PEMBAHASAN
Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan
diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen
sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa
seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan
organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk
mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat
dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada
dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Sejarah perkembangan
Ilmu Manajemen
banyak kesulitan yang terjadi dalam melacak sejarah manajemen. Namun diketahui
bahwa ilmu manajemen telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan
adanya piramida di Mesir. Piramida tersebut dibangun oleh lebih dari 100.000 orang
selama 20 tahun. Piramida Giza tak akan berhasil dibangun jika tidak ada seseorang tanpa
memedulikan apa sebutan untuk manajer ketika itu yang merencanakan apa yang harus
dilakukan, mengorganisir manusia serta bahan bakunya, memimpin dan mengarahkan
para pekerja, dan menegakkan pengendalian tertentu guna menjamin bahwa segala
sesuatunya dikerjakan sesuai rencana.
Perkembangan teori manajemen pada saat ini telah berkembang dengan pesat. Tapi
sampai detik ini pula Belum ada suatu teori yang bersifat umum ataupun berupa
kumpulan-kumpulan hukum bagi manajemen yang dapat diterapkan dalam berbagai
situasi dan kondisi. Para manajemen banyak mengalami dan menjumpai pandangan-
pandangan berbeda tentang manajemen, yang berbeda adalah dalam penerapannya.
Dimana setiap pandangan hanya dapat diterapkan dalam berbagai masalah yang berbeda
pula, sedangkan untuk masalah-masalah yang sama belum tentu dapat diterapkan.
Ada tiga teori pemikiran manajemen yaitu :
Teori manajemen klasik:
Ilmu manajemen muncul setelah negara-negara Eropa Barat dan Amerika dilanda
revolusi industri, yang terjadi sekitar awal abad ke-20 yaitu mulai ditinggalkannya
prinsip-prinsip lama yang sudah tidak efektif dan efisien lagi. Ada dua tokoh yang
mengawali munculnya manajemen, yaitu :
Fungsi pengorganisasian:
1. Adanya pembagian tugas dan penggolongan kegiatan perusahaan.
2. Pembagian tugas kegiatan perusahaan kepada kelompok yang telah ditetapkan.
3. Menentukan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan.
b) Bentuk-bentuk Organisasi
1. Organisasi Garis : diciptakan oleh Henry Fayol.
Organisasi ini hanya mengenal satu komando. Satu wewenang yang turun langsung
dari pempin kebawahan, mulai dari manajer puncak langsung ke mandor, bawahan
bertanggung jawab langsung pada atasan
2. Organisasi Garis dan Staf : diciptakan oleh Harrington Emerson.
Merupakan bentuk organisasi yang mengambil kelebihan-kelebihan dari organisasi
garis seperti adanya pengawasan secara langsung, serta mengambil kelebihan-
kelebihan dari organisasi staf seperti adanya spesialisasi kerja.
3. Organisasi Fungsional : diciptakan oleh F.W. Taylor
Bentuk organisasi ini merupakan gabungan dari bentuk organisasi fungsional dan
organisasi garis dan staf.
c) Prinsip-prinsip Organisasi
Prinsip-prinsip organisasi banyak dikemukan oleh para ahli, salah satunya A.M.
Williams yang mengemukakan pendapatnya cukup lengkap dalam bukunya
“Organization of Canadian Government Administration” (1965), bahwa prinsip-
prinsip organisasi meliputi:
o Organisasi Harus Mempunyai Tujuan yang Jelas. Organisasi dibentuk atas dasar
adanya tujuan yang ingin dicapai, dengan demikian tidak mungkin suatu
organisasi tanpa adanya tujuan. Misalnya, organisasi pelayanan kesehatan seperti
rumah sakit dan puskesmas sebagai suatu organisasi, mempunyai tujuan yang
ingin dicapai antara lain, memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
lain lain.
o Prinsip Skala Hirarkhi. Dalam suatu organisasi harus ada garis kewenangan yang
jelas dari pimpinan, pembantu pimpinan sampai pelaksana, sehingga dapat
mempertegas dalam pendelegasian wewenang dan pertanggungjawaban, dan akan
menunjang efektivitas jalannya organisasi secara keseluruhan.
o Prinsip Kesatuan Perintah. Dalam hal ini, seseorang hanya menerima perintah atau
bertanggung jawab kepada seorang atasan saja.
o Prinsip Pendelegasian Wewenang. Seorang pemimpin mempunyai kemampuan
terbatas dalam menjalankan pekerjaannya, sehingga perlu dilakukan
pendelegasian wewenang kepada bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang
harus dapat menjamin tercapainya hasil yang diharapkan. Dalam pendelegasian,
wewenang yang dilimpahkan meliputi kewenangan dalam pengambilan
keputusan, melakukan hubungan dengan orang lain, dan mengadakan tindakan
tanpa minta persetujuan lebih dahulu kepada atasannya lagi.
o Prinsip Pertanggungjawaban. Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai harus
bertanggung jawab sepenuhnya kepada atasan.
