Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Filsafat Hegel dan Karl Marx


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Kebutuhan Mata Kuliah:
“Filsafat Sosial”

Oleh:
Ridwan Ardiansyah Putra (E71219055)

Irham Maulana T.C. (E71219045)

Dosen Pengampuh:
Dr. H. Kasno, M.Ag

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UIN SUNAN AMPEL

SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, rasa syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha
Kuasa yang telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesehatan, kesempatan serta pengetahuan
sehingga makalah Filsafat Ketuhanan Tentang “Filsafat Hegel dan Karl Marx.”

Kami berharap agar makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan rekan-
rekan mahasiswa pada khususnya dan para pembaca umumnya tentang “Filsafat Hegel dan Karl
Marx.”

Mudah-mudahan makalah sederhana yang telah berhasil kami susun ini bisa dengan mudah
dipahami oleh siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami meminta maaf bilamana terdapat
kesalahan kata atau kalimat yang kurang berkenan. Serta tak lupa kami juga berharap adanya
masukan serta kritikan yang membangun dari Anda demi terciptanya makalah yang lebih baik
lagi.

Surabaya, 24 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................

Daftar Isi...............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang............................................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................................
C. Tujuan Makalah.........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi Hegel............................................................................................................5
B. Konsep Filsafat Hegel................................................................................................6
C. Biografi Karl Marx....................................................................................................7
D. Konsep Filsafat Karl Marx.........................................................................................8

BAB III KESIMPULAN

BAB IV PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
BAB I

Pendahuluan

A. Latar belakang
Dalam tulisan ini pemateri ingin menggambarkan suatu orientasi kehidupan,
sebagaimana yang telah diusahakan oleh pemikiran Hegel. Dalam pemikirannya Hegel
lebih mengkaji tentang berdialetika terhadap realitas dan memandang adanya “realitas
mutlak” atau idealism mutlak dalam kehidupan. Sehingga sangat mempengaruhi dalam
memandang sejarah dalam global. Hal ini terbukti saat dialektikanya mampu melihat
sejarah sehingga dapat mengalahkan dalil- dalil yang bersifat statis.
Sedangkan dalam pemikiran Karl Marx lebih mengkaji tentang sosial dan agama
pada masyarakat. Sehingga sangat mempengaruhi dalam kehidupan masyarakat. Hal ini
di jelaskan tentang bagaimana cara pandangan Marx tentang social dan agama dan juga
permasalahan agama dalam sudut pandangnya untuk menuntaskan permasalahan
tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Siapa Georg Wilhelm Friedrich Hegel ?
2. Bagaimana Pemikiran Filsafatnya ?
3. Siapa Karl Marx ?
4. Bagaimana Pemikiran Filsafatnya ?

C. Tujuan
1. Mengerti Biografi Hegel
2. Mengerti Mengerti Pemikiran Hegel
3. Mengerti Biografi Karl Marx
4. Mengerti Pemikiran Karl Marx
BAB II

Pembahasan

A. Biografi Hegel
Georg Wilhelm Fredrich Hegel atau bisa dikenal Hegel (1770-1831) ialah seorang
Filsuf dari Jerman dan merupakan puncak dari gerakan Filsafat Jerman yang berawal dari
Kant. Meskipun Hegel mengkritik Kant, sistem filsafatnya tidak akan pernah lahir atau
muncul jika tidak ada pemikiran dari Immanuel Kant.
Dalam hidupnya, terdapat suatu peristiwa penting selama Hegel hidup. Pada usia
remaja, ia tertarik pada mistisisme dan pandangannya terhadap apa yang mulanya tampak
padanya sebagai wawasan mistik. Awalnya, Hegel menjadi dosen privat di Jena dan
mengajarkan tentang filsafat. Ia menyelesaikan suatu karya beliau yang bertajuk
“Phenomenology of Mind” sebelum adanya peperangan di Jena lalu di Nuremberg. Ia
menjadi professor di Heidelberg selama dua tahun (1816-1818), dan akhirnya beliau
menetap di Berlin hingga menjelang kematiannya pada tahun 1831.1
Dalam latar belakang hidupnya, ia adalah seorang patriotic Prusia, seorang hamba
Negara Prusia yang setia, yang dengan nyaman menikmati bibit kemasyhuran
filosofisnya yang terkenal. Namun, semasa mudanya, ia membenci Prusia dan memuji
Napoleon Bonaparte hingga merayakan kemenangan atas kemenangan Prancis di Jena.

