Anda di halaman 1dari 20

PENGANTAR MANAJEMEN

“ TEORI MANAJEMEN KLASIK’

DOSEN PENGAMPU :

Dr. SONTOE

NIP : 1961080319840811001

DISUSUN OLEH :

Nama : Ioga Rivaldo Pelawi


NIM : 193020701038

UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS SOSIAL & POLITIK
JURUSAN SOSIOLOGI
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ilmu manajemen hingga saat ini terus berkembang. Ilmu manajemen
memberikan pemahaman tentang pendekatan ataupun tata cara penting dalam
meneliti, menganalisis dan memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan
manajer.
Dalam kehidupan bermasyarakat kita tidak bisa lepas dari perencanaan,
peroganisasian untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang sudah
dirumuskan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kita tidak bisa lepas dari
manajemen, baik manajemen diri sendiri maupun manajemen dalam bidang
pekerjaan ataupun organisasi.
Howard M. Carlisle (dalam Sugiyo, 2013:27) menyatakan bahwa “management is
the process by which the element of a group are integrated, coordinated, and
efficiently achieveobjective” (Manajemen adalah proses pengintegrasian,
pengkoordinasian dan pemanfaatan elemen-elemen suatu kelompok untuk
mencapai tujuan secara efisien).
Penerapan manajemen telah dilakukan di segala aspek bidang dalam kehidupan
bermasyarakat seperti halnya di dunia politik, organisasi, perusahaan, instansi
ataupun lembaga-lembaga pemerintahan. Dalam dunia pendidikan juga peran
manajemen sangat penting khususnya dalam Administrasi Pendidikan.
Dalam pendidikan, manajemen itu dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan
sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan
yang telah ditentukan sebelumnya (Pidarta, 1988:4).
Sedangkan perkembangan teori manajemen itu sendiri sampai saat ini terus
berkembang. Banyak para ahli yang menjumpai pandangan yang berbeda-beda
dalam hal penerapannya. Dalam perkembangannya sendiri belum ada teori
manajemen yang bersifat baku ataupun kumpulan-kumpulan hukum yang dapat
diterapkan dalam berbagai situasi. Banyak teori yang berbeda yang digunakan
dalam manajemen tersebut.
Secara umum teori manajemen ini dapat dibagi menjadi 4 bagian,
yaitu : Manajemen ilmiah (1870 – 1930), Manajemen klasik (1900 – 1940),
Manajemen hubungan manusiawi (1930 – 1940), dan Manajemen modern (1940 –
sekarang). Teori-teori manajemen ini terus berkembang sampai dengan saat ini.
Berdasarkan perkembangan teori-teori tersebut maka kita akan melihat konsep
mana yang cocok dan bagus digunakan dalam kehidupan bermasyarakat. Di dunia
pendidikan khususnya Administrasi Pendidikan di sekolah konsep yang seperti
apa yang bagus diterapkan. Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas tentang
konsep manajemen klasik itu sendiri.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan
permasalahkan sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan teori manajemen klasik?
2.      Bagaimanakah sejarah perkembangan teori manajemen klasik?
3.      Apa saja pokok teori manajemen klasik?
4.      Apa fungsi dan karakteristik dari manajem klasik?
5.      Apa kelebihan dan kekurangan teori manajemen klasik?
6.      Bagaimana penerapan manajemen klasik dalam Administrasi Pendidikan
khususnya perencanaan pendidikan?

C.  Tujuan Pembuatan Makalah


Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan.
2.      Untuk mengetahui dan memahami teori manajemen klasik.
3.      Untuk mengetahui bagaimana penerapan teori manajemen klasik dalam  
Administrasi Pendidikan
BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Manajemen Klasik
1.      Pengertian Manajemen
Kata manajemen merupakan terjemahan dari bahasa inggris “to manage”
yang berarti mengelola. Kata mengelola mempunyai makna yang luas seperti
mengatur, mengarahkan, mengendalikan, menangani, dan melaksanakan serta
memimpin (Sugiyo, 2013:27)
Menurut Hersey dan Blanchard (2001:3) (dalam Sugiyo, 2013:27)
mengemukakan manajemen sebagai “management is working with and throught
individuals and growth to accomplish organizational goals” sedangkan stoner
(1992:8) mengemukakan bahwa manajemen sebagai proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota
organisasi dan pengguanaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.
Dalam Suherman (2007:35) manajemen diartikan sebagai proses mengadakan,
mengatur, dan memanfaatkan berbagai sumber daya yang dianggap penting guna
mencapai suatu tujuan. Lebih jauh manajemen merupakan keseluruhan proses
aktivitas yang dilakukan oleh sekolompok manusia dalam suatu sistem organisasi
dengan menggunakan segala sumber daya untuk mencapai tujuan secara efektif
dan efisien.