o Prinsip Pembagian Pekerjaan. Suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya,
melakukan berbagai aktivitas atau kegiatan. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan
optimal maka dilakukan pembagian tugas/pekerjaan yang didasarkan kepada
kemampuan dan keahlian dari masing-masing pegawai. Adanya kejelasan dalam
pembagian tugas, akan memperjelas dalam pendelegasian wewenang,
pertanggungjawaban, serta menunjang efektivitas jalannya organisasi.
o Prinsip Rentang Pengendalian. Artinya bahwa jumlah bawahan atau staf yang
harus dikendalikan oleh seorang atasan perlu dibatasi secara rasional. Rentang
kendali ini sesuai dengan bentuk dan tipe organisasi, semakin besar suatu
organisasi dengan jumlah pegawai yang cukup banyak, semakin kompleks rentang
pengendaliannya.
o Prinsip Fungsional, bahwa seorang pegawai dalam suatu organisasi secara
fungsional harus jelas tugas dan wewenangnya, kegiatannya, hubungan kerja,
serta tanggung jawab dari pekerjaannya.
o Prinsip Pemisahan, bahwa beban tugas pekerjaan seseorang tidak dapat
dibebankan tanggung jawabnya kepada orang lain.
o Prinsip Keseimbangan. Keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif
dengan tujuan organisasi. Dalam hal ini, penyusunan struktur organisasi harus
sesuai dengan tujuan dari organisasi tersebut. Tujuan organisasi tersebut akan
diwujudkan melalui aktivitas/ kegiatan yang akan dilakukan. Organisasi yang
aktivitasnya sederhana (tidak kompleks) contoh ‘koperasi di suatu desa terpencil’,
struktur organisasinya akan berbeda dengan organisasi koperasi yang ada di kota
besar seperti di Jakarta, Bandung, atau Surabaya.
o Prinsip Fleksibilitas. Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan
perkembangan sesuai dengan dinamika organisasi sendiri (internal factor) dan
juga karena adanya pengaruh di luar organisasi (external factor), sehingga
organisasi mampu menjalankan fungsi dalam mencapai tujuannya.
o Prinsip Kepemimpinan. Dalam organisasi apapun bentuknya diperlukan adanya
kepemimpinan, atau dengan kata lain organisasi mampu menjalankan aktivitasnya
karena adanya proses kepemimpinan yang digerakan oleh pemimpin organisasi
tersebut.
d) Sebab keberhasilan dan kegagalan Organisasi
Keberhasilan atau kegagalan organisasi pasti berhubungan dengan peran para
anggotanya. Suatu keberhasilan dapat dicapai bila ada kerjasama yg baik antar para
anggotanya. Sedangkan kegagalan dapat disebabkan karna adanya faktor internal di
pengorganisasian tersebyut yang bersifat negatif.
e) Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam
organisasi. Struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan
meninjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda
tersebut diintegrasikan (koordinasi). Selain daripada itu struktur organisasi juga
menunjukkan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian
laporan.
Faktor yang Mempengaruhi Struktur Organisasi.Ernie (2006), menyatakan ada 4
faktor yang mempengaruhi struktur organisasi yaitu:
Strategi Organisasi
Strategi organisasi dibuat sebagai upaya pencapaian tujuan organisasi. Oleh
karena itu, jika struktur organisasi dibentuk sebagai jalan untuk pencapaian tujuan
maka struktur organisasi pun selayaknya sejalan dengan strategi organisasi. Maka,
jika terjadi perubahan pada strategi organisasi akan berdampak pula pada
perubahan struktur organisasi.
Skala Organisasi
Organisasi dapat dibedakan skalanya menurut berbagai faktor diantaranya adalah
dari jumlah penjualan, pangsa pasar hingga jumlah tenaga kerja. Organisasi yang
berskala besar artinya organisasi tersebut barangkali memiliki berbagai cabang
diberbagai daerah dikarenakan pangsa pasarnya yang luas, dengan demikian
memiliki tenaga kerja yang juga tidak sedikit. Tapi walaupun tanpa cabang,
organisasi dapat dikatakan berskala besar jika tenaga kerja yang ada berjumlah
ribuan seperti pabrik-pabrik garmen penghasil produk-produk konveksi.
Organisasi yang berskala besar karena ruang lingkup aktivitasnya yang luas maka
memerlukan pendelegasian wewenang dan pekerjaan sehingga dalam mendesain
struktur organisasinya pun perlu mempertimbangkan berbagai faktor yang terkait
dengan aktifitas yang luas tersebut. Sedangkan organisasi berskala kecil biasanya
memiliki jumlah tenaga kerja yang sedikit karena pangsa pasar yang mungkin
masih sedikit, jumlah penjualan atau produksi yang juga sedikit. Organisasi yang
berskala kecil biasanya memiliki struktur organisasi yang lebih sederhana dan
tidak terlalu banyak terjadi pendelegasian wewenang dan pekerjaan.
