Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAYATI DAN


PENGELOLAAN HABITAT

PERBANYAKAN TRICHODERMA SEBAGAI


BIOFUNGISIDA DAN STIMULATOR
PERTUMBUHAN TANAMAN

TRIDEO OKTONUGRAHA
193020401039
KELOMPOK V

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGENDALIAN


HAYATI DAN PENGELOLAAN HABITAT
PERBANYAKAN TRICHODERMA SEBAGAI BIOFUNGISIDA
DAN STIMULATOR PERTUMBUHAN TANAMAN

Telah diperiksa dan disetujui oleh Asisten Praktikum pada :


Hari : .............................................
Tanggal : .............................................

ASISTEN PRAKTIKUM

KARTIKA PUTRI WULANDARI


193020401093

ii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2. Tujuan Praktikum....................................................................... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Trichoderma sebagai Biofungisida........................................... 2
2.2. Perkembangan Trichoderma.................................................... 3
2.3. Aplikasi Trichoderma................................................................ 4
2.4. Faktor yang Mempengaruhi Kerja Hormon Tumbuhan............ 4

III. BAHAN DAN METODE


3.1. Waktu dan Tempat.................................................................... 5
3.2. Alat dan Bahan.......................................................................... 5
3.3. Cara Kerja................................................................................. 5
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan...................................................................... 7
4.2. Pembahasan............................................................................... 8
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan............................................................................... 11
5.2. Saran......................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Spesies Trichoderma disamping sebagai organisme pengurai, dapat pula
berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman. Beberapa
spesies Trichoderma telah dilaporkan sebagai agensia hayati seperti T.
Harzianum, T. Viridae, dan T. Konigii yang berspektrum luas pada berbagai
tanaman pertanian. Biakan jamur Trichoderma dalam media aplikatif seperti
dedak dapat diberikan ke areal pertanaman dan berlaku sebagai biodekomposer,
mendekomposisi limbah organik (rontokan dedaunan dan ranting tua) menjadi
kompos yang bermutu. Serta dapat berlaku sebagai biofungisida. Dalam dunia
pertanian masih banyak sekali permasalahan yang diakibatkan oleh hama penyakit
seperti cendawan.
Ketergantungan terhadap bahan-bahan kimia seperti insektisida, fungisida,
bakterisida harus segera dikurangi. Perlu dilakukan eksplorasi mikroorganisme
yang ada di alam yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti bahan kimia
tersebut. Salah satu mikroorganisme fungsional yang dikenal luas sebagai pupuk
biologis tanah dan biofungisida adalah jamur Trichoderma sp. yaitu jamur
penghuni tanah yang dapat diisolasi dari perakaran tanaman. Peran Trichoderma
sp. multifungsi, yaitu sebagai agen hayati yang menghambat perkembangan
patogen, sebagai biokondisioner pada benih, sebagai stimulator pada
pengomposan bahan organik, serta mampu memberikan efektivitas yang baik
dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.

I.2. Tujuan praktikum


Tujuan Praktikum Teknologi Pengendalian Hayati dan Pengelolaan Habitat
dengan materi Perbanyakan Trichoderma sebagai biofungisida dan stimulator
pertumbuhan tanaman adalah untuk mengetahui media perbanyakan Trichoderma
dan pengaruh Trichoderma sebagai biofungisida dan stimulator pertumbuhan bibit
cabai.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Trichoderma sebagai Biofungisida