2.      Pengertian Manajemen Klasik


Teori Manajemen Aliran Klasik mendefinisikan manajemen sesuai dengan
fungsi-fungsi manajemennya. Perhatian dan kemampuan manajer sangat
dibutuhkan pada penerapan fungsi-fungsi tersebut. Dalam Fattah (2000:22) teori
manajemen klasik berasumsi bahwa manusia itu sifatnya rasional, berfikir logis,
dan kerja merupakan suatu yang diharapkan. Oleh karena itu teori klasik
berangkat dari premis bahwa organisasi bekerja dalam proses yang logis dan
rasional dengan pendekatan ilmiah dan berlangsung menurut struktural atau
anatomi organisasi.
3.      Sejarah Perkembangan Manajemen Klasik
Teori Manajemen Aliran Klasik awal sekali timbul akibat terjadinya
revolusi industri di Inggris pada abad 18. Para pemikir tersebut memberikan
perhatian terhadap masalah-masalah manajemen yang timbul baik itu dikalangan
usahawan, industri maupun masyarakat. Para pemikir itu yang terkenal antara lain,
Robert Owen, Henry Fayol, Charles Babbage dan lainnya.
Adapun manajemen klasik timbul dari kebutuhan akan pedoman untuk mengelola
organisasi yang kompleks, misalnya sebuah pabrik. Manajemen itu tidak
dilahirkan, tetapi dapat diajarkan, asalkan prinsip-prinsip mendasari dan teori
umum manajemen dapat diterapkan.
Berikut dua tokoh manajemen yang mengawali munculnya teori manajemen, yaitu
:
a.       Robert Owen (1771-1858)
Dimulai pada awal tahun 1800-an sebagai Manajer Pabrik Pemintalan
Kapas di New Lanark, Skotlandia. Robert Owen mencurahkan perhatiannya pada
penggunaan faktor produksi mesin dan faktor produksi tenaga kerja. Dari hasil
pengamatannya disimpulkan bahwa, bilamana terhadap mesin diadakan suatu
perawatan yang baik akan memberikan keuntungan kepada perusahaan, demikian
pula halnya pada tenaga kerja, apabila tenaga kerja dipelihara dan dirawat (dalam
arti adanya perhatian baik kompensasi, kesehatan, tunjangan dan lain sebagainya)
oleh pimpinan perusahaan akan memberikan keuntungan kepada perusahaan.
Selanjutnya dikatakan bahwa kuantitas dan kualitas hasil pekerjaan dipengaruhi
oleh situasi ekstern dan intern dari pekerjaan. Atas hasil penelitiannya Robert
Owen dikenal sebagai Bapak Manajemen Personalia.
b.      Charles Babbage (1792-1871)
Charles Babbage adalah seorang Profesor Matematika dari Inggris yang
menaruh perhatian dan minat pada bidang manajemen. Dia percaya bahwa
aplikasi prinsip-prinsip ilmiah pada proses kerja akan menaikkan produktivitas
dari tenaga kerja dan menurunkan biaya, karena setiap pekerjaan dilakukan secara
efektif dan efisien. Dia menganjurkan agar para manajer saling bertukar
pengalaman dalam penerapan prinsip-prinsip manajemen.
Kontribusinya terlihat dari bukunya On the Economy of machinery and
Manufacures. Dia menganjurkan Pembagian kerja (devision of labour),
mempunyai beberapa keunggulan, yaitu :
1)      Mengefisienkan waktu yang diperlukan untuk belajar dari pengalaman-
pengalaman yang baru.
2)      Banyaknya waktu yang terbuang bila seseorang berpindah dari satu
pekerjaan ke pekerjaan lain serta akan menghambat kemajuan dan ketrampilan
pekerja, untuk itu diperlukan spesialisasi dalam pekerjaannya.
3)      Kecakapan dan keahlian seseorang bertambah karena seorang pekerja
bekerja terus-menerus dalam tugasnya.
4)      Adanya perhatian pada pekerjaannya sehingga dapat meresapi alat-alatnya
karena perhatiannya pada hal itu-itu saja.
Kontribusi lain dari Charles Babbage yaitu mengembangkan kerja sama yang
saling menguntungkan antara para pekerja dengan pemilik perusahaan, juga
membuat skema perencanaan pembagian keuntungan.

