Anda di halaman 1dari 5

BAB 5 MANAJEMEN ADMINISTRASI DAN PERILAKU

MANAJEMEN
Parallel dengan apa yang dilakukan oleh taylor di amerika, di daratan eropa berkembang pula
pemikiran untuk peningkatan produktivitas dan efisiensi pada level yang lebih makro yaitu pada
lingkup organisasi. Jika taylor menggunakan pendekatan teknikal dalam ruang lingkup kajian mikto
yaitu pada tingkat organisasi sistem usaha (perusahaan). Fayol dianggap sebagai pelopor aliran
manajemen klasik bukan karena dia yang pertama kali menemukan prinsip manajemen, tapi karena
dialah yang pertama kali melakukan analisis dan sintesis secara sistematis sehingga dapat
diketemukan apa yang kemudian dikenal sebagai “The Principal of Management”

Bab ini akan mengkaji perkembangan konsep dan keilmuan manajemen secara umum sesuai dengan
kronologinya. Pembahasan akan diawali dengan pendekatan klasik atau sering dikenal dengan
konsep administrasi manajemen (Administrative management), dilanjutkan dengan pendekatan
hubungan antar manusia (Human Relation) dan akhirnya pendekatan perilaku manajemen (Behavior
Management) sebagaimana secara ringkas dan skematis disajikan pada gambar 5.1 berikut.

Gambar 5.1 Administrative and Behavior Management

Administrative Management Human Relation Behavioral Sciences

Henry Fayol - Hugo Munster - Lewin


- Elton Mayo - Agyris
- Mary P. Follet - Maslow
- Oliver Sheldon - Mac. Gregor
- Chester Barnard

Kelahiran teori manajemen klasik memiliki kaitan yang erat dengan keadaan dan permasalahan yang
dihadapi oleh sektor industri pada waktu berlangsungnya revolusi industri di inggris. Diantaranya
yang menonjol adalah pemilik perusahaan tidak mampu lagi mengarahkan serta mengendalikan
aktivitas seluruh organisasi atau perusahaannya yang beraneka ragam dengan baik. Hal ini akibat
substitusi tenaga manusia oleh mesin yang secara cepat meningkatkan produktivitas pabrik,
perluasan pasar seiring dengan perluasan daerah jajahan, dan pertumbuhan perusahaan dan
akumulasi sumber daya. Teori manajemen klasik menjadi landasan bagi pengembangan teori
manajemen modern (Kontemporer), sehingga perlu dipahami dengan baik. Pokok bahasan ini antara
lain akan menguraikan tentang evolusi dan konsep teori manajemen klasik dengan tujuan agar dapat
memahami sejarah perkembangan teori manajemen klasik serta pokok-pokok pendekatannya.

5.1.1 Pemikiran awal: Robert OWEN


Sebagai akibat revolusi industri di Inggris para pemilik perusahaan umumnya tidak mampu lagi
mengarahkan serta mengendalikan aktivitas seluruh organisasi atau perusahaan yang beraneka
ragam dengan baik. Banyak perusahaan mengalami kekurangan tenaga profesional baik pada tingkat
manajer maupun tenaga kerja terampil. Teori manajemen klasik berusaha untuk memberikan
jawaban atas persoalan tersebut. Teori ini mendasari terbentuknya organisasi dengan karakteristik
antara lain sangat sentralis, spesialisasi pekerjaan, dan menerapkan disiplin, aturan dan supervisi
yang ketat. Karakteristik ini menjadi penyebab lahirnya organisasi yang bersifat mekanistik, yang
antara lain ditandai oleh proses pengambilan keputusan yang lamban. Namun, berhubung pada
waktu itu kehidupan serta perubahan-perubahan didalamnya berlangsung secara lambat, organisasi
yang mekanistik itu mendapatkan tempat berpijak yang kuat karena kesesuaiannya dengan keadaan
lingkungan.