Trichoderma sp. dapat tumbuh pada berbagai media. Media yang sering
digunakan saat ini untuk perbanyakan Trichoderma sp. adalah media beras dan
jagung, tetapi media tersebut untuk perbanyakaan secara massal memerlukan
biaya yang lebih tinggi. Untuk itu diperlukan suatu media alternatif baru yang
dapat digunakan sebagai media biakan yang memiliki nilai ekonomi rendah,
cukup nutrisi, efektif, mudah didapatkan, ketersediaan bahan baku berlimpah dan
dapat dimanfaatkan oleh Trichoderma sp. untuk tumbuh dan berkembang. Jamur
trichoderma merupakan salah satu jenis jamur mikroparasitik/bersifat parasit
terhadap jenis jamur lain.  Karena sifat inilah maka trichoderma dapat
dimanfaatkan sebagai agen biokontrol terhadap jenis jamur fitopatogen.
Keuntungan dan keunggulanya adalah mudah dimonitor dan dapat berkembang
biak, sehingga keberadaanya di lingkungan dapat bertahan.
Pupuk biologis dan biofungisida Trichoderma sp dapat dibuat dengan
inokulasi biakan murni pada media aplikatif, misalnya dedak. Sedangkan biakan
murni dapat dibuat melalui isolasi dari perakaran tanaman, serta dapat
diperbanyak dan diremajakan kembali pada media PDA (Potato Dextrose Agar).

2.2. Perkembangbiakan Trichoderma


Efek antagonis Trichoderma pada jamur patogen secara alami dapat
menghambat perkembangan jamur patogen. Keunggulan lain dari Trichoderma
adalah sebagai agen hayati yang hidup, yang dapat digunakan sebagai musuh
alami jamur patogen untuk berkembang biak dan bertahan hidup di lingkungan.
Beberapa langkah sederhana untuk memproduksi Trichoderma secara mandiri
yaitu : a). Untuk menelusuri sumber Trichoderma dapat ditemukan pada akar
bambu. Siapkan atap bambu yang bagian dalamnya sudah dibersihkan. Belah
bambu, lalu isi sebagian bambu dengan nasi semalaman; b). Tutup kedua belahan
bambu dan ikat dengan tali, lalu kubur di tanah humus di bawah pohon bambu.
Diamkan selama 5-7 hari lalu ambil, jika ada jamur seperti kapas, berarti anda
3

telah terinfeksi Trichoderma; c). Untuk perbanyakan Trichoderma, media yang


berasal dari beras kukus atau jagung dapat digunakan. Beras atau jagung
sebelumnya dimasukkan ke dalam plastik transparan. Jika uap sudah dingin,
masukkan indukan Trichoderma ke dalam bambu; d). Tambahkan 1/3 sendok
induk Trichoderma ke setiap media plastik dan aduk. Lalu diamkan selama 4 hari.
Ketika warna media beras atau jagung berubah menjadi hijau, Trichoderma dapat
digunakan sebagai fungisida hayati dan pupuk hayati untuk tanaman budidaya.

2.3. Aplikasi Trichoderma


Saat menggunakan Trichoderma, 3 aplikasi yang bisa diterapkan, yaitu: a).
Penyemprotan Trichoderma pada permukaan bedengan dapat dilakukan
bersamaan dengan pemberian pupuk dasar (kandang), dan merata pada bedengan
yang setengah jadi, bukan pada bedengan yang sudah jadi. Dosisnya sekitar 500
kg/ha (atau 20-25 gram tanaman); b). Menabur benih di lubang tanam, dan
menerapkan Trichoderma di lubang tanam saat pindah tanam, dengan
menyemprotkan Trichoderma di setiap lubang tanam. Oleh karena itu, saat
penyemaian nanti, posisi Trichoderma berada di akar tanaman; C). Untuk
penuangan, selain ditaburkan di bedengan dan lubang tanam, Trichoderma juga
bisa diaplikasikan melalui Kocor. Penyiraman bisa dimulai saat tanaman sudah
tumbuh hingga 7-10 HST (hari setelah tanam). Ini diulang setiap 10 hari hingga 4
perawatan. Penggunaan Trichoderma sebagai bahan campuran dalam perlakuan
benih sebelum ditanam dapat mengurangi kegagalan benih berkecambah akibat
serangan fungi patogen. Di samping itu Trichoderma dapat diaplikasikan
bersamaan dengan pupuk kimia untuk meningkatkan efisiensi pemupukan,
terutama di tanah tandus.
III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Teknologi Pengendalian Hayati dan Pengelolaan Habitat dengan
materi Perbanyakan Trichoderma sebagai biofungisida dan stimulator
pertumbuhan tanaman dilaksanakan pada hari Sabtu, 23 Oktober 2021 di
Laboratorim Budidaya Pertanian.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada Praktikum Teknologi Pengendalian Hayati dan
Pengelolaan Habitat dengan materi Perbanyakan Trichoderma sebagai
biofungisida dan stimulator pertumbuhan tanaman adalah plastik bening, kompor,
panci, nampan plastik, sendok makan, staples, lilin, botol plastik ukuran 1,5 liter
dan polibag ukuran 1 kg. Sedangkan bahan yang dipakai adalah beras, air cucian
beras, gula pasir, alkohol 70%, biang/starter trichoderma dari praktikum acara I,
tanah rizosfer cabai dan benih cabai.