4.      Pokok Teori Manajemen Klasik


Teori Manajemen Aliran Klasik terbagi menjadi dua, yaitu teori manajemen
ilmiah dan teori organisasi klasik.
a.      Teori Manajemen Ilmiah 
Pelopornya adalah Frederick Winslow Taylor, Frank dan Lilian Gilberth,
dan Henry Laurance Grant serta Harrington Emerson. Pertama kali manajemen
ilmiah atau manajemen yang menggunakan ilmu pengetahuan dibahas, pada
sekitar 1900-an. Frederick Winslow Taylor adalah manajer dan penasihat
perusahaan dan merupakan salah seorang tokoh terbesar manajemen. Taylor
dikenal sebagai bapak manajemen ilmiah (scientifick management).
Taylor menyusun sekumpulan prinsip yang merupakan inti manajemen ilmiah. 
Prinsip-prinsip itu diringkas sebagai berikut :
1)      Menghilangkan sistem coba-coba dan menerapkan metode-metode ilmu
pengetahuan disetiap unsur-unsur kegiatan.
2)      Memilih pekerjaan terbaik untuk setiap tugas tertentu,
selanjutnya memberikan latihan dan pendidikan kepada pekerja.
3)      Setiap petugas harus menerapkan hasil-hasil ilmu pengetahuan di dalam
menjalankan tugasnya.
4)      Harus dijalin kerjasama yang baik antara pimpinan dan pekerja.
Pendukung teori manajemen ilmiah yang lain adalah Frank B. Gilbert
(1878-1924) dan Lilian Gilberth (1878-1972) yang sukses mengarahkan pada
studi gerak dan waktu. Dia tertarik pada pengerjaan suatu pekerjaan yang
memperoleh efisiensi tertinggi sebagai ilmu yang menganalisis tugas sampai pada
gerak fisik dasar.  Diharapkan agar gerak tidak dihambur-hamburkan dan dihemat
serta diharapkan lancar  sehingga produktifitas kerja meningkat. 
Dalam konsep Gilbreth, gerakan dan kelelahan saling berkaitan.  Dengan kamera
film ia berusaha mencari gerakan paling menghemat untuk setiap pekerjaan,
dengan demikian menaikkan prestasi dan mengurangi kelelahan. Keduanya
mengembangkan rencana promosi 3 tahap, yaitu :
1)      Mengerjakan pekerjaan saat ini.
2)      Mempersiapkan diri untuk jabatan yang lebih tinggi.
3)      Melatih penggantinya dalam waktu yang bersamaan.
Menurut metode tersebut, seorang pekerja akan bekerja seperti biasa, sambil
menyiapkan promosi karir dan melatih calon penggantinya. Dengan demikian
pekerja akan menjadi pelaksana, pelajar yaitu menyiapkan karir yang lebih tinggi,
dan pengajar dalam arti mengajari calon penggantinya.
Pelopor manajemen ilmiah selanjutnya ialah Henry Laurance Gantt (1861-1919).
Beliau merupakan asisten dari Taylor, dia berdiri sendiri sebagai seorang
konsultan, dimana titik perhatiannya pada unsur manusia dalam menaikkan
produktivitas kerjanya. Adapun gagasan yang dicetuskannya yaitu :
1)      Kerja sama yang saling menguntungkan antara manajer dan tenaga kerja
untuk mencapai tujuan bersama.
2)      Mengadakan seleksi ilmiah terhadap tenaga kerja.
3)      Pembayar upah pegawai dengan menggunakan sistem bonus.
4)      Penggunaan instruksi kerja yang terperinci.
Harrington Emerson (1853-1931) terkenal dengan sebutan efficiency
engineering sebagai tipe konsultasi. Dia melihat penyakit sistem industri adalah
pemborosan. Dia yakin bahwa hancurnya pabrik bukan disebabkan oleh tanah,
pekerja dan modal, tetapi karena miskinnya ide-ide untuk berkembang.
Oleh sebab itu Emerson mengemukakan 12 prinsip-prinsip efisiensi, yaitu:
1)      Tujuan dirumuskan dengan jelas.
2)      Kegiatan yang dilakukan masuk akal.
3)      Dikerjakan oleh orang yang benar-benar kompeten.
4)      Disiplin.
5)      Balas jasa yang adil.
6)      Laporan yang reliabel, mutakhir dan valid.
7)      Pemberian perintah-perencanaan dan urutan kerja.
8)      Adanya standar-standar dan skedul-skedul metode dan waktu kegiatan.
9)      Kondisi yang memiliki standar.
10)  Operasi yang memiliki standar.
11)  Instruksi-instruksi praktis tertulis yang memiliki standar.
12)  Balas jasa efisien-rencana insentif (ganjaran akibat efisiensi).
Sumbangan dan Keterbatasan Manajemen Ilmiah
Teori manajemen ilmiah memberikan beberapa sumbangan penting.
Produksi masal merupakan salah satu perwujudan teori manajemen ilmiah.
Barang produksi dengan cepat dan sebanyak-banyaknya seperti proses produksi
lini perakitan. Proses produksi semacam itu sangat efisien. Ide masalisasi seperti
itu bahkan mempengaruhi sektor lain, seperti jasa. “Rumah makan cepat” (fast
food restaurant) seperti McDonald mengikuti proses produksi lini perakitan.
Desain pekerjaan, pemilihan dan perkembangan karyawan secara ilmiah juga
merupakan hasil dari teori manajemen ilmiah. Manajemen ilmiah mendorong
pendekatan rasional untuk memecahkan masalah. Pendekatan semacam itu
mendorong pendekatan ilmiah pada manajemen, dan mendorong pendekatan
manajemen sebagai ilmu. Pendekatan ini mendorong profesionalisme manajemen.
Teori manajemen ilmiah mempunyai beberapa keterbatasan. Asumsi bahwa
manusia (pekerja) tidak selalu berusaha memenuhi kebutuhan ekonomi dan
fisiknya. Tujuan produktivitas atau keuntungan cenderung mengarah pada
ekploitasi pekerja. Ada beberapa pendekatan yang cocok untuk waktu/tempat
tertentu, tetapi tidak cocok untuk waktu /tempat yang lain.

