk
membuat atom-atom itu bergerak, seperti prinsip "cinta" dan "benci" menurut
Empedokles.[3] Adanya ruang kosong sudah cukup membuat atom-atom itu
bergerak.[3]

Tentang Dunia[sunting | sunting sumber]

Dunia dan seluruh realitas tercipta karena atom-atom yang berbeda bentuk saling
mengait satu sama lain.[3] Atom-atom yang berkaitan itu kemudian mulai bergerak
berputar, dan makin lama makin banyak atom yang ikut ambil bagian dari gerak
tersebut.[3] Kumpulan atom yang lebih besar tinggal di pusat gerak tersebut
sedangkan kumpulan atom yang lebih halus dilontarkan ke ujungnya.[3] Demikianlah
dunia terbentuk.[3]

Tentang Manusia[sunting | sunting sumber]

Tentang manusia, Demokritos berpandangan bahwa manusia juga terdiri dari atom-
atom.[1] Jiwa manusia digambarkan sebagai atom-atom halus.[1] Atom-atom ini
digerakkan oleh gambaran-gambaran kecil atas suatu benda yang disebut eidola.
[1] Dengan demikian muncul kesan-kesan indrawi atas benda-benda tersebut.[1]

Tentang Pengenalan[sunting | sunting sumber]

Sebelumnya telah dikatakan bahwa setiap benda, yang tersusun atas atom-atom,
mengeluarkan gambaran-gambaran kecil yang disebut eidola.[1][3] Gambaran-
gambaran inilah yang masuk ke panca indra manusia dan disalurkan ke jiwa.[1]
[3] Manusia dapat melihat karena gambaran-gambaran kecil tersebut bersentuhan
dengan atom-atom jiwa.[1][3]Proses semacam ini berlaku bagi semua jenis
pengenalan indrawi lainnya.[1][3]

Lalu bagaimana dengan kualitas yang diterima oleh indra manusia, seperti pahit,
manis, warna, dan sebagainya?[3] Menurut Demokritos atom-atom tersebut tidak
memiliki kualitas, jadi darimana kualitas-kualitas seperti itu dirasakan oleh manusia?
[3] Menurut Demokritos, kualitas-kualitas seperti itu dihasilkan adanya kontak antara
atom-atom tertentu dengan yang lain.[3] Misalnya saja, manusia merasakan manis
karena atom jiwa bersentuhan dengan atom-atom yang licin.[3] Kemudian manusia
merasakan pahit bila jiwa bersentuhan dengan atom-atom yang kasar.[3] Rasa panas
didapatkan karena jiwa bersentuhan dengan atom-atom yang bergerak dengan
kecepatan tinggi.[3]

Dengan demikian, Demokritos menyimpulkan bahwa kualitas-kualitas itu hanya


dirasakan oleh subyek dan bukan keadaan benda yang sebenarnya.[1] Karena itulah,
Demokritos menyatakan bahwa manusia tidak dapat mengenali hakikat sejati suatu
benda.[1] Yang dapat diamati hanyalah gejala atau penampakan benda tersebut.
[1] Demokritos mengatakan:

"Tentunya akan menjadi jelas, ada satu masalah yang tidak dapat dipecahkan, yakni
bagaimana keadaan setiap benda dalam kenyataan yang
sesungguhnya...Sesungguhnya, kita sama sekali tidak tahu sebab kebenaran terletak
di dasar jurang yang dalam."[1]

