Anda di halaman 1dari 14

EVOLUSI TEORI MANAJEMEN

DI SUSUN OLEH :

1. Siti Aisyah Marliyana (2221100028/ Manajemen B)


2. Natasya Septina Prasticia (2221100029/ Manajemen B)
3. Nawangsari Tejowati (2221100030/ Manajemen B)
4. Icha Putri Salsabila (2221100059/ Manajemen C)
5. Perwita Sari (2221100075/ Manajemen D)

UNIVERSITAS WIDYA DHARMA


2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis berupa makalah
ini dengan baik dan tanpa suatu kendala berarti. Tidak lupa kami kelompok yang
beranggotakan 5 orang, yakni:
1. Siti Aisyah Marliyana (2221100028/ Manajemen B)
2. Natasya Septina Prasticia (2221100029/ Manajemen B)
3. Nawangsari Tejowati (2221100030/ Manajemen B)
4. Icha Putri Salsabilla (2221100059/ Manajemen C)
5. Perwita Sari (2221100075/ Manajemen D)
Makalah berjudul “EVOLUSI TEORI MANAJEMEN” ini disusun untuk memenuhi
tugas semester 2 mata kuliah MANAJEMEN. Besar harapan kami makalah ini dapat
bermanfaat dan berdampak besar sehingga dapat memberi inspirasi bagi para pembaca.
BAB I

PENDAHULUAN

Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki
arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan
dan diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen
sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa
seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan
organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk
mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat
dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada
dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

Teori adalah kelompok yang koheren dari dalil umum yang digunakan sebagai
prinsip untuk menjelaskan berbagai kelas fenomena. Kelompok koheren adalah seperti
suatu sistem efisien yang terdiri atas beberapa bagian yang bekerja bersama-sama, dan
teori adalah sistem efisinsi yang terdiri dari kelompok yang koheren dari bagian tersebut
yang saling bersesuaian dengan cara yang logis. Prinsip adalah peraturan perilaku atau
tindakan yang diterima secara umum. Penjelasan, tujuan penjelasan dalam bisnis adalah
untuk menjelaskan berbagai fenomena bisnis. Kelas fenomena berhubungan dengan
berbagi bidang aktifitas khusus. Fenomena dimaksudkan disini adalah manajemen dan
teori.
Di makalah ini, kami akan membahas secara spesifik bagaimana teori-teori
tentang manajemen berkembang dari tahun-ke tahun. Dan juga akan mengajak anda
untuk mengenal tokoh-tokoh penting dibalik berlangsungnya evolusi teori manajemen.
Pembahasan dan pemahaman perkembangan teori-teori manajemen sangat diperlukan
guna memberikan landasan dalam pemahaman perkembangan teori manajemen
selanjutnya. Setiap pandangan dalam teori manajemen akan membantu manajer untuk
membuat keputusan-keputusan yang lebih efektif pada berbagai masalah yang berbeda
dalam organisasi yang terus mengalami perubahan.
BAB II

PEMBAHASAN

EVOLUSI TEORI MANAJEMEN

Daft (2003 dalam Krisnandi dkk, 2019, hlm. 18) menyatakan bahwa perspektif
sejarah terhadap manajemen mencerminkan perspektif atau lingkungan untuk
menerjemahkan peluang dan masalah yang timbul. Meskipun demikian, sejarah tidak
hanya menyusun peristiwa dalam suatu urutan secara kronologis, tetapi juga
mengembangkan suatu pemahaman mengenai dampak dari suatu kekuatan sosial
terhadap suatu organisasi.
Mempelajari sejarah merupakan suatu cara untuk menciptakan pemikiran yang
strategis, melihat gambaran yang luas dan benar, serta memperbaiki keterampilan
konseptual. Kekuatan sosial itu sendiri mengacu pada berbagai aspek budaya yang turut
mempengaruhi hubungan antar-orang. Kekuatan orang ini membentuk apa yang dikenal
sebagai kontrak sosial, yang merupakan aturan dan persepsi umum tidak tertulis
mengenai hubungan antar orang dan antar karyawan dengan manajemen.
Teori itu sendiri merupakan asumsi-asumsi yang saling berhubungan dan
diungkapkan dalam rangka menjabarkan suatu keterkaitan di antara berbagai fakta yang
bisa diobservasi. Misalnya apabila cuaca sore hari mendung, maka malam hari atau
sebentar lagi hujan akan turun. Kalimat ini merupakan sebuah hipotesis atau dugaan
sementara, dan apabila berdasarkan penelitian ternyata mendukung hipotesis yang
dibuat, maka hipotesis tersebut menjadi sebuah teori.
Gerakan manajemen ilmiah sebenarnya telah dimulai sekitar akhir abad yang
lalu, di mana para insinyur Amerika Serikat dan Eropa mencari dan mengembangkan
cara-cara baru untuk mengelola suatu perusahaan. Beberapa variabel yang diperhatikan
dalam manajemen ilmiah adalah sebagai berikut.