Teknologi
Faktor teknologi yang dimaksudkan disini adalah terkait dengan cara bagaimana
suatu pekerjaan dilakukan. Selain itu juga, faktor teknologi terkait dengan
penggunaan alat-alat bantu dalam sebuah organisasi.
Lingkungan
Lingkungan yang dinamis menuntut organisasi juga untuk menyesuaikan diri
secara dinamis. Proses penyesuaian yang dilakukan oleh organisasi juga termasuk
dalam penentuan struktur organisasinya. Lingkungan yang dinamis akan
mendorong organisasi untuk selalu menyesuaikan struktur organisasi dengan
tuntutan lingkungan yang senantiasa berubah. Sebaliknya, lingkungan yang
cenderung statis tidak akan terlalu banyak mengubah struktur organisasi.
f) Fungsi Struktur Organisasi
1. Kejelasan Tanggung Jawab
Setiap anggota organisasi harus bertanggung jawab dan apa yang harus
dipertanggung jawabkan. Setiap anggota organisasi harus bertanggung jawab
kepada pimpinan atau atasan yang memberikan kewenangan, karena pelaksanaan
kewenangan itu yang harus dipertanggung jawabkan.
2. Kejelasan Kedudukan
Kejelasan kedudukan seseorang dalam struktur organsisasi sebenarnya
mempermudah dalam melakukan koordinasi maupun hubungan karena adanya
keterkaitan penyelesaian suatu fungsi yang dipercayakan kepada seseorang.
3. Kejelasan Uraian Tugas
Kejelasan uraian tugas dalam struktur organisasi sangat membantu pihak
pimpinan untuk melakukan pengawasan dan pengendalian, dan bagi bawahan
akan dapat berkonsentrasi dalam melaksanakan suatu pekerjaan karena uraiannya
yang jelas.
g) Pembagian Kerja
Pembagian kerja adalah merupakan penjadwalan kerja personila karyawan di suatu
perusahaan.Fungsi pembagian kerja ini untuk memudahkan dan menghindarkan
bentrok kerja.Diwujudkan untuk mengelompokan tugas sesuai dengan tanggung
jawab masing-masing personil atau unit kerja.Dengan jadwal ataupun definisi
pembagian pekerjaan akan disesuaikan dengan kemampuan seorang atau unit lebih
terlihat,dan yang jelas lebih mengurangi tingkat kerumitan.Yang pastinya akan lebih
efektif dan efisiensi.Dalam perusahaan taupun organisasi memiliki tingkat
manajemennya masing-masing ,dari tingkat manajemen atas(top manager) atau (SPL)
Stategic Planing Level,Midle manager atau (MCL) Manajement Control Unit,Tingkat
manager paling bawah atau (OCL)Operational Control Level.Penjelasan dari
tingkatan ini adalah:
a. Top manager (SPL) Strategic Planing Level
Adalah Tingkat manager paling atas yaitu tugasnya adalah sebagai pembuatan
Rencana/planing.Perumusan strategi dan sasaran.Biasanya tingkat management ini
mengambil informasi dari lingkungan luar,maksutnya karna pentingnya informasi
ini untuk kepentingan apa yang sedang dibutuhkan oleh masyarakat luas,dengan
begini si manager ini membuat rencana apa yang harus dikerjakan oleh
perusahaannya agar hasil produksinya nanti dapat mendapat minat tinggi dari
konsumen luas.Dan juga dalam hal pelaporan keadaan di perusahaan atau
organisasi tingkat ini lebih mengambil informasi perusahaan secara ringkas
saja.misal omset bulan ini mencapai target atau tidak,dan berapa
jumlahnya,tingkat ini hanya menerima laporan akhir saja.karena tugas untuk
membuat laporan sudah ada yang mengerjakannya.
b. Midle Manager (MCL) Management Control Level
Adalah tingkatan manager tengah bertugas pengendalian managemen,Yaitu
membuat rumusan anggaran dan alokasi sumber daya.Melaksanakan tugasnya
yang informasinya bersumber dari internal.dan membuat laporannya secara rinci
karena dia bertanggng jawab melaporkana hasil dan kondisi perusahaan atau
organisasi.
c. Tingkat bawah manager (OCL) Operational Control Manager
Adalah tingkatan manager paling bawah bertugas pengendalian operasional,yaitu
pengendalian aktivitas dan laporan prestasi.Ikatan manajemen yang bertanggung
jawab atas pekerja dibawahnya.Tingkat ini mengambil informasi dari
internal,karena mengerjakan apa yang akan dilakukan oleh karyawan atau personil
sesuai dengan rancangan dari manajement tingkat atas.Membuat laporan hasil
kerja atau transaksi diperusahaan dengan rinci,karena tingkat ini bertugas
melaporkan semua hal yang ada dalam perusahaan.