Etika

Menurut Demokritos, nilai tertinggi di dalam hidup manusia adalah keadaan batin
yang sempurna (euthymia).[1][3] Hal itu dapat dicapai bila manusia
menyeimbangkan semua faktor di dalam kehidupan: kesenangan dan kesusahan,
kenikmatan dan pantangan.[1][3] Yang bertugas mengusahakan keseimbangan ini
adalah rasio.[1]
Sufisme
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Tasawuf (Tasawwuf) atau Sufisme (bahasa Arab: , ) adalah ilmu untuk


mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun
dhahir dan batin serta untuk memporoleh kebahagian yang abadi. Tasawuf pada
awalnya merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi) dalam Islam, dan dalam
perkembangannya melahirkan tradisi mistisme Islam. Tarekat (pelbagai aliran dalam
Sufi) sering dihubungkan dengan Syiah, Sunni, cabang Islam yang lain, atau
kombinasi dari beberapa tradisi[butuh rujukan]. Pemikiran Sufi muncul di Timur
Tengah pada abad ke-8, sekarang tradisi ini sudah tersebar ke seluruh belahan dunia.
Sufisme merupakan sebuah konsep dalam Islam, yang didefinisikan oleh para ahli
sebagai bagian batin, dimensi mistis Islam; yang lain berpendapat bahwa sufisme
adalah filosofi perennial yang eksis sebelum kehadiran agama, ekspresi yang
berkembang bersama agama Islam.[1]

jadi tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui bagaiman cara mensucikan


jiwa.

Etimologi[sunting | sunting sumber]


Ada beberapa sumber perihal etimologi dari kata "Sufi". Pandangan yang umum
adalah kata itu berasal dari Suf (), bahasa Arab untuk wol, merujuk kepada jubah
sederhana yang dikenakan oleh para asetik Muslim. Namun tidak semua Sufi
mengenakan jubah atau pakaian dari wol. Ada juga yang berpendapat bahwa sufi
berasal dari katasaf, yakni barisan dalam sholat. Suatu teori etimologis yang lain
menyatakan bahwa akar kata dari Sufi adalah Safa ( ), yang berarti kemurnian. Hal
ini menaruh penekanan pada Sufisme pada kemurnian hati dan jiwa.[2] Teori lain
mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata Yunani theosofie artinya ilmu
ketuhanan.

Sejarah paham[sunting | sunting sumber]


Banyak pendapat yang pro dan kontra mengenai asal usul ajaran tasawuf, apakah ia
berasal dari luar atau dari dalam agama Islam sendiri. Berbagai sumber mengatakan
bahwa ilmu tasawuf sangat lah membingungkan.

Sebagian pendapat mengatakan bahwa paham tasawuf merupakan paham yang sudah
berkembang sebelum Nabi Muhammad menjadi Rasulullah[3]. Dan orang-orang
Islam baru di daerah Irak dan Iran (sekitar abad 8 Masehi) yang sebelumnya
merupakan orang-orang yang memeluk agama non Islam atau menganut paham-
paham tertentu. Meski sudah masuk Islam, hidupnya tetap memelihara kesahajaan
dan menjauhkan diri dari kemewahan dan kesenangan keduniaan. Hal ini didorong
oleh kesungguhannya untuk mengamalkan ajarannya, yaitu dalam hidupannya sangat
berendah-rendah diri dan berhina-hina diri terhadap Tuhan. Mereka selalu
mengenakan pakaian yang pada waktu itu termasuk pakaian yang sangat sederhana,
yaitu pakaian dari kulit domba yang masih berbulu, sampai akhirnya dikenal sebagai
semacam tanda bagi penganut-penganut paham tersebut. Itulah sebabnya maka
pahamnya kemudian disebut paham sufi, sufisme atau paham tasawuf. Sementara itu,
orang yang penganut paham tersebut disebut orang sufi.

Sebagian pendapat lagi mengatakan bahwa asal usul ajaran tasawuf berasal dari
zaman Nabi Muhammad SAW. Berasal dari kata "beranda" (suffa), dan pelakunya
disebut dengan ahl al-suffa, seperti telah disebutkan diatas. Mereka dianggap sebagai
penanam benih paham tasawuf yang berasal dari pengetahuan Nabi Muhammad [4].

