Anda di halaman 1dari 10

kTOPIK 1

THE DYNAMIC OF MANAGEMENT


 Paradigma baru: Para manajer bukan membuat keputusan, tetapi menciptakan
kemampuan dalam keseluruhan organisasi.
1. Manajer puncak, menciptakan lingkungan kerja yang menarik
2. Manajer madya, membangun hubungan, melimpahkan wewenang, mendorong
penciptaan kerja sama, mengelola konflik
3. Supervisi, memotivasi karyawan sehari hari
4. Setiap karyawan berpartisipasi dalam identifikasi dan memecahkan masalah

 POKOK BAHASAN THE DYNAMIC OF MANAGEMENT:


1. Sejarah ilmu manajemen
2. Pendekatan klasik
3. Pendekatan kuantitatif
4. Pendekatan perilaku
5. Pendekatan kontijensi

1. SEJARAH ILMU MANAJEMEN


Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang
berarti "mengendalikan", terutama dalam konteks mengendalikan kuda, yang berasal dari
bahasa latin manus yang berarti "tangan". Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari
bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti “seni melaksanakan dan
mengatur”. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara
universal. Definisi manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang
lain untuk mencapai tujuan organisasi.
Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai
sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai
dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara
benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Manajemen melibatkan aktivitas koordinasi
dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan tersebut dapat
diselesaikan secara efisien dan efektif. Selain itu, manajemen juga melibatkan tanggung
jawab.
Efisiensi ialah menghasilkan output sebanyak mungkin dari input sesedikit
mungkin. Efektivitas yaitu mengerjakan hal yang tepat atau menjalankan aktivitas-
aktivitas secara langsung yang mendorong tercapainya sasaran-sasaran organisasi.
Efisiensi lebih ke cara mencapai suatu tujuan, sedangkan efektivitas lebih berkenaan
dengan hasil atau pencapaian tujuan tersebut.
Yang dibahas dalam ilmu manajemen yaitu proses untuk mencapai tujuan, yang
meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing)
dan pengendalian (controlling). Oleh karena itu manajemen digunakan di semua
organisasi dalam rangka mencapai tujuan, baik organisasi profit maupun organisasi non-
profit (pemerintahan, lembaga sosial, organisasi kemasyarakatan).
Ilmu manajemen mendorong manusia untuk memanfaatkan semua sumber daya
yang dimiliki untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Manfaat mempelajari ilmu
manajemen, yaitu merencanakan suatu hal lebih efisien dan lebih efektif, dapat
mengerjakan suatu hal secara lebih terstruktur/sistematis, pembagian tugas kerja menjadi
lebih terstruktur, sasaran/tujuan yang ingin dicapai menjadi lebih jelas, dapat menyusun
strategi yang lebih rasional dan logis, memungkinkan seseorang bekerja secara
tim/kelompok.