Dengan adanya pembagian kerja seperti diatas memudahkan pekerjaan dan
terorganisasi.masing-masing divisi mempunyai tugas masing-masing.
a. Pengertian Koordinasi
Koordinasi (coordination) adalah proses pengintregrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-
kegiatan pada satuan yang terpisah (department atau bidang-bidang fungsional) suatu
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi sacara efisien. Tanpa koordinasi,
individu-individu dan department-departement akan kehilangan pegangan atas
peranan mereka dalam organisasi.
b. Kebutuhan Koordinasi
Menurut James D.Thompson, ada tiga macam saling ketergantungan di antara satuan-
satuan organisasi, yaitu:
Saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdependent), bila satun-satuan
organisasi tidak saling tergantung satu dengan yang lain dalam melaksanakan
kegiatan harian tetapi tergantung kepada pelaksanaan kerja setiap satuan yang
memuaskan untuk suatu hasil akhir.
Saling ketergantungan yang berurutan (sequential interdependent), di mana suatu
satuan organisasi harus melakukan pekerjaan terlebih dahulu sebelum satuan yang
lain bekerja.
Saling ketergantungan timbale balik (reciporal interdependent) merupakan hubugan
memberi dan menerima antar satuan organisasi.
c. Mekanisme-Mekanisme Koordinasi
Dalam pengkoordinasian dasar kita harus mengetahui Mekanisme-mekanisme apa
saja yg harus di perhatikan :
Hirarki Manajerial Rantai perintah, aliran informasi dan kerja, wewenag formal,
hubungan tanggung jawab dan akuntanbilitas yang jelas dapat menumbuhkan
integrasi bila dirumuskan secara jelas serta dilaksanakan dengan pengarahan yang
tepat.
Aturan dan prosedur. Adalah keputusan-keputusan manajerial yang dibuat untuk
menangani kejadian-kejadian rutin, sehingga dapat juga menjadi peralatan yang
efisien untuk koordinasi dan pengawasan rutin.
Rencana dan penetapan tujuan. Pengembangannya dapat digunakan untuk
pengoordinasian melalui pengarah seluruh satuan orgaisasi terhadap sasaran-sasaran
yang sama. Ini diperlukan bila aturan dan prosedur tidak mampu lagi memproses
seluruh informasi yang dibutuhkan untuk mengoordinasikan kegiatan-kegiatan
satuan-satuan oraganisasi.
d. Meningkatkan Koordinasi Potensial
Meningkatkan koordinasi potensial menjadi diperlukan bila bermacam-macam satuan
organisasi menjadi saling tergantung dan lebih luas dalam ukuran dan fungsi.
Koordinasi ini dapat di tingkatkan melalui dua cara, yaitu:
Sistem informasi vertical , adalah peralatan melalui mana data disalurkan
melewati tingkatan-tingkatan organisasi. Komunikasi dapat terjadi di dalam atau
di luar rantai perintah. Sistem informasi manajemen telah dikembangkan dalam
kegiatan-kegiatan seperti pemasaran, keuangan, produksi, dan operasi-operasi
internasional untuk meningkatkan informasi yang tersedia bagi perencanaan,
koordinasi, dan pengawasan.
Hubungan-hubungan lateral (harizontal) , Melalui pemotongan rantai perintah,
hubungan-hubungan lateral membiarkan informasi dipertukarkan dan keputusan
dibuat pada tingkat hirarki dimana informasi yang dibutuhkan ada beberapa
hubungan laterial, yaitu :
Kontak langsung antara individu-individu yang dapat meningkatakan efektivitas
dan efisiensi kerja.
Peranan penghubung, yang menangani komunikasi antar departemen sahingga
mengurangi panjangnya saluran komunikasi.
Panitnya dan satuan tugas. Panitnya biasanya diorganisasi secara formal dengan
pertemuan yang dijadwalkan teratur. Satuan tugas dibentuk bila dibutuhkan untuk
masalah-masalah khusus.
Pengintegrasian peranan-peranan, yang dilakukan oleh misal manajer produk atau
proyek, perlu diciptakan bila suatu produk, jasa atau proyek khusus memerlukan
tingkat koordinasi yang tinggi dan perhatian yang terus menerus dari seseorang.
Peranan penghubung manajerial, yang mempunyai kekuasaan menyetujui
perumusan anggaran oleh satuan-satuan yang diintegrasikan dan implementasinya.
Ini diperlukan bila posisi pengintegrasian yang dijelaskan pada d di atas tidak
secara efektif mengoordinasikan tugas tertentu.
Organisasi matriks, suatu mekanisme yang sangat baik bagi penanganan dan
penyelesaian proyek-proyek yang kompleks.
e. Rentang Manajemen
Rentang manajemen atau rentang kendali adalah kemampuan manajer untuk
melakukan koordinasi secara efektif yang sebagian besar tergantung jumlah bawahan
yang melapor kepadanya. Prinsip rentang manajemen berkaitan dengan jumlah
bawahan yang dapat dikendalikan secara efektif oleh seorang manajer. Bawahan yang
terlalu banyak kurang baik, demikian pula jumlah bawahan yang terlalu sedikit juga
kurang baik.
