Anda di halaman 1dari 10

Nama : Raymond

NIM : 227057003

TUGAS 1 : 10 SEPTEMBER 2022

TEORI DAN APLIKASI ORGANISASI

PENDAPAT DARI F.W. TAYLOR, HENRY FAYOL DAN MAX WEBER

1. Pendapat Frederick W. Taylor

Perkembangan teori organisasi dirintis oleh Frederick W. Taylor


(1856-1915) seorang praktisi asal Amerika Serikat yang mengembangkan
pemikiran tentang teori organisasi. Berdasarkan pengalamannya sebagai
konsultan eksekutif dari suatu pabrik, Frederick W. Taylor memiliki
pandangan pragmatis dan menaruh perhatian besar pada masalah
peningkatan produktivitas pekerja.

Inti dari pemikiran Taylor adalah gagasan mengenai terdapatnya satu


cara terbaik untuk melaksanakan pekerjaan. Pemikirannya mengenai
kebutuhan besar untuk mengembangkan suatu cara terbaik untuk
menjalankan tugas, dalam membuat suatu standar atau ukuran yang
dapat dilaksanakan secara praktis, menemukan orang-orang yang tepat
untuk melakukan tugas itu, serta menetapkan alat dan perlengkapan
terbaik yang diperlukan orang-orang tersebut. Jika ini dilaksanakan dengan
baik, maka para pekerja maupun organisasi tersebut akan mendapatkan
banyak keuntungan.

Pemikiran Taylor ini mengkombinasikan sejumlah kecenderungan


dalam pemikiran manajemen, yaitu :

A. Gagasan bahwa pekerjaan dapat dianalisa secara ilmiah. Studi


tentang waktu dan kegiatan yang detail akan dapat menunjukkan
cara yang terbaik dalam melakukan suatu pekerjaan.
B. Melalui standardisasi, proses seleksi, proses penempatan, dan proses
pelatihan dapat dilakukan lebih mudah. Studi tentang waktu dan
kegiatan menunjukkan ketrampilan dan keahlian macam apa yang
diperlukan oleh suatu pekerjaan yang khusus.
C. Standardisasi menjadi Langkah yang penting menuju proses
mekanisasi, suatu gagasan filosofis yang menunjuk pada sistem
hubungan manusia dengan mesin dalam dunia kerja. Orang dilihat
sebagai suatu komponen yang dapat dengan mudah dipindah-
tukarkan dan disesuaikan dengan lingkungan yang makin
mekanistis sifatnya.

Dari segi operasionalisasinya, Taylor menemukan teknik-teknik dan


alat-alat yang khusus yang menghasilkan suatu kondisi dimana tingkat
efisiensi bertambah besar. Salah satunya adalah pemberian intensif bagi
pekerja. Menurut Taylor, pihak manajemen harus memiliki kemauan untuk
membayar lebih banyak upah bagi pekerja jika pekerja itu dapat
menghasilkan lebih banyak hasil kerja, pekerja sebagai mahluk yang
rasional akan bekerja lebih keras ketika insentif ditawarkan kepadanya.
Jadi ada kaitan antara produktifitas dengan ganjaran yang bersifat
ekonomis, karena secara logika, produktivitas dan ganjaran ekonomis itu
merupakan kepentingan dari masing-masing pihak.

Bagi Taylor, penerapan pendekatan ilmiah dalam pelaksanaan


manajemen merupakan suatu kebutuhan yang pokok untuk
meningkatkan efisiensi dalam pemenuhan kepentingan masing-masing
pihak. Dengan kata lain, Taylor menyarankan bahwa manajemen haruslah
melakukan perubahan mental yang cepat (mental revolution) yang secara
umum dikenal dengan istilah manajemen ilmiah. Gagasan Taylor dalam
bidang manajemen ini pada dasarnya mengikuti suatu pendekatan yang
individualistik, tetapi kemudian ditingkatkan dengan mengkaitkan
pemikiran ilmiah pada beberapa hal, antara lain pada setiap elemen dari
tugas atau pekerjaan setiap orang, dalam memilih dan melatih orang,
membagi tanggung jawab dan memperluas kerjasama antara pihak
manajemen dengan pekerja.