B. Konsep Filsafat Hegel


1
Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat: Kaitannya Dengan Kondisi Sosio-Politik Zaman Kuno Hingga Sekarang,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal. 951-952.
Adapun konsep tentang kebebasan menurut Hegel, yaitu berawal dari Ide
Absolutnya berupa pembahasan tentang Ide Yang Absolut. Adapun sepenggal kutipan
dari bukunya Bertrand Russel yang berjudul “Sejarah Filsafat Barat” yang berasal dari
pendahuluan pada The Philosophy of History sebagaimana berikut:

“Bahwasanya ‘Idea’ atau ‘Akal’ ialah Yang Benar, Yang Abadi, esensi yang
sangat kuat secara mutlak; bahwa ini mengungkapkan dengan sendirinya di dunia, dan
di dunia itu tiada lain yang terungkap selain ini dan kehormatannya dan
kemuliaannya.”.2

Kata “Bebas” yang diketahui oleh Hegel sendiri itu berupa seuatu yang ganjil.
Baginya, tidak ada suatu yang namanya “Kebebasan” tanpa adanya hukum. Tetapi ia
cenderung untuk mengubah pandangan tersebut dan berpendapat bahwa di mana ada
hukum, disitulah ada kebebasan. Dengan demikian, kata “Kebebasan” tersebut meniurut
Hegel bermakna agak lebih luas daripada hak untuk menaati hukum. Sebagaimana yang
sudah dijelaskan sebelumnya, bahwasanya merupakan jenis kebebasan yang sangat
menyenangkan. Dan itupun tidak juga mampu lepas dari kamp konsentrasi. Itupun tidak
menyiratkan adanya system demokrasi ataupun dalam kebebasan pers atau semboyan
Liberal yang ditolak Hegel lantaran di anggap sepele olehnya. Bila Ruh memberikan
hukum pada dirinya sendiri, Ruh melakukannya dengan begitu bebas.

Bagi khalayak umum, kita terlihat bahwa Ruh yang memberi hukum itu di
letakkan pada raja-raja, dan Ruh juga di beri hukum di letakkan pada warganya atau
rakyatnya. Akan tetapi, menurut dari sudut pandang Yang Mutlak, perbedaan antara raja
dan warga itu ialah berupa ilusi; bila raja memenjarakan warganya yang berpikiran
liberal, Ruh juga lah yang menentukan sendiri dengan bebas.

Gagasan Hegel tentang Ruh Absolut, baginya negara yang absolut bukan seperti
apa yang di gambarkan Jhon Lock atau teoritis-teoritis kontrak social yang dibentuk daari
kesepakatan bersama dari rakyatnya, Hegel berpendapat sebaliknya, Negaralah yang
membentuk rakyatnya. Hegel memang mensakralkan Negara sampai dia menganggap

2
Ibid, hal. 959.
bahwa sepak terjang Negara di dunia ini sebagai “Derap Langkah Tuhan di Bumi” atau
Bahasa Inggrisnya ialah “The State is Divine Idea as it Exists on Earth”.3

Pandangan Hegel ini tentu memiliki resiko terhadap gagasan tentang kekuasaan
negara, yaitu bahwa pemegang kekuasaan (State Authority) entah itu raja, presiden,
ataupun pemimpin suatu negara adalah akal impersonal dan mirip dengan konsep
Rosseau. Perwujudan kemauan kolektif (General Will) yang menjelma sebagai manusia.
Pemimpin negara bisa saja mendengarkan suara wakil-wakil rakyat, Hegel mengakui
adanya system Parlementer, tetapi itu tidak mengikat karena kekuasaan kepala negara itu
mutlak.4

C. Biografi Karl Marx

Marx lahir pada tahun 1818 di Trier, Jerman Barat. 5 Pada tahun 1835, Marx
mengawali pendidikannya di Universitas Bonn jurusan Hukum. Adapun insiden yang meinpa
Marx yang harus di pindahkan dari Universitas Bonn tersebut oleh ayahnya dikarenakan sifat
dari Marx sendiri yang tidak serius dalam menjalani Pendidikan tingginya dan di pindahkan
di Universitas Berlin dengan iklim akademis yang lebih serius. di Berlin, Marx tumbuh
menjadi mahasiswa yang tekun. Karl Marx mendapatkan gelar doktornya dari Universitas
Jena pada tahun 1841.6

