Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat penyertaan dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah budidaya tanaman pangan
mengenai “Teknik Budidaya Porang (Amorphophallus muelleri Blume)” ini tepat
waktu.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai bagaimana teknik budidaya tanaman
porang tersebut. Kami juga menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah ini untuk masa
mendatang.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai sarana perluasan ilmu serta
wawasan bagi pembaca. Demikian yang dapat kami sampaikan, terima kasih.

Palangka Raya, Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1
I.1. Latar Belakang............................................................................. 1
I.2. Rumusan Masalah........................................................................ 2
I.3. Tujuan Penulisan.......................................................................... 2
I.4. Manfaat Penulisan........................................................................ 3
II. PEMBAHASAN................................................................................. 4
II.1....................................................................................................... Pengert
ian Tanaman Porang...................................................................... 4
II.2....................................................................................................... Pengert
ian Teknik Budidaya Tanaman Porang
(Amorphophallus muelleri Blume)................................................ 5
II.3....................................................................................................... Tujuan
dan Manfaat dari Teknik Budidaya Tanaman Porang.................. 6
II.4....................................................................................................... Syarat
Tumbuh Tanaman Porang............................................................. 7
II.5....................................................................................................... Teknik
Budidaya Tanaman Porang........................................................... 7
II.6....................................................................................................... Pemanf
aatan Tanaman Porang.................................................................. 12
II.7....................................................................................................... Kekura
ngan dari Teknik Budidaya Tanaman Porang............................... 14
III. PENUTUP........................................................................................... 15
III.1...................................................................................................... Kesimp
ulan................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1................................................................................................................. Latar
Belakang
Dalam sepuluh tahun terakhir ini, tanaman porang (Amorphophaus
muelleri) telah populer menjadi salah satu komoditas perkebunan yang
bernilai ekonomis karena permintaan pasar terus meningkat (Santosa, 2014).
Prospek dari komoditas ini bisa dikatakan memang sangat potensial karena
memiliki nilai ekonomi terutama untuk industri dan kesehatan (Faridah, et
al.,2012). Dilihat dari segi ekonomi, tanaman ini lebih menguntungkan dengan
hasil yang didapat lebih cepat dan besar dibanding komoditas pertanian lainnya
seperti padi, jagung, karet, kopi, tebu, dan lain-lain.
Tanaman porang memiliki nilai ekonomi yang perlu dikembangkan karena
menawarkan peluang ekspor yang cukup besar (Sulistiyoet, et al.,2015). Sebagai
gambaran, untuk pemenuhan industri glukomanan (karbohidrat porang),
Indonesia masih mengimpor tepung glukomanan rata-rata 20 ton/tahun setara
dengan devisa lebih dari US$3 juta (Santosa, 2014). Dengan demikian maka
potensi dan peluang untuk mengembangkan porang sebagai tanaman budidaya
untuk meningkatkan sumber pendapatan dan kesejahteraan petani dapat menjadi
pilihan khususnya pada kawasan agroforestry.
Di Indonesia, budidaya porang secara intensif masih terbatas dilakukan petani
di beberapa daerah di Pulau Jawa, sementara secara agroekologi, tanaman porang
sangat berpeluang untuk dikembangkan di berbagai daerah di luar Jawa.
Tanaman porang sendiri biasanya tumbuh pada tempat pada iklim B dan C
(tropika basah). Curah hujan tahunan adalah 2500 mm/tahun. Menurut Suwardji
(2020), porang juga banyak ditemukan di daerah beriklim kering (iklim D dan
E) seperti di Nusa Tenggara Timur. Ketinggian tempat yang sesuai dengan
pertumbuhan porang adalah di dataran rendah <100 mdpl sampai dengan 600
mdpl. Panen porang dapat dilakukan setelah umur 2 tahun dengan berat umbi
yang dipilih pada umumnya adalah lebih dari 1 kg/umbi. Potensi porang
2