b.      Teori Organisasi Klasik


Konsep-konsep tentang organisasi telah berkembang mulai tahun 1800-an,
dan konsep-konsep ini sekarang dikenal sebagai teori klasik (classical theory)
atau kadang-kadang disebut juga teori tradisional. Organisasi secara umum
digambarkan oleh para teoritisi klasik sebagai sangat tersentralisasi, dan tugas-
tugasnya terspesialisasi. Para teoritisi klasik menekankan pentingnya “rantai
perintah” dan penggunaan disiplin, aturan dan supervisi ketat untuk mengubah
organisasi-organisasi agar beroperasi lebih efisien. Teori klasik sendiri terbagi
atas teori birokrasi dan teori administrasi, bahkan ada pula yang menganggap teori
Manajemen ilmiah juga merupakan bagian dari teori organisasi klasik.
Teori organisasi klasik yang pertama ialah teori birokrasi yang dikemukakan oleh
Max Weber dalam bukunya : The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism. Kata
birokrasi mula-mula berasal dari kata legal-rasional. Organisasi disebut rasional
dalam hal penetapan tujuan dan perencanaan organisasi untuk mencapai tujuan
tersebut. Menurut Weber bentuk organisasi yang birokratik secara kodratnya
adalah bentuk organisasi yang paling efisien.
Weber mengemukakan karakteristik birokrasi sebagai berikut :
1)      Pembagian kerja yang jelas.
2)      Hirarki wewenang yang dirumuskan secara baik.
3)      Program rasional dalam pencapaian tujuan organisasi.
4)      Sistem prosedur bagi penanganan situasi kerja.
5)      Sistem aturan yang mencakup hak-hak dan kewajiban-kewajiban posisi para
pemegang jabatan.
6)      Hubungan-hubungan antar pribadi yang bersifat “impersonal”.
Jadi, birokrasi adalah sebuah model organisasi normatif, yang menekankan
struktur dalam organisasi. Unsur-unsur birokrasi masih banyak ditemukan di
organisasi-organisasi modern yang lebih kompleks daripada hubungan “face-to-
face” yang sederhana.
Teori organisasi klasik yang kedua ialah teori administrasi. Teori administrasi
berkembang sejak tahun 1990. Teori ini sebagian besar dikembangkan atas dasar
sumbangan Henry Fayol dan Lynlali Urwick dari Eropa, serta Mooney dan Reiley
di Amerika.
Mooney dan Reilly menyebut Koordinasi sebagai faktor terpenting dalam
perencanaan organisasi maupun bangun teori yang mereka kemukakan. Mereka
menekankan tiga prinsip organisasi yang mereka teliti dan temukan telah
dijalankan dalam organisasi-organisasi pemerintahan, agama, militer dan bisnis.
Ketiga prinsip tersebut adalah : 1) Prinsip koordinasi(kerja sama), 2) Prinsip
skalar (pendelegasian wewenang dan tanggungjawab), dan 3) Prinsip
fungsional (pembagian kerja).
Tokoh selanjutnya ialah Henry Fayol (1841-1925). Menurut Fayol (Robbins
dan Coulter, 1999), manajemen adalah sebuah kegiatan umum dari semua usaha
manusia dalam bisnis, pemerintahan, dan rumah tangga.
Pada tahun 1916, dengan sebutan teori manajemen klasik yang sangat
memperhatikan produktivitas pabrik dan pekerja, disamping memperhatikan
manajemen bagi satu organisasi yang kompleks, sehingga beliau menampilkan
satu metode ajaran manajemen yang lebih utuh dalam bentuk cetak biru. Fayol
memerinci fungsi-fungsi kegiatan administrasi menjadi elemen-elemen
manajemen, yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pemberian perintah,
pengkoordinasian, dan pengawasan. Pembagian kegiatan-kegiatan administrasi
atas fungsi-fungsi ini dikenal sebagai Fayol’s Functionalism atau teori
Fungsionalisme Fayol.
Fayol berkeyakinan keberhasilan para manajer tidak hanya ditentukan oleh