Pendapat lain menyebutkan tasawuf muncul ketika pertikaian antar umat Islam pada
zaman Khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, khususnya karena
faktorpolitik.Pertikaian antar umat Islam karena karena faktor politik dan perebutan
kekuasaan ini terus berlangsung dimasa khalifah-khalifah sesudah Utsman dan Ali.
Munculah masyarakat yang bereaksi terhadap hal ini. Mereka menganggap bahwa
politik dan kekuasaan merupakan wilayah yang kotor dan busuk. Mereka melakukan
gerakan uzlah , yaitu menarik diri dari hingar-bingar masalah duniawi yang
seringkali menipu dan menjerumuskan. Lalu munculah gerakan tasawuf yang di
pelopori oleh Hasan Al-Bashiri pada abad kedua Hijriyah. Kemudian diikuti oleh
figur-figur lain seperti Shafyan al-Tsauri dan Rabiah al-Adawiyah.[5]

Definisi Sufisme

Yaitu paham mistik dalam agama Islam sebagaimana Taoisme di Tiongkok


dan ajaran Yoga di India (Mr. G.B.J Hiltermann & Prof.Dr.P.Van De
Woestijne).
Yaitu aliran kerohanian mistik (mystiek geestroming) dalam agama Islam (Dr.
C.B. Van Haeringen).

Pendapat yang mengatakan bahwa sufisme/tasawuf berasal dari dalam agama


Islam:

Asal-usul ajaran sufi didasari pada sunnah Nabi Muhammad. Keharusan


untuk bersungguh-sungguh terhadap Allah merupakan aturan di antara para
muslim awal, yang bagi mereka adalah sebuah keadaan yang tak bernama,
kemudian menjadi disiplin tersendiri ketika mayoritas masyarakat mulai
menyimpang dan berubah dari keadaan ini. (Nuh Ha Mim Keller, 1995) [6]
Seorang penulis dari mazhab Maliki, Abd al-Wahhab al-Sha'rani
mendefinisikan Sufisme sebagai berikut: "Jalan para sufi dibangun dari
Qur'an dan Sunnah, dan didasarkan pada cara hidup berdasarkan moral para
nabi dan yang tersucikan. Tidak bisa disalahkan, kecuali apabila melanggar
pernyataan eksplisit dari Qur'an, sunnah, atau ijma." [11. Sha'rani, al-Tabaqat
al-Kubra (Kairo, 1374), I, 4.] [7].
Sufi tidak lain adalah ajaran untuk mencapai maqam Ihsan (sebagaimana
tersebut dalam hadist) atau mencapai status muqarrabun (orang-orang yang
didekatkan kepada ALLAH).
Tasawuf adalah penafsiran bathin (psikologis) dari ayat-ayat Quran seperti :
Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain
ALLAH adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya
rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui
(Quran, 29:41). Dalam Tasawuf, yang dimaksud pelindung dalam ayat ini
juga termasuk pelindung secara psikologis, sebagaimana kita ketahui manusia
banyak menggantungkan keberhargaan dirinya kepada dunia (seperti harta,
jabatan, pasangan, teman, dll). Dalam Tasawuf, keberhargaan diri hanya boleh
digantungkan kepada ALLAH. Karena jika memang mereka percaya ALLAH
adalah yang paling kuat dan berharga, maka menggantungkan kepada selain
ALLAH adalah taghut (sesembahan). Inilah kenapa dalam tareqahnya,
seorang Sufi (penempuh Tasawuf) harus bisa menjadikan ALLAH sebagai
satu-satunya sumber kekuatan dan penghargaan dirinya. Dalam istilah lain,
Tasawuf adalah ajaran untuk mencapai Tauhid secara bathin (psikologis).
Sisi psikologis (bathin) yang terdapat dalam ajaran-ajaran Kristen, Budha, dll
sebaiknya tidak menafikan keberadaan Tasawuf sebagai sisi psikologis
(bathin) dalam ajaran Islam. Hal ini karena Islam adalah ajaran penyempurna
sehingga tidak harus sepenuhnya baru dari ajaran-ajaran yang terdahulu.
Adanya sisi bathin dalam ajaran-ajaran yang sebelumnya ada malahan
memperkuat status Tasawuf karena tentunya harus ada garis merah antara
agama-agama yang besar, karena kemungkinan besar ajaran-ajaran tersebut
dulunya sempat benar, sehingga masih ada sisa-sisa kebenaran yang mirip
dengan Tasawuf sebagai sisi bathin (psikologis) dari ajaran Islam.