yang tinggi untuk budidaya dengan pendapatan tinggi, serta tahan terhadap
naungan sangat cocok ditanam dengan pola agroforestry.
Porang dapat tumbuh dengan baik di bawah naungan tanaman kayu atau
pepohonan. Budidaya porang dengan sistem agroforestry dapat meningkatkan
diversifikasi bahan pangan dan bahan baku industri. Budidaya porang berbasis
agroforestry dapat menjadi solusi dalam meningkatkan produktivitas dan
keberlanjutan usaha budidaya porang. Sistem penggunaan lahan yang
diterapkan memadukan tanaman porang atau tanaman pertanian lainnya yang
berdampingan dengan pohon atau semak-semak pada satu areal yang
sama sehingga diharapkan mampu menjaga kelangsungan ekosistem dan
mengurangi tekanan akan penggunaan lahan hutan (Sari, 2015).
Untuk itu, perlu adanya pengetahuan lebih jauh mengenai teknik budidaya
tanaman porang tersebut. Dengan adanya pembuatan makalah ini, penulis akan
memaparkan lebih jauh mengenai tanaman porang maupun teknik budidaya
porang itu sendiri, baik pengertian tanaman porang, pengertian teknik budidaya
tanaman porang, tujuan dan manfaat dari tekik budidaya porang, teknik budidaya
tanaman porang, pemanfaatan tanaman porang, maupun kekurangan dari teknik
budidaya tanaman porang itu sendiri.

1.2................................................................................................................. Rumus
an Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasikan beberapa
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan tanaman porang?
2. Apa yang dimaksud dengan teknik budidaya tanaman porang?
3. Apa tujuan dan manfaat dari teknik budidaya tanaman porang?
4. Apa saja syarat tumbuh tanaman porang?
5. Bagaimana teknik budidaya tanaman porang tersebut?
6. Bagaimana pemanfaatan dari tanaman porang tersebut?
7. Apa saja kekurangan dari teknik budidaya tanaman porang?
3

1.3................................................................................................................. Tujuan
Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun maka tujuan makalah ini,
yaitu:
1. Mengetahui secara lebih luas mengenai maksud dari tanaman porang tersebut.
2. Mengetahui secara lebih mendalam apa yang dimaksud dengan teknik
budidaya tanaman porang tersebut.
3. Mengetahui apa saja tujuan dan manfaat yang diperoleh dari teknik budidaya
tanaman porang.
4. Mengetahui apa saja syarat tumbuh dari tanaman porang tersebut.
5. Mengetahui bagaimana langkah-langkah atau teknik dari budidaya tanaman
porang tersebut,
6. Mengetahui dimanfaatkan sebagai apa saja tanaman porang tersebut.
7. Mengetahui apa saja kekurangan dari teknik budidaya tanaman porang
tersebut.

1.4................................................................................................................. Manfa
at Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat berguna dan memberi manfaat bagi beberapa
pihak, yaitu:
1. Bagi petani porang, hasil makalah ini diharapkan dapat menjadi sebuah
informasi tambahan terkait teknik budidaya porang yang baik dan benar.
2. Bagi pemerintah, hasil makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi
bagaimana upaya pemerintah dalam memberikan kebijakan, seperti sosialisasi
mengenai teknik budidaya porang tersebut.
3. Bagi penulis lain, hasil makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi dan
tambahan informasi dalam penyusunan makalah selanjutnya.
4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1................................................................................................................. Penger
tian Tanaman Porang
Tanaman Porang merupakan salah satu jenis tumbuhan umbi-umbian berupa
semak (herba), yang dapat dijumpai tumbuh di daerah tropis dan sub-tropis.
Belum banyak dibudidayakan dan ditemukan tumbuh liar didalam hutan, dibawah
rumpun bambo, ditepi sungai dan lereng gunung (pada tempat yang lembab).
Porang dapat tumbuh di bawah naungan, sehingga cocok di kembangkan sebagai
tanaman sela diantara jenis tanaman kayu atau pepohonan yang dikelola dengan
sistem agroforestry. Porang juga dapat dibudidayakan pada kondisi lahan datar
dan juga di lahan kering. Porang dapat tumbuh baik pada tanah kering dan
berhumus dengan pH 6-7, umbi batangnya berada di dalam tanah dan umbi inilah
yang diambil hasilnya. Budidaya porang merupakan upaya diversifikasi bahan
pangan serta penyediaan bahan baku industri yang dapat meningkatkan nilai
komoditi ekspor di Indonesia. Komposisi umbi porang bersifat rendah kalori,
sehingga dapat berguna sebagai makanan diet yang menyehatkan (Sari et al.,
2015).
Porang (Amorphophallus Oncophyllus P.) mengandung karbohidrat berbentuk
polisakarida. Turunan karbohidrat ini dinamakan glukomanan dimana
glukomanan memiliki sifat dapat difermentasi dan dapat larut dalam air
(Purwanto, 2014). Glukomanan disini mempunyai berbagai macam sifat istimewa,
yaitu dapat mengembang serta dapat mencair seperti agar sehingga dapat
digunakan untuk media pertumbuhan mikroba (Koswara, 2013). Umbi porang
(Amorphophallus Oncophyllus P.) didalamnya terdapat glukomanan yang terdiri
dari 15 % - 64 % dalam porang kering, digunakan untuk kesehatan, bahan baku
industri pangan (Faridah, et al., 2012). Umbi porang banyak mengandung
glucomannan berbentuk tepung. Glucomannan merupakan serat alami yang larut
dalam air biasa digunakan sebagai aditif makanan sebagai emulsifier dan
pengental, bahkan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan lem ramah
lingkungan dan pembuatan komponen pesawat terbang.
6

