Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI DASAR PERLINDUNGAN


TANAMAN

PENGENALAN PESTISIDA DAN APLIKASINYA

HANNA DELLA PUTRI


213020401040
KELOMPOK IV

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI DASAR


PERLINDUNGAN TANAMAN
PENGENALAN PESTISIDA DAN APLIKASINYA

Telah diperiksa dan disetujui oleh Asisten Praktikum pada :


Hari : ……………..
Tanggal : ………….….

ASISTEN PRAKTIKUM

PAULUS TAMBA
203020401080
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
I. PENDAHULUAN ..................................................................................
1.1. Dasar Teori ......................................................................................
1.2. Tujuan Pratikum ..............................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................
2.1. Penggolongan Pestisida ...................................................................
2.2. Bentuk-Bentuk Formulasi Pestisida ................................................
2.3. Tumbuhan Yang Berpotensi Sebagai Bahan Pestisida Nabati ........
2.4. Kelebihan dan Kekurangan Pestisida Kimia dan Pestisida Nabati..
2.5. Hal-Hal Yang Diperhatikan Dalam Aplikasi Pestisida ...................
2.6. Cara Aplikasi Pestisida ....................................................................
III. BAHAN DAN ALAT .............................................................................
3.1. Waktu dan Tempat...........................................................................
3.2. Alat dan Bahan ................................................................................
3.3. Cara Kerja ........................................................................................
IV. Hasil dan Pembahasan ............................................................................
4.1. Hasil Pengamatan ............................................................................
4.2. Pembahasan .....................................................................................
V. PENUTUP ...............................................................................................
5.1. Kesimpulan ......................................................................................
5.2. Saran ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pengenalan Pestisida dan Aplikasinya .................
Tabel 2. Hasil Pengamatan Kecepatan Larutan Semprot .................................
Tabel 3. Hasil Pengamatan Lebar Gawang Penyemprotan ..............................
Tabel 4. Hasil Pengamatan Kecepatan Jalan....................................................
Tabel 5. Hasil Pengamatan Kalibrasi Volume Semprot...................................
2

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Sevin 85 SP ....................................................................................
Gambar 2. Roundup .........................................................................................
Gambar 3. Petrokum 0,005 BB ........................................................................
Gambar 4. Tricho plus Ap ................................................................................
Gambar 5. Gramoxone .....................................................................................
Gambar 6. Acrobat ...........................................................................................
Gambar 7. Dharmabas......................................................................................
Gambar 8. Pestisida Nabati dan Hasil Semprotnya Pada Daun .......................
I. PENDAHULUAN

1.1. Dasar Teori


Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang digunakan
untuk mengendalikan jasad penganggu yang merugikan kepentingan manusia. Dalam
sejarah peradaban manusia, pestisida telah cukup lama digunakan terutama dalam
bidang kesehatan dan bidang pertanian. Di bidang pertanian, penggunaan pestisida
juga telah dirasakan manfaatnya untuk meningkatkan produksi. Terutama digunakan
untuk melindungi tanaman dan hasil tanaman, ternak maupun ikan dari kerugian
yang ditimbulkan oleh berbagai jasad pengganggu sebab dengan bantuan pestisida,
petani meyakini dapat terhindar dari kerugian akibat serangan jasad pengganggu
tanaman yang terdiri dari kelompok hama, penyakit maupun gulma (Tarumingkeng,
2016). Keyakinan tersebut, cenderung memicu pengunaan pestisida dari waktu ke
waktu meningkat dengan pesat. Pestisida merupakan bahan kimia yang digunakan
untuk membunuh hama, baik insekta, jamur maupun gulma. Pestisida telah secara
luas digunakan untuk tujuan memberantas hama dan penyakit tanaman dalam bidang
pertanian. Pestisida juga digunakan dirumah tangga untuk memberantas nyamuk,
kecoa dan berbagai serangga penganggu lainnya. Dilain pihak pestisida ini secara
nyata banyak menimbulkan keracunan pada orang (La Tima, 2016).
Keuntungan utama penggunaan pestisida yang berlainan cara kerjanya adalah
meningkatkan keefektifan, mengurangi jumlah pestisida, dan menekan potensi
timbulnya OPT resisten. Pada dasarnya pestisida banyak memberikan manfaat dan
keuntungan, namun bukan berarti penggunaan pestisida tidak menimbulkan dampak
buruk dan negatif. Adapun keuntungannya yaitu bagi petani penggunaan pestisida
memang sangat menguntungkan, yaitu dapat memberantas hama secara mudah, dapat
menurunkan populasi hama secara cepat dan dapat menekan kehilangan hasil karena
hama. Dengan pestisida petani juga tidak memerlukan tenaga yang banyak dan tidak
memerlukan waktu dan biaya yang begitu besar. Tanpa pestisida tanaman yang
dihasilkan tidak begitu memuaskan dan hasil produksinya pun kurang karena sudah
tergantung dengan pestisida (Wibowo, 2017).
2