Marx bukanlah seorang sosiolog meskipun beliau sering dianggap sebagai bapak
sosiologi modern. Pada masanya, Karl Marx lebih cocok disebut sebagai seorang filsuf,
ekonom, jurnalis, dan juga sebagai kritikus sosial.7

Sepanjang hidupnya, Marx menciptakan berbagai karya tulis yang terkenal hingga
kini dan dianggap sebagai sumbangan besar bagi perkembangan sosiologi sebagai disiplin

3
Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat: Kajian Sejarah Perkembangan Pemikiran Negara, Masyarakat dan
Kekuasaan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), hal. 258.
4
Ibid, hal. 258-259.
5
Craig Calhoun., Gerteis, Joseph., Moody, James., dkk (Ed.), Classical Sociological Theory, (Great Britain:
Blackwell Publishing, 2007), hlm. 75.
6
George Ritzer, The Wiley-Blackwell Companion to Sociology, (Oxford: Wiley-Blackwell, 2003), hlm. 94.
7
Ibid, hal. 83.
ilmu diantaranya yaitu Economic and Philosophic Manuscripts of 1884, The German of
Ideology, Manifesto of the Communist Party, dan Das Kapital.

Adapun dari salah satu karyanya Karl Marx yang begitu kontroversial yaitu
Manifesto of the Communist Party. Isi dari karya tersebut membahas tentang adanya konflik
kelas yang terjadi antara para pemilik modal (Borjuis) dan kelas para pekerja (Proletar).
Menurut Karl Marx, eksploitasi yang dilakukan oleh Borjuis terhadap Proletar akan
mendorong Proletar untuk bersatu. Proletar yang telah bersatu inilah akan bertarung dan
merebut kepemilikan akan alat-alat produksi dari para Borjuis. Hasil akhir dari perselisihan
kelas ini adalah masyarakat komunis (masyarakat tanpa kelas yang sejahtera) dan fokus
terhadap pada pengembangan diri para anggotanya tersebut.8

D. Konsep Filsafat Karl Marx

Adapun konsep filsafatnya Karl Marx yaitu tentang materialisme. Secara


ringkasnya, makna kata materialisme dalam kamus filsafat yang telah di tulis dalam
karya bukunya Maghfur M. Ramin yang berjudul “Dasar-Dasar Memahami Mazhab
Filsafat” disebutkan bahwasanya materialism ini adalah suatu pandangan yang
menganggap bahwa dunia ini disusun sepenuhnya oleh yang bersifat materi. Para filsuf
cenderung menyukai istilah fisikalisme karena ilmu fisika telah membuktikan bahwa
materi itu sendiri bisa di hancurkan menjadi daya dan energi, dan materi hanya satu saja
dari sekian hal yang Menyusun alam semesta ini.9

Sedangkan menurut filsafatnya Karl Marx tentang Materialisme ini, manusia


bekerja, maka dia ada (hidup). Konsep ini hampr sama dengan ideologi dari Rene
Descartes berupa slogannya yang terkenal yaitu “Cogito Ergo Sum” yang artinya adalah
“Aku Berfikir, Maka Aku Ada” yaitu “aku bekerja, maka aku ada”. Karena itulah,
menurut Marx sendiri, manusia bekerja, maka ia hidup. Dan di dalam masyarakat juga
merupakan sumber materi untuk menghasilkan suatu produk untuk di produksikan
kepada sekitar.

8
Calhound, Craig., Gerteis, Joseph., Moody, James., dkk (Ed.), op.cit., hlm. 97–111.
9
Maghfur, M. Ramin, Dasar-Dasar Memahami Mazhab Filsafat, (Yogyakarta: UNICORN, 2019), hal. 110.
Selain membahas tentang materialism ala Karl Marx sendiri, Adapun berbagai
pemikiran Karl Marx yang begitu hebat hingga dia mampu untuk mengkritik pemikiran
dari gurunya sendiri, yaitu Hegel. Adapun kritikannya Marx dari kepala (ideologi) dari
Hegel, yaitu tentang konsep negara. Konsep tersebut lebih dikenal dengan istilah
Aufhebung (peleburan) yang dimana konsep menegasikan dan memelihara kebenaran
yang terdapat di dalam sesuatu. Prakteknya adalah sikap Marx terhadap agama, yang
dimana juga agama timbul oleh keharusan untuk menemukan berbagai aspek cara hidup,
kemudian Marx merevolusnerkan beberapa aspek tersebut sehingga tidak sembarangan
untuk menolak sentiment religious yang tanpa dasar atau landasannya.10