1. Pentingnya peranan manajer dalam menggerakkan dan meningkatkan


produktivitas perusahaan.
2. Pengangkatan dan pemanfaatan tenaga kerja dengan persyaratan-
persyaratannya.
3. Tanggung jawab kesejahteraan pegawai/karyawan.
4. Kondisi yang cukup untuk meningkatkan produktivitas kerja.

Berbagai kegiatan dalam jejak rekam sejarah, di mana variabel-variabel di atas


diperhatikan dapat dikatakan sebagai aktivitas manajemen. Untuk lebih jelasnya, berikut
adalah beberapa kronologis sejarah perkembangan ilmu manajemen menurut
perintisnya.

Aliran-Aliran Manajemen
Pada sekitar abad ke-17 terjadi perubahan besar dalam bidang produksi. Barang-
barang konsumsi dapat dihasilkan dalam jumlah yang sebelumnya tidak pernah
terjadi. Peningkatan produksi barang ini disebabkan banyak ditemukan peralatan-
peralatan pengolahan barang. Pada saat itu peran tenaga kerja dapat sebagian telah
digantikan dengan mesin-mesin baru.
A. Aliran Manajemen Ilmiah
Manajemen ilmiah lahir seiring dengan perkembangan teknologi yang dihasilkan
oleh para ahli teknik yang bekerja pada perusahaan-perusahaan besar di Eropa dan
Amerika Serikat. Pada masa ini dikenal oleh kalangan usahawan sebagai revolusi
industri. Para insinyur di Eropa dan Amerika Serikat berupaya untuk
mengembangkan berbagai cara baru untuk mengelola perusahaan. Teori
Manajemen Ilmiah itu sendiri dikembangkan berkat adanya kebutuhan terhadap
peningkatan produktivitas. Dalam hal ini, produktivitas dapat ditingkatkan dengan
cara meningkatkan efisiensi pekerja. Beberapa variabel dalam manajemen ilmiah
dapat diidentifikasikan sebagai berikut.
1. Peningkatan produktivitas perusahaan.
2. Pemanfaatan tenaga kerja beserta persyaratannya.
3. Peningkatan kesejahteraan karyawan.
4. Lingkungan yang baik untuk peningkatan produktivitas kerja.

Tokoh-tokoh yang memberikan sumbangan terhadap manajemen ilmiah di


antaranya adalah sebagai berikut.

1. Robert Owen (1771-1858)


Robert Owen merupakan manajer dari beberapa pabrik pemintal kapas di New
Lanark, Scotlandia sejak tahun 1800-an. Dalam teorinya, Owen menekankan
peranan sumber daya manusia sebagai kunci kesuksesan dari suatu perusahaan
(Krisnandi dkk, 2019, hlm. 19). Sebagai perintis manajemen ilmiah, Owen melihat
pada saat itu kondisi kerja dan kehidupan pekerja di pabrik-pabriknya sangatlah
buruk, di mana banyak anak-anak di bawah umur sudah dipekerjakan, serta jam
kerja yang melebihi kemampuan pekerja untuk melakukannya. Owen kemudian
menerapkan kebijakan untuk membatasi usia kerja seseorang yang bekerja di
pabriknya di atas 10 tahun, dan menolak pekerja di bawah 10 tahun. Di samping
itu, Owen juga menetapkan suatu prosedur kerja yang mampu meningkatkan
produktivitas kerja, selanjutnya juga menetapkan kebijakan insentif agar
kesejahteraan karyawan meningkat.
2. Charles Babbage (1792-1871)
Charles Babbage merupakan profesor matematika yang sering memperhatikan
berbagai cara kerja di pabrik. Ia beranggapan bahwa pengaplikasian berbagai
prinsip ilmiah pada serangkaian proses pekerjaan akan mampu meningkatkan
produktivitas kerja dan lebih efisien. Babbage menganjurkan bahwa setiap
pekerjaan dapat dibagi ke dalam berbagai macam keterampilan, sehingga pekerja
dapat dilatih dengan keterampilan tertentu yang spesifik. Dengan demikian, pekerja
hanya dituntut untuk bertanggung jawab atas tugas pekerjaannya sendiri. Tugas
pekerjaan yang dilakukan secara berulang-ulang dapat meningkatkan
keterampilannya, sehingga produktivitas dan efisiensi dapat dicapai perusahaan.
3. Frederick Wilson Taylor (1856-1915)
Taylor adalah seorang manajer pabrik di Amerika Serikat yang melakukan
penelitian mengenai studi waktu kerja (time and motion studies) di bagian produksi.
Dengan studi waktu sebagai dasarnya, Taylor mampu memecah setiap pekerjaan ke
dalam berbagai komponen dan merancang cara kerja yang terbaik dan tercepat
untuk setiap pekerjaan tersebut. Dalam penelitian tersebut ditentukan berapa
kemampuan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya dengan menggunakan
bahan dan alat yang tersedia di dalam perusahaan.