Manfaat dari mempelajari mengenai pengenalan pestisida adalah dengan


mempelajarinya maka akan dapat mengetahui jenis-jenis dari pestisida. Pestisida
dapat digolongkan menjadi beberapa yaitu insektisida, herbisida, nematisida,
fungisida, dan rodentisida. Pestisida dibagi menjadi beberapa jenis pestisida nabati
dan pestisida kimia. Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal
dari tanaman atau tumbuhan dan bahan organik lainya yang berkhasiat
mengendalikan serangan hama dan penyakit tanaman sedangkan pestisida kimia
adalah pestisida yang bahannya menggunakan bahan kimia yang digunakan untuk
mengendalikan populasi jasad yang dianggap sebagai pest (hama) secara cepat hama
akan mati (Yuantri et al., 2015).
Penggunaan pestisida kimia pasti menimbulkan dampak negatif bagi yang
berhubungan langsung maupun yang tidak berhubungan secara langsung. Dampak
yang sering terjadi pada manusia dari penggunaan pestisida adalah mereka yang
berhubungan langsung/kontak langsung dengan pestisida. Gejala yang biasa dialami
oleh orang yang terkena racun pestisida biasanya mengalami pusing-pusing, muntah-
muntah, mulas, mata berair, kulit terasa gatal-gatal, kejang-kejang, pingsan dan
bahkan dapat menimbulkan kematian. Sedangkan penggunaan pestisida secara tidak
langsung dapat menimbulkan penyakit kanker pada tubuh, kerusakan genetik pada
generasi akan datang. Pestisida yang paling banyak menyebabkan kerusakan
lingkungan dan mengancam kesehatan manusia adalah pestisida sintetik, yaitu
golongan organoklorin. Tingkat kerusakan yang disebabkan oleh senyawa
organoklorin lebih tinggi dibandingkan senyawa lain, karena senyawa ini peka
terhadap sinar matahari dan tidak mudah terurai (Fitriadi, 2016).

1.2. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan Praktikum Teknologi Dasar Perlindungan Tanaman dengan
materi Pengenalan Pestisida dan Aplikasinya yaitu:
1. Agar mahasiswa mengetahui dan dapat membedakan formulasi pestisida.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan menentukan formulasi pestisida yang
lebih aman untuk diaplikasikan serta mengetahui kelemahan-kelemahan dalam
aplikasinya.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penggolongan Pestisida


Pestisida dapat digolongkan menjadi beberapa bagian yaitu: a). Insektisida,
yang digunakan untuk mengendalikan hama berupa serangga. Kelompok insectisida
dibedakan menjadi dua, yaitu ovisida mengendalikan telur serangga dan larvisida
mengendalikan larva serangg); b). Rodentisida, yang digunakan untuk
mengendalikan hewan pengerat tikus, yang digolongkan atas rodentisida fumigan
dan umpan beracun. Umpan beracun ini dapat berupa racun akut dan racun kronis;
c). Fungisida, digunakan untuk mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan
oleh cendawan jamur atau fungi; d). Bakterisida, merupakan obat antimikroba yang
mampu menyebabkan kematian bakteri. Sedangkan bakteriostatik merupakan agen
antimikroba yang mampu menghambat replikasi bakteri. Digunakan untuk
mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh baktreri; e). Herbisida,
digunakan untuk mengendalikan tumbuhan pengganggu seperti rumput, alang-alang
dan semak liar. Aplikasi herbisida biasanya ditentukan oleh stadia pertumbuhan
tanaman utama dan gulma; f). Nematisida, merupakan obat antimikroba yang mampu
menyebabkan kematian bakteri. Sedangkan bakteriostatik merupakan agen
antimikroba yang mampu menghambat replikasi bakteri. digunakan untuk
mengendalikan nematoda yang sering merusak akar atau umbi tanaman (Glio, 2017).

2.2. Bentuk-Bentuk Formulasi Pestisida


Pestisida memiliki bentuk yang berbeda-beda Adapun bentuk-bentuk formulasi
pestisida yaitu: a). Butiran (G/granul), biasanya pestisida dengan formulasi bentuk
ini dapat langsung diaplikasikan tanpa harus diiarutkan terlebih dahulu; b). Powder
(tepung) 0NP). biasanya harus dilarutkan terlebih dahulu sebelum diaplikasikan.
Formulasi bentuk ini membentuk sediaan pestisida berupa suspensi. sehingga sangat
diperlukan pengadukan yang terus menerus karena sifat sediaan ini dapat mengendap
dan dapat merusak alat aplikasi atau terjadinya penyumbatan pada noze. Beberapa
kode formulasi pestisida yang sejenis artinya akan menjadi suspensi jika diencerkan
dengan air adalah SC, F. dan lain-lain; c). EC (Emulsifiable I emulsible
concentrates). Pestisida dengan formulasi berbentuk EC ini akan membentuk emulsi
4

(seperti susu) pada larutan semprot. Larutan jadi ini tidak memerlukan pengadukan
yang terus menerus. Pada umumnya insektisida memiliki formulasi bentuk EC; d).
AS. Pestisida dengan formulasi ini akan membentuk iarutan yang homogen setelah
dicampurkan dengan air. Biasanya pestisida dengan bentuk formulasi ini adalah dari
golongan herbisida. Beberapa kode formulasi lain yang akan menjadi larutan jika
diencerkan dengan air adalah SP, L, WSC, dan lain-lain (Yuantri et al., 2015).