mutu pribadinya, tetapi karena adanya penggunaan metode manajemen yang tepat.
Sumbangan terbesar dari Fayol berupa pandangannya tentang manajemen yang
bukanlah semata kecerdasan pribadi, tetapi lebih merupakan satu keterampilan
yang dapat diajarkan dan dapat dipahami prinsip-prinsip pokok serta teori
umumnya sebagaimana yang telah dirumuskan. Fayol membagi kegiatan dan
operasi perusahaan ke dalam beberapa macam kegiatan :
1)      Teknis (produksi) yaitu berusaha menghasilkan dan membuat barang-barang
produksi.
2)      Dagang (Beli, Jual, Pertukaran) dengan cara mengadakan pembelian bahan
mentah dan menjual hasil produksi.
3)      Keuangan (pencarian dan penggunaan optimum atas modal) berusaha
mendapatkan dan menggunakan modal.
4)      Keamanan (perlindungan harga milik dan manusia) berupa melindungi
pekerja dan barang-barang kekayaan perusahaan.
5)      Akuntansi dengan adanya pencatatan dan pembukuan biaya, utang,
keuntungan dan neraca, serta berbagai data statistik.
Pada referensi lain ada yang menuliskan satu tambahan kegiatan selain lima
kegiatan diatas, yaitu kegiatan Manajerial  (perencanaan, pengorganisasian,
pemberi perintah dan pengawasan).
Selanjutnya Fayol juga mengungkapkan ada 14 prinsip manajemen yang
merupakan kebenaran universal yang merupakan prinsip umum manajemen, yaitu:
1)      Pembagian Kerja – yaitu adanya spesialisasi akan meningkatkan efisiensi
pelaksanaan kerja.
2)      Wewenang/ Otoritas – yaitu adanya hak untuk memberi perintah dan
dipatuhi.
3)      Disiplin/ Tata Tertib – harus ada respek dan ketaatan pada peranan-peranan
dan tujuan organisasi.
4)      Kesatuan Perintah/ Komando – bahwa setiap pekerja hanya menerima
instruksi tentang kegiatan tertentu hanya dari seorang atasan.
5)      Kesatuan Pengarahan – kegiatan operasional dalam organisasi yang
memiliki tujuan yang sama harus diarahkan oleh seorang manajer dengan
penggunaan satu rencana.
6)      Meletakkan kepentingan perseorangan di bawah kepentingan umum –
kepentingan perseorangan harus diupayakan agar senantiasa di bawah
kepentingan organisasi. Artinya prioritas harus didahulukan untuk kepentingan
bersama daripada untuk kepentingan pribadi.
7)      Balas jasa – kompensasi untuk pekerjaan yang dilaksanakan harus adil baik
bagi karyawan maupun pemilik.
8)      Sentralisasi – adanya keseimbangan antara pendekatan sentralisasi dengan
desentralisasi.
9)      Garis wewenang (scalar system)/ rantai skalar / hirarki – adanya garis
wewenang dan perintah yang jelas.
10)  Order/ Kemantapan para karyawan dalam pekerjaannya – sumber daya
organisasi termasuk sumber daya manusianya, harus ada pada waktu dan tempat
yang tepat. Penempatan orang-orang harus sesuai dengan pekerjaan yang akan
dikerjakan.
11)  Keadilan/ kesamaan – Perlakuan dalam organisasi harus sama dan tanpa ada
diskriminasi.
12)  Stabilitas Staf dalam Organisasi – perlu adanya kestabilan dalam
menjalankan organisasi, tidak terlalu cepat ataupun terlalu lambat.
13)  Inisiatif – setiap pekerja harus diberi kesempatan untuk mengembangkan
dirinya dan diberi kebebasan untuk merencanakan dan menjalankan tugasnya
secara kreatif walaupun memungkinkan terjadinya kesalahan.
14)  Esprit de Corps (semangat korps) – Prinsip ini menekankan bahwa pada
dasarnya kesatuan adalah sebuah kekuatan. Pelaksanaan operasional organisasi
perlu memiliki kebanggaan, kesetiaan, dan rasa memiliki dari para anggota yang
tercermin pada semangat korps/ kebersamaan.