2. PENDEKATAN (PANDANGAN/ALIRAN) KLASIK


Ilmu manajemen muncul setelah negara-negara Eropa Barat dan Amerika dilanda
revolusi industri, yang terjadi sekitar awal abad ke-20 yaitu mulai ditinggalkannya prinsip-
prinsip lama yang sudah tidak efektif dan efisien lagi. Ada dua tokoh yang mengawali
munculnya manajemen, yaitu :
1. Robert Owen (1771 – 1858)
Dimulai pada tahun 1800-an sebagai manager pabrik permintalan kapas di New
Lanark, Scotlandia. Robert Owen mencurahkan perhatiannya pada penggunaan faktor
produksi tenaga kerja. Dari hasil pengamatannya disimpulkan bahwa bilamana
terhadap mesin diadakan suatu perawatan yang baik akan memberikan keuntungan
kepada perusahaan, demikian pula apabila tenaga kerja dipelihara dan dirawat (dalam
arti adanya perhatian baik kompensasi, kesehatan, tunjangan dan lain sebagainya)
oleh pimpinan perusahaan akan memberikan keuntungan pada perusahaan.
Selanjutnya dikatakan bahwa kuantitas dan kualitas hasil pekerjaan dipengaruhi oleh
situasi ekstern dan intern dari pekerjaan. Atas hasil penelitiannya Robert Owen
dikenal sebagai Bapak Manajemen Personalia.
2. Charles Babbage (1792 – 1871)
Charles Babbage adalah seorang Profesor Matemátika dari Inggris yang menaruh
perhatian dan minat pada bidang manajemen. Perhatiannya diarahkan dalam hal
pembagian kerja (devision of labour), yang mempunyai beberapa keunggulan, yaitu :
a. Waktu yang diperlukan untuk belajar dari pengalamanpengalaman yang baru
b. Banyaknya waktu yang terbuang bila seseorang berpindah dari satu pekerjaan
ke pekerjaan lain, dan orang tersebut harus menyesuaikan kembali pada
pekerjaan barunya sehingga akan menghambat kemajuan dan keterampilan
pekerja, untuk itu diperlukan spesialisasi dalam pekerjaannya.
c. Kecakapan dan keahlian seseorang bertambah karena seorang pekerja bekerja
terus menerus dalam tugasnya.
d. Adanya perhatian pada pekerjaannya sehingga dapat meresapi alatalatnya
karena perhatiannya pada itu-itu saja. Kontribusi lain dari Charles Babbage
yaitu menciptakan mesin hitung (calculator) mekanis yang pertama,
mengembangkan programprogram permainan untuk komputer,
mengembangkan kerja sama yang saling menguntungkan antara para pekerja
dengan pemilik perusahaan, juga membuat skema perencanaan pembagian
keuntungan Manajemen ilmiah
3. Frederick Winslow Taylor
Pertama kali manajemen ilmiah atau manajemen yang menggunakan ilmu
pengetahuan dibahas pada tahun 1900an. Taylor adalah manager dan penasehat
perusahaan dan merupakan salah seorang tokoh terbesar manajemen. Taylor dikenal
sebagai bapak manajemen ilmiah (scientifick management).Dari hasil penelitian dan
analisanya taylor mengemukakan empat prinsip Scientific Management, yaitu :
a. Menghilangkan sistem coba-coba dan menerapkan metodemetode ilmu
pengetahuan disetiap unsur-unsur kegiatan.
b. Memilih pekerjaan terbaik untuk setiap tugas tertentu selanjutnya memberikan
latihan dan pendidikan kepada pekerja.
c. Setiap petugas harus menerapkan hasil-hasil ilmu pengetahuan didalam
menjalankan tugasnya.
d. Harus dijalin kerja sama yang baik antara pimpinan dan pekerja. Karya Taylor
lainnya yaitu mengenai upah perpotong minimum diberikan kepada pekerja yang
menghasilkan sama dengan stándar atau dibawah stándar yang telah ditentukan,
sedangkan upah per potong maksimum diberikan kepada pekerja yang
menghasilkan diatas stándar. Sistem upah per potong ini lebih dikenal dengan The
Taylor Differential Rate System.
4. Frank Bunker Gilbreth dan Lilian Gilbreth (1868 – 1924 dan 1878 – 1917)
Suami istri yang berkecimpung dalam mengembangkan manajemen ilmiah. Frank
adalah pelopor study gerak dan waktu, mengemukakan beberapa teknik manajemen yang
di ilhami oleh pandapat taylor. Dia tertarik pada pengerjaan suatu pekerjaan yang
memperoleh effisiensi tertinggi. Sedangkan Lilian Gilbreth cenderung tertarik pada aspek-
aspek dalam kerja, seperti penyeleksian penerimaan tenaga kerja baru, penempatan dan
latihan bagi tenaga kerja baru. Bukunya yang berjudul The Pshikology of Management
menyatakan bahwa tujuan akhir dari manajemen ilmiah yaitu membantu para karyawan
untuk meraih potensi sebagai mahluk hidup.
5. Hendry Laurance Gantt (1861 – 1919)
Hendry merupakan asisten dari Taylor, dia berdiri sendiri sebagai seorang
konsultan. Adapun gagasan yang dicetuskan adalah :  Kerjasama yang saling
menguntungkan antara manager dan tenaga kerja untuk mencapai tujuan bersama. 
Mengadakan seleksi ilmiah terhadap tenaga kerja.  Pembayar upah pegawai dengan
menggunakan system bonus.  Penggunaan instruksi kerja yang terperinci.
6. Harrington Emerson (1853 – 1931)
Prinsip pokoknya adalah tentang tujuan, dimana dari hasil penelitiannya
menunjukan kebenaran prinsip yaitu uang akan lebih berhasil bila mengetahui tujuan
penggunaannya. Bukti dari pendapat Emerson yaitu adanya istilah Management by Objek
(MBO). Organisasi klasik Fayol adalah seorang industrialis Perancis. Fayol mengatakan
bahwa teori dan teknik administrasi merupakan dasar pengelolaan organisasi yang
kompleks, ini diungkapkan dalam bukunya yang berjudul Administration Industrielle et
General atau General and Industrial Management yang ditulis pada tahun 1908 oleh
Costance Storrs. Fayol membagi manajemen menjadi lima unsur yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pemberian perintah, pengkoordinasian dan pengawasan. Fungsi ini
dikenal sebagai Fungsionalisme. Fayol selanjutnya membagi enam kegiatan manajemen
yaitu :
a. Teknik produksi dan manufakturing produk
b. Komersial
c. Keuangan
d. Keamanan
e. Akuntansi
f. Manajerial
Henry Fayol juga mengemukakan 14 prinsip manajemen yaitu :