2.3. Tumbuhan Yang Berpotensi Sebagai Bahan Pestisida Nabati


Adapun tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan baku pestisida nabati
yaitu: a). Daun papaya pestisida alami dari ekstrak daun pepaya memiliki beberapa
manfaat, antara lain dapat digunakan untuk mencegah hama seperti aphid,
rayap, hama kecil, dan ulat bulu serta berbagai jenis serangga; b). Brotowali sebagai
insektisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT), seperti ulat daun kubis, penggerek batang, wereng, dan belalang; c).
Bawang putih dimanfaatkan sebagai pestisida alami yang bisa mengendalikan hama
tanaman berupa serangga. Kandungan bawang putih memiliki sifat fungisida alami
untuk mengendalikan jamur pada tanaman; d). Mimba merupakan salah satu
alternatif pengendalian hama dengan berbagai bahan aktif yang terkandung, mimba
merupakan pestisida nabati yang memiliki kemampuan anti-bakterial dan insektisidal
sehingga dapat digunakan sebagai pengendali Organisme Pengganggu Tanaman
(OPT); e). Suren merupakan salah satu jenis tanaman yang mempunyai peluang
untuk digunakan sebagai insektisida nabati, karena keberadaannya yang cukup
melimpah. Pestisida nabati dapat berfungsi sebagai penolak (refellent), penarik,
antifertilitas (pemandul), dan pembunuh hama, dan jarak pagar, serai oleh karena
alasan tersebut; f). Serai dapat digunakan sebagai pestisida atau insektisida organik
untuk mengedalikan hama tanaman (Tatuhey et al., 2020).

2.4. Kelebihan dan Kekurangan Pestisida Kimia dan Pestisida Nabati


Kelebihan dalam menggunakan pestisida kimia adalah praktis dan
tidak memerlukan tenaga yang banyak dalam proses pembutannya dan tidak
memerlukan banyak waktu sedangkan kekurangan dalam pestisida kimia adalah
dapat mencemarkan lingkungan penggunaan pestisida kimia secara terus menerus
5

dapat merusak lingkungan serta dapat berkurangnya bakteri yang menguntungkan hal
ini dikarenakan tercemarnya lingkungan yang disebabkan oleh penggunaan pestisida
kimia munculnya hama baru serta penumpukan residu bahan kimia didalam hasil
panen. Kelebihan pestisida nabati mudah terurai di alam, sehingga tidak
mencemarkan lingkungan( ramah lingkungan), relatif aman bagi manusia dan ternak
karena residunya mudah hilang, tidak meracuni dan merusak tanaman, dosis yang di
gunakan tidak terlalu mengikat dan berisiko, tidak menimbulkan kekebalan pada
serangga. Pestisida memiliki kekurangan yaitu cepat terurai,daya kerja lambat
sehingga aplikasinya harus lebih sering, tidak bisa di simpan dalam waktu yang
lama, kurang praktis karena harus membuatnya terlebih dahulu,dan waktu yang di
butuhkan pun agak lama (Arif, 2015).

2.5. Hal-Hal Yang Diperhatikan Dalam Aplikasi Pestisida


Dalam aplikasi pestisida ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu teknik
aplikasi, bagaimana aplikasi pestisida akan dilakukan, apakah melalui penyemprotan,
penaburan, pengabutan, infus, atau fumigasi. Waktu aplikasi, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam menentukan waktunya. Ketepatan suatu aplikasi dapat
dilihat dari identifikasi sasaran, jenis pestisida, dosis atau konsentrasi setiap hama
atau patogen penyakit memiliki ketahanan yang berbedabeda sehingga dalam
aplikasi pestisida, dosis dan konsentrasi yang digunakan akan berbeda beda pula,
waktu aplikasi dan cara aplikasi. Dosis (dosage), adalah banyaknya (volume) racun
(bahan aktif, walaupun dalam praktek yang dimaksud adalah product formulation
yang diaplikasikan pad a suatu satuan luas atau volume, misalnya : 1 liter I ha luasan,
100 cc I m3 kayu dst. Oosis pestisida untuk suatu keperluan biasanya tetap,
walaupun konsentrasi dapat berubah-ubah. Atau dosis adalah banyaknya racun
(biasanya dinyatakan dalam berat, mg) yang diperlukan untuk masuk dalam tubuh
organisme dan dapat mematikannya, misalnya lethal dose (LD) dinyatakan dalam
mg/kg (mg bah an aktif per kg berat tubuh organisme sasaran) (Nasution, 2022).