Pendapat yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari luar agama Islam:

Sufisme berasal dari bahasa Arab suf, yaitu pakaian yang terbuat dari wol
pada kaum asketen (yaitu orang yang hidupnya menjauhkan diri dari
kemewahan dan kesenangan). Dunia Kristen, neo platonisme, pengaruh Persi
dan India ikut menentukan paham tasawuf sebagai arah asketis-mistis dalam
ajaran Islam (Mr. G.B.J Hiltermann & Prof.Dr.P.Van De Woestijne).
(Sufisme)yaitu ajaran mistik (mystieke leer) yang dianut sekelompok
kepercayaan di Timur terutama Persi dan India yang mengajarkan bahwa
semua yang muncul di dunia ini sebagai sesuatu yang khayali (als idealish
verschijnt), manusia sebagai pancaran (uitvloeisel) dari Tuhan selalu berusaha
untuk kembali bersatu dengan DIA (J. Kramers Jz).
Al Quran pada permulaan Islam diajarkan cukup menuntun kehidupan batin
umat Muslimin yang saat itu terbatas jumlahnya. Lambat laun dengan
bertambah luasnya daerah dan pemeluknya, Islam kemudian menampung
perasaan-perasaan dari luar, dari pemeluk-pemeluk yang sebelum masuk
Islam sudah menganut agama-agama yang kuat ajaran kebatinannya dan telah
mengikuti ajaran mistik, keyakinan mencari-cari hubungan perseorangan
dengan ketuhanan dalam berbagai bentuk dan corak yang ditentukan agama
masing-masing. Perasaan mistik yang ada pada kaum Muslim abad 2 Hijriyah
(yang sebagian diantaranya sebelumnya menganut agama Non Islam, semisal
orang India yang sebelumnya beragama Hindu, orang-orang Persi yang
sebelumnya beragama Zoroaster atau orang Siria yang sebelumnya beragama
Masehi) tidak ketahuan masuk dalam kehidupan kaum Muslim karena pada
mereka masih terdapat kehidupan batin yang ingin mencari kedekatan diri
pribadi dengan Tuhan. Keyakinan dan gerak-gerik (akibat paham mistik) ini
makin hari makin luas mendapat sambutan dari kaum Muslim, meski
mendapat tantangan dari ahli-ahli dan guru agamanya. Maka dengan jalan
demikian berbagai aliran mistik ini yang pada permulaannya ada yang berasal
dari aliran mistik Masehi, Platonisme, Persi dan India perlahan-lahan
memengaruhi aliran-aliran di dalam Islam (Prof.Dr.H.Abubakar Aceh).
Paham tasawuf terbentuk dari dua unsur, yaitu (1) Perasaan kebatinan yang
ada pada sementara orang Islam sejak awal perkembangan Agama Islam,(2)
Adat atau kebiasaan orang Islam baru yang bersumber dari agama-agama non
Islam dan berbagai paham mistik. Oleh karenanya, paham tasawuf itu bukan
ajaran Islam walaupun tidak sedikit mengandung unsur-unsur ajaran Islam.
Dengan kata lain, dalam agama Islam tidak ada paham Tasawuf walaupun
tidak sedikit jumlah orang Islam yang menganutnya (MH. Amien Jaiz, 1980)
[8].
Tasawuf dan sufi berasal dari kota Bashrah di negeri Irak. Dan karena suka
mengenakan pakaian yang terbuat dari bulu domba (Shuuf), maka mereka
disebut dengan "Sufi". Soal hakikat Tasawuf, hal itu bukanlah ajaran
Rasulullah SAW dan bukan pula ilmu warisan dari Ali bin Abi Thalib
Radiyallahu anhu. Menurut Asy Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir rahimahullah
berkata: Tatkala kita telusuri ajaran Sufi periode pertama dan terakhir, dan
juga perkataan-perkataan mereka baik yang keluar dari lisan atau pun yang
terdapat di dalam buku-buku terdahulu dan terkini mereka, maka sangat
berbeda dengan ajaran Al Quran dan As Sunnah. Dan kita tidak pernah
melihat asal usul ajaran Sufi ini di dalam sejarah pemimpin umat manusia
Muhammad SAW, dan juga dalam sejarah para shahabatnya yang mulia, serta
makhluk-makhluk pilihan Allah Taala di alam semesta ini. Bahkan
sebaliknya, kita melihat bahwa ajaran Sufi ini diambil dan diwarisi dari
kerahiban Nashrani, Brahma Hindu, ibadah Yahudi dan zuhud Buddha" - At
Tashawwuf Al Mansya Wal Mashadir, hal. 28.(Ruwaifi bin Sulaimi, Lc) [9].