3.3. Cara Kerja


Cara kerja yang dilakukan Praktikum Teknologi Pengendalian Hayati dan
Pengelolaan Habitat dengan materi Perbanyakan Trichoderma sebagai
biofungisida dan stimulator pertumbuhan tanaman, yaitu:
Cara Kerja I (Trichoderma Padat)
1. Mengukus beras selama 15-20 menit hingga menjadi 1/2 masak, mengangkat
dan meniriskan, kemudian dinginkan pada nampan yang telah disterilkan
dengan alkohol.
2. Memasukan beras yang sudah benar-benar dingin sebanyak sepuluh sendok
makan ke dalam plastik bening.
3. Mengambil starter Trichoderma sebanyak 1/3 sendok makan, menggunakan
sendok yang sudah disterilkan terlebih dahulu dengan menggunakan alkohol
dan dipanaskan diatas api lilin. Tangan dan meja tempat bekerja juga
disterilkan dengan menyemprotkan alkohol.
5

4. Mengempeskan plastik dan tutup mulut plastik dengan cara melipat ke bagian
dalam, kemudian menutup ujung plastik dengan staples posisi vertikal terhadap
dasar kantong.
5. Mencampur rata dengan cara mengguncangkan kantong media beras yang
sudah ditambahkan biang Trichoderma, kemudian media disimpan
ditempatyang bersih pada suhu ruang dan tertutup. Setelah 2 hari lakukan
pengadukan kembali tanpa membuka plastik dan setelah kurang lebih 4 hari
Trichoderma siap untuk digunakan dengan ciri apabila media beras berubah
warna menjadi warna hijau yang merata. Trichoderma siap diaplikasikan.

Cara Kerja II (Trichoderma Cair)


1. Menyiapkan starter Trichoderma dari hasil praktikum acara I.
2. Menyiapkan air cucian beras yang pertama sebanyak 1 liter. Memasukkan ke
dalam botol bekas air mineral yang sudah disterilkan dengan penyemprotkan
alkohol.
3. Memasukkan starter Trichoderma kurang lebih 1 sendok makan ke dalam
botol, kemudian tambahkan 5 sendok makan gula pasir.
4. Menutup rapat botol, lubangi dengan jarum pada tutup botol untuk membuang
gas hasil fermentasi. Simpan botol pada suhu ruang dalam kondisi gelap
selama kurang lebih 7 hari. Substrat cair dinyatakan berhasil apabila terlihat
miselium Trichoderma berwarna hijau pada permukaan air beras.
5. Trichoderma cair siap diaplikasikan ke tanaman cabai.

Aplikasi Trichoderma sebagai Biofungisida dan Stimulator


1. Menyiapkan tanah sebagai media tanam yang diambil dari lahan pertanaman
cabai. Isi gelas plastik atau polibag dengan tanah media tanam.
2. Untuk aplikasi Trichoderma padat, timbang substrat (hasil Cara Kerja I)
sebanyak kurang lebih 10 gram dan 20 gram (2 perlakuan pada gelas/polibag
yang berbeda), beri label pada masing-masing perlakuan tersebut, sebagai
Kontrol (0 gram) media tanam tidak diberi Trichoderma. Buat 5 ulangan pada
masing-masing perlakuan. Selanjutnya masukkan substrat padat secara merata
ke sekitar lubang tanam 2 hari sebelum benih ditanam. Masukkan benih cabai
6