Umbi porang mempunyai potensi yang sangat besar dalam bidang produksi,
namun hal ini belum dikelola secara benar dan maksimal, padahal umbi porang
adalah bahan baku dalam pembuatan tepung glukomannan yang mempunyai nilai
ekonomi yang sangat tinggi dan kegunaan yang luas dalam bidang pangan.
Tepung glukomannan tersebut apabila diproduksi secara besar-besaran dapat
meningkatkan ekspor non migas, devisa negara, kesejahteraan masyarakat, dan
menciptakan lapangan kerja. Zat glukomannan ini dapat digunakan untuk bahan
perekat, bahan seluloid, kosmetik, bahan makanan, industri tekstil dan kertas.

2.2................................................................................................................. Penger
tian Teknik Budidaya Tanaman Porang (Amorphophallus muelleri Blume)
Istilah teknik budidaya tanaman diturunkan dari pengertian kata-kata teknik,
budidaya, dan tanaman. Teknik memiliki arti pengetahuan atau kepandaian
membuat sesuatu, sedangkan budidaya bermakna usaha yang memberikan hasil.
Kata tanaman merujuk pada pengertian tumbuh-tumbuhan yang diusahakan
manusia, yang biasanya telah melampaui proses domestikasi. Teknik budidaya
tanaman adalah proses menghasilkan bahan pangan serta produk-produk
agroindustri dengan memanfaatkan sumberdaya tumbuhan. Selain itu, teknik
budidaya tanaman porang juga dapat diartikan sebagai serangkaian metode yang
digunakan untuk menanam, merawat, dan memanen tanaman porang secara
optimal agar menghasilkan produksi yang maksimal.
Perkembangbiakan tanaman Porang dapat dilakukan melalui dua cara yaitu
secara secara vegetatif dengan memanfaatkan bulbil dan umbinya, serta secara
generatif melalui biji. Secara umum bibit yang digunakan berasal dari umbi dan
bulbil yang sehat. Namun saat ini salah satu kendala dari budiadaya porang adalah
sulitnya memperoleh bibit berupa umbi dan bulbil. Maka salah satu upaya
penyediaan bibit Porang adalah dengan penyediaan bibit melalui biji karena
jumlahnya yang lebih banyak dengan cara mengecambahkannya. Adanya lebih
dari satu embrio pada bijinya, maka biji Porang disebut memiliki sifat poliembrio.
Sifat poliembrio tersebut menjadi kelebihan yang dapat dimanfaatkan untuk upaya
perkembangbiakan Porang (Hidayat et al., 2012).
7