Menurut Taylor, manajemen memiliki empat prinsip berikut : Perkembangan


manajemen ilmiah yang rill, Prinsip ini merupakan metode terbaik untuk melaksanakan
setiap tugas dapat ditentukan. Kembangkanlah sebuah ilmu bagi setiap unsur pekerjaan
seseorang yang akan menggantikan metode kaidah ibu jari yang lama.

1. Seleksi ilmiah pekerja


Dalam hal ini, setiap pekerja dipertanggungjawabkan tugas yang dinilai paling
sesuai untuknya. Para pekerja tersebut perlu dipilih secara ilmiah untuk kemudian
dilatih dan dikembangkan potensi dan keterampilannya.
2. Pendidikan dan Perkembangan Ilmiah
Manajemen perlu bekerja sama dengan para pekerja secara sungguh-sungguh dalam
rangka memastikan bahwa setiap pekerjaan dijalankan sesuai dengan prinsip ilmu
yang telah dikembangkan sebelumnya.
3. Kerja sama pribadi yang bersahabat antara manajemen dan tenaga kerja.
Pekerjaan beserta tanggung jawabnya perlu dibagi rata di antara pimpinan dan
bawahan. Manajemen perlu mengambil alih berbagai pekerjaan yang dinilai lebih
tepat untuknya daripada untuk bawahannya (Krisnandi dkk, 2019, hlm. 21).

Frank B. Gilberth (1968-1924) dan Lillian M. Gilberth (1878-1972)


Frank dan Lillian adalah pasangan suami istri yang memberikan kontribusi bagi
gerakan manajemen ilmiah. Mereka bekerja sama dalam mempelajari kelelahan dan
gerakan serta berfokus pada cara untuk mendorong kesejahteraan masyarakat. Bagi
Frank dan Lillian, manajemen ilmiah ditujukan untuk membantu karyawan dalam
mencapai potensinya secara utuh sebagai manusia.
Frank berpendapat bahwa gerakan dan kelelahan merupakan dua hal yang saling
berkaitan. Selain itu, setiap gerakan yang dihilangkan juga akan menimbulkan suatu
kelelahan. Sedangkan Lillian menyatakan bahwa gerakan yang efektif dapat
mengurangi kelelahan. Dengan kata lain hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa
gerakan yang efektif akan menyemangati kerja karyawan.

Herrington Emerson (1853-1931)


Menurut Emerson, pemborosan merupakan penyakit yang merintangi
manajemen. Oleh sebab itu, Emerson merumuskan beberapa prinsip berikut.

1. Perumusan tujuan yang jelas.


2. Pelaksanaan kegiatan yang logis
3. Penyediaan staf yang terampil.
4. Penciptaan kedisiplinan kerja.
5. Pemberian imbal jasa yang adil.
6. Pelaporan yang cepat, tepat, terpercaya, dan kontinu.
7. Penginstruksian dan perencanaan dari urutan kerja.
8. Adanya standar, metode, skedul dan waktu di setiap kegiatan.
9. Adanya kondisi yang standar.
10. Adanya operasi yang standar.
11. Adanya instruksi praktis yang standar secara tertulis.
12. Adanya balas jasa efisiensi dan rencana insentif.