2.6. Cara Aplikasi Pestisida


Pengaplikasian pestisida dapat dilakukan dengan enam cara yaitu: a).
Penyemprotan (spraying) merupakan metode yang paling banyak digunakan.
6

Biasanya digunakan 100-200 liter enceran insektisida per ha. Paling banyak adalah
1000 liter/ha sedang paling kedl 1 liter/ha seperti dalam ULV; b). Penuangan atau
penyiraman (pour on) misalnya untuk membunuh sarang (koloni) semut, rayap,
serangga tanah di persemaian dan sebagainya; c). Injeksi batang dengan insektisida
sistemik bagi hama batang, daun, penggerek dan lain-lain; d). Fumigasi penguapan,
misalnya pada hama gudang atau hama kayu biasanya dilakukan pada ruangan
tertutup dan kedap udara dan formulasinya dapat berupa cairan atau padat; e).
Impregnasi metode dengan tekanan (pressure) misalnya dalam pengawetan kayu
(Fitriadi, 2016).
7

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat


Kegiatan Praktikum Teknologi Dasar Perlindungan Tanaman dengan materi
Pengenalan Pestisida dan Aplikasinya dilaksanakan pada hari Sabtu, 22 Oktober
2022, pukul 12.00-13.10 WIB. Bertempat di Laboratorium Jurusan Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya.

3.2. Bahan dan Alat


Dalam kegiatan praktikum Teknologi Dasar Perlindungan Tanaman dengan
materi Pengenalan Pestisida dan Aplikasinya yang dilaksanakan, bahan yang
digunakan yaitu beberapa jenis dan formulasi pestisida, daun dan air. Sedangkan alat
yang dipakai adalah sprayer gendong (otomatis dan semi otomatis), gelas ukur,
masker dan lain-lain.

3.3. Cara Kerja


Berikut cara kerja dalam pelaksanaan praktikum dengan Teknologi Dasar
Perlindungan Tanaman dengan materi Pengenalan Pestisida dan Aplikasinya yaitu:
3.3.1. Identifikasi Pestisida Sintetik
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk diidentifikasi.
2. Mengidentifikasi semua pestisida sintetik dari golongan, nama umum, nama
dagang/bahan aktif, formulasi dan OPT sasaran.
3. Mendeskripsikan dan menulis setiap jenis pestisida sintetik pada lembar kerja.
3.3.2. Kalibrasi Pestisida dan Alat Semprot
3.3.2.1. Kecepatan Curah Nozzle (C)
1. Memasukan air ke dalam alat semprot dan melakukan pemompaan secukupnya
kemudian melakukan penyemprotan ke dalam botol mineral sampai air yang
dipompa tadi mulai sedikit mengeluarkan air.
2. Mengukur jumlah volume air yang keluar menggunakan gelas ukur.
3. Mengulang prosedur diatas sebanyak 3 kali ulangan.
8

3.3.2.2. Penentuan Lebar Gawang Penyemprotan


1. Melakukan penyemprotan pada ketinggian nozel 60 cm dari permukaan tanah
yang kering.
2. Mengukur lebar penyemprotan yang dihasilkan oleh nozel yang digunakan
dengan mengukur jarak tepi ke tepi.
3.3.2.3. Penentuan Kecepatan Jalan (K)
1. Meletakan alat semprot dipunggung dan melakukan penyemprotan sambil
berjalan teratur sejauh 10 meter.
2. Menghitung waktu yang diperlukan selama menempuh jarak 10 meter dengan
menggunakan stopwatch.
3. Melakukan hal yang sama sebanyak 3 kali, kemudian menghitung rata-rata
waktu yang diutuhkan untuk menempuh jarak.
3.3.3. Pembuatan Pestisida Nabati
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk pembuatan pestisida
nabati.
2. Mencincang daun serai yang akan digunakan, kemudian merendamnya didalam
1 liter air.
3. Menumbuk 2 siung bawang putih dengan menambahkan 1 sendok makan
minyak tanah dan memasukkannya juga kedalam botol.
4. Menambahkan sunlight atau detergent sebanyak 3 tetes atau 3 ml dan
menunggunya selama 1 × 24 jam.
5. Menyaring ampas daun dan bawang yang berada didalam botol, agar larutan
pestisida dapat digunakan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