a. Devision of work
Ada spesialisasi dalam pekerjaan, dimana dengan spesialisasi dapat
meningkatkan efisiensi pelaksanaan kerja. Tujuannya adalah menghasilkan
pekerjaan yang lebih banyak dan terbaik dengan usaha yang sama.
b. Uathority and Responsibility.
Wewenang yaitu hak untuk memberi perintah dan kekuasaan untuk meminta
dipatuhi. Tanggung jawab yaitu tugas dan fungsi yang harus dikerjakan, untuk ini
diperlukan wewenang dari pihak diatasnya. Semua ini diperlukan sangsi agar
dipatuhi oleh orang yang menerima.
c. Dicipline
Melakukan apa sudah menjadi persetujuan bersama, disiplin ini Sangat penting
dalam tercapainya tujuan bersama, sebab tanpa ini tidak akan mencapai tujuan.
d. Unity of Command
Setiap bawahan hanya menerima instruksi dari seorang atasan saja untuk
menghilangkan kebingungan dan saling lempar tanggung jawab. Bila hal ini
dilanggar maka wewenang akan berkurang, disiplin terancam dan stabilitas akan
goyah.
e. Unity of Direction
Seluruh kegiatan dalam organisasi yang mempunyai tujuan sama harus
diarahkan oleh seorang manajer.
f. Subordination of Individual Interst to Generale Interest
Kepentingan seseorang tidak boleh diatas kepentingan bersama atau organisasi.
g. Renumeration
Gaji bagi pegawai merupakan harga servis atau layanan yang diberikan.
Konpensasi harus adil baik bagi karyawan maupun pemilik.
h. Centralization
Standarisasi dan desentralisasi merupakan pembagian kekuasaan. Sentralisasi
bisa dipakai pada organisasi yang kecil, tapi lain bagi organisasi yang besar
sentralisasi tidak mungkin dapat digunakan, harus menggunakan desentralisasi.
Bila peranan diberikan kepada bawahan lebih besar, maka digunakan
desentralisasi.
i. Scalar Chain (garis wewenang)
Jalan yang harus diikuti oleh semua komunikasi yang bermula dari dan kembali
kekuasaan terakhir. Prinsipnya mempermudah komunikasi antar pegawai yang
setingkat.
j. Order
Disini berlaku setiap tempat untuk setiap orang dan setiap orang pada
tempatnya. Hendaknya setiap orang ditempatkan pada posisi yang tepat untuk
mereka berdasarkan pada kemampuan, bakat dan minatnya.
k. Equty
Untuk merangsang agar pekerja melaksanakan pekerjaan dengan baik, sungguh-
sungguh dan penuh kesetiaan, maka harus ada persamaan perlakuan dalam
organisasi.
l. Stability of Tonure of Personel
Seseorang pegawai memerlukan penyesuaian untuk mengerjakan pekerjaan
barunya agar dapat berhasil dengan baik. Apabila seseorang sering kali dipindah
dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya akan menghambat dan membuat
pekerja tersebut produktivitasnya kecil. Turn over tenaga kerja yang tinggi tidak
baik bagi pelaksanaan fungsifungsi organisasi.
m. Initiative
Bawahan diberi kekuasaan dan kebebasan didalam mengeluarkan pendapatnya,
menjalankan dan menyelesaikan rencananya, walaupun ada kesalahan yang
mungkin terjadi.
n. Esprit the Corps
Persatuan adalah keleluasaan, pelaksanaan operasi organisasi perlu memiliki
kebanggan, keharmonisan dan kesetiaan dari para anggotanya yang tercermin
dalam semangat korps.