5.      Fungsi Manajemen Klasik


Secara tradisional manajemen klasik memiliki beberapa fungsi, antara lain
sebagai berikut:
a.    Merencanakan (planning) adalah menentukan sasaran organisasi dan sarana
untuk pencapaian tujuan.
b.   Mengorganisasikan (organizing) adalah menetapkan dimana keputusan akan
dibuat, siapa yang akan melaksanakan tugas dan pekerjaan, serta siapa yang akan
bekerja untuk siapa.
c.    Memimpin (leading) adalah memberi insparasi dan motivasi kepada
karyawan untuk berusaha keras mencapai sasaran organisasi.
d.   Mengendalikan (controlling) adalah mengawasi kemajuan pencapaian sasaran
dan mengambil tindakan korelasi bilamana dibutuhkan.

6.      Karakteristik Manajemen Klasik


Dari pemaparan di atas dan dari suatu sumber, terdapat beberapa
karakteristik dari teori manajemen klasik, antara lain yaitu:
a.       Pengembangan manajemen dilakukan oleh teoritis.
b.      Investasi terbesar adalah karyawan.
c.       Tenaga kerja diberi pelatihan keterampilan sesuai operasi pabrik.
d.      Karyawan bertanggungjawab atas pekerjaan tertentu yang berulang.
e.       Adanya skema pembagian keuntungan.

B.     Kelebihan dan Kekurangan Teori Manajemen Klasik


1.      Kelebihan Teori Manajemen Klasik
Dalam manajemen klasik metode ilmiah dapat diterapkan pada bermacam-
macam kegiatan organisasi, jadi bukan hanya pada organisasi industri. Berikut
beberapa kelebihan dari manajemen klasik.
a.       Teknik efisiensi dan penelitian waktu dan gerak (time and motion study)
mampu meningkatkan efisiensi dan produktivitas tenaga kerja.
b.      Metode pemilikan dan pengembangan tenaga kerja menunjukkan pentingnya
latihan dan pendidikan untuk meningkatkan efektivitas kerja.
c.       Metode ini juga mampu memberikan rancangan kerja dan mendorong
manajer untuk mencari alternatif terbaik dalam melaksanakan suatu pekerjaan.
d.      Manajemen klasik menyediakan banyak teknik dan pendekatan terhadap
manajemen yang masih relevan saat ini sebagai contoh pemahaman secara
menyeluruh mengenai sifat dari pekerjaan yang dilaksanakan, pemilihan orang
yang tepat untuk melakukan pekerjaan tersebut, dan melakukan pendekatan
keputusan secara rasional semuanya adalah ide yang berguna dan masing-masing
dikembangkan selama periode ini.
e.       Beberapa konsep inti dari model birokratif masih dapat digunakan di dalam
rancangan organisasi modern selama keterbatasan mereka diakui. Manajer
seharusnya mengakui bahwa efisiensi dan produktivitas dapat diukur dan
dikendalikan dalam banyak situasi.

2.      Kekurangan Teori Manajemen Klasik


Selain memiliki kelebihan, manajemen klasik juga diakui memiliki beberapa
keterbatasan, adapun keterbatasan tersebut diantaranya ialah sebagai berikut:
1)      Manajemen klasik kurang memperhatikan aspek kemanusiaan dari pekerja,
seperti motif, tujuan, perilaku, dan lain sebagainya.
2)      Dalam organisasi modern yang kompleks seperti sekarang, manajemen
klasik dianggap terlalu umum.  Di manajemen modern, terkadang garis wewenang
agak kabur. Saat ini terkadang teknisi bisa mendapat perintah dari manajer pabrik
(atasan dari atasan teknisi (mandor).  Ini membuat pertentangan antara prinsip
pembagian kerja dan kesatuan perintah.
3)      Peningkatan produktivitas memungkinkan peningkatan hasil, tetapi sering
mengakibatkan pemberhentian pekerja atau diubahnya upah. 
4)      Teori ini kurang melihat kebutuhan sosial para pekerja dan tidak pernah
melihat ketegangan-ketegangan yang terjadi karena kebutuhan itu tidak terpenuhi.
Hal ini terjadi karena manajer yang mengikuti aliran ini hanya memperhatikan
aspek material dan fisik.
5)      Manajer juga harus mengakui keterbatasan dari perspektif klasik dan
menghindari fokus sempitnya terhadap efisiensi dari perspektif penting lainnya.
Kekurangan dari manajemen klasik ialah prespektif tersebut menganggap remeh
peran individu dalam organisasi.
Sedangkan menurut Filley, Kerr dan Hous (1976) dalam Fattah (2000:24)
kelemahan-kelemahan teori klasik secara garis besar dikemukakan sebagai
berikut:
1)      Teori klasik adalah teori yang terikat waktu. Teori ini cocok diterapkan pada
permulaan abad dua puluhan, karena motif pekerja waktu itu yang terutama ialah
memenuhi kebutuhan fisiologis.
2)      Teori klasik mempunyai ciri-ciri deterministik. Teori sangat menekankan
pada prinsip-prinsip manajemen dan tidak memperhitungkan berbagai dimensi
dalam manajemen seperti motivasi, pengambilan keputusan, dan hubungan
informal.
3)      Teori ini merumuskan asumsinya secara eksplisit. Malahan banyak asumsi
yang lemah dan tidak lengkap secara implisit terdapat dalam teori klasik itu,
antara lain: efisiensi hanya diukur oleh tingkat produktivitas yang hanya
menyangkut penggunaan sumber secara ekonomis tanpa memperhitungkan faktor
manusiawi.
BAB III
PEMBAHASAN