Istilah-istilah lain rentang manajemen:
1. span of control
2. Span of authority (rentang otoritas)
3. Span of attention atau span of supervision
R= n (2n1+ n 1)
Keterangan:
R = Jumlah Hubungan
n = jumlah bawahan
Menurut Lyndall F. Urwick Tidak ada eksekutif yang dapat mengendalikan secara
langsung kerja lebih dari lima, atau paling banyak enam bawahan.
Menurut Jendral Ian Hamilton Otak rata-rata manusia hanya memiliki ruang lingkup
yang efektif dalam penanganan dari tiga sampai enam otak manusia
lainnya.Meskipun begitu jumlah rentang menejemen yang mutlak ideal sulit
ditentukan, karena hal ini tergantung pada banyak variabel, seperti besarnya
organisasi, teknologi, spesialisasi, kegiatan-kegiatan rutin, tingkat manajemen dan
sifat-sifat pekerjaan lainnya. Karena itu para penulis hanya dapat menemukan
rentang yang optimal untuk situasi khusus melalui penentuan batasan rentangan
bagi organisasi pada umumnya.
B. Rentang Manajemen Lebar Versus Sempit
Rentang Manajemen Yang Melebar,
Alasan digunakan: tingkatan hirarki yang semakin tinggi cenderung
mengurangi kecepatan waktu penyebaran informasi dari atas ke bawah.
Lebih banyak jumlah tingkatan yang dilalui informasi, lebih besar
kemungkinan penyimpangan atau distorsi.
Penambahan tingkatan menajemen memakan biaya, karena memerlukan
penambahan gaji meterial.
Penggunaan sumber daya manajer secara efisien.
Rentang Manajemen Yang Menyempit
Alasan digunkan: pada umumnya moral dan produktifitas karyawan akan
meningkat dalam organisasi-organisasi kecil daripada dalam organisasi-
organisasi besar.
Penggunaan rentang manajemen terlalu melebar berarti manajer tidak akan
dapat menjalankan fungsi-fungsi dengan efektif dan mencurahkan
perhatiannya kepada seluruh bawahan secara perseorangan.
Koordinasi dan kooperasi berkembang baik, karena setiap individu mengelola
fungsi sendiri dan dengan bantuan minimum dari atasan.
C. Prinsip-Prinsip Manajemen
Prinsip rentangan pengawasan adalah jumlah bawahan yang dapat diatasi
secara langsung oleh atasannya, secara efektif. Dalam menyusun organisasi
sebaiknya untuk top manajer hanya memiliki bawahan langsung sejumlah empat
sampai delapan saja. Jika lebih dari itu pengawasan menjadi tidak effektif lagi
dan akan meugikan organisasi itu sendiri.
Prinsip keseragaman. Dalam menyusun bagian sub bagian organisasi
(departemenisasi) dengan memperhatikan aktivitas yang seragam
dikelompokkan kedalam satu satuan kerja yang mewadahinya. Sebagai contoh
segala aktivitas yang menyangkut keuangan ditampung dalam satuan kerja
bidang keuangan atau departemen keuangan. Apabila ada bidang tugas yang
tidak seragam ditampung dalam satu departemen, hasilnya akan kurang dan
bahkan dapat mengakibatkan kekacauan dan kegagalan organisasi itu.
Katakanlah kegiatan keuangan dicampur dengan kegiatan produksi dan
dilaksanakan dibawah departemen keuangan, maka hal ini tidak melaksanakan
prinsip keseragaman tadi dan yakinlah bahwa akan membingungkan
pelaksanaannya.
Prinsip pendelegasian, Mengingat kemampuan manusia serba keterbatasan dan
semakin kompleks organisasi menuntut beban kerja yang semakin banyak dan
mungkin tuntutan kerjanya akan bersamaan. Demikian keadaan yang dihadapi
oleh seorang manajer sehingga dengan prinsip pendelegasian, maka sebagian
tugasnya perlu diserahkan kepada bawahan siapa yang dipercayakannya.
Apabila tidak, akan terjadi tumpukan dan keterbengkalaian tugas serta kelelahan
manajer yang mengakibatkan faktor penyebab kegagalannya.
Prinsip perencanaan. Hanyalah dengan perencanaan yang mengakibatkan
ketertiban dan kelancaran kerja yang lebih terarah akan memberi jaminan hasil
yang lebih mekuaskan. Tanpa perencanaan atau tiba masa tiba akal akan
mengundang kekosongan kerja. Oleh karena itu, setiap usaha mencapai tujuan
hendaknya melaksanakan prinsip ini, yaitu menyusun rencana kerja sebelum
kegiatan tersebut dilaksanakan. Penyusunan rencana hendaknya memperhatikan
proses rencana, yaitu menentukan masalahnya, mengumpulkan data/fakta yang
relevan dengan masalahnya, menganalisa, menemukan alternatif dan memilih
alternatif yang paling menguntungkan untuk ditentukan sebagai rencana.