Persoalan utama manajemen yang berkembang disekitar revolusi industri terletak pada perbaikan
produktivitas tenaga kerja dan penataan organisasi industri. Pemikiran pertama yang sangat penting
dikemukakan adalah Robert Owen seorang manajer pabrik tekstil abad 19 adalah peran manajer
sebagai agen reformasi. Pada masa itu, kondisi para buruh sangatlah buruk sehingga peran manajer
adalah melakukan reformasi. Oleh sebab itu, pada saat manajer lain memusatkan investasinya pada
perbaikan-perbaikan yang bersifat teknis, Owen memperingatkan bahwa investasi terbaik terletak
pada pembinaan tenaga kerja. Pemikiran tersebut dituangkan secara konkrit dengan membangun
perumahan lebih layak untuk para buruh, mengurangi jam kerja standar menjadi 10,5 jam perhari
dan menolak untuk mempekerjakan anak-anak berusia dibawah 10 tahun. Owen yakin bahwa
perbaikan-perbaikan ini diperlukan untuk meningkatkan produktivitas serta keuntungan perusahaan.

Dalam waktu yang hampir bersamaan Charles Babbage seorang Professor matematika di Inggris,
berusaha meyakinkan para industriawan bahwa prinsip-prinsip ilmiah perlu diterapkan pada aneka
proses produksi baik untuk meningkatkan produktivitas maupun untuk mengurangi biaya-biaya
(effisiensi). Babbage tampil sebagai pelopor yang menganjurkan pembagian tugas, spesialisasi dan
efisiensi penggunaan tenaga kerja lintas asembli modern, dimana setiap pekerja bertanggung jawab
atas tugas-tugas repetitif yang berbeda dan spesialisasi didasari oleh gagasan Babbage.

5.1.2 Manajemen Administratif: Henry FAYOL


Perhatian manajemen ilmiah (Scientific Management) difokuskan pada optimasi usaha-usaha
ditingkat pabrik atau operasi. Oleh sebab itu, disebut juga sebagai pendekatan mikro. Sebaliknya,
pada awal abad ke-20 seiring dengan perkembangan Scientific Management berkembang pula
sebuah konsep yang berkenaan dengan prinsip-prinsip administrasi umum yang terkait dengan
persoalan manajerial yang dihadapi pada tingkat organisasi perusahaan. Teori ini selanjutnya dikenal
dengan sebutan “Administrative Management Theory” yang dipelopori oleh Henry Fayol seorang
industrialis Perancis. Gagasannya didasarkan atas keyakinan bahwa manajemen dapat diajarkan dan
keberhasilan dalam mengelola perusahaan bukan semata-mata didasarkan pada bakat atau
kemampuan personal tetapi pada metoda yang digunakan. Fayol dianggap sebagai pelopor dari
aliran manajemen bukan karena dia yang pertama mengemukakan pentingnya manajemen, tapi
karena dialah yang pertama melakukan upaya sistematik dalam merumuskan prinsip manajemen

Gagasan Fayol berasal dari pengalamannya di sebuah perusahaan perancis Commentry


Fourchambault, yang dimulai pada tahun 1860 sebagai junior eksekutif dan mencapai top eksekutif
pada tahun 1918. Karyanya yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1916 dalam bentuk makalah
yang berjudul “Administration Industriale et Generale”, dimana Fayol mengemukakan gagasannya
tentang model sistem bisnis dan prinsip-prinsipnya tidak hanya berlaku di lingkungan bisnis, tetapi
berlaku pula di pemerintahan, organisasi militer, keagamaan, dan lain-lain. Sistem bisnis menurut
Fayol yang terdiri atas komponen teknikal (Technical), Keamanan (Security), Perdagangan
(Commercial), Keuangan (Financial), Akuntansi (Accounting) dan Manajerial (Managerial)
sebagaimana disajikan pada gambar 5.2 berikut
Gambar 5.2 Model Bisnis Menurut Fayol
Menurut Fayol administrasi bisnis memiliki lima elemen utama yaitu Perencanaan (Planning),
Pengorganisasian (Organizing), Pengarahan/Komando (Commanding), Pengkoordinasian
(Coordination), dan Pengendalian (Control). Dalam melaksanakan kelima fungsi dan proses
manajemen tersebut agar dapat mencapai sasaran organisasi secara efektif dan efisien perlu adanya
prinsip-prinsip manajemen yang kemudian dikenal dengan “The Principles of Management”,
sebagaimana disajikan pada gambar 5.3
Gambar 5.3 14 Prinsip Manajemen Fayol

1) Pembagian Tugas (Division of Labor)


Dalam mengelola organisasi perlu adanya pembagian tugas (spesialisasi kerja) dalam rangka
untuk menciptakan efisiensi kerja. Dengan adanya pembagian dan diskripsi tugas yang jelas
para pekerja akan lebih nyaman dalam menjalankan tugasnya, tidak terjadi tumpang tindih
antara yang satu dengan lainnya.