B. Aliran Manajemen Klasik


Aliran manajemen klasik (teori administrasi klasik) dikenal dengan fokus pada
kebutuhan menyistemisasikan kegiatan manajemen. Berikut adalah beberapa tokoh
yang turut berkontribusi pada teori manajemen klasik.

Henry Fayol (1841-1925)


Henry Fayol merupakan industrialis Prancis yan sering disebut sebagai bapak
aliran manajemen klasik karena upaya menyistematisasi studi manajerial. Pokok
pikirannya ditulis dalam bukunya yang berjudul General and Industrial
Management. Menurut Fayol, praktik manajemen dapat dikelompokkan d alam
beberapa pola yang dapat diidentifikasi dan dianalisis. Selanjutnya, analisis tersebut
dapat diajarkan kepada manajer lain atau calon manajer. Fayol membagi kegiatan
bisnis dalam enam kegiatan pokok yang saling berkaitan.Teknis, memproduksi
produk;

1. Komersial, membeli bahan baku dan menjual produk;


2. Keuangan, mencari dan menggunakan dana;
3. Keamanan, menjaga karyawan dan kekayaan perusahaan;
4. Akuntansi , mencatat dan mengukur transaksi; dan
5. Manajemen.

Max Weber (1864—1920)


Max Weber merupakan ahli sosiologi Jerman yang mengembangkan teori
birokrasi. Menurutnya, suatu organisasi yang terdiri atas ribuan anggota
membutuhkan aturan yang jelas untuk anggota organisasi tersebut. Adapun
organisasi yang ideal adalah birokrasi saat aktivitas dan tujuan diturunkan secara
rasional dan pembagian kerja disebutkan dengan jelas. Birokrasi didasarkan pada
aturan yang rasional dan yang dapat dipakai untuk mendesain struktur organisasi
yang efisien. Keahlian teknis dan evaluasi berdasarkan prestasi ditekankan.
Model birokrasi Weber dipakai untuk memahami pengelolaan organisasi besar,
seperti perusahaan multinasional yang mempunyai karyawan ribuan orang.
Perhatikan bahwa birokrasi Weber berlainan dengan pengertian birokrasi populer.
Orang cenderung mengartikan kata birokrasi dengan konotasi negatif, yaitu
organisasi yang lamban dan tidak responsif terhadap perubahan.

Mary Parker Follet (1868-1933)


Follet mengemukakan pemahaman mengenai kelompok dan tingginya komitmen
terhadap kerja sama antarmanusia. Menurut Follet, kelompok ialah suatu
mekanisme di mana berbagai individu dapat mengkombinasikan bakatnya untuk
mencapai sesuatu yang baik. Menurutnya, organisasi merupakan komunitas tempat
manajer dan karyawan bekerja secara harmonis tanpa adanya dominasi dari salah
satu pihak terhadap pihak lainnya, serta dapat menyelesaikan berbagai perbedaan
dan konflik yang timbul melalui diskusi. Follet beranggapan bahwa manajer
bertugas untuk membantu karyawan agar saling bekerja sama dalam rangka
mencapai berbagai kepentingan yang terintegrasi. Menurut Follet, tanggung jawab
kolektif dapat ditimbulkan oleh upaya membuat karyawan merasa memiliki
perusahaan.
Chester I. Barnard (1886-1961)
Menurut Chaster, organisasi ialah sistem kegiatan yang diarahkan ke tujuan.
Chaster mengemukakan bahwa manajemen memiliki dua fungsi utama, yaitu
merumuskan tujuan dan mengadakan berbagai sumber daya yang dibutuhkan untuk
mencapainya. Barnard memandang pentingnya komunikasi dalam mencapai tujuan
bersama. Berdasarkan teori penerimaan pada wewenang yang dikemukakannya,
bawahan hanya akan menerima perintah jika mampu, memahami dan berkeinginan
untuk menuruti pimpinannya.