2.3................................................................................................................. Tujuan
dan Manfaat dari Teknik Budidaya Tanaman Porang
Budidaya porang bukan hanya tentang menghasilkan umbi, tetapi juga tentang
memanfaatkan potensi ekonomi, menjaga lingkungan, dan mengelola lahan
dengan baik Tujuan dan manfaat dari teknik budidaya porang adalah untuk
menghasilkan umbi porang yang berkualitas tinggi dalam jumlah yang optimal.
Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor seperti pengelolaan
lahan, pengendalian hama dan penyakit, serta pemeliharaan yang baik agar
produksi porang dapat maksimal. Selain itu, budidaya porang juga bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan memperluas pasar bagi komoditas
ini.
a. Produksi Umbi Porang: Tanaman porang ditanam terutama untuk
menghasilkan umbi porang. Umbi ini mengandung karbohidrat, lemak,
protein, mineral, vitamin, dan serat pangan. Karbohidrat pada umbi porang
terdiri dari pati, glukomanan, serat kasar, dan gula reduksi. Dalam 1 hektar
lahan, bisa ditanam sekitar 6.000 batang porang yang menghasilkan sekitar 24
ton umbi porang. Dengan harga jual umbi sekitar Rp 2.500 per umbi,
pendapatan petani dapat mencapai Rp 60 juta per hektar per tahun.
Umbi ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena digunakan sebagai
bahan baku dalam industri kosmetik, lem, dan jelly. Selain itu, umbi porang
juga dapat diolah menjadi makanan rendah kalori yang memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
b. Bahan Baku Industri: Umbi porang memiliki berbagai kegunaan industri.
Beberapa di antaranya adalah sebagai bahan campuran untuk membuat
kertas yang kuat dan tahan lama, serta sebagai pengganti gelatin karena
memiliki serat tidak berwarna yang mudah larut dalam air dan
konsistensi mirip agar-agar.
8

c. Potensi Ekspor: Tanaman porang menjadi komoditas ekspor baru yang


menjanjikan. Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa porang memiliki
potensi memberikan keuntungan tinggi bagi petani lokal.
d. Pengendalian Erosi: Budidaya porang dapat membantu mencegah terjadinya
longsor. Akar porang yang kuat berperan sebagai tanaman pengikat dan
membantu menjaga kestabilan tanah.
e. Pemeliharaan Intensif: Meskipun tanaman porang tidak memerlukan
pemeliharaan khusus, pemeliharaan yang intensif dapat membantu
meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas. Kegiatan pemeliharaan
meliputi penyiangan gulma dan pemantauan kondisi tanaman.
f. Pengelolaan Lahan: Teknik budidaya porang melibatkan persiapan lahan
yang baik, pemilihan bibit yang sehat, dan penanaman yang tepat. Tujuannya
adalah untuk memastikan pertumbuhan optimal dan hasil produksi yang
maksimal.

2.4................................................................................................................. Syarat
Tumbuh Tanaman Porang
Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Porang Indonesia (2013),
Tanaman porang yang dibudidayakan harus punya kualitas yang baik, untuk itu
perlu diketahui syarat-syarat tumbuh tanaman porang, antara lain:
a. Keadaan iklim
 Intensitas cahaya 60 – 70%.
 Ketinggian 0 – 700 m dpl. Namun yang paling bagus pada daerah dengan
ketinggian 100 – 600 m dpl.
b. Keadaan tanah
 Dibutuhkan tanah yang gembur/subur dan tidak becek.
 Tanah dengan tekstur lempung berpasir dan bersih dari alang-alang.
 Derajat keasaman tanah ideal antara pH 6 – 7.
c. Kondisi lingkungan
 Naungan yang ideal: Jati, Mahoni Sono, dan lain-lain.
9

 Tingkat kerapatan naungan minimal 40% maksimal 60%. Semakin rapat


semakin baik.

2.5................................................................................................................. Teknik
Budidaya Tanaman Porang
Tahapan kegiatan budidaya tanaman porang secara intensif dapat digolongkan
menjadi 5 tahapan kegiatan. Lima tahapan kegiatan tersebut secara detail dan
tahapan prosenya diuraikan sebagai berikut ini:
a. Persiapan Lahan
Lokasi tumbuh tanaman porang yang baik adalah di bawah naungan dengan
itensitas cahaya 60-70%. Kegiatan persiapan lahan:

 Pada lahan datar


Setelah lahan dibersihkan dari semak-semak liar/rumpuk/gulma dengan
menggunakan alat seperti sabit atau mesin pencabut rumput. Atau alternatif
lain memanfaatkan bahan-bahan kimia salah satunya herbisida. Lalu dibuat
guludan selebar 50 cm dengan tinggi 25 cm dan panjang disesuaikan dengan
lahan. Jarak antara guludan adalah 50 cm. Pada lahan miring lahan
dibersihkan tidak perlu diolah.
 Pada lahan miring
Lahan yang dibersihkan tidak perlu diolah. Lalu dibuat lubang tempat ruang
tumbuh bibit yang dilaksanakan pada saat penanaman.
b. Pembibitan
Porang dapat diperbanyak secara vegetatif dan generatif (biji, bulbil/katak).
Bibit yang dipilih adalah dari umbi dan bulbil yang sehat. Bibit porang cukup
ditanam sekali. Setelah bibit yang ditanam berumur 3 tahun, dapat dipanen setiap
tahunnya tanpa perlu penanaman kembali.
c. Penanaman
10

Tahap berikutnya adalah kegiatan penanaman bahan tanaman porang.