Prinsip penyusunan kebijakan. Di dalam pelaksanaan kegiatan, diperlukan
kebijakan sebagai pedoman kerja umum dalam menghadapi situasi-situasi
tertentu. Oleh karena itu, setiap kegiatan usaha mencapai tujuan harus menyusun
kebijakan yang diperlukan sebagai pedoman umum.
Prinsip kepemimpinan. Manajemen adalah usaha untuk mencapai tujuan
dengan bantuan orang lain. Jadi di sini akan terdapat lebih dari satu orang. Agar
kegiatan masing-masing orang terkoordinir dan terarah maka harus ada yang
memimpinnya. Oleh karena itu dalam setiap usaha mencapai tujuan harus
ditunjuk seorang atau lebih untukbertindak selaku manajernya
Prinsip fungsi staf. Dalam suatu organisasi, tujuan yang akan dicapai biasanya
menyangkut kegiatan yang luas dan berdimensi banyak. Sudah dikatakan
terdahulu bahwa kemampuan seseorang serba keterbatasan. Dengan tugas
manajer yang demikian luasnya kegiatan yang harus dilaksanakan, maka perlu
mengangkat staff atau menunjuk orang lain untuk menjalankan fungsi staff,
yaitu menjalankan kegiatan perencanaan pengembangan, penyumbang ide-ide
dan standar-standar.
Prinsip Keseimbangan/keselarasan. Dalam suatu organisasi biasanya dibagi
dalam beberapa devisi atau sub devisi. Agar pekerja dapat berjalan lancar maka
beban kerja untuk masing-masing sub devisi atau masing-masing devisi harus
berimbang atau selaras. Prinsip ini penting untuk dituruti karena kenyataan yang
ada kegiatan dalam organisasi saling mengkait, sehingga apabila satu devisi atau
sub devisi kelebihan beban kerja sedang divisi atau sub devisi lain kekurangan
beban kerja maka akan terganggulah usaha mencapai tujuan.
Prinsip koordinasi. Dalam suatu organisasi, biasanya orang menerapkan
spesialisasi agar efisiensi kerja bertambah. Namun, semakin jauh spesialisasi
kerjasama menjadi semakin sukar. Oleh karena itu perlu dilaksanakan prinsip
koordinasi ini, yaitu semikin jauh spesialisasi hendaknya diusahakan koordinasi
yang baik. Dengan koordinasi yang baik, maka tindakan pengarahan dan kerja
sama antar bagian menjadi lebih baik
Prinsip pengambilan putusan. Pelaksanaan tugas mencapai tujuan, sebenarnya
terdiri dari rangkaian putusan-putusan dari atas sampai ke tingkat paling bawah.
Oleh karena itu dalam melaksanakan manajemen hendaknya diambil putusan
yang terbaik untuk kegiatan atas sampai tingkat yang paling bawah.
Prinsip standardisasi. Agar tidak terjadi penyimpangan dari tujuan yang ingin
dicapai, maka setiap tindakan harus memiliki tolok ukurnya yang berupa
standar-standar. Dengan kata lain, dalam pelaksanaan manajemen harus dibuat
standardisasi kegiatan untuk tolok ukurnya sehingga kalau terjadi penyimpangan
dapat segera diketahui dengan mudah.
Prinsip pengawasan. Agar setiap kegiatan perencanaan dapat dilaksanakan
dengan baik, maka harus dilaksanakan dengan baik. Untuk itu, perlu
pelaksanaan pengawasan apabila terjadi penyimpangan, maka dapat segera
diluruskan atau dikembalikan pada rencana.
Prinsip keluwesan/fleksibilita. Manajemen yang baik adalah manajemen yang
luwes, artinya putusan yang diambil mudah menyesuaikan dengan perubahan
situasi. Karena itu putusan manajemen harus memenuhi kriteria keluwesan ini.
Prinsip fakta. Dalam pengambilan putusan selalu didasarkan pada data. Data
sendiri, ada yang berupa fakta, yaitu data atas pengalaman yang lalu atau data
tentang kejadian yang benar telah terjadi, dan data yang berupa opini, yaitu data
yang sifatnya masih “kira-kira” dari beberapa kejadian. Agar suatu putusan
berjalan dengan mantap, maka putusan tersebut harus didasarkan pada fakta, dan
bukan didasarkan pada opini.
Prinsip hubungan antar manusia. Dalam pelaksanaan tugas manajemen akan
selalu terjadi hubungan antar manusia dalam organisasi. Hubungan antar
manusia ini akan berjalan lancar, kalau dalam hubungan kerja sama tadi
dilandasi oleh dasar hubungan manusiawi yang terdiri dari dasar anggapan:
>Setiap manusia berbeda satu dengan lainnya, sehingga dalam bekerja sama
dengan orang yang berbeda harus dijalankan perlakuan yang berbeda pula.
>Setiap orang memiliki harga diri yang berbeda-beda, karena itu dalam kontak
kerjasama tidak boleh meremehkan harga diri partner kerjasamanya.