2) Kewenangan (Authority)
Seseorang perlu diberikan kewenangan dalam menjalankan tugas sesuai dengan pembagian
tugas dan peran yang diberikan dan hanya dimintai pertanggungjawab sesuai dengan
kewenangan tersebut. Kewenangan ditandai dengan adanya hak untuk membuat keputusan
dan merupakan pencerminan atas kekuasaan yang dimiliki, dimana kekuasaan pada
prinsipnya adalah hak untuk memberikan perintah dan kekuatan untuk menjamin
kepatuhan.

3) Disiplin (Dicipline)
Disiplin adalah ketaatan terhadap tugas pokok dan kewenangan yang diberikan serta sistem
dan prosedur kerja yang telah dirumuskan. Disiplin diperlukan agar aktifitas-aktifitas bisnis
dapat berjalan secara lancar.

4) Kesatuan Perintah (Unity of Command)


Seorang pekerja hendaknya memperoleh perintah dari seorang atasan saja, hal ini
diperlukan untuk menjaga keterpaduan tugas pekerjaan yang sudah terspesialisasi dan
sangat kompleks

5) Kesatuan Arah (Unity of Direction)


Kesatuan arah sangat diperlukan agar semua komponen organisasi berjalan searah sehingga
tujuan organisasi dapat secara efektif dapat dicapai. Dengan demikian di tingkat puncak
hanya ada seorang pimpinan dan sebuah rencana bagi sebuah kelompok aktifitas yang
memiliki tujuan yang sama.

6) Suborganisasi Kepentingan Pribadi (Subordination of Individual Interest)


Meletakkan kepentingan pribadi dibawah kepentingan organisasi, disini kepentingan
organisasi harus berada di atas kepentingan pribadi, sehingga selama menjalankan tugas
hanya untuk kepentingan organisasi

7) Remunerasi (Remunaration)
Penggajian harus adil dan memberikan kepuasan bagi pekerja maupun perusahaan. Gaji
merupakan hak pekerja setelah menjalankan tugas sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan
kewenangannya. Gaji atau imbalan (reward) harus sepadan dengan kontribusi yang
diberikan
8) Sentralisasi (Centralization)
Sentralisasi sangat penting bagi perusahaan dan diperlukan agar komponen organisasi dapat
berjalan searah, satu komando dan berdisiplin

9) Rantai Saklar (Hierarchy)


Adalah rantai kekuasaan atau jabatan mulai dari kekuasaan tertinggi sampai jabatan
terendah yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, walaupun memang perlu
adanya hirarkhi sesuai dengan kewenangan dan ruang lingkup tugasnya

10) Keteraturan (Order)


Posisi setiap orang dalam organisasi harus diatur. Keteraturan tercapai bila tersedia “a place
for everyone and everyone in his place”

11) Keadilan (Equity)


Keadilan merupakan prinsip pokok agar tidak hanya diperoleh equal pay for equal work, tapi
juga agar tercapai keadilan sosial

12) Stabilitas (Stability)


Seorang pekerja memerlukan adanya waktu untuk menyesuaikan diri pada tugasnya dan
melaksanakan tugas tadi secara efektif.

13) Inisiatif (Initiative)


Inisiatif diperlukan pada semua tingkat organisasi dan aparatur, sebab dalam menjalankan
pekerjaan selalu ada permasalahan baru yang belum pernah dijumpai sebelumnya.

14) Semangat Korsa (Esprit de corps)


Prinsip ini menekankan arti penting team-work serta pemeliharaan hubungan antar
personel. Manajer harus memiliki jiwa besar, tenggang rasa yang tinggi, dan cepat tanggap
terhadap perkembangan kondisi lingkungan.