Kegiatan penanaman harus memperhatikan beberapa faktor secara bertahap.
Faktor-faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Waktu Penanaman
Bibit tanaman mempunyai waktu tanam berbeda antara satu dengan yang
lain. Bahan tanaman dari umbi dan bubil yang berukuran diameter 2,5 cm
sebaiknya langsung ditanam pada musim kemarau dan tidak perlu
dipersemaikan terlebih dahulu. Disisi lain, biji, bubil berukuran kecil, stek
daun dan stek umbi tidak dapat ditanam langsung ke lahan dan memerlukan
proses persemaian serta menunggu waktu yang sesuai untuk menanam bibit
tanaman tersebut ke lahan. Waktu musim penghujan adalah waktu yang
sesuai untuk menanam biji, stek daun dan stek umbi setelah dilakukan
persemaian. Oleh karena itu, budidaya tanaman porang harus dilakukan
dengan cara menanam bibit tanaman yang jenis, ukuran sama dan waktunya
sesuai dengan bibit tanaman.
2) Cara Penanaman
Cara penanaman dapat dilakukan dengan berbeda-beda cara pada setiap
bahan tanaman yang digunakan. Cara-cara tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
 Cara penanaman umbi dilakukan dengan cara tunas pada umbi dibalik
maupun tidak dibalik dapat tumbuhtanaman porang. Menurut Suwarmoto
(dalam Hidayah, 2016) mengatakan tunas umbi dibalik dan tidak dibalik
menghasilkan berat umbi yang sama pada tanaman iles-iles.
 Menurut Subini (dalam Hidayah, 2016), bubil dilakukan penanaman di
lahan dengan cara mata-matabubil tidak dibalik agar tanaman porang
dapat tumbuh.
 Menurut Suwarmoto (dalam Hidayah, 2016) cara penanaman biji, stek
daun dan stek umbi harus disemaikan terlebih dahulu agar terbentuk
tanaman porang yang siap dipindahkan ke lahan. Tanaman porang dari
biji, stek daun dan stek umbi yang siap untuk ditanam ke lahan biasanya
dinamakan dengan cabutan tanaman porang. Cabutan tanaman porang
11

dilakukan dengan cara memasukkan akarnya secara utuh ke dalam


lubang tanaman kemudian kita mentutup lubang tersebut dengan tanah.
Cabutan tanaman porang harus memperhatikan keutuhan akar dalam
memindahkan dan menanamanya ke lahan.
3) Lubang atau kedalaman tanah
Lubang atau kedalaman tanah yang baik adalah sesuai dengan ukuran
bubil dan umbi yang digunakan untuk tanaman porang. Selain itu, cabutan
tanaman porang yang berasal dari biji, stek daun dan stek umbi ditanam pada
lahan dengan kedalaman tanah menutupi akarnya.
4) Jarak tanam
Jarak tanam merupakan tahap akhir di dalam kegiatan penanaman setelah
waktu tanam, lubang tanam dan cara penanaman terpenuhui. Jarak tanam
yaitu jarak antara satu lubang tanaman dengan lubang yang lain. Di dalam
budidaya tanaman porang jarak tanam harus diatur agar kegiatan-kegiatan
berjalan efektif. Jarak tanam di dalam budiaya tanaman porang secara dapat
dibedakan 2 golongan., yaitu:
 Jarak tanam awal diperlebar dari jarak tanam optimumnya.
Jarak tanam awal diperlebar menjadi dua kali atau tiga kali dari jarak
optimunya. Misalnya untuk jarak tanam awal bubil dirubah menjadi 70-
140 cm atau umbi dengan jarak tanam awal 70-180 cm. Fungsi
perubahan jarak tanam awal pada tanaman porang agar permudaan
tanaman porang tetap terjaga dan setelah tiga tahun akan melakukan
kegiatan panen tiap tahun. Selain itu, umbi atau bubil yang digunakan
pertama kali tidak banyak dan tidak membutuhkan biaya dengan jumlah
banyak untuk membeli umbi dan bubil. Di lain pihak, perubahan jarak
tanam awal mengakibatkan panen pertama kali dari umbi tanaman
porang tidak sebanyak umbi dengan jarak awal yang tidak dirubah.
 Jarak tanam awal sesuai dengan jarak optimumnya.
Jarak tanam awal yang sesuai dengan jarak optimum tanaman porang
mengakibatkan semua bubil yang jatuh pada musim dorman diambil dan
tidak ditanam selama masa panen umbi. Selain itu, panen pertama kali
12