>Setiap orang memiliki kepentingan timbal balik, sehingga setiap orang akan
mau diajak kerja sama dalam organisasi.
>Setiap orang memiliki motivasi yang merangsangnya untuk bekerja keras oleh
karena itu dalam suatu kerja sama hendaknya dipergunakan motivasi ini.
Prinsip spesialisasi. Dalam pelaksanaan manajemen, spesialisasi akan mampu
memperbaiki mutu produk, mutu jasa, dan mutu meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Oleh karena itu dalam pelaksanaan manajemen hendaknya
prinsip spesialisasi ini diterapkan.
Prinsip penyederhanaan. Kadang dalam pelaksanaan kegiatan manajemen
terdapat banyak kegiatan yang dapat dihilangkan, atau dengan kata lain sering
dijumpai dalam suatu organisasi terdapat kegiatan-kegiatan yang tidak
diperlukan. Kegiatan yang tidak diperlukan ini sebaiknya dihilangkan saja atau
proses, sistem dan prosedur disederhanakan. Dengan kaidah penyederhanaan ini
maka efektivitas dan pengawasan manajemen akan dapat ditingkatkan
Prinsip produktivitas indiividu. Dalam pelaksanaan manajemen, peningkatan
produktivitas individu adalah sangat penting dijaga, karena dengan produktivitas
individu yang tinggi, maka produktivitas organisasi otomatis juga tinggi. Oleh
karena itu, dalam menjaga tingkat produktivitas individu tetap tinggi, maka
individu harus diserahi tugas-tugas yang sesuai dengan keterampilan yang
dimiliki baik karena bakatnya maupun karena pendidikannya
Prinsip tugas dan penyelesaiannya. Pada umumnya orang akan dapat bekerja
dengan giat apabila padanya diserahi tugas dan juga ditentukan waktu
penyelesaiannya. Tanpa diberikan “deadline” orang akan bermalas-malas dalam
melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu dalam memberikan tugas kepada
bawahan harus selalu disertai jadual kerjanya.
Diantara sekian prinsip manajemen yang dikemukakan tersebut di atas, tidak
selamanya cocok dengan situasi manajemen modern. Sebagai contoh dengan struktur
organisasi matriks dan sistem otonomi daerah mengakibatkan prinsip kesatuan
komando dan sentralisasi tidak dapat diterapkan. Namun pada situasi tertentu prinsip
tersebut masih sangat dianjurkan, misalnya pada organisasi militer yang sangat ketat
dengan prinsip kesatuan komando/perintah. Jadi penerapan prinsip manajemen ini
sesuai dengan situasi dan kondisi dimana manajemen itu dilaksanakan.
D. Tingkatan Manajemen
Dilihat dari tingakatan organisasi, manajemen dibagi dalam 3 tingkatan yaitu:
1. Manajemen Puncak (Top Management)
Manajer bertaggungjawab atas pengaruh yang ditmbulkan dari keputusan-
keputusan manajemen keseluruhan dari organisasi. Misal: Direktur, wakil
direktur, direktur utama. Keahlian yang dimiliki para manajer tinggkat puncak
adalah konseptual, artinya keahlian untuk membuat dan mmerumuskan konsep
untuk dilaksanakan oleh tingkatan manajer dibawahnya.
2. Manajemen Menengah (Middle Management)
Manajemen menengah harus memeiliki keahlian interpersonal/manusiawi,
artinya keahlian untuk berkomunikasi, bekerjasama dan memotivasi orang
lain. Manajer bertanggungjawab melaksanakan reana dan memastikan
tercapainya suatu tujuan. Misal: manajer wilayah, kepala divisi, direktur
produk.
3. Manajemen Bawah/Lini (Low Management)
Manager bertanggung jawab menyelesaikan rencana-rencana yang telah
ditetapkan oleh para manajer yang lebih tinggi. Pada tngkatan ini juga
memiliki keahlian yaitu keahlian teknis, atrinya keahlian yahng mencakup
prosedur, teknik, pengetahuan dan keahlian dalam bidang khusus. Misal:
supervisor/pengawas produksi, mandor.
E. Kegiatan-kegiatan manajer
Manajer adalah seorang yang karena pengalaman, pengetahuan, dan
keterampilannya diakui oleh organisasi untuk memimpin, mengatur, mengelola,
mengendalikan dan mengembangkan kegiatan organisasi dalam rangka mencapai
tujuan.
Tugas-Tugas Seorang Manajer adalah :
- Memimpin organisasi
- Mengatur organisasi
- Mengendalikan organisasi
- Mengembangkan organisasi
- Mengatasi berbagai masalah yang terjadi di dalam organisasi
- Menciptakan kerja sama di dalam organisasi.
- Menjalin kerja sama dengan pihak-pihak di luar organisasi
- Menumbuhkan kepercayaan
- Meningkatkan rasa tanggung jawab
- Mengawasi/mengendalikan kegiatan organisasi
- Melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan
- Menggali dan mengembangkan potensi sumber daya.