sebanyak 2 butir (gelas air mineral) atau 5 butir (polibag) per lubang tanam.
Lakukan penyiraman setiap hari dengan air secukupnya sampai benih tumbuh
hingga umur bibit 2 minggu. Lakukan pengamatan setiap hari terhadap
pertumbuhan bibit.
3. Untuk aplikasi Trichoderma cair, ambil substrat (hasil Cara Kerja II) sebanyak
500 ml kemudian dicampurkan dengan air bersih sebanyak 15 Liter. Gunakan
perbandingan ini untuk menghitung keperluan aplikasi pada perlakuan
Saudara.
4. Dosis aplikasi Trichoderma cair sebanyak 0 ml (tanpa diberi Trichoderma
cair), 10 ml dan 20 ml per lubang tanaman 2 hari sebelum benih ditanam.
Kemudian tanam benih cabai seperti pada substrat padat. Buat 5 ulangan untuk
setiap perlakuan. Lakukan penyiraman dan pengamatan padapertumbuhan bibit.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


Tabel 1. Hasil Pengamtan Perbanyakan Trichoderma Sp Pada Media Padat
Dan Cair
Perubahan yang terjadi
Hari
Media cair Media padat
pengamatan
Media padat Media cair

Pada media padat, Pada media cair, air


trichoderma mulai menunjukan keadaan
29 Oktober muncul namun belum menjadi keruh
2021 cukup banyak dan keputihan dan
mengkontaminasi trichoderma mulai
nasi. muncul.

Nasi mulai
Trichoderma sudah menguning dan
2 November tumbuh dan mulai terkontaminasi oleh
2021 membanyak dan air trichoderma, namun
semakin keruh.. ada beberapa yang
tidak menguning.

Tabel 2. Hasil Pengamtan Trichoderma Sebagai Biofungisida Dan Stimulator


Pertumbuhan Tanaman Cabai
Keterangan Tinggi Jumlah
Hari Trichoderma Trichoderma
tanaman daun
pengamatan padat cair Cair Padat
(2 mst) (2 mst)

5 tumbuh
Tumbuh
1 mst dan 1 2 cm 3 daun
semua
mati

4
Tumbuh tumbuh,
2 mst 10 cm 5 daun
semua 1 mati, 1
layu
8

4.2. Pembahasan
4.2.1. Perbanyakan Trichoderma Pada Media Padat Dan Cair

Trichoderma Padat Trichoderma Cair

Pertumbuhan benih cabai yang telah diamati seperti pada tabel


dengan pemberian trichoderma cair menunjkan bahwa terdapat 5 yang
tumbuh dan 1 mati, walau demikian pertumbuhannya lebih cepat dan lebih
subur dari pada benih cabai yang diberikan trichoderma padat. Tanaman
lada yang diberi Trichoderma cair juga memiliki daun yang lebih banyak
dan daun lebih lebar dibandingkan tanaman lada yang diberi Trichoderma
padat. Dibandingkan dengan tanaman kontrol, tanaman cabai yang diberi
Trichoderma cair dan Trichoderma padat lebih subur dibandingkan
tanaman cabai yang tidak diberi perlakuan.
Trichoderma secara langsung dan tidak langsung membantu
pertumbuhan tanaman. Salah satu jamur Trichoderma adalah Trichoderma
harzianum. Menempatkan jamur ini ke dalam tanah dapat mempercepat
penguraian bahan organik karena menghasilkan 3 macam enzim sinergis,
yang dapat terurai lebih cepat dan lebih terkonsentrasi.
Trichoderma adalah sejenis mikroorganisme fungsional dan
dikenal luas sebagai pupuk hayati tanah. Selain sebagai organisme
pengurai, spesies ini juga berperan sebagai agen hayati dan perangsang
pertumbuhan tanaman. Kultur Trichoderma yang diberikan pada areal
tanam akan berperan sebagai dekomposer, pengurai sampah organik (daun
gugur dan ranting tua) menjadi kompos berkualitas tinggi yang dapat
9