A.    Analisis Teori Manajemen Klasik


Suatu teori akan selalu penting dan senantiasa tepat untuk dipelajari jika
teori tersebut terus mengalami perkembangan sesuai perubahan jaman agar teori
selalu tepat diterapkan kapan saja. Ada banyak teori yang berkembang dalam ilmu
pengetahuan dunia saat ini termasuk teori tentang manajemen. Banyak ahli
manajemen yang menuliskan tentang teori manajemen dengan beragam
pandangan atau persepsinya masing-masing yang tentu didasari oleh proses
pengkajian yang mendalam. Sehingga tidak jarang ditemui cukup banyak
perbedaan dalam pembahasan suatu teori manajemen.
Mengenai teori manajemen secara umum ada banyak pengembangan dari
teori manajemen yang dituliskan secara berbeda dari beragam referensi, pada
suatu referensi disebutkan bahwa terdapat tiga aliran pemikiran manajemen, yaitu:
1.      Aliran klasik yang terbagi dalam manajemen ilmiah dan teori organisasi
klasik. (ada referensi lain pula yang menyebutkan teori organisasi klasik terbagi
menjadi teori birokrasi dan teori administrasi).
2.      Aliran hubungan manusiawi, disebut sebagai aliran neoklasik atau pasca
klasik.
3.      Aliran manajemen modern.
Ada pula referensi lain yang menyebutkan secara garis besar konsep manajemen
dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu:
1.      Konsep Manajemen Klasik
2.      Konsep Manajemen Behavioristik
3.      Konsep Manajemen Systems Model
4.      Konsep Manajemen Networking
Selanjutnya terdapat referensi lain pula yang menyebutkan bahwa Konsep
dasar manajemen sendiri mengalami perkembangan sepanjang sejarah yang tidak
terlepas dari para ahli manajemen.  Secara umum perkembangan teori manajemen
dapat dibagi menjadi 4, yaitu :
1.      Manajemen ilmiah (1870 – 1930)
2.      Manajemen klasik (1900 – 1940)
3.      Manajemen hubungan manusiawi (1930 – 1940)
4.      Manajemen modern (1940 – sekarang)
Sehingga untuk membahas mengenai manajemen klasik itu sendiri perlu
dibuat bahasan apakah manajemen klasik dibahas sebagai suatu konsep atau aliran
ataukah teori organisasi, karena ketika membahasnya sebagai suatu aliran maka
seperti yang dikemukakan diatas bahwa manajemen aliran klasik terbagi dalam
manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik, sehingga dapat dikatakan bahwa
manajemen ilmiah merupakan bagian dari manajemen klasik. Sedangkan jika
dibahas sebagai suatu teori maka dapat dilihat pada pemaparan di atas bahwa
manajemen ilmiah berbeda atau terpisah dari manajemen klasik.
Selain terdapat perbedaan dari segi bahasan apakah manajemen klasik
dipandang sebagai suatu aliran ataukah konsep/ teori, terdapat pula perbedaan dari
segi tokoh yang menjadi pelopor manajemen ilmiah. Namun dibalik segala
perbedaan yang ada, tetap terdapat suatu titik temu atau pokok teori manajemen
klasik yang dalam hal ini dapat dilihat pada pemaparan karakteristik, kelebihan
dan kelemahan teori manajemen klasik. Bagaimanapun, pembahasan suatu teori
akan tepat sasaran jika difokuskan pembahasannya pada suatu aspek atau sudut
pandang tertentu.
Inti dari teori manajemen klasik ialah lebih merupakan suatu teori
manajemen yang mengedepankan produktivitas suatu organisasi atau perusahaan
dengan adanya peningkatan kualitas pekerja/ karyawan dengan diberi pekerjaan
yang spesifik dan dituntut tanggungjawab untuk menyelesaikannya pada waktu
yang telah ditentukan yang disertai pendidikan dan latihan yang memadai demi
meningkatkan efektivitas kerja serta adanya upaya mencari alternatif metode
terbaik untuk lebih mengefisienkan waktu pengerjaan suatu pekerjaan. Sudah
tentu ketika terfokuskannya seseorang pada suatu pencapaian tujuan tertentu,
maka tidak dapat dipungkiri bahwa akan ada saja aspek lain yang kurang
diperhatikan, begitu pula dengan teori manajemen klasik tersebut sehingga teori
ini pun tidak luput dari kekurangan atau keterbatasan.
B.     Penerapan Teori Manajemen Klasik dalam Administrasi Pendidikan
Saat ini manajemen administrasi pendidikan yang banyak dilaksanakan
ialah program administrasi pendidikan yang umum.  Dalam program administrasi
pendidikan diklasifikasikan empat jenis layanan, yaitu layanan dasar administrasi,
layanan responsif, layanan perencanaan individual dan dukungan sistem. Dalam
dukungan sistem dijelaskan mengenai kegiatan manajemen yang merupakan
berbagai upaya untuk memantapkan, memelihara dan meningkatkan mutu
program administrasi melalui kegiatan-kegiatan: pengembangan program,
pengembangan staf, pemanfaatan sumber daya, dan pengembangan penataan
kebijaksanaan.
Beberapa hal di atas ada yang sejalan dengan konsep manajemen klasik,
misalkan dalam pengembangan staf. Dalam manajemen klasik diterapkan teknik
efisiensi dan penelitian waktu dan gerak (time and motion study) yang mampu
meningkatkan efisiensi dan produktivitas tenaga kerja serta diterapkannya pula
metode pemilikan dan pengembangan tenaga kerja yang menunjukkan pentingnya
latihan dan pendidikan untuk meningkatkan efektivitas kerja dan diterapkannya
pemilihan orang yang tepat untuk melakukan pekerjaan tertentu. Berkenaan
dengan hal tersebut, dari sini dapat terlihat bahwa dalam konsep manajemen
klasik sangat memperhatikan pengembangan staf, apalagi pelaksana program
bimbingan konselor haruslah profesional terhadap bidangnya karena kegiatan
bimbingan dan konseling hanya dapat dilakukan oleh orang yang profesional agar
terhindar dari mall praktek.
Selanjutnya dalam teori birokrasi manajemen klasik juga diterapkan
pembagian kerja yang jelas, dan dalam pelaksanaan program administrasipun
dilakukan pembagian kerja yang jelas dari kepala sekolah sebagai manajer dalam
manajemen sekolah kepada seluruh personel sekolah agar semua mampu terlibat
secara tepat dalam mendukung terlaksananya administrasi yang disusun oleh guru.
Dari dua hal yang coba dikemukakan di atas sudah cukup menjelaskan bahwa
manajemen klasik dalam hal tertentu masih tepat digunakan dalam pelaksanaan
administrasi pendidikan.
BAB IV
PENUTUP