C. Aliran Hubungan Manusiawi


Perkembangan lanjutan dalam manajemen kembali dimulai pada 1930 dan
popular sejak 1950-an, yakni berupa manajemen yang memperhatikan
karyawannya. Pandangan ini timbul dari berbagai kelemahan manajemen klasik
yang berorientasi pada tugas dan menimbulkan stres serta pelambatan dan
penurunan produktivitas akibat monotonnya pekerjaan.
Aliran Hubungan manusiawi (human relations) pada umumnya mengacu pada
suasana kerja yang berasal dari hubungan antara manajer dan karyawan. Jika
hubungan manusia pada suatu organisasi efektif, suasana kerja akan mendorong
semangat kerja dan keharmonisan suasana kerja. Efektivitas kerja diharapkan akan
terjadi dari suasana kerja atau hubungan manusiawi yang baik.

Studi Hawthorne
Studi Hawthorne dilakukan di pabrik Western Electric Company dari tahun
1924—1933 di Hawthorne, dekat Chicago, Amerika Serikat. Studi disponsori oleh
General Electric, Co. Studi tersebut bertujuan melihat pengaruh tingkat cahaya
penerangan di tempat kerja terhadap produktivitas. Pada mulanya, karyawan dibagi
dalam dua kelompok. Kelompok pertama, yaitu tingkat penerangan diubah-ubah.
Kelompok kedua merupakan kelompok pengendali (control group). Cahaya
penerangan untuk kelompok kedua tidak diubah-ubah.
Ketika tingkat cahaya penerangan dinaikkan, ada kenaikan produktivitas pada
kelompok pertama meskipun polanya tidak menentu. Ketika tingkat penerangan
diturunkan, produktivitas tetap cenderung naik. Bahkan, produktivitas pada
kelompok pengendali, yaitu tingkat penerangan tidak diubah, menunjukkan
kecenderungan kenaikan produktivitas. Hasil seperti itu tentu saja membingungkan.
Pada eksperimen selanjutnya, sekelompok pekerja ditempatkan di tempat
terpisah. Beberapa variabel yang berkaitan diubah-ubah, seperti upah, lamanya
waktu istirahat, dan hari kerja diperpendek. Bahkan, pekerja diperbolehkan
memberi saran/usulan perubahan. Hasil yang diperoleh tetap membingungkan.
Produktivitas cenderung naik meskipun tidak teratur polanya. Elton Mayo (1880—
1949) bersama beberapa koleganya, seperti Fritz J. Roethlisberger dan William J.
Dickson, kemudian masuk dalam tim penelitian.
Mereka kemudian mengambil kesimpulan bahwa kenaikan produktivitas
tersebut terjadi karena kelompok kerja yang dijadikan studi dan juga kelompok
kendali merasa menjadi perhatian. Akibatnya, mereka termotivasi untuk bekerja
lebih baik. Para peneliti sampai pada kesimpulan bahwa perhatian manajemen
dapat meningkatkan semangat kerja karyawan. Gejala seperti itu kemudian sering
disebut sebagai efek Hawthorne (Hawthorne effect).

Sumbangan dan keterbatasan pendekatan hubungan manusiawi


Aliran hubungan manusiawi menyadarkan pentingnya kebutuhan sosial. Dengan
demikian, aliran ini menyeimbangkan konsep lama yang menekankan
ekonomi/rasionalitas manusia. Suasana kerja menjadi lebih baik dibandingkan
dengan sebelumnya. Pelatihan-pelatihan yang kemudian banyak memfokuskan
pada upaya memperbaiki hubungan kerja antara manajer dan karyawan. Aliran ini
memelopori studi baru dalam bidang dinamika kelompok, yaitu perhatian ditujukan
tidak hanya pada individu, tetapi juga pada proses dan dinamika kelompok. Teori
ini selanjutnya menginspirasi para ilmuwan perilaku manusia seperti Agryris,
Maslow, dan McGregor untuk mengkaji motivasi secara lebih dalam. Sementara
itu, keterbatasan dari teori hubungan manusia antara lain konsep makhluk sosial
yang tidak secara lengkap menggambarkan individu di tempat kerjanya. Di
samping itu, perbaikan kondisi dan kepuasan kerja karyawan tidak mampu
meningkatkan produktivitas sesuai harapan. Selain lingkungan sosial di tempat
kerja, upah, menariknya pekerjaan, struktur organisasi dan hubungan perburuhan
juga berperan dalam mempengaruhi produktivitas.