1. Zeno
Zeno lahir di elea pada tahun 490 SM. Ia lahir dia awal terjadinya perang persia yang
merupakan konflik antara dunia tomur dan barat. Pada masa itu persia berkonflik
dengan yunani.zeno lahir sebelum socrates. Para ahli sejarah memperkirakan bahwa
zeno berumur 40 tahun saat saocrates berusia 20 tahun.

Tahun kelahiran Zeno, menunjuk bahwa dunia remajanya dipenuhi dengan


pandangan Pythagoras (580 475 SM) dan para pengikutnya (pythagorean).
Tampaknya doktrin Pythagorean mau diserang Zeno, meskipun dugaan ini masih
terlampau dini untuk disebut karena topik ini masih menjadi ajang perdebatan sampai
sekarang.

Era kelahiran zeno dinamakan era pra-sokratik. Karena pemikiran zeno lebih dulu
ada dibandingkan konsep pemikiran socrates. Zeno merupakan filsuf aliran
pemikiran eleatik.ia mengikuti jejak gurunya;Permanides yang sama-sama
mempercayai bahwa semua gerak dan perubahan di dunia bersifat semu. Zeno
merupakan murid setia dari permanides.

1. B. Pemikiran-pemikiran Zeno
Sejak thales hingga parmenides yang ditekankan adalah monisme, yaitu bahwa
kenyataan seluruhnya bersifat satu. Karena hanya terdiri daru satu unsur saja.
Parmenides umpamanya menguraikan hal itu secara berlebih-lebihan. Segala
kejamakan dan perubahan yang disaksikan oleh inderaditolak mentah-mentah.alasan-
alsan yang dikemukakan sekalipun mengesankan namun kesimpulannya tidak dapat
diterima.

Zeno lahir di era phytagoras. phytagoras merupakan filsuf dunia barat yang sangat
terkenal. Doktrin Phytagoras pun menjadi pusat filsafat Barat. Ia mengungkapkan
Seluruh alam raya diatur oleh perbandingan dan bentuk . dari pemikiran phytagoras
ini muncul dugaan tidak adanya ketakberhinggaan pada alam semesta ini.

pemikiran zeno mengkritik doktrin-doktrin phytagoras yang


masyhur ini.zeno mengambil gerakan yang berkesinambungan dan kemudian
membaginya menjadi langkah-langkah yang lebih kecil yang tak terhingga. Karena
langkahnya tak terhingga, orang-orang Yunani berasumsi bahwa adu lari tersebut tak
akan pernah selesai dalam waktu yang bisa ditentukan,begitu pikir
mereka.Pendapatnya ini ingin membuktikan bahwa ada ketakberhinggaan di alam
semesta ini dan mematahkan doktrin phytagoras.hingga akhirnya pada masa itu, ia
dikenal sebagai seorang filsuf yang paling menjengkelkan di Barat karena berhasil
mengacaukan dasar-dasar pemikiran Barat ini.