digunakan. Selain itu juga berfungsi sebagai fungisida biologis yang


berperan dalam pengendalian patogen penyebab penyakit tanaman.
IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Trichoderma merupakan jamur antagonis yang dapat ditemukan di rizosfer
tanaman bambu. Spesies Trichoderma tumbuh dengan baik dan berlimpah di
tanah di sekitar akar yang sehat. Selain bermanfaat sebagai agen pengurai,
Trichoderma juga dapat digunakan sebagai agens hayati. Trichoderma dapat
menghambat pertumbuhan dan penyebaran mikotoksin penyebab penyakit
tanaman. Dalam proses pemisahan Trichoderma. Pemberian Trichoderma sp. pada
penanaman cabai menunjukkan hasil yang berbeda daripada yang tidak diberikan,
hal ini ditunjukkan dari tinggi tanaman dan juga jumlahdaun. Tanaman yang
dengan perlakuan memiliki tinggi yang lebih daripada tanaman yang tidak diberi
perlakuan apapun. Trichoderma yang cair lebih mempengaruhi pertumbuhan
tanaman.

4.2. Saran
Saran untuk praktikum Teknologi Pengendalian Hayati dan Pengelolaan
Habitat adalah praktikan dapat melakukan praktikum dengan lebih baik
kedepannya, serta diharapkan dapat mensterilkan bahan dengan baik dan benar
agar keberhasilan dari isolasi Trichoderma sp bisa berhasil.
DAFTAR PUSTAKA

Abri, Aylee Christine. 2014. Isolasi bakteri rhizosfer padatanaman kacang tanah
(Arachis hypogea)asal Bantimurung. Jurnal Galung Tropika 3 (1) : 29-38.
Aningsih, R.P., Nursyamsi, R. Sari. 2015. Mikroorganisme tanah bermanfaat
pada rhizosfer tanaman umbi di bawah tegakan hutan rakyat Sulawesi
Selatan. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1 (4) : 954-959.
Catur, 2020. Pengendalian Penyakit Penting pada Cabai dengan Menggunakan
Agens Hayati dan Sistem Budidaya Tumpang Gilir, Universitas Gadjah
Mada.
Gazali, Akhmad. 2015. Pengendalian Hayati. Bandung. Mujahid Press Bandung.
Hadi Misdi. 2017. ISOLASITrichodermaspp. Dari Beberapa Rizosfer Tanaman
Padi Asal Solok (Isolationtrichodermaspp. From Some Rizosphere Rice
Plants Solok). Journal Biosains. Vol 1 (1) : 97-105.
Hannung, 2020. Isolasi, Identifikasi dan pengendalian Paenibacillus polymyxa
sebagai agens Hayati Xanthomonas oryzae pv. Oryzae, Universitas Gadjah
Mada.

Hastuti, U. S., Aisaroh, S., & Najib, A. Daya Antagonisme TrichodermaSpp.


Terhadap Beberapa Spesies Kapang Patogen Dari Rhizosfer Tanah
Pertanian Kedelai. Biology, Science.Vol. 10 (2) : 8-23.

Nurlina., Anggraini Novita. 2018. Eksplorasi Dan Identifikasi TrichodermaSp


Lokal Dari Rizosfer Bambu Dengan Metode Perangkap Media Nasi.
Jurnal Agrohita. Vol. 2 (2): 41-42

Putri, B. R. T; Sumardani, N. L. G; Singarsa, I. D. P; Yastini, N. N. 2019.


Aplikasi Trichoderma Untuk Mencegah Penyakit Layu Pada Tanaman
Cabai Organik Di Desa Pering Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten
Gianyar. Buletin Udayana Mengabdi. Vol 18 (1).
Rina, Sriwati. 2020. Trichoderma: Si Agen Antagonis. Jakarta. Gramedia.
Susanti, W. I., Widyastuti, R., & Wiyono, S. (2015). Peranan Tanah Rhizosfer
Bambu sebagai Bahan untuk Menekan Perkembangan Patogen
Phytophthorapalmivora dan Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Pepaya.
Jurnal Tanah dan Iklim. Vol 39 : 65-4.
12

Anda mungkin juga menyukai