Ciri - ciri manajemen ilmiah atau modern adalah : Menggunakan cara kerja
keilmuan dan prinsip - prinsip keilmuan sebagai hasil percobaan dan penyelidikan yang
ilmiah pula. Terdapat nasionalisasi yaitu bekerja berdasarkan perhitungan perhitungan
atau pemikiran yang cermat dan teliti, jadi meninggalkan cara kerja trial and error.
Terdapat standarisasi yaitu bekerja berdasarkan ukuran – ukuran (standar-standar)
tertentu, baik dalam cara kerja, waktu yang digunakan, maupun hasil produksi yang
diharapkan. Terjadi peningkatan produktivitas sebagai hasil kerja yang efektif dan efisien.
Cara kerja dan hasil kerjanya dapat mengikuti dan memenuhi tuntutan kebutuhan jaman
yang makin meningkat.

3. PENDEKATAN (PANDANGAN/ALIRAN) KUANTITATIF


Pendekatan kuantitatif untuk manajemen mulai berkembang sejak Perang Dunia
II. Pada waktu itu, Inggris ingin memecahkan beberapa persoalan yang sangat kompleks
dalam perang. Inggris kemudian membentuk tim riset operasi (research operation) yang
dipimpin oleh P.M.S. Blackett. Tim tersebut terdiri atas ahli matematika, fisika, dan
ilmuwan lainnya. Inggris berhasil menemukan terobosan-terobosan penting dari tim
tersebut.
Amerika Serikat kemudian meniru dan membentuk tim riset operasi seperti yang
dibentuk Inggris. Komputer digunakan untuk menghitung model-model matematika yang
dikembangkan. Ketika perang selesai, model-model dari riset operasi tersebut kemudian
diaplikasikan ke industri. Industri juga mengalami perkembangan pesat dengan persoalan-
persoalan yang semakin kompleks. Persoalan tersebut tidak dapat lagi dipecahkan dengan
metode-metode yang konvensional.
Model riset operasi diperlukan dalam hal ini. Beberapa model riset operasi adalah
CPM (critical path method) yang digunakan untuk merencanakan proyek atau teori
antrean untuk memecahkan persoalan antrean. Manajemen operasi merupakan variasi
lain dari pendekatan kuantitatif. Pendekatan ini lebih sederhana dan dapat diaplikasikan
langsung pada situasi manajemen.
Beberapa contoh model manajemen operasi adalah pengendalian 1.50
Manajemen persediaan, seperti EOQ (economic order quantity), simulasi, analisis
breakeven, dan programasi linear (linear programming). Manajemen operasi sering
dianggap sebagai aplikasi dari riset operasi. Sumbangan dan keterbatasan pendekatan
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif memberikan sumbangan penting, terutama dalam
perencanaan dan pengendalian. Model-model yang dikembangkan sangat sesuai untuk
fungsi tersebut. Sebagai contoh, model CPM bermanfaat untuk perencanaan dan
pengendalian proyek. Pendekatan tersebut juga membantu memahami persoalan
manajemen yang kompleks. Dengan menggunakan model matematika, persoalan yang
kompleks dapat disederhanakan menjadi model matematika. Meskipun tampaknya model
matematika dengan formulaformula yang sulit dimengerti sangat kompleks, model
tersebut bermaksud menyederhanakan dunia nyata yang sangat kompleks. Dengan model
matematika, faktor-faktor yang penting dapat dilihat dan diberi perhatian ekstra.
Sayangnya, model kuantitatif banyak menggunakan model atau simbol yang sulit
dimengerti oleh kebanyakan orang, termasuk manajer. Pendekatan kuantitatif juga tidak
melihat persoalan perilaku dan psikologi manusia dalam organisasi. Meskipun demikian,
potensi model kuantitatif belum dikembangkan sepenuhnya. Apabila dapat dikembangkan
lebih lanjut, pendekatan kuantitatif akan memberikan sumbangan yang lebih berarti.
Pendekatan kuantitatif, lebih menekankan pada langkah-langkah pemecahan masalah: 1.
perumusan masalah, 2. penyusunan model matematis, 3. pendapatan penyelesaian dari
model matematis, 4. pengujian model dan hasil yang didapatkan dari model, 5. penetapan
pengawasan atas hasil-hasil, dan 6. pelaksanaan hasil dalam kegiatan implementasi.