lebih besar daripada jarak tanaman awal dirubah. Di sisi lain, jarak tanam
yang tidak berubah menyebabkan permudaan tidak berjalan, panen hanya
sekali, dan biaya lebih besar untuk membeli umbi dan bubil untuk
ditanam pertama kali.
d. Pemeliharaan Tanaman
Tanaman porang merupakan tanaman yang tidak memerlukan pemeliharaan
secara khusus. Namun untuk mendapatkan hasil pertumbuhan dan produksi yang
maksimal, dapat dilakukan perawatan yang intensif dengan cara:
1) Penyiangan
Dilakukan dengan membersihkan gulma yang berupa rumput liar yang
dapat menjadi pesaing tanaman porang dalam hal kebutuhan air dan unsur
hara. Hal ini sebaiknya dilakukan sebulan setelah umbi porang ditanam.
Penyiangan berikutnya dapat dilakukan saat gulma muncul. Gulma yang
terkumpul dapat ditimbun dalam sebuah lubang agar membusuk dan
menjadi kompos. Dalam proses penyiangan ini, sebaiknya juga dilakukan
penggemburan tanah dengan alat cangkul, sekop dan alat pertanian
lainnya.
2) Pemupukan
Pada saat pertama kali ditanam, dilakukan pemupukan dasar. Untuk
pemupukan berikutnya dapat dilakukan setahun sekali (awal musim
hujan). Untuk mendapatkan hasil panen tanaman porang yang optimal,
maka wajib melakukan pemupukan yang tepat dan berimbang. Unsur hara
Nitrogen (N), Phospate (P) dan Kalium (K) merupakan unsur hara
essensial yang berperan penting dalam proses pertumbuhan tanaman.
Unsur Nitrogen berperan penting dalam proses pembentukan zat klorofil
(zat hijau daun) dan merangsang pembentukan daun, tunas dan batang
porang. Phospate berperan penting sebagai pembentuk energi dalam proses
metabolisme tanaman. Sedangkan unsur Kalium berperan penting untuk
meningkatkan mutu hasil tanaman. Kegiatan pempupukan harus dilakukan
setelah kegiatan penyiangan dengan manual atau kimia. Agar pupuk dapat
digunakan oleh tanaman porang secara keseluruhan dan tidak bersaing
13

dengan rumput dalam mendapatkan pupuk untuk pertumbuhannya.


Pempupukan ini dilakukan dengan cara meletakkan pupuk di sekitar
tanaman porang dengan ukuran yang sudah dipilih jenis pupuk dengan
ukaran dosisnya.
3) Meninggikan Guludan
Langkah lain saat merawat tanaman porang dengan peninggian guludan,
yaitu menimbun pangkal batang porang dengan tanah. Peninggian itu agar
batang berdiri tegak. Selain itu pertumbuhan umbi porang dapat lebih
cepat.
4) Pengamanan pohon pelindung
Porang merupakan tanaman yang butuh naungan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pemeliharaan terhadap pohon pelindung agar pohon pelindung
dan tanaman porang dapat tumbuh dengan baik.
e. Pemanenan
Tanaman porang dapat dipanen untuk pertama kali setelah umur tanaman
mencapai 3 tahun. Setelah itu, tanaman dapat dipanen setahun sekali tanpa harus
menanam kembali umbinya. Tanaman porang hanya mengalami pertumbuhan
selama 5-6 bulan tiap tahunnya (pada musim penghujan). Di luar masa itu,
tanaman mengalami masa 15 istirahat/dorman dan daunnya akan layu sehingga
tampak seolah-olah mati. Waktu panen tanaman porang dilakukan pada bulan
April – Juli (masa dorma). Panen porang dilakukan dengan menggali tanah
dengan hati-hati untuk menghindari adanya luka pada umbi porang. Umbi yang
dipanen adalah umbi besar yang beratnya lebih dari 2 kg/umbi, sedangkan umbi
yang masih kecil ditinggalkan untuk dipanen pada tahun berikutnya. Rata-rata
produksi umbi porang berkisar 10 ton per hektar.