F. Peran-Peran Manajemen
Pada akhir 1960-an, Henry Mintzberg, seorang lulusan MIT, melakukan penelitian
saksama terhadap lima orang eksekutif untuk menentukan tugas mereka.
Berdasarkan observasinya, Mintzberg menyimpulkan bahwa manajer melakukan
sepuluh peran atau rangkaian perilaku yang berbeda dan saling berkaitan erat.
Seperti yang diperlukan dalam Tampilan 1-1, kesepuluh peran ini bisa
dikelompokkan sebagai (1) antarpersonal, (2) informasional, dan (3) pengambilan
keputusan.
- Peran Antarpersonal
Semua manajer diharuskan melakukan tugas – tugas terkait seremonial dan
bersifat simbolis. Sebagai contoh, ketika rektor perguruan tinggi memberikan
ijazah sarjana pada acara wisuda atau seorang pengawas pabrik menjadi
pemandu tur pabrik untuk sekelompok murid sekolah menengah, ia berperan
sebagai tokoh utama (figurehead). Semua manajer memiliki peran
kepemimpinan. Peran ini mencakup perekrutan, pelatihan, pemberian
motivasi, dan pendisiplinan karyawan. Peran ketiga dalam pengelompokan
antarpersonal adalah peran penghubung. Mintzberg mendeskripsikan aktivitas
ini sebagai hubungan dengan individu luar yang memberikan informasi
kepada manajer tersebut. Individu luar tersebut mungkin adalah individu atau
kelompok di dalam atau di luar organisasi. Manajer penjualan yang
mendapatkan informasi dari manajer pengendalian kualitas di perusahaannya
sendiri mempunyai kerja sama hubungan internal. Ketika manajer penjualan
tersebut berhubungan dengan eksekutif penjualan lain melalui sebuah
perdagangan pemasaran, ia mempunyai suatu kerja sama hubungan eksternal.
- Peran Informasiona
Semua manajer, sampai pada tingkat tertentu, mengumpulkan informasi dari
organisasi – organisasi dan institusi luar. Biasanya, mereka mendapatkan
informasi dengan membaca majalah dan berkomunikasi dengan individu lain
untuk mempelajari perubahan selera masyarakat, apa yang mungkin
direncanakan oleh para pesaing, dan semacamnya. Mintzberg menyebut hal ini
sebagai peran pemantau. Para manajer juga bertindak sebagai penyalur untuk
meneruskan informasi ini kepada anggota organisasional. Hal ini disebut
sebagai peran penyebar. Selain itu, manajer bertindak selaku juru bicara ketika
mereka mewakili organisasi di hadapan pihak luar.
- Peran Pengambilan Keputusan
Akhirnya, Minzberg mengidentifikasikan empat peran terkati pengambilan
keputusan. Dalam peran kewirausahaan, para manajer memulai dan
mengawasi proyek – proyek baru yang akan meningkatkan kinerja organisasi
mereka. Sebagai penyelesaian masalah, manajer melakukan tindakan korektif
untuk menyelesaikan berbagai masalah yang tidak terduga. Sebagai
pengalokasi sumber daya, manajer bertanggung jawab menyediakan sumber
daya manusia, fisik, dan moneter. Terakhir, manajer memainkan peran
negosiator, di mana mereka mendiskusikan berbagai persoalan dan tawar –
menawar dengan unit – unit lain demi keuntungan unit mereka sendiri.
G. Keterampilan Manajemen
Pembagian Keterampilan Manajemen Robert L.Katz pada tahun 1970-an
mengemukakan bahwa setiap manajer membutuhkan minimal tiga keterampilan
dasar. Ketiga keterampilan tersebut adalah:
1. Keterampilan konseptual (conceptional skill), manajer tingkat atas (top
manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan
demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian
haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan
atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang
kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atauplanning. Oleh
karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk
membuat rencana kerja.
2. Keterampilan teknis (technicalskill), keterampilan ini pada umumnya
merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan
teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu,
misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi,
akuntansi dan lain-lain.
3. Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanityskill), selain
kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan
berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut
juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu
diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan
komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan
merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan.
Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas,
menengah, maupun bawah. Keterampilan ini bisa juga diklasifikasikan dalam :
o kepemimpinan dalam kelompok sendiri (intra-group skill)
o keterampilan dalam mengelola hubungan antar kelompok (inter-group skill).
Dalam ranah tingkat manajemen, intra-group skill mempunyai peran dominan pada
kelompok manajer dasar (first line management) dan menengah (middle
management), maka inter-group skill sangat dirasakan penting peranannya pada
manajer tingkat atas (higher level/top management). Untuk menguasai keterampilan
ini, seorang manajer harus dapat mengembangkan sendiri persepsi pribadinya
terhadap aktivitas orang lain sehingga ia dapat:
2.5 Kepemimpinan