 PENDEKATAN (PANDANGAN/ALIRAN) PERILAKU Pendekatan manusia


memelopori tumbuhnya pendekatan baru yang lebih sering dikenal sebagai
pendekatan/aliran perilaku. Ahli-ahli dalam perilaku menggunakan metodologi dan
konsep dari ilmu sosial, seperti sosiologi, psikologi, dan antropologi. Mereka
mengembangkan kerangka analisis yang lebih kompleks dibandingkan dengan
pendekatan hubungan manusiawi. Beberapa ahli perilaku mengatakan bahwa
perilaku manusia didorong oleh kebutuhan untuk mengaktualisasi dirinya sendiri
(self-actualization). Beberapa teori mereka, seperti McGregor, Maslow, dan Argyris,
akan dibicarakan lebih lanjut dalam bab-bab berikutnya, khususnya dalam teori
motivasi dan kepemimpinan. Sumbangan dan keterbatasan aliran ilmu perilaku
Aliran ilmu perilaku memberi sumbangan yang berarti terhadap pemahaman motivasi
individu, perilaku kelompok, hubungan interpersonal dalam kerja, dan pentingnya
kerja untuk manusia. Manajer dapat menjadi lebih sensitif dan efektif dalam
berurusan dengan bawahannya. Meskipun demikian, banyak ahli berpendapat
potensi teori ini belum dikembangkan lebih lanjut. Teori tersebut juga cukup
kompleks untuk manajer. Rekomendasi mereka sering berbeda antara satu ahli dan
lainnya sehingga manajer mengalami kesulitan menentukan pendapat yang paling
baik. Aliran manajemen klasik tidak dapat menaikkan produktivitas sambil tetap
menjaga harmonisasi tempat kerja. Aliran klasik cenderung memandang organisasi
secara mekanistis. Teori perilaku kemudian muncul karena ketidakseimbangan teori
klasik dalam memandang organisasi. Mary Parker Follet dan Chester I Barnard
merupakan pionir dalam aliran perilaku. a.Pendekatan hubungan manusiawi
(human relations) Hubungan manusiawi (human relations) pada umumnya mengacu
pada suasana kerja yang berasal dari hubungan antara manajer dan karyawan. Jika
hubungan manusia pada suatu organisasi efektif, suasana kerja akan mendorong
semangat kerja dan keharmonisan suasana kerja. Efektivitas kerja diharapkan akan
terjadi dari suasana kerja atau hubungan manusiawi yang baik. b. Studi Hawthorne
Studi Hawthorne dilakukan di pabrik Western Electric Company dari tahun 1924—
1933 di Hawthorne, dekat Chicago, Amerika Serikat. Studi disponsori oleh General
Electric, Co. Studi tersebut bertujuan melihat pengaruh tingkat cahaya penerangan di
tempat kerja terhadap produktivitas. Pada mulanya, karyawan dibagi dalam dua
kelompok. Kelompok pertama, yaitu tingkat penerangan diubah-ubah. Kelompok
kedua merupakan Contoh Kelompok Formal dan Informal.  Contoh kelompok
formal. Misal, Perusahaan akan meluncurkan produk baru. Tim yang akan
meluncurkan produk baru tersebut sudah dibentuk. Ketua adalah manajer
pemasaran, sedangkan wakil ketua adalah manajer keuangan. Anggota ada lima
orang, yaitu dua orang dari departemen pemasaran, satu orang dari departemen
sumber daya manusia, satu orang dari departemen keuangan, dan satu orang lagi dari
departemen produksi. Surat ketetapan (SK) sudah ditandatangani oleh direktur
utama.  Contoh kelompok informal Karyawan yang beragama Islam sepakat untuk
mengadakan pengajian. Pengajian akan dilakukan rutin setiap hari Jumat setelah
kantor tutup. Tidak ada SK resmi dari direksi. kelompok pengendali (control group).
Cahaya penerangan untuk kelompok kedua tidak diubah-ubah. Ketika tingkat cahaya
penerangan dinaikkan, ada kenaikan produktivitas pada
kelompok pertama meskipun polanya tidak menentu. Ketika tingkat penerangan
diturunkan, produktivitas tetap cenderung naik. Bahkan, produktivitas pada