Penerapan gagasan Taylor ini menghadapi hambatan-hambatan


tertentu, baik yang berasal dari pihak manajemen maupun pihak pekerja.
Hambatan itu terutama karena ketidakmampuan untuk menerapkan
manajemen ilmiah menggantikan pendekatan lama yang telah dijalankan
pada masa itu. Pihak manajemen merasa berkeberatan jika kebijaksanaan
dan keputusannya digantikan oleh teknik dan metode manajemen ilmiah.
Sedangkan para pekerja berkeberatan dengan prosedur dan standardisasi
setiap aspek dari apa yang mereka kerjakan. Dalam pandangan kedua
pihak ini, mereka merasakan tidak lebih dari kepanjangan atau sekedar
pelengkap dari sebuah mesin.

Sumbangan lain yang penting dari Taylor dengan manajemen ilmiahnya


adalah pemikirannya tentang pemisahan rencana kegiatan dari
pelaksanaan kegiatan, berkaitan dengan pemisahan personil ke
dalam konsep lini dan staf. Untuk mendapatkan hasil yang efisien,
fungsi organisasi perlu dibagi dalam beberapa spesialisasi yang berlainan.
Taylor menunjukkan bahwa sebagai akibat dari sangat kompleks dan
sangat berkembangnya spesialisasi dalam organisasi, pekerja dapat saja
mendapatkan nasehat atau saran dari sumber-sumber yang berbeda untuk
berbagai masalah yang berlainan. Pada saat itu, pengawasan fungsional
dan pengawasan ganda (multiple supervision) ini telah menimbulkan
kebingungan karena bertentangan dengan prinsip kesatuan dalam
perintah. Meskipun demikian, hal itu kemudian menjadi sesuatu yang
secara luas diterima di kalangan manajemen. Gagasaan pemikiran
manajemen ilmiah ini tidak hanya berpengaruh hasil kerja pada tingkat
pekerja, tetapi juga berpengaruh pada tingkat organisasi antara lain dalam
bentuk modifikasi dan penyesuaian-penyesuaian dari segi struktur
organisasi, misalnya pembentukan divisi atau bagian-bagian baru dalam
organisasi yang berbasis pada adanya spesialisasi.

2. Pendapat Henry Fayol

Henri Fayol (1841-1925) seorang insinyur pertambangan dan


industrialis dari Perancis, merupakan salah satu dari perintis teori
organisasi yang sangat dikenal. Karya terpentingnya diterbitkan dalam
Bahasa Perancis pada tahun 1916, tetapi baru mendapat sambutan dari
kalangan yang luas ketika diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris pada
tahun 1949 dengan judul “General and Industrial Administration”.

Fayol mengembangkan teori yang memusatkan perhatiannya pada


pemecahan fungsional kegiatan administrasi. Menurut Fayol kegiatan
administrasi secara fungsional terbagi dalam lima fungsi yang kemudian
menjadi dasar-dasar bagi fungsi-fungsi dasar manajemen, yaitu :

A. Planning atau Perencanaan
B. Organizing atau Pengorganisasian
C. Command atau Perintah
D. Coordination atau Koordinasi
E. Control atau pengawasan

Fayol juga mengemukakan empat belas prinsip-prinsip yang


menyeluruh yang dipergunakan sebagai petunjuk bagi manajer yang
menjadi asas manajemen, yaitu :