A.  Kesimpulan 
1.      Manajemen Pendidikan sebenarnya berkembang dan mengadopsi dari teori
Manajemen di bidang ekonomi. Teori Manajemen pada awalnya dikembangkan
oleh tokoh-tokoh yang bergerak dalam bidang bisnis.
2.      Dalam perkembangannya Teori Manajemen dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu : (1) Teori Manajemen Kuno; (2) Teori Manajemen Klasik (tokohnya
antara lain Robert Owen (1771-1858) & Charles Babbage (1792-1871) ); dan (3)
Teori Manajemen Kontemporer.
3.      Perkembangan manajemen pendidikan di Indonesia pada orde baru sangat
diwarnai dengan manajemen yang sentralistik, kemudian pada perkembangannya
pada era reformasi berkembang menjadi desentralisasi atau dikenal dengan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang intinya sekolah diberi wewenang
untuk mengatur semua kegiatan sekolah. Ini seiring dengan pemberian wewenang
pemerintah pusat pada pemerintah daerah (otonomi daerah).
4.      Secara umum manajemen adalah sebagai proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan  untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
5.      Manajemen klasik lebih merupakan suatu teori manajemen yang
mengedepankan produktivitas suatu organisasi atau perusahaan dengan adanya
peningkatan kualitas pekerja/ karyawan dengan diberi pekerjaan yang spesifik dan
dituntut tanggungjawab untuk menyelesaikannya pada waktu yang telah
ditentukan yang disertai pendidikan dan latihan yang memadai demi
meningkatkan efektivitas kerja serta adanya upaya mencari alternatif metode
terbaik untuk lebih mengefisienkan waktu pengerjaan suatu pekerjaan.
6.      Konsep manajemen klasik dalam Administrasi Pendidikian sangat
memperhatikan pengembangan staf, apalagi pelaksana program administrasi
pendidikan haruslah profesional terhadap bidangnya karena kegiatan administrasi
hanya dapat dilakukan oleh orang yang profesional agar terhindar dari kesalahan
praktek.

B.     Saran
1.      Bagi mahasiswa Jurusan Administrasi Pendidikan diharapkan selalu
berupaya menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya yang berkenaan
dengan penunjang profesionalisme kerja, termasuk dalam kaitannya dengan
pemahaman akan manajemen pendidikan.
2.      Bagi administrator sebagai pelaksana administrasi sangat penting kiranya
untuk dapat menerapkan manajemen yang efektif dan efisien guna menunjang
keberhasilan program pelayanan administrasi.
3.      Bagi kepala sekolah sebagai manajer utama di sekolah, maka perlu kiranya
melaksanakan manajemen sekolah yang efektif guna terlaksananya tujuan
pendidikan di sekolah secara optimal termasuk kaitannya dengan dukungan akan
program administrasi di sekolah yang memiliki peran penting dalam menunjang
kemajuan sekolah.

Anda mungkin juga menyukai