kelompok pengendali, yaitu tingkat penerangan tidak diubah, menunjukkan
kecenderungan kenaikan produktivitas. Hasil seperti itu tentu saja membingungkan.
Pada eksperimen selanjutnya, sekelompok pekerja ditempatkan di tempat terpisah.
Beberapa variabel yang berkaitan diubah-ubah, seperti upah, lamanya waktu
istirahat, dan hari kerja diperpendek. Bahkan, pekerja diperbolehkan memberi
saran/usulan perubahan. Hasil yang diperoleh tetap membingungkan. Produktivitas
cenderung naik meskipun tidak teratur polanya. Elton Mayo (1880—1949) bersama
beberapa koleganya, seperti Fritz J. Roethlisberger dan William J. Dickson, kemudian
masuk dalam tim penelitian. Mereka kemudian mengambil kesimpulan bahwa
kenaikan produktivitas tersebut terjadi karena kelompok kerja yang dijadikan studi
dan juga kelompok kendali merasa menjadi perhatian. Akibatnya, mereka termotivasi
untuk bekerja lebih baik. Para peneliti sampai pada kesimpulan bahwa perhatian
manajemen dapat meningkatkan semangat kerja karyawan. Gejala seperti itu
kemudian sering disebut sebagai efek Hawthorne (Hawthorne effect). Para peneliti
juga berkesimpulan bahwa kelompok informal mempunyai pengaruh yang positif
teradap produktivitas. Suasana kerja di pabrik cukup membosankan dan membuat
arti hidup menjadi “kurang berarti”. Persahabatan antarteman kerja membantu
mengurangi kebosanan suasana kerja. Di samping itu, persahabatan sering dipererat
dengan perasaan bersama “antimanajer”. Dengan suasana seperti itu, tekanan
kelompok menjadi lebih kuat, bahkan dibandingkan dengan pengaruh manajemen.
Dalam situasi tertentu, tekanan kelompok merugikan karena cenderung menahan
produktivitas. Anggota yang melebihi prestasi kelompok akan dimusuhi dan memaksa
anggota tersebut kembali ke prestasi sebelumnya yang lebih rendah. Konsep manusia
sosial (social man), yaitu manusia dimotivasi oleh kebutuhan sosial dan melengkapi
konsep manusia ekonomi/rasional yang diajukan oleh manajemen klasik.
c.Sumbangan dan keterbatasan pendekatan hubungan manusiawi Aliran hubungan
manusiawi menyadarkan pentingnya kebutuhan sosial. Dengan demikian, aliran ini
menyeimbangkan konsep lama yang menekankan ekonomi/rasionalitas manusia.
Suasana kerja menjadi lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. Pelatihan-
pelatihan yang kemudian banyak memfokuskan pada upaya memperbaiki hubungan
kerja antara manajer dan karyawan. Aliran ini memelopori studi baru dalam bidang
dinamika kelompok, yaitu perhatian ditujukan tidak hanya pada individu, tetapi juga
pada proses dan dinamika kelompok. Meskipun demikian, ada beberapa keterbatasan
teori ini. Desain, metode, dan analisis penelitian yang dilakukan oleh Mayo sampai
saat ini masih menjadi kontroversi. Konsep manusia sosial yang dikembangkan
ternyata tidak menjelaskan sepenuhnya perilaku manusia. Usaha perbaikan-
perbaikan kondisi kerja ternyata tidak mampu menaikkan prestasi kerja. Sebagai
contoh, perbaikan kondisi kerja di suatu perkebunan tidak menaikkan prestasi kerja,
malah cenderung menurunkan prestasi kerja karena pekerja cenderung menjadi lebih
santai dalam kerja. Tidak ada tekanan untuk bekerja keras seperti sebelumnya.
Tentunya ada faktor lain, selain faktor sosial, yang mendorong prestasi kerja. Faktor
ekonomi (gaji), kemampuan kerja karyawan, budaya dan struktur organisasi, serta
banyak faktor lain memengaruhi prestasi kerja karyawan. Aliran hubungan manusia
belum mampu melakukan prediksi perilaku manusia dengan akurat. Suatu hal yang
dapat dimengerti karena faktor sosial merupakan hasil emosi manusia yang lebih sulit
diukur.