2.6................................................................................................................. Pemanf
aatan Tanaman Porang
a. Produk Olahan Porang
Pengolahan porang terutama dilakukan untuk mendapatkan komponen
glukomannannya. Produk porang yang biasa diolah dan dipasarkan dari umbi
14

segar adalah chips, tepung porang (konjac flour) dan tepung glukomannan (konjac
glucomannan). Pengolahan umbi porang menjadi produk kering, seperti chips dan
tepung merupakan upaya untuk menginaktivasi enzim yang dapat merusak
glukomannan bila disimpan dalam bentuk segar. Selain itu, bentuk kering juga
lebih ringkas dan lebih tahan lama disimpan dan praktis untuk diolah lebih lanjut.
Pada pembuatan chips, umbi segar disortasi lebih dahulu, dengan memisahkan
umbi yang tidak rusak/cacat, kemudian dikupas, dicuci dan direndam dalam air
bila menunggu proses berikutnya untuk mencegah terjadinya pencoklatan. Umbi
selanjutnya diris tipis dengan ketebalan 0,5-1,0 cm, lalu direndam dalam larutan
garam 5% (b/b) dengan perbandingan 1 kg umbi dengan 3 liter air selama 24 jam.
Untuk melarutkan kristal oksalat dan menetralkan senyawa alkaloid (konisin)
yang berasa pahit. Irisan umbi kemudian dibilas dengan air sampai bersih, lalu
dijemur selama dua hingga tiga hari (30 jam) atau dikeringkan dalam oven pada
suhu 70 °C selama 16 jam sampai kadar air <12%. Namun pengeringan chips
dengan sinar matahari dilaporkan memberikan kandungan glukomannan yang
lebih tinggi (22,07%) dibandingkan dengan pengeringan oven (18,15%)
(Koswara, 2013). Chips kering selanjutnya dapat digiling menjadi tepung porang
yang diharapkan memiliki kandungan glukomanan tinggi, kalsium oksalat rendah
dan warna putih/ cerah. Tingkat kehalusan tepung porang ini sekitar 40-60 mesh
dan merupakan tepung porang kasar.
Untuk memisahkan glukomannan dari komponen lain yang terdapat pada
tepung (pati, serat, kalsium oksalat, dan lain-lain), proses pemurnian (purifikasi)
dapat dilakukan dengan cara mekanis dan kimia. Tepung hasil pemurnian ini
disebut tepung glukomannan. Cara pemurnian mekanis, meliputi
penggerusan/penggilingan dengan peniupan dan penggerusan dengan pengayakan
dan penyosohan. Prinsip pemisahan dengan peniupan (hembusan) adalah
berdasarkan bobot jenis dan ukuran molekul glukomannan yang lebih besar serta
tekstur lebih keras dibandingkan dengan komponen tepung lainnya, sehingga akan
jatuh dekat dengan pusat kipas (blower) dan mudah untuk dipisahkan.
b. Pemanfaatan tepung porang/Tepung Glukomannan
15

Tepung porang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, di antaranya


pangan fungsional, pakan ternak, pengikat air, bahan pengental, penggumpal atau
pembentuk gel dan makanan diet rendah lemak dan kalori, terutama karena sifat
kelarutan glukomannannya yang tinggi di dalam air. Sebagai bahan pangan,
tepung porang dapat diolah menjadi konnyaku (mirip tahu) dan shirataki
(berbentuk mie) yang cukup terkenal di Jepang, China, dan Taiwan dan relatif
mahal harganya.
Di Indonesia, beberapa penelitian pemanfaatan tepung porang juga telah
dilakukan. Yuwono (2010) melaporkan bahwa tepung porang dapat digunakan
sebagai bahan campuran (komposit) dalam pembuatan beras tiruan. Demikian
pula pada pembuatan mie instan, penambahan 1% tepung porang dapat
meningkatkan kandungan protein, lemak, pati, serat dan pengembangan mie.
Sifat larutan tepung porang yang kental juga dapat dimanfaatkan sebagai
penstabil es krim untuk memperbaiki teksturnya. Semakin tinggi konsentrasi
tepung porang, semakin lama resistensi es krim terhadap pelelehan atau semakin
sulit untuk meleleh. Tepung porang juga dapat digunakan sebagai bahan
pengenyal (gelling agent) sehingga berpeluang untuk menggantikan boraks yang
berisiko terhadap kesehatan. Salah satunya adalah pada pembuatan tahu, yakni
penggunaan tepung porang 110-190 g untuk 220 g biji kedelai yang ditambahkan
ke dalam filtrat/sari kedelai pada kondisi pH 9-10. Selain itu, juga dapat
digunakan sebagai bahan pengikat pada pembuatan sosis ayam yang dicampur
dengan maizena sebagai bahan pengisi.