Teori manajemen administratif memiliki kontribusi yang besar pada praktek-praktek


manajemen dan organisasi. Pengaruhnya yang berlanjut sampai ke masa kini dapat dilihat
dalam:
a. Organisasi yang berstruktur piramida
b. Implementasi rantai saklar
c. Pembatasan rentang kendali (span for control)
d. Pendelegasian kekuasaan

5.1.3 Model Birokrasi: Max WEBER


Konsep organisasi klasik lain yang berpengaruh besar adalah model birokrasi yang diperkenalkan
oleh Max Weber seorang profesor di Universitas Heidelberg-Jerman. Bila dilihat dari sejarah
kelahirannya, sebenarnya prinsip manajemen yang dikemukakan Fayol dan teori birokrasi yang
dikemukakan Weber mengandung tujuan yang sama yaitu pengaturan agar sumber daya yang ada
dapat dimanfaatkan seefisien mungkin dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Istilah birokrasi
yang dikemukakan oleh Weber memiliki pengertian yang berbeda dengan pengertian umum yang
menonjolkan birokrasi sebagai “red tape and inefficiency”, karena sebenarnya pengertian birokrasi
itu positif, tidak seperti pengertian umum birokrasi yang selama ini dikenal berkonotasi negatif,
yakni berbelit-belit, panjang, penuh formalitas, feodal, dsb. Justru paham birokrasi yang
dikembangkan Weber digunakan untuk menumbangkan paham feodalisme dimana sistem
kekerabatan sangat kuat sekali pada waktu itu.

Teori birokrasi yang dikemukakan oleh Max Weber pada tahun 1890 pada hakekatnya adalah
bagaimana mengelola organisasi secara rasional, impersonal (kedinasan) dan bebas dari prasangka.
Konsep birokrasi menurut Weber, lebih mencerminkan karakteristik dari sebuah rancangan
organisasi. Inti dari konsep birokrasi adalah “Pandangan pelunya mendasarkan pengembangan
organisasi pada kekuasaan yang rasional dan legal”. Weber menekankan bahwa pengembangan
organisasi perlu memperhatikan:

A. Kekuasaan yang resmi atau legal


B. Kompensasi dalam bentuk gaji tetap
C. Posisi-posisi harus diorganisasikan menurut hirarki kekuasaan
D. Penugasan harus didasarkan pada kompetensi teknis
E. Organisasi diatur dan dioperasikan berdasarkan peraturan-peraturan

Max Weber menyadari bahwa birokrasi menjadi tidak berfungsi sebagaimana mustinya kalau setiap
orang dalam organisasi terkurung pada bidang spesialisasinya dan tidak mau mengetahui hubungan
bagiannya dengan bagian lain dari organisasi. Dalam keadaan seperti ini setiap orang dalam
organisasi hanya berusaha untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi, sehingga melupakan unsur
pelayanan dari organisasi. Efek lain adalah bila peraturan yang dibuat sudah berubah menjadi
prosedur yang kaku tanpa melihat permasalahan dan konteksnya, maka prosedur akan menjadi alat
kekuasaan dan pengaman bagi pelaksana tanpa memperhitungkan tujuan organisasi tercapai atau
tidak.

5.2 Teori Hubungan Antar Manusia


Teori manajemen hubungan antar manusia (Human Relation) dimulai dari hasil suatu eksperimen
yang dilakukan pada tahun 1924 di Hawthorne, Illinois, USA, salah satu pabrik milik Western Electric
Co. studi Hawthorne dilakukan berasarkan pada sejumlah asumsi-asumsi tradisional dan Scientific
Management. Studi awal dari eksperimen Hawthorne ini dirancang untuk melihat hubungan antara
tingkat pencahayaan (Iluminasi) ruangan kerja dengan efisiensi kerja para karyawan. Ternyata hasil
eksperimen tidak memperlihatkan adanya hubungan yang konsisten antara kedua faktor tersebut.
Pada kenyataannya hasil kerja tetap menunjukkan peningkatan produktivitas walaupun tingkat
pencahayaan ruangan diturunkan.

Hasil dari eksperimen Hawthorne ini menyimpulkan bahwa ada faktor-faktor lain, selain kondisi fisik
lingkungan kerja yang bisa mempengaruhi perilaku dan hasil kerja karyawan. Eksperimen ini,
demikian pula eksperimen-eksperimen lain yang dilakukan kemudian, membuktikan bahwa faktor
yang sangat besar pengaruhnya pada produktivitas adalah hubungan antar manusia, bukan hanya
upah dan kondisi kerja. Eksperimen juga mengungkapkan bila pekerja merasa tujuan mereka
bertentangan

Anda mungkin juga menyukai