 PENDEKATAN (PANDANGAN/ALIRAN) KONTIJENSI Pendekatan klasik, perilaku,


serta kuantitatif berusaha mencari prinsip prinsip manajemen yang universal, yang
berlaku di mana saja, dan kapan saja. Pendekatan situasional mempunyai cara
pandang yang berlawanan. Pendekatan ini menganggap bahwa efektivitas
manajemen tergantung pada situasi yang melatarbelakangi. Prinsip manajemen yang
sukses pada situasi tertentu belum tentu efektif apabila digunakan di situasi lainnya.
Tugas manajer adalah mencari teknik yang paling baik untuk mencapai tujuan
organisasi dengan melihat situasi, kondisi, dan waktu yang tertentu. Sebagai contoh,
manajer ingin menaikkan produktivitas. Aliran klasik akan menyarankan gaji
dinaikkan, struktur organisasi diperjelas, dan teknik kerja diperbaiki. Aliran
pendekatan hubungan manusia dan perilaku akan menyarankan pemerkayaan kerja
(job enrichment). Pekerjaan dibuat lebih bervariasi dan tanggung jawab kerja
diperluas. Pendekatan kuantitatif akan menyarankan model perencanaan dan
pengendalian terbaru. Kesuksesan pendekatan tersebut akan sangat tergantung pada
situasi yang ada. Apabila pekerja tidak mempunyai keterampilan yang cukup,
pendekatan yang diajukan oleh aliran klasik akan lebih efektif. Sebaliknya, apabila
pekerja mempunyai keterampilan yang baik, pendekatan perilaku akan lebih efektif.
Apabila pekerja sudah cukup maju, pendekatan aliran kuantitatif akan sangat
membantu. Pendekatan situasional memberikan “resep praktis” terhadap persoalan
manajemen. Tidak mengherankan pendekatan ini dikembangkan manajer, konsultan,
atau peneliti yang banyak berkecimpung dengan dunia nyata. Pendekatan ini
menyadarkan manajer bahwa kompleksitas situasi manajerial membuat manajer
lebih fleksibel atau sensitif dalam memilih teknik-teknik manajemen yang terbaik
berdasarkan situasi yang ada. Pendekatan ini dikritik karena tidak menawarkan
sesuatu yang baru. Pendekatan ini belum dapat dikatakan sebagai aliran atau disiplin
manajemen baru yang mempunyai batas-batas yang jelas.
Secara formal, Pendekatan Kontingensi adalah suatu upaya untuk menentukan
kegiatan riset, praktik, dan teknik manajerial mana yang cocok pada situasi-situasi
tertentu. Maka dari itu situasi-situasi yang berbeda mengharuskan adanya reaksi
manajerial yang berbeda pula. Ada tiga pendekatan Kontingensi
1. Model kepemimpinan kontingensi dari Friedler (1967) Fridler beranggapan bahwa
efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara kepemimpinan dan kesesuaian
situasi yang dihadapinya. Ada tiga faktor utama :
 Hubungan antara pemimpin dan bawahan, sampai sejauh mana hubungan
antara pemimpinnya dan bawahannya.
 Struktur tugas, sampai sejauh mana tugas-tugas didefinisikan secara jelas serta
dilengkapi dengan petunjuk dan prosedur yang tepat.
 Kekuatan posisi, sampai sejauh mana kekuasaan yang dimiliki pemimpin untuk
menanamkan rasa akan arti pentingnya nilai dari tugas-tugas yang telah
diberikan.
2. Model tiga dimensi kepemimpinan dari Reddin Reddin beranggapan bahwa
menghubungkan tiga kelompok gaya kepemimpinan.
 Gaya dasar : pemisah, pengabdi, penghubung, terpadu.
 Gaya efektif dalam satu kesatuan : birokrat, otokrat bijaksana.
 Gaya tidak efektif : pelan, otokrat, penganjur, kompromis.
2. Model kontinum kepemimpinan dari Robert Tanenbaum dan Warren Schmidt
Robert dan warren beranggapan bahwa ada dua bidang pengaruh yang ekstrem :
 Bidang pengaruh pimpinan, menggunakan otoritas dalam gaya
kepemimpinannya.
 Bidang pengaruh kebebasan bawahan, menunjukan gaya yang demokratis.
Pendekatan kontingensi dipengaruhi oleh dua program penelitian sebelumnya yang
berusaha menunjukkan perilaku kepemimpinan yang efektif. Selama tahun 1950-an,
para peneliti di Ohio State University memberikan kuesioner untuk mengukur
berbagai kemungkinan perilaku pemimpin dalam berbagai konteks organisasi.
Hasilnya adalah dua jenis perilaku pemimpin yang terbukti efektif adalah : 1. Perilaku
pemimpin pertimbangan ( consideration leader behaviors) dimana pemimpin
membangun hubungan baik dan hubungan interpersonal dan menunjukkan dukungan
dan kepedulian terhadap bawahan dan 2. Perilaku pemimpin struktural ( initiating
structure leader behaviors) dimana seorang pemimpin mengembangkan struktur
organisasi (misalnya, tugas peran, perencanaan, penjadwalan) untuk memastikan
penyelesaian tugas dan pencapaian tujuan.