A. Pembagian kerja ; dalam organisasi harus diciptakan tenaga kerja


yang memiliki spesialisasi yang mengutamakan pekerjaan untuk
mencapai tingkat efisiensi yang lebih tinggi.
B. Wewenang dan tanggung jawab ; otoritas atau wewenang adalah hak
untuk memberikan perintah, sedangkan kekuasaan diperlukan untuk
menciptakan kepatuhan.
C. Disiplin ; merupakan hal yang sangat esensial agar kegiatan dapat
berjalan lancar, tanpa adanya disiplin tidak akan dapat berhasil baik.
D. Kesatuan dalam perintah ; setiap orang hanya menerima perintah
dari seorang atasan.
E. Kesatuan arah ; dalam suatu organisasi harus hanya ada satu arah
dan satu rencana bagi semua kelompok kegiatan dalam upaya
mencapai tujuan yang sama.
F. Mengutamakan kepentingan umum (general interest) di atas
kepentingan individu ; kepentingan pekerja secara perorangan atau
kelompok pekerja haruslah berada di bawah kepentingan organisasi
secara keseluruhan.
G. Pemberian upah bagi pekerja ; upah sebagai kompensasi kerja harus
dilakukan secara jelas dan sejauh mungkin dapat memberikan
kepuasan baik bagi pekerja maupun bagi organisasi kerja atau
perusahaan.
H. Sentralisasi ; suatu hal yang penting bagi organisasi dan merupakan
konsekuensi logis dari adanya proses pengorganisasian.
I. Rantai perintah ; terdapat rantai perintah yang menghubungkan
atasan dengan bawahan yang hierarkis berdasarkan pemilikan
wewenang yang berbeda, makin ke bawah wewenang itu maka akan
semakin terbatas.
J. Ketertiban ; organisasi haruslah menjadi tempat yang tertib bagi
setiap individu yang menjadi anggotanya.
K. Keadilan ; keadilan dan rasa keadilan harus diupayakan ada dan
dirasakan setiap anggota dalam organisasi.
L. Kestabilan masa kerja pekerja ; waktu sangat diperlukan oleh pekerja
untuk beradaptasi dengan tugas dan pekerjaannya serta untuk
mendapatkan hasil yang efektif.
M. Inisiatif ; pada semua tingkatan kepemimpinan organisasi, semangat
dan energi haruslah diperbesar dengan inisiatif.
N. Semangat jiwa kesatuan atau korps ; prinsip ini menunjuk pada
kebutuhan akan kerja kelompok dan memelihara hubungan-
hubungan antar anggota dalam organisasi.

Dari prinsip-prinsip tersebut dapat dilihat bahwa tujuh prinsip


diantaranya berkaitan dengan rantai perintah dan alokasi kewenangan,
sedangkan dua prinsip lainnya berkaitan dengan keadilan dalam sistem
dan dua lainnya berkaitan dengan stabilitas dan ketertiban.

Menurut Fayol, jumlah dari prinsip-prinsip tersebut tidaklah


merupakan harga mati, artinya jika dari pengalaman ternyata muncul
prinsip baru, maka penambahan prinsip itu bukanlah masalah yang
penting. Prinsip-prinsip tersebut sifatnya luwes dan dapat diadaptasikan
sesuai dengan kebutuhan dan karena itu dimungkinkan ada penambahan
prinsip yang muncul dari pengalaman yang ada. Hal yang lebih penting
adalah bahwa prinsip-prinsip baru tersebut dapat diterapkan dalam setiap
organisasi. Ini merupakan hal yang baru dalam perkembangan teori
organisasi, karena asas universalitas mulai dikenal dan dipergunakan
dalam perkembangan dan penerapan teori organisasi.

3. Pendapat Max Weber

Max Weber (1864-1920) seorang ahli sosiologi Jerman, merupakan salah


satu perintis utama studi mengenai organisasi. Konsep Weber yang paling
monumental adalah analisisnya mengenai Birokrasi. Oleh karena
analisisnya mengenai tipe ideal birokrasi inilah kemudian menempatkan
Weber sebagai salah satu yang terpenting diantara banyak perintis Teori
Organisasi.

Konsep Weber tentang birokrasi sangat berbeda dengan pandangan


umum yang melihat sisi negatip dari birokrasi, misalnya sebagai sumber
ketidakefisienan, berbelit-belit dan sering terjadi penyalahgunaan
kekuasaan. Weber mengkonsepsikan birokrasi sebagai tipe ideal, karena
pada kenyataanyanya tidak akan dijumpai satu birokrasi pun yang
memiliki kesamaan secara sempurna dengan tipe ideal, tetapi sejauh mana
suatu birokrasi mendekati karakteristik tipe ideal birokrasi akan menjadi
tolak ukur sejauh mana tingkat efisiensinya dapat dicapai secara
maksimum seperti yang dikonsepsikan oleh Weber.