Tabel 1. Hasil Pengamatan Pengenalan Pestisida dan Aplikasinya
No Golongan Nama Umum Bahan Aktif Formulasi OPT Sasaran Teknik Aplikasi
1 Insektisida Sevin 85 sp Karbalir 85% Soluble Powder Belalang dan Penyemprotan
(sp) Ulat Grayak (Spraying)
2 Herbisida Roundup Isoproplamina Soluble liquid Gulma Penyemprotan
Glifosat 486 g/l (sl) (Spraying)
3 Rodentisida Petrokum Brodifakum 0,005% BB Tikus Sawah, Diletakkan
0,005 BB Tikus Belukar
4 Fungisida Trichoplus Ap Trichoderma Harzianum Soluble Powder Penyakit Penyemprotan
30×106 Rebah (Spraying)
Kecambah
5 Herbisida Gramoxone Paraknat Diklorida 276 g/l Stench, Emetic, Gulma dan Penyemprotan
Dye Tanaman Liar (Khapscak)
6 Fungisida Acrobat Dimetomorf 50% Wettabe Powder Penyakit Penyemprotan
Busuk Daun
7 Isektisida Dharmabas BPMC 500 g/l Emalsifiable Wereng dan Penyemprotan
Concentrale Walang
Sengit
8 Fungsida Trendsida Azoxystrobin/Difenokonazol Suspension Bercak Daun Penyemprotan
Concentrate dan
Antraknosa
Tabel 2. Hasil Pengamatan Kecepatan Curah Semprot
Ulangan Waktu (Menit) Volume Terukur (L) Kecepatan Curah (L/menit)
1 0,5 0,9
2 0,5 0,74
1,48 L/menit
3 0,5 0,6
Rata-Rata 0,5 0,74

Tabel 3. Hasil Pengamatan Lebar Gawang Penyemprotan


Ulangan Lebar Gawang (meter)
1 0,7
2 0,46
3 0,64
Rata-Rata 0,6

Tabel 4. Hasil Pengamatan Kecepatan Jalan


Ulangan Waktu (menit) Jarak Jalan Terukur (meter) Kecepatan Jalan (m/meter)
1 0,75 10
2 0,68 10
16,12
3 0,44 10
Rata-Rata 0,62 10

Tabel 5. Hasil Perhitungan Kalibrasi Volume Semprot (Liter/ha)


No Parameter Nilai (Hasil Perhitungan)
1 Rata-Rata Kecepatan Curah Nozzle (C) (liter/menit) 1,48
2 Rata-Rata Lebar Gawang (G) (meter) 0,6
3 Rata-Rata Kecepatan Jalan (K) (meter/menit) 16,12
Volume Aplikasi (V) 1.530,19 liter

10
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengenalan Pestisida dan Aplikasinya
4.2.1.1. Sevin 85 Sp

Gambar 1. Sevin 85 SP
(Sumber: Dok. Pribadi)
Pada pestisida ini memiliki nama umum seven 85 Sp masuk kedalam
golongan insektisida dengan formulasi soluble powder (sp) bahan aktif pada
pestisida ini adalah karbaril 85% objek sasarannya yaitu belalang dan ulat grayak
teknik pengaplikasian dengan cara penyemprotan (spraying).
Cara Pengaplikasian sevin 85 sp yaitu dengan mencampurkan air dengan
dosis takaran pemakaian yang tertera di kemasan. Pestisida seven 85 sp dengan
berbentuk tepung yang dapat disuspensikan dengan sasaran hama luas.
Kelebihan dari penggunaan pestisida ini dapat mengendalikan hama hingga
140 jenis hama dan serangga tanaman. Sevin 85 sp juga efektif digunakan sebagai
moluksisida dalam mengendalikan hama siput dan keong. Kelemahannya yaitu bila
digunakan secara terus menerus diduga dapat menyebabkan pencemaran tanah.
Insektisda tersebut memiliki pengaruh negatif terhadap kehidupan organisme non
target.
4.2.1.2. Raoundup

Gambar 2. Roundup
(Sumber: Dok. Pribadi)
Pada pestisida ini memiliki nama umum raoundup masuk kedalam
golongan herbisida dengan formulasi soluble liquid (sl) bahan aktif dari pestisida ini
adalah isoprolamina dan glifosat 468 g/l objek sasarannya yaitu gulma teknik
pengaplikasian dengan cara penyemprotan (spraying).
Cara pengaplikasian roundup yaitu dilakukan dengan melarutkan pestisida
roundup dengan air. Pengaplikasiannya dengan menyemprotkan secara merata
(bukan disiram) pada rerumputan serta pastikan tidak terguyur hujan selama 4 jam.
Pestisida roundup bekerja 3 kali lebih banyak dan lebih cepat masuk kedalam gulma
sehingga tahan hujan 1-2 jam setelah semprot.
Kelebihan dari pestisida dengan nama umum roundup adalah diserap dan
ditranslokasikan ke jaringan gulma tiga kali lebih cepat dan lebih banyak sehingga
daya brantas lebih unggul dalam jangka waktu lama. Formulasi menggunakan
teknologi Biosorb yang sudah dipatenkan dan tidak bisa ditiru oleh kompetitor lain.
Tidak perlu menambahkan bahan surfaktan lain. Kekurangan dari pestisida ini yaitu
tanah yang terkena pestisida herbisida terus menerus dapat merusak kesuburan tanah
Hal ini terjadi karena cacing tanah yang membuat tanah gembur menjadi berusaha
untuk menghindari bagian tanah yang terkena pestisida tersebut.