Kritikan Karl Marx ini dimulai dari kritiknya atas karya Hegel yang tertulis dalam
thesis doktoralnya yaitu Philosophy of Right (Filsafat Hukum) yang merupakan ringkasan
dari filsafat politik yang berdasarkan filsafat Yunani. Inilah yang diamati oleh Karl Marx
sebagain kritikannya tersebut. Menurut Marx, konsep Hegel tentang negara modern di
landaskan atau di dasarkan pada hubungan ekonomi borjuis. Hasil identifikasi Marx
bahwasanya sudut pandang Hegel disini adalah ekonomi-politik. Marx mengkaji Hegel
untuk menemukan koneksi esensial antara sikap filsafat terhadap dunia dengan berbagai
bentuk keterasingan social yang secara naturalis atau alamiah tidak manusiawi,
eksploitatif, dan menindas.11

Dengan demikian, secara ringkasnya ialah, Marx melihat dari karya Hegel tentang
politik yaitu negara di jelaskan bahwa Negara ialah suatu dari Roh Yang Absolut. Ini
juga ada hubungannya dengan pemikirannya Hegel tentang negara. Akan tetapi, Marx
merasa itu tidak pantas karena membuat borjuis sebagai inhuman atau tidak
berperikemanusiaan. Maknanya, para pemodal yang memiliki modal yang tinggi itulah
yang akan berkuasa dan mampu membunuh para pemodal kecil lainnya dan membunuh
para pekerja (proletar) dengan menggunakan aturan hukum yang seenaknya sendiri untuk
kepuasan dirinya sendiri (orang-orang borjuis). Dari sinilah, lahir suatu karya dari Karl
Marx yang begitu bagus yaitu Das Kapital.

Adapun pemikirannya Karl Marx selain mengkritik filsafatnya Hegel, yaitu


tentang agama, yang dimana Karl Marx sangat kritisi akan hal sesuatu tentang agama
10
Ibid, hal. 113.
11
Ibid, hal. 113-114.
tersebut. Agama yang di kritik oleh Marx sendiri adalah agama yang merujuk pada
agama Kristen Jerman maupun filsafat spekulatif. Awalnya, agama tiada lain adalah hasil
perenungan dari manusia atas realita yang di hadapi. Dalam perkembangannya, agama
menjadi seperangkat sumber dogma dari segala sumber salinan (copy paste) yang
dianggap sebagai sesuatu yang turun dari langit. Kecenderungan untuk memandang
tentang agama sebagai sesuatu yang turun dari langit merupakan salah satu
kecenderungan semua agama yang menyejarah aatau menjadi dari bagian dari pergulatan
ekonomi-politik suatu masyarakat.

Sebelum mengutip ataupun mengambil dari pemikirannya Karl Marx tentang


agama, harus mengutip pemaknaan dari agama melalui ajaran-ajaran agama itu sendiri.
Secara uumumnya, agama merupakan suatu konstitusi Tuhan yang di turunkan langsung
oleh Tuhan melalui perantara-Nya, yaitu kitab suci (Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Qur’an)
dan para Rasul-Nya untuk menuntut manusia ke jalan yang benar. Selain itu, agama
bermaknakan sebagai tuntunan manusia dari Tuhan yang bertujuan untuk membimbing
manusia menjadi lebih baik dari makhluk-makhluk-Nya yang telah Tuhan ciptakan, dan
balasan akhir dari kehidupan manusia adalah Surga sebagai balasan terbaik dari Tuhan
untuk manusia atas perbuatannya selama hidup di dunia.

Menurut Karl Marx, agama merupakan sebagai dari candu masyarakat. Dari
pengertian tersebut di jelaskan bahwasanya agama bagi mereka seseorang yang menderita
dan tertindas adalah suatu penghibur yang semu dan hanya memberi kelegaan sementara.