D. Aliran Manajemen Modern


Aliran manajemen modern di dasari oleh asumsi bahwa manusia memiliki
berbagai kebutuhan dan mengalami perubahan yang cepat, sehingga tidak ada
pendekatan yang bisa digunakan pada kondisi tersebut (Krisnandi, dkk, 2019, hlm.
25). Akan tetapi, pendekatan ini tetap mengakui gagasan teori manajemen klasik
dan sumber daya manusia. Pada dasarnya, manajemen modern dibangun
berdasarkan dua konsep utama, yakni teori perilaku organisasi dan manajemen
kuantitatif. Pemikiran pokok dari Teori Perilaku adalah sebagai berikut
1. Organisasi merupakan suatu keseluruhan dan pendekatan manajer untuk
melakukan pengawasan yang harus disesuaikan dengan kondisi yang ada.
2. Diperlukan pendekatan motivasional untuk membangun komitmen pekerja
terhadap tujuan organisasi.
3. Diperlukan manajemen yang sistematik dengan pendekatan yang didasarkan
pada berbagai pertimbangan yang relevan.
4. Manajemen teknik dapat dinilai sebagai suatu proses teknik mengenai peranan
prosedur dan prinsip yang dijalankan secara ketat.

Sementara itu pendekatan kuantitatif meyakini bahwa pokok masalah perlu


diidentifikasi dengan riset ilmiah dan operasional, serta teknik ilmiah lainnya
seperti perencanaan program, capital budgeting, pengembangan sumber daya
manusia, dan sebagainya. Pendekatan-pendekatan tersebut dinamakan pendekatan
ilmu manajemen (science management), yakni pendekatan dengan prosedur sebagai
berikut.
1. Perumusan masalah
2. Penyusunan model matematis
3. Penyelesaian model
4. Penganalisisan model dan hasil dari model tersebut
5. Pengawasan terhadap hasil
6. Pengimplementasian kegiatan

Pendekatan Sistem Manajemen


Pendekatan Sistem Sistem dapat diartikan sebagai gabungan sub-subsistem yang
saling berkaitan. Organisasi sebagai suatu sistem akan dipandang secara keseluruhan,
terdiri atas bagian-bagian yang berkaitan (subsistem), dan sistem/organisasi tersebut
akan berinteraksi dengan lingkungan. Pandangan yang menyeluruh semacam itu akan
lebih bermanfaat dibandingkan dengan pandangan yang terisolasi.
Pendekatan Kontingensi (Situasional)
Pada nyatanya, tidak ada teori (manajemen) yang dapat diberlakukan di semua
situasi karena setiap organisasi mempunyai karakteristik yang berbeda. Agar dapat
menyesuaikan respon manajerial dengan permasalahan dan peluang yang ada di
berbagai kondisi, perlu diterapkan pendekatan kontingensi. Pendekatan ini akan
membantu manajer dalam memahami berbagai perbedaan situasional dan meresponnya
secara tepat.

Pendekatan kontingensi banyak digunakan di berbagai bidang dan fungsi organisasi,


mulai dari pemasaran, strategi, kepemimpinan, motivasi, hingga penetapan keputusan.
Berdasarkan hal tersebut, pendekatan kontingensi melihat berbagai permasalahan
dengan memasukkan unsur lingkungan. Perubahan lingkungan yang cepat akan
membuat manajer kesulitan dalam mengambil suatu keputusan yang tepat.
Pendekatan kontigensi memberikan “resep praktis” terhadap persoalan
manajemen. Tidak mengherankan pendekatan ini dikembangkan manajer, konsultan,
atau peneliti yang banyak berkecimpung dengan dunia nyata. Pendekatan ini
menyadarkan manajer bahwa kompleksitas situasi manajerial membuat manajer lebih
fleksibel atau sensitif dalam memilih teknik-teknik manajemen yang terbaik
berdasarkan situasi yang ada.

Keterlibatan Dinamik
Dunia telah berubah secara dramatis selama beberapa dekade, dan organisasi
mencoba berbagai metode baru manajemen yang cenderung akan lebih mampu
merespons permintaan lingkungan dan konsumen saat ini. Keterlibatan dinamik
merupakan sebuah pendekatan baru yang melihat perubahan keadaan global dengan
semangat pemikiran baru. Dinamik mencerminkan perubahan, pertumbuhan dan
kesinambungan, sedangkan keterlibatan mencerminkan keterlibatan intensif dengan
orang lain. Berdasarkan hal tersebut, keterlibatan dinamik menggambarkan upaya
bersemangat para manajer dalam berfokus pada hubungan manusiawi dan beradaptasi
dengan perubahan kondisi dengan cepat.