11
4.2.1.3. Petrokum 0,005 BB

Gambar 3. Petrokum 0,005 BB


(Sumber: Dok. Pribadi)
Pada pestisida ini memiliki nama umum petrokum 0,005 BB dengan
formulasi BB pestisida ini termasuk kedalam golongan rodentisida dengan bahan
aktifnya brodifakum 0,005% objek sasarannya adalah tikus sawah dan tikus belukar
teknik pengaplikasiannya dilakukan dengan cara diletakkan.
Pengaplikasian dengan cara meletakkan pestisida petrokum 0,005 BB pada
jalan yang sering tikus lalui atau bisa diletakkan didepan lubang. Lakukan
pengumpanan pada masa waktu sebelum tanam, pada waktu tanaman masih muda
atau bila ditemukan serangan dengan interval 7-10 sampai serangan tikus berhenti.
Kelebihan dari pestisida ini adalah berupa siap pakai, efektif dalam
mengendalikan semua jenis tikus dan rodentisida antikoagulan (penghambat
penggumpalan darah) dan memecah pembuluh darah kapiler di dalam organ.
Kelemahan yaitu dapat menimbulkan keracunan bagi manusia dan organisme lain
bukan sasaran seperti ikan dan hewan peliharaan lainnya sehingga diperlukan
rodentisida alternatif yang ramah lingkungan dan tidak menyebabkan salah sasaran
dalam aplikasinya.

12
4.2.1.4. Trichoplus Ap

Gambar 4. Tricho plus Ap


(Sumber: Dok. Pribadi)
Pestisida ini memiliki nama umum trichoplus Ap dengan formulasi soluble
powder pestisida ini termasuk kedalam golongan fungisida dengan bahan aktifnya
Trichoderma harzianum 30×106 (pu/g) objek sasarannya yaitu penyakit rebah
kecambah teknik yang digunakan dalam pengaplikasiannya yaitu spraying.
Pengaplikasian dengan spraying yaitu dengan mencampurkan trichopus Ap
dengan air dan siramkan di sekitar bedengan atau media polibag 1-2 hari sebelum biji
disemai dan diulang 1-3 hari sebelum pindah tanam.
Kelebihan dari pestisida ini adalah dapat mengendalikan penyakit layu
fusarium, akar gada dan rebah semai. pestisida ini dapat meningkatkan kesuburan
tanah, memperbaiki kerusakan tanaman dan lebih ramah lingkungan, dapat
diaplikasikan bersama dengan pestisida atau pupuk sekaligus dan bisa mengeluarkan
racun bagi patogen.

4.2.1.5. Gramoxone

Gambar 5. Gramoxone
(Sumber: Dok. Pribadi)
Pada pestisida ini memiliki nama umum gramoxone dengan formulasi
stench, emetic, dye pestisida ini termasuk kedalam golongan herbisida dengan bahan

13
aktifnya paraknat diklorida 276 g/l objek sasarannya yaitu gulma dan tanaman liar
teknik pengaplikasian pada pestisida ini adalah dengan cara penyemprotan.
Pengaplikasian dengan cara melarutkannya dengan air kemudian
semprotkan pada gulma dan tanaman liar yang mengganggu. Dalam jangka waktu 1-
3 hari, gulma dijanjikan akan mengering dengan sendirinya. Dosis dalam
penggunaannya perlu diperhatikan.
Kelebihan dari penggunaan gramoxone mampu bereaksi cepat untuk
mengawal gulma; kedua, spektrum lebih luas untuk mengawal rumput serta gulma.
Ketiga tidak akan terbawa air pada saat hujan turun. Keempat, Gramonone punya
kemampuan pengendalian gulma yang sulit dikendalikan antara lain paku-pakuan
dan anakan sawit liar. Kekurangan gramoxone yaitu gulma bisa tumbuh kembali
dalam waktu yang cepat. Biasanya gulma akan tumbuh lagi dalam kurun waktu dua
minggu setelah aplikasi.

4.2.1.6. Acrobat

Gambar 6. Acrobat
(Sumber: Dok. Pribadi)
Pestisida ini memiliki nama umum acrobat memiliki formulasi wettabe
powder pestisida ini termasuk kedalam golongan fungisida dengan bahan aktif
dimetomorf 50% objek sasarannya berupa penyakit busuk daun teknik
pengaplikasiannya dapat dilakukan dengan cara penyemprotan.
Pengaplikasian dapat dengan cara penyemprotan volume tinggi pada umur
21-70 hari setelah tanam, apabila ditemukan gejala serangan dan kelembaban >90%
dengan interval 7-14 hari tergantung serangan penyakit. Setelah benih dibasahi
dengan air, campurkan secara merata.
Kelebihannya pada pestisida acrobat penggunaan fleksibel (dapat dicampur

14
dengan fungisida kontak atau sistemik lainya), kemurnian dan kualitas tinggi lebih
efektif bila dibandingkan dengan fungisida dengan bahan aktif yang sama.
Kekurangannya apabila diberikan dengan dosis yang tidak sesuai maka akan
menyebabkan hama target tidak mati, bahkan akan menjadi kebal karena akan lebih
mudah beradaptasi.