Beberapa dari pemikiran zeno diungkapkan untuk membela pendapat gurunya,


Permanides Karena pada masa ini filsafat ditempatkan pada pilihan yang sulit seperti
yang dihadapi permanides. Yaitu apakah kenyataan itu berada dalam ada yang tidak
berubah atau berada dalam gejala-gejala yang terus menerus berubah. banyak orang
yang menyangsikan pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh parmenides namun
akhirnya bantaha-bantahan itu dapat disanggah oleh zeno.

Pada masa zeno,logika lebih diutamakan.karenanya segala sesuatu harus dapat


diterima oleh akal.cara pandang zeno dianggap sebagai pemikiran orang sofis yaitu
seseorang deengan cara pandang tipuan, hipkret dan sinis. Menurut para filsof,
mereka adalah orang-orang yang kurang terpelajar baik didalam sains ataupun
filsafat. Orang-orang sofis juga diartikan orang yang menjual kebijakan untuk
memperoleh materi.mereka ini dianggap populer dengan ide-idenya tanpa
memperlihatkan sesuatu yang orisinil. Meskpun pemikiran zeno dianggap sebagai
salah satu pemiiran orang sofis, namun pada akhirnya pemiirannya dapat diterima
oleh orang-orang yunani pada masa itu.

1. C. Paradoks Zeno
Zeno mengungkapkan paradoks yang digunakan untuk melindungi pendapat
parmenides dan pengikut-pengikutnya.ada empat paradoks yang diungkapkan oleh
zeno.Paradoks Zeno ini mengungkapkan problem-problem yang tidak dapat
diselesaikan oleh semua teknik matematika yang tersedia pada saat itu. Penyelesaian
paradoks Zeno baru dimulai pada abad 18 (atau lebih awal dari itu). Paradoks itu
mampu merangsang otak-otak kreatif matematikawan dan memberi warna pada
sejarah perkembangan matematika.

1. Paradoks Dikotomi

Sebuah benda yang bergerak tidak akan pernah mencapai tujuan. Pertama-tama dia
harus menempuh perjalanan setengah jarak. Lalu setelah itu dia mesti menempuh
seperempat, seperdelapan, seperenambelas, sepertigapuluhdua Sedemikian hingga
jumlah perjalanannya menjadi tak-hingga.

Paradoks ini dinamakan dikhotomi karena selalu terjadi pengulangan dua


disetiap pembagiannya.zeno ingin menunjukkan adanya ketidakberhinggaan yang
terjadi di alam semesta ini.
2. Paradoks Achilles dan Kura-kura

Achilles dan Kura-kura melakukan lomba lari, meskipun begitu, kura-kura diizinkan
start lebih awal.

Agar dapat menyamai kura-kura, Achilles menetapkan sasaran ke tempat kura-


kura saat ini berdiri.
Akan tetapi, tiap kali Achilles bergerak maju, kura-kura juga bergerak maju. Ketika
Achilles sampai di tempat kura-kura, kura-kura sudah berjalan sedikit ke depan.

Lalu Achilles mengejar posisi kura-kura yang sekarang. Akan tetapi setibanya di
sana, kura-kura juga sudah maju sedikit lagi.

Lalu Achilles mengejar posisi kura-kura yang sekarang. Akan tetapi setibanya di
sana, kura-kura juga sudah maju sedikit lagi. Demikian seterusnya ad infinitum.

Paradoks zeno tentang archiles dan kura-kura ini merupakan paradoks yang terkenal
diantara paradoks zeno yang lain.para filsuf yunani pada masa itu ingin membantah
paradoks zeno inikarena mereka menyadari bahwa pendapat zeno ini salah. Namun
mereka tidak dapat menemukan bembantah melalui logika mereka hingga akhirnya
mereka harus menerima paradoks ini meskipun tidak menerimanya.
3. Paradoks Anak Panah

Misalnya kita membagi waktu sebagai deretan masa-kini. Kemudian kita lepaskan
anak panah. Di setiap masa-kini anak panah menduduki posisi tertentu di udara.

Oleh karena itu anak panah dapat dikatakan diam sepanjang waktu.