Topik 2

1. PENGERTIAN (KONSEP) MANAJEMEN Manajemen bersifat universal. Tidak ada


satu kesepakatan tentang batasan. Banyak definisi yang bisa dijadikan dasar sesuai
dengan tujuan masing masing. Namun beberapa ahli berpandangan sama mengenai
konsep manajemen. Manajer dapat diartikan sebagai salah satu profesi dari suatu
perusahaan yang bertugas menjalankan fungsi dari manajemen dengan cara
mengawasi dan mengkoordinasikan pekerjaan yang dilakukan oleh karyawannya,
sehingga dapat mewujudkan tujuan yang diharapkan. Manajer adalah seseorang
yang mengatur dan juga bertanggung jawab atas manajemen yang dilaksanakan.
Manajemen adalah sebuah sistem yang digunakan untuk mengatur perencanaan
didalam suatu organisasi supaya dapat berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan
bersama. Manajemen adalah Suatu Proses dalam rangka mencapai tujuan dengan
bekerja bersama
melalui orang-orang dan sumber daya organisasi lainnya. Manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia, pengarahan, dan
pengawasan anggotaanggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Fungsi-
fungsi manajemen mencakup: perencanaan, pengorganisasian, penyusunan
personalia, pengarahan, dan pengawasan. Manajemen harus dilaksanakan dengan
efektif, bekerja yang benar (berorientasi pada input-output), dan efisien, bekerja
dengan benar. Manajemen ada 4, yaitu : a. Manajemen Sumber Daya Manusia:
Kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya untuk memperoleh SDM yang terbaik
bagi bisnis yang kita jalankan dan bagiamana SDM yang terbaik tersebut dapat
dipelihara dan tetap bekerja bersama kita dengan kualitas pekerjaan yang senantiasa
konstan ataupun bertambah. b.Manajemen Operasional: Kegiatan manajemen
berdasarkan fungsi untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan standar yang
ditetapkan berdasarkan keinginan konsumen, dengan teknik produksi yang seefesien
mungkin, dari mulai pilihan lokasi produksi hingga produksi akhir yang dihasilkan
dalam proses produksi.
c. Manajemen Pemasaran: Kegiatan manajemen berdasarkan fungsi yang pada intinya
berusaha untuk mengidentifikasi apa sesungguhnya yang dibutuhkan oleh
konsumen,dana bagaimana cara pemenuhannya dapat diwujudkan.
d. Manajemen Keuangan: Kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang pada
intinya berusaha untuk memastikan bahwa kegiatan bisnis yang dilakukan mampu
mencapai tujuannya secara ekonomis yaitu diukur berdasarkan profit. Tugas
manajemen keuangan diantaranya merencanakan dari mana pembiayaan bisnis
diperoleh,dan dengan cara bagaimana modal yang telah diperoleh dialokasikan secara
tepat dalam kegiatan bisnis yang dijalankan. Organisasi, adalah suatu kelompok orang
dalam suatu wadah untuk tujuan bersama. Dalam ilmu-ilmu sosial, organisasi
dipelajari oleh periset dari berbagai bidang ilmu, terutama sosiologi, ekonomi, ilmu
politik, psikologi, dan manajemen. Kajian mengenai organisasi sering disebut studi
organisasi (organizational studies), perilaku organisasi (organizational behaviour),
atau analisis organisasi (organization analysis). Terdapat beberapa teori dan
perspektif mengenai organisasi, ada yang cocok sama satu sama lain, dan ada pula
yang
berbeda. Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana
orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana,
terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang,
material, mesin, metode, lingkungan), sarana-prasarana, data, dan lain sebagainya
yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi

Anda mungkin juga menyukai