4.2.1.7. Dharmabas

Gambar 7. Dharmabas
(Sumber: Dok. Pribadi)
Pestisida ini memiliki nama umum dharmabas dengan formulasi
emalsifiable concentral pestisida ini termasuk dalam golongan insektisida dengan
bahan aktifnya BPMC 500 g/l objek sasarannya yaitu wereng dan walang sengit
teknik aplikasinya dengan cara penyemprotan.
Pengaplikasian dharmabas dengan cara penyemprotan dapat dilakukan pada
pagi hari sampai sore hari. Sangat ampuh untuk mengendalikan hama, tuangkan
sejumlah dharmabas 500 EC untuk setiap 17 liter larutan semprot dengan dosis
sesuai petunjuk penggunaan.
Kelebihan dari pestisida dharmabas sangat ampuh terhadap hama,
khususnya jenis ulat dan wareng karena bekerja ganda sebagai racun kontak dan
racun perut, sangat efektif terhadap berbagai hama tanaman sayuran, pangan dan
perkebunan. Kekurangan dari pestisida ini adalah kurang lebih hanya 20 persen
pestisida mengenai sasaran sedangkan 80 persen lainnya jatuh ke tanah. Akumulasi
residu pestisida tersebut mengakibatkan pencemaran lahan pertanian. Apabila masuk
ke dalam rantai makanan, sifat beracun bahan pestisida dapat menimbulkan berbagai
penyakit.

15
4.2.1.8. Trendsida

Gambar 8. Trensida
(Sumber: Dok. Pribadi)
Pestisida ini memiliki nama umum trendsida dengan formulasi suspension
concentrate termasuk kedalam golongan fungisida memiliki bahan aktif
azoxysitrobin/difenokonazol objek sasarannya yaitu bercak daun dan antraknosa
teknik pengaplikasian dengan cara penyemprotan.
Pengaplikasian pestisida ini dilakukan dengan penyemprotan, memiliki efek
translaminar sehingga mampu menembus pori-pori daun. Pestisida ini bekerja secara
kontak dan sistemik sehingga dapat sangat efektif mengendalikan berbagai jenis
penyakit yang disebabkan oleh virus dan jamur.
Kelebihan dari pestisida ini yaitu berbentuk cairan dengan formulasi WSC
(Water Soluble Concentrate) sehingga mudah digunakan dan mudah larut dengan air,
dilengkapi dengan zat pengatur tumbuh (ZPT) dan Daya lekat tinggi dan mampu
bertahan lama pada tanaman. Kelemahan pestisida ini adalah jika penggunaan
pestisida trendsida secara berlebihan justru akan menimbulkan resistensi patogen
atau mikroorganisme parasit (yang menjadi kebal) terhadap fungisida. Akibatnya
fungisida menjadi tidak efektif untuk mengendalikan penyakit tumbuhan yang
disebabkan oleh patogen tersebut.

4.2.2. Kalibrasi Pestisida dan Alat Semprot


4.2.2.1. Perhitungan Kecepatan Curah Nozzle (C)
Pada perhitungan kecepatan curah nozzle (C) langkah yang pertama
mencari rata-rata waktu dan volume.
0,5 + 0,5 + 0,5
Rata − rata waktu (menit) = = 0,5 menit
3

16
0,9 + 0,74 + 0,6
Rata − rata volume terukur (L) = = 0,74 L
3
Setelah kedua rata–rata diatas didapatkan maka selanjutnya menentukan kecepatan
curah (C) dengan cara:
Rata − rata volume terukur (L)
Kecepatan curah (C) =
Rata − rata waktu (menit)
0,74
Kecepatan curah (C) = = 1,48 L/menit
0,5
4.2.2.2. Lebar Gawang Penyemprotan
Perhitungan lebar gawang penyemprotan didapat dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
Labar gawang 1 + Lebar gawang 2 + Lebar ulangan 3
Rata − rata (G) =
3
0,7 + 0,46 + 0,64
Lebar Gawang (G) = = 0,6 meter
3
4.2.2.3. Kecepatan Jalan (K)
Pada kecepatan jalan penyemprotan dapat dengan mencari rata-rata waktu
dan jarak.
ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
Rata − rata waktu dan jarak =
3
0,75 + 0,68 + 0,44
Rata − rata waktu = = 0,62 menit
3
10 + 10 + 10
Rata − rata jarak = = 10 m
3
Selanjutnya menghitung kecepatan jalan (K) dengan rumus sebagai berikut:
Rata − rata jalan terukur (m)
Kecepatan Jalan (K) =
Rata − rata waktu ( menit)
10
Kecepatan Jalan (K) = = 16,12 m/menit
0,62

4.2.2.4. Hasil Kalibrasi Volume Semprot (liter/ha)


Menghitung volume aplikasi semprot dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:

17
10000 x C 10000 𝑥 1,48 14.800
Volume Aplikasi (V) = = = = 1.530 liter/ha
GxK 0,6 𝑥 16,12 9,672
Dari perhitungan mengenai kalibrasi volume semprot dengan menggunakan
rumus diperoleh hasilnya yaitu 1.530 liter/ha. Dengan adanya rumus tersebut
memudahkan dalam membuat takaran dosis pada pestisida yang digunakan sehingga
efesien.