Paradoks zeno ini mengungkapkan bahwa anak panah selaludiam.yang ada hanyalah
gerak semu yang merupakan seri perhentian-perhentian.
4. Paradoks Stadion

Terdapat tiga buah barisan benda A, B, dan C di lapangan tengah stadion.

Barisan A terletak diam di tengah lapangan. Sementara B dan C masing-masing


terletak di ujung kiri dan kanan A.

Kemudian B dan C bergerak saling mendekati dengan kecepatan yang sama (hendak
bersejajar dengan barisan A).

Antara Sebelum dan Sesudah, titik C paling kiri melewati dua buah B, tetapi
cuma satu buah A.

Berarti waktu C untuk melewati B = setengah waktu untuk melewati A. Padahal A


dan B adalah unit yang identik!
Dalam paradoks ini zeno ingin mempertanyakan mengapa dengan waktu yang sama
dan kecepatan sama ada perbedaan jarak yang ditempuh.

Kesimpulan

Zeno merupakan filsuf pra sokratik yang beraliran pemikiran eleatik. Pemikirannya
yang kontroversional dengan kebanyakan filsuf dunia barat tela memberikan warna
tersendiri yang pada masa itu sulit untuk dipecahkan. Namun pada abad 2000 ini
pemikiran-pemikiran zeno dapat dibuktikan oleh para ahli.

ia yang merupakan murid setia dari parmanides berhasil memdukung pendapat


gurunya ini dan sempat membingungkan ahlu filsafat yunani masa itu. Paradoks yang
dikemukakan oleh zeno sempat membingungkan dan mengguncang dunia barat.
Namun pada akhirnya masalah yang membuktikan bahwa pemikirannya itu sesuai
logika dan menjadi latar belakang pemikir-pemikir setelahnya untuk mampu
menemukan cabang ilmu baru seperti kalkulus.

Empat paradoks zeno yaitu : paradoks dikhotomi, paradoks archiles dan kura kura,
paradoks anak panah serta paradoks stadion.iamemiliki dua paradoks tambahan yaitu
paradoks tentang tempat dan paradoks tentang butir gandum.namun yang lebih
terkenal adalah empat paradoks terdahulu.

Paradoks zeno telah berjasa dan berpengaruh sangat besar terhadap dunia filsafat.
Paradoks zeno lebih mengedepankan tentang pluraliti dan gerak yang ternyata
mampu memberi inspirasi para teori relativitas (paradoks keempat) dan fisika
quantum.