Agama mengajarkan orang hanya untuk berpasrah atas segala sesuatu yang telah
di tetapkan oleh Tuhan maupun dirinya sendiri daripada berusaha untuk memperbaiki
kondisi kehidupan yang sedang terpuruk. Dan menurut Karl Marx juga, agama
mengajarkan untuk tidak terikat pada suatu hal yang bersifat duniawi atau tidak berjuang
untuk taraf kehidupannya berupa mencari segala sesuatu untuk bertahan hidup dan lebih
fokus pada hal-hal yang berbau surgawi. Agama mengajarkan orang untuk menerima apa
adanya, termasuk betapa kecilnya hasil upah yang ia dapat meskipun ia tengah
mengalami penderitaan secara material.12

12
Ibid, hal. 125-126.
Hal tersebut melahirkan slogan yang begitu kontroversial dari Karl Marx yaitu
“Agama Adalah Candu Masyarakat” yang dimana masyarakat di bius oleh doktrin-
doktrin agama berupa menerima apa adanya meskipun penghasilan materi sedikit
sekaligus meskipun secara kondisi materi sangat kurang dan tidak cukup untuk bertahan
hidup di dunia yang fana ini.

BAB III

Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah di bahas tersebut, kedua filsuf yaitu Hegel dan Marx
memiliki relasi dalam pandangan filsafatnya, yaitu membahas tentang negara. Akan tetapi, yang
membedakan antara kedua filsuf tersebut adalah dari alirannya. Jika ditinjau dari Hegel, aliran
filsafatnya berupa Idealisme dengan menggunakan metode Ruh Absolut. Yang dimana, hukum-
hukum negara bersifat mutlak dan tidak bisa di rubah karena itu keputusan dari negara itu
sendiri. Dan negara bisa menetapkan segala sesuatu dengan senang hati. Sama halnya dengan
Ruh, memang keadaan Ruh tidak bisa berubah, akan tetapi bisa bebas pergi kemana saja yang
disukai tersebut.

Sedangkan Karl Marx sendiri aliran filsafatnya Materialisme, yang bisa di artikan
bahwasanya, sumber yang bersifat materi tersebut merupakan sumber kehidupan. Mengapa bisa
di artikan seperti itu? Karena materi bisa di pisah maupun di pecahkan menjadi berbagai tenaga
untuk di ambil Intisar dari materi yang sudah di pecahkan atau di bentuk.

Menurut Karl Marx, masyarakat bisa di katakana sebagai sumber kehidupan, karena
berawal dari masyarakatlah, sumber-sumber kehidupan ini ada. Karena, masyarakat bisa
membentuk sumber-sumber kehidupan melalui berbagai materi yang akan di hasilkan menjadi
suatu sumber kehidupan contohnya beras, tebu, tepung terigu yang bisa di produksikan sebagai
sumber makanan yang akan kita konsumsi sehari-hari untuk sumber tenaga kita.

Mengapa Karl Marx mengkritik habis-habisan tentang agama? Karena, dari pandangan
Karl Marx sendiri, agama merupakan suatu bentuk dari keputusasaan dan suatu penghibur dari
segala permasalahan yang ada di dunia ini, bukan sebagai solusi untuk memecahkan suatu
permasalahan yang telah di hadapi.
BAB IV
Penutup
Demikian atas tugas makalah yang sudak kami buat. Semoga ini bisa di jadikan sebagai
pembelajaran dan bisa bermanfaat untuk kita semua. Mohon kritik dan saran jika ada penulisan
kata, tata letak penulisan yang salah, dan sumber rujukan yang kurang memuaskan dari teman-
teman semua maupun bapak dosen yang terhormat. Semoga kami bisa membuat makalah lainnya
jadi lebih baik kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Russel, Bertrand. 2004. Sejarah Filsafat Barat: Kaitannya Dengan Kondisi Sosio-Politik
Zaman Kuno Hingga Sekarang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suhelmi, Ahmad. 2007. Pemikiran Politik Barat: Kajian Sejarah Perkembangan


Pemikiran Negara, Masyarakat dan Kekuasaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Craig Calhoun., Gerteis, Joseph., Moody, James., dkk (Ed.). 2007. Classical Sociological
Theory, Great Britain: Blackwell Publishing.

Ritzer, George. 2003. The Wiley-Blackwell Companion to Sociology. Oxford: Wiley-


Blackwell.

Ramin, M. Maghfur. 2019. Dasar-Dasar Memahami Mazhab Filsafat. Yogyakarta:


UNICORN

Anda mungkin juga menyukai