4.2.3. Pestisida Nabati

Gambar 9. Pestisida Nabati dan Hasil Semprotnya Pada Daun


(Sumber: Dok. Pribadi)
Pestisida nabati selain ramah lingkungan juga merupakan pestisida yang
relatif aman dalam penggunaannya dan ekonomis. Pepaya merupakan tanaman yang
memiliki potensi sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan serangga hama.
Pestisida organik atau pestisida nabati merupakan pestisida yang berasal dari bahan
organik, yang berfungsi sebagai obat tanaman dalam melindungi tanaman dari
serangan hama akibat dari aroma dan kandungan bahan alami yang tidak disukai oleh
hama tanaman. Serai mengandung enzim yang bernama sitronella tidak disukai
nyamuk dan beberapa serangga lainnya. Oleh karena alasan tersebut, serai dapat
digunakan sebagai pestisida atau insektisida organik untuk mengedalikan hama
tanaman. Manfaat lainnya dari tanaman sereh bagi pertanianorganik dapat dijadikan
sebagai alternative pestisida anorganik (kimia) juga berfungsi sebagai bakterisida,
insektisida serta nematisida.
Perhitungan kalibrasi pengaplikasian pestisida nabati pada daun serai dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
U1 + U2 + U3 + U4 + U5 7+4+2+3+3 19
K = = = = 3,8
5 5 5

18
Dari hasil diatas pada ulangan pertama dengan 7 semprotan untuk daun dapat basah
secara keseluruhan. Pada ulangan kedua dengan 4 semprotan untuk dapat membasahi
daun. Pada ulangan ketiga dengan 2 semprotan untuk daun dapat basah secara
keseluruhan. Pada ulangan ke empat dengan 3 penyemprotan daun dapat basah
secara keseluruhan. Pada ulangan kelima dengan 3 penyemprotan untuk dapat
membasahi daun. Rata-rata dari lima ulangan tersebut adalah sebesar 3,8.

19
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa dalam bidang pertanian memiliki banyak jenis
pestisida baik dari golongan insektisida, herbisida, rodentisida, fungisida dengan
memiliki masing-masing formulasi tiap jenis pestisida memiliki formulasi yang
berbeda-beda salah satu contohnya pada pestisida seven 85 sp memiliki formulasi
soluble powder (sp) dan pada roundup memiliki jenis formulasi yaitu soluble liquid
(sl).
Serta dapat disimpulkan masing-masing pestisida memiliki kelebihan dan
kekurangan dalam formulasinya. Dalam penggunaan pestisida sebaiknya dapat
mengetahui serta formulasi yang baik dan aman untuk diaplikasikan ke tanaman dan
mengetahui kelemahan yang ada pada aplikasinya.

5.2. Saran
Praktikan diharapkan dapat berhati-hati dalam penggunaan alat dan bahan kimia
di laboratorium karena ada beberapa bahan kimia yang berbahaya untuk kesehatan
dan dapat menyebabkan luka serius. Praktikan juga diharapkan dapat lebih teliti
dalam melakukan percobaan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Arif, A. (2015). Pengaruh bahan kimia terhadap penggunaan pestisida


lingkungan. Jurnal Farmasi UIN Alauddin Makassar, 3(4): 134-143.

Fitriadi, B. R., & Putri, A. C. (2016). Metode-metode pengurangan residu pestisida


pada hasil pertanian. Jurnal Rekayasa Kimia & Lingkungan, 11(2): 61-71.

Glio, M. T., & Tinton, D. P. (2017). Membuat Pestisida Nabati Untuk Hidroponik,
Akuaponik, Vertikult & Sayuran Organik. Jakarta: AgroMedia.

La Tima, S. (2016). Pemanfaatan asap cair kulit biji mete sebagai pestisida. Journal
of Chemical Process Engineering, 1(2): 16-22.

Nasution, L,. (2022). Buku Ajar Pestisida dan Teknik Aplikasi. Sumatra Utara: Umsu
press.

Tarumingkeng. (2016). Pestisida dan Penggunaannya. Bogor: Institut Pertanian


Bogor.

Tatuhey, R. R., Pattiselanno, A. E., & Sahusilawane, A. M. (2020). Pengetahuan,


Sikap dan Perilaku Petani terhadap Penggunaan Pestisida Kimia di Kota
Ambon. Agrilan: Jurnal Agribisnis Kepulauan, 8(1): 1-13.

Wibowo, P., & Kalatham, T. P. (2017). Panduan Praktis Penggunaan Pupuk dan
Pestisida. Jakarta Timur: Penebar Swadaya Grup

Yuantari, M. G. C., Widianarko, B., & Sunoko, H. R. (2015). Analisis risiko pajanan
pestisida terhadap kesehatan petani. KEMAS: Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 10(2): 239-245.

Anda mungkin juga menyukai