Tipe ideal birokrasi sebagaimana dikemukakan oleh Weber memiliki


prinsip-prinsip sebagai berikut :

A. Peraturan atau aturan yang ada di dalam birokrasi sangat jelas dan
tegas sekali. Hal yang demikian diperlukan dalam birokrasi
terutama untuk menegakkan ketertiban dan kelangsungan dari
birokrasi itu sendiri.
B. Terdapat ruang lingkup kompetensi yang jelas. Orang-orang dalam
birokrasi memiliki tugas-tugas dan pekerjaan yang dirumuskan
secara jelas dan tegas, serta memiliki kewenangan yang diperlukan
untuk melaksanakan tugas-tugas atau pekerjaan yang diberikan
itu. Jadi prinsip pembagian kerja (division of labour) merupakan
aspek integral dari birokrasi.
C. Sumber dari otoritas atau kewenangan adalah keterampilan teknis,
kompetensi dan keahlian (expertise). Ini merupakan ukuran yang
obyektif dan berlaku bagi siapapun yang memenuhi kualifikasi dan
persyaratan yang ada dapat dipromosikan pada suatu jabatan atau
posisi tertentu dalam birokrasi.
D. Para pelaksana atau staf administrasi secara tegas dipisahkan dari
para pemilik modal atau alat produksi. Pemilikan alat produksi dan
modal dipisahkan dari kepemimpinan ini dilakukan sebagai upaya
untuk dapat membuat keputusan yang rasional dan obyektif.
E. Mengedepankan prinsip hirarki. Prinsip hirarki menunjukkan
bahwa tiap-tiap bagian yang lebih rendah posisinya, selalu berada
di bawah perintah dan selalu di bawah pengawasan dari posisi
yang lebih tinggi. Garis komunikasi lebih bersifat vertikal dari pada
bersifat horisontal.
F. Tindakan-tindakan, keputusan-keputusan dan aturan-aturan
semuanya diadministrasikan dan diarsipkan secara tertulis. Proses
pelaksanaan fungsi organisasi merupakan sesuatu yang dapat
diketahui oleh siapapun dan bersifat publik.

Dari prinsip-prinsip di atas, secara garis besar dapat dibagi menjadi


dua, yaitu prinsip-prinsip structural dan prinsip-prinsip prosedural. Prinsip
structural menunjukan beberapa hal penting :

A. Pekerjaan tidak dirancang sebagai sesuatu yang mudah dan sepele.


Pekerjaan dirancang lebih tidak bersifat emosional tetapi efisien
dan memiliki tingkat konflik kepentingan yang minimum.
B. Segala sesuatu kemudian menjadi bersifat umum dan tegas.
Fungsi-fungsi dirumuskan dengan tegas dan jelas, orang-orang
yang ada dalam birokrasi dapat disaling-tukarkan pada posisi-
posisi yang tepat. Prinsip ini memang memberikan penekanan
penting pada aspek structural dan aspek administrative dari
organisasi, tetapi hanya memberikan perhatian yang amat kecil
pada aspek manusia yang berada dalam organisasi itu yang
melakukan tugas atau pekerjaan.

Selain aspek struktural terdapat pula aspek prosedural. Akar dan model
birokrasi sebagaimana dikemukakan oleh Weber adalah pada konsep
otoritas dan kekuasaan yang sah untuk melakukan kontrol. Posisi-posisi
dalam organisasi memberikan kepada orang-orang yang menduduki posisi
tersebut hak dan tanggung jawab. Berarti bahwa seseorang yang menerima
suatu tugas atau pekerjaan, maka kepadanya diberikan otoritas yang sah
dan kemudian ia dapat menggunakannya kepada pihak lain lagi yang
berada di bawah posisinya. Dalam pandangan Weber, terdapat tiga sumber
otoritas yang dimiliki seseorang, yaitu otoritas tradisional, otoritas
kharismatik dan otoritas birokratis. Pimpinan dalam birokrasi memiliki
sumber otoritas pada keahlian dan ketrampilan tertentu. Otoritas yang
demikian merupakan otoritas yang sah dan diperoleh melalui persyaratan
dan kualifikasi yang jelas.