2.7................................................................................................................. Kekura
ngan dari Teknik Budidaya Tanaman Porang
Tanaman porang (Amorphophallus muelleri Blume) telah menjadi perhatian
yang meningkat di kalangan petani dan peneliti karena potensi ekonominya yang
tinggi. Meskipun demikian, seperti halnya budidaya tanaman lainnya, budidaya
porang juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu dipertimbangkan oleh para
pelaku budidaya.
16

a. Rentan Terhadap Serangan Hama dan Penyakit. Tanaman porang rentan


terhadap serangan berbagai jenis hama dan penyakit seperti serangan ulat,
jamur, dan bakteri. Serangan ini dapat menyebabkan penurunan produksi
serta kerugian finansial bagi para petani.
b. Memerlukan Perawatan Intensif. Budidaya porang memerlukan perawatan
yang intensif termasuk pemangkasan, pengendalian gulma, dan pemupukan
yang teratur. Hal ini memerlukan waktu dan tenaga ekstra dari para petani.
c. Pertumbuhan Lambat. Tanaman porang memiliki pertumbuhan yang relatif
lambat dibandingkan dengan tanaman lainnya. Hal ini memerlukan
kesabaran ekstra dari para petani karena waktu yang diperlukan untuk
mencapai ukuran panen yang diinginkan.
d. Ketergantungan pada Faktor Lingkungan. Produktivitas tanaman porang
sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban udara,
dan curah hujan. Fluktuasi dalam faktor-faktor ini dapat berdampak negatif
pada hasil produksi.
e. Keterbatasan Pasar. Meskipun memiliki potensi ekonomi yang tinggi, pasar
porang masih terbatas dan belum tersebar luas. Hal ini dapat menyulitkan
para petani dalam pemasaran hasil panen mereka.
f. Pengelolaan Limbah. Proses pengolahan umbi porang menghasilkan limbah
organik yang perlu dikelola dengan baik untuk menghindari dampak negatif
pada lingkungan sekitar.
BAB III
PENUTUP

3.1................................................................................................................. Kesimp
ulan
Tanaman Porang merupakan salah satu jenis tumbuhan umbi-umbian berupa
semak (herba), yang dapat dijumpai tumbuh di daerah tropis dan sub-tropis.
Tanaman porang ini memiliki nilai ekonomi yang perlu dikembangkan karena
memiliki peluang ekspor yang cukup besar sehingga perlu dilakukan budidaya
tanaman porang secara intensif dengan teknik yang benar dan maksimal. Tujuan
dan manfaat dari teknik budidaya tanaman porang ini adalah untuk menghasilkan
umbi porang yang berkualitas tinggi dengan jumlah yang optimal. Untuk
menghasilkan umbi porang yang berkualitas tinggi, dalam budidayanya kita perlu
memperhatikan syarat tumbuh tanaman porang dari keadaan tanah, keadaan iklim,
dan kondisi lingkungan.
Tahapan kegiatan budidaya tanaman porang secara intensif dapat digolongkan
menjadi 5 tahapan kegiatan, yaitu persiapan lahan, pembibitan, penanaman,
pemeliharaan tanaman, dan pemanenaan. Tanaman porang itu sendiri
dimanfaatkan sebagai produk olahan porang yang berasal dari umbinya yang
segar yang nantinya diolah dan dipasarkan berupa chips, tepung porang (konjac
flour), dan tepung glukomannan (konjac glucomannan). Adanya beberapa
pemanfaatan porang terutama sebagai bahan industri dan makanan tidak