GORGIAS
Para Sofis Filsuf Gorgias datang dari Leontini di Syracuse menulis dan berpendapat
485-375 SM aku dua kali diperiksa dan tidak membuat kesalahan tentang itu,
kebanyakan sarjana percaya ia hidup selama 100 tahun. Untuk pekerjaan legendaris,
Gorgias bahkan dianggap sebagai Bapa menyesatkan.
Mencapai Athena di paruh kedua abad kelima SM, dia awalnya memasuki kota
sebagai duta Syracuse untuk kepentingan politik. Dia juga menerima siswa untuk
guru seni retorika Sofis untuk tujuan politik dan hukum, seperti Protagoras. Dia dan
Protagoras yang dianggap sebagai Sofis utama Filsuf.
Menurut sumber-sumber sejarah, Gorgias adalah murid Empedokles. Gorgias menulis
empat karya: Pada Non-Keberadaan, Pembela Palamedes, yang Encomium pada
Helen, dan Epitaphios. Hanya dua karya yang ada secara keseluruhan, Encomium
pada Helen dan Pertahanan Palamedes, sedangkan Pada Non-Keberadaan hanya ada
dalam fragmen atau ringkasan.
Mengingat konteks historis-nya, Gorgias agak unik karena ia tampaknya untuk
mempromosikan skeptisisme ekstrim dalam bidang metafisika dan epistemologi.
Kemudian pemikir dan sejarawan telah pergi sejauh untuk menjelaskan pekerjaannya
sebagai nihilistik.
Untuk menyanggah filsafat terkenal monistik Parmenides , yang Gorgias pintar
memberikan argumentasi sofis klasik. Aku akan parafrase argumennya, menunjukkan
bahwa tidak ada, yang banyak ditemukan dalam bukunya On Non-Keberadaan.
Asumsikan pertama bahwa tidak mungkin untuk apa-apa ada. Jika tidak ada alasan
lain selain absurditas, kita bisa merumuskan pernyataan dan berkata non-eksistensi
ada. Pernyataan itu mengusulkan kontradiksi yang nyata, jadi pertama-tama kita
akan menganggap bahwa hal-hal yang harus ada.
Jadi, jika sesuatu ada, maka kita harus menerima keberadaan yang kekal atau sesuatu
yang menyebabkan keberadaan. Pertama, eksistensi tidak dapat kekal, karena akan
kurangnya waktu dan tanpa batas. Sebuah dunia tanpa batas tidak bisa ada di atau
sebagai ruang, dan sebagai hasilnya, kita akan menemukan adanya tempat.
Jika keberadaan tidak kekal dari, sesuatu harus menyediakan menyebabkan beberapa
keberadaannya. Sayangnya, jika keberadaan sesuatu penyebab, maka kita yang tersisa
dengan: argumen yang melingkar karena keberadaan berasal dari keberadaan,
kontradiksi karena sesuatu yang tidak ada, atau non-eksistensi, menyebabkan adanya,
atau regresi tak terbatas karena keberadaan berasal dari keberadaan, yang berasal dari
keberadaan, tak terhingga.
Adanya tidak dapat berasal dari keberadaan, tetapi tidak dapat datang dari non-
eksistensi baik karena kami menunjukkan di atas bahwa eksistensi non- tidak bisa
ada dan sesuatu yang tidak bisa datang dari apa-apa. Oleh karena itu, hal-hal yang
tidak bisa eksis.
Gorgias terus setelah ini untuk menunjukkan bahwa bahkan jika sesuatu ada, kita
tentu dapat mengetahui apa-apa karena pikiran tidak bisa menahan hal-hal yang
ada. unicorn A, misalnya, mungkin ada dalam pikiran tetapi tidak di dunia. Hal ini
mengandaikan dualisme tapi Gorgias hanya menggunakan perbedaan ini untuk
menggambarkan bahwa berpikir hal-hal yang tidak datang menjadi ada, dan
pikiran, pengetahuan kita, dan pikiran kita tidak memiliki kapasitas untuk memegang
ada hal.
Namun, bahkan jika keberadaan kita bisa memahami keberadaan, kita tidak akan
mampu berbicara tentang hal itu karena kita berbicara kata-kata tidak hal-hal
yang ada. Sebagai contoh, Gorgias menjelaskan, Bagaimana seseorang
mengkomunikasikan ide warna dengan menggunakan kata-kata karena telinga tidak
mendengar warna, tetapi hanya suara?
Sebagai seorang Sofis, ekstrem Gorgias retoris menawarkan pengurangan lebih
masuk akal untuk membuktikan apa-apa ada. Kita hanya tahu, ironisnya, dengan
ketidakpastian apakah Gorgias percaya kata-katanya sendiri atau tidak, namun kita
tahu pasti bahwa tradisi Sofis ia berusaha untuk menantang kebenaran mutlak.
Dengan kata lain, ia hanya melakukan apa yang Sophis lakukan, atau lakukan.
Selanjutnya, kemampuan skeptisisme atau retoris ditemukan di tempat lain,
khususnya dalam tiga karya lain. Dalam setiap karya, ia mencoba untuk menyanggah
argumen yang biasa diselenggarakan oleh membuktikan argumen yang umum-
ditolak, yang adalah juga teknik sofis umum.
Kemudian filsuf Sophis tidak menyukai pekerjaan, seperti Plato, karena Plato
dipromosikan apa yang disebut retorika dan bukan argumen, atau logo, seperti
Sophis menyebutnya. filsuf lebih baru telah berusaha untuk menebus menyesatkan
untuk pemahaman mengenai metafisika dan bahasa.

Anda mungkin juga menyukai