Dalam pandangan Weber, jika suatu organisasi memiliki dasar-dasar


berupa prinsip-prinsip sebagaimana dikemukakannya di atas, maka
organisasi itu akan dapat mengatasi ketidakefisienan dan ketidakpraktisan
yang sangat tipikal ditemukan pada suatu organisasi. Pada sisi yang lain,
Weber melihat bahwa birokrasi merupakan bentuk paling efisien dari suatu
organisasi dan merupakan instrument yang paling efisien dari kegiatan
administrasi berskala besar.

4. Analisa Pendapat F.W. Taylor, H. Fayol dan M. Weber

Pemikiran dari F.W. Taylor, H. Fayol dan M. Weber merupakan


gambaran dari asas, pengelolaan dan tujuan dari sebuah organisasi yang
masih dapat digunakan hingga saat ini, sehingga pendapat ketiga ahli
tersebut masih diadaptasi dengan berbagai penyesuaian dan dipelajari
untuk menciptakan tata kelola organisasi yang baik pada masa sekarang.
Pada ketiga Teori Organisasi tersebut terdapat persamaan yang sangat
mendasar dan masih sesuai dengan tata kelola organisasi yang masih
diterapkan hingga sekarang, yaitu :

A. Pada ketiga Teori Organisasi itu melihat bahwa organisasi


digerakkan oleh otoritas manajemen.
B. Karyawan merupakan sebagai alat untuk menjalankan rencana
manajemen untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh
organisasi.
C. Pembagian kerja yang disesuaikan dengan keahlian masing-masing
orang/individu dan dapat disesuaikan juga dengan penempatan
masing-masing orang/individu pada bagian-bagian organisasi.
D. Manajemen organisasi harus memberikan hak imbalan personil
sesuai dengan pencapaian yang diperoleh masing-masing individu
dan secara kolektif terhadap pencapaian organisasi sehingga
tercipta rasa keadilan kepada masing-masing individu terhadap
organisasi. Hak imbalan tersebut dapat berupa upah/gaji, promosi
jabatan, insentif, dan lainnya.

Selain terdapat persamaan pada Teori Organisasi tersebut, terdapat


pula perbedaan dalam subjeknya yaitu F.W Taylor memusatkan perhatian
pada tingkatan yang paling rendah dari organisasi manajemen yaitu
aspirasi bawahan, sedangkan H. Fayol mencoba mengembangkan prinsip-
prinsip umum yang dapat diaplikasikan pada semua manajer dari semua
tingkatan organisasi, dan menjelaskan fungsi-fungsi yang harus dilakukan
oleh seorang manajer, sementara M. Weber lebih fokus terhadap pembagian
kerja sebagai aspek utama yang menggerakkan organisasi dan koordinasi
merupakan aspek pendukung untuk mencapai tujuan dari
organisasi tersebut.

Pemikiran-pemikiran yang diutarakan oleh F.W Taylor, H. Fayol dan


M. Weber secara jelas menunjukkan bahwa Teori Organisasi secara ilmiah
mengarah pada upaya memaksimalisasi keluaran dan meminimalisasi
masukan pada tingkat pelaksanaan kegiatan, dengan cara menerapkan
dasar-dasar yang kokoh bagi sejumlah besar prinsip-prinsip administrasi
yang memiliki penggunaan secara universal sifatnya dan dapat diterapkan
pada tingkat organisasi. Oleh sebab itu, prinsip-prinsip Teori Organisasi
tersebut tidak hanya dapat diterapkan pada organisasi industri dan
organisasi bisnis saja, tetapi dapat berlaku pada semua jenis organisasi.

Anda mungkin juga menyukai