Pendekatan Hubungan Manusiawi Baru (Neohuman Relation)


Pendekatan ini berusaha mengintegrasikan sisi positif manusia dan manajemen
ilmiah. Pendekatan ini dimulai pada tahun 1950-an dan memperoleh momentum pada
tahun 1960-an. Pendekatan perilaku mengatakan bahwa manusia berusaha
mengaktualisasikan dirinya. Pendekatan hubungan manusiawi baru melangkah lebih
lanjut. Mereka melihat bahwa manusia merupakan makhluk yang emosional, intuitif,
dan kreatif. Dengan memahami kedudukan manusia tersebut, prinsip manajemen dapat
dikembangkan lebih lanjut.
Beberapa nama dapat disebutkan mewakili aliran ini. W. Edward Deming
mengembangkan prinsip-prinsip manajemen, seperti Fayol, yang berfokus pada kualitas
kerja dan hubungan antarkaryawan. Prinsip manajemen tersebut dipercaya membantu
Jepang meningkatkan kualitas produk mereka. William Ouchi pada tahun 1981
menerbikan buku berjudul Theory ZHow American Business Can Meet the Japanese
Challenge. Buku tersebut mencoba menggabungkan manajemen gaya Amerika Serikat
(tipe A) dengan gaya Jepang (tipe J). Menurutnya, dua tipe perusahaan berbeda dalam
tujuh hal, yakni sebagai berikut.
1. jangka waktu ikatan kerja,
2. cara pengambilan keputusan,
3. lokasi tanggung jawab,
4. jangka waktu evaluasi dan promosi,
5. mekanisme pengendalian
6. spesialisasi karier, dan
7. perhatian terhadap karyawan.
BAB III

KESIMPULAN
Teori manajemen memiliki pandangan yang dapat dikelompokkan menjadi
empat berdasarkan pendekatannya :Pendekatan klasik (the classical approaches)

• Pendekatan sumber daya manusia (the human resources approaches)

• Pendekatan kauntitatif atau pendekatan ilmu manajemen (the quantitative or


management science approaches)

• Pendekatan modern (modern approaches)

Bisa kita lihat bahwa teori manajemen telah berevolusi seiring dengan
berjalannya waktu, dan berkembangnya teknologi. Setiap pendekatan teori manajemen
ini juga memiliki tokoh-tokoh yang berpengaruh seperti Mary Parker Follet, Oliver
Sheldon, dll.

Proses perkembangan teori manajemen dilihat dari lima sisi yaitu :

 Dominan, yaitu aliran yang muncul karena adanya aliran lain.


 Divergensi, yaitu dimana ketiga aliran masing-masing berkembang sendiri-sendiri
tanpa memanfaatkan pandangan aliran-ailran lainnya.
 Konvergensi, yang menampilkan aliran dalam satu bentuk yang sarna sehingga
batas antara aliran nlenjadi kabur.
 Sintesis, berupa pengembangan menyeluruh yang lebih bersitat integrasi dari
aliran-aliran seperti yang kemudian tampil dalam pendekatan sistem dan
kontingensi.
 Proliferasi, merupakan bentuk perkembangan teori manajemen dengan munculnya
teori-teori manajemen yang baru yang memusatkan perhatian kepada satu
permasalahan manajenlen tertentu.

Manajemen dan organisasi merupakan produk dari sejarah, keadaan sosial dan tempat
kejadian. Belajar teori manajemen membantu kita untuk membantu kita memahami
manajemen dan organisasi yang semakin kompleks.
KATA PENUTUP
Demikian makalah ini kami tutup. Kami mengucapkan kata maaf yang sebesar-besarnya
apabila makalah ini terdapat kesalahan dalam penulisan kata. Kami harap anda dapat
membukakan pintu maaf kepada kami karena kami hanyalah manusia biasa yang tak
pernah luput dari kesalahan-kesalahan

Terima Kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, R. (2011, 02 25). Teori Manajemen Modern. Retrieved from evolusi teori
manjemen: http://brandhoz.wordpress.com
Evolusi Teori Manajemen. (2009, 09). Retrieved from Dinamika.html:
http://datakuliah.blogspot.com
Rimy. (2011, 02 25). Teori Manajemen Klasik. Retrieved from evolusi teori manajemen:
http://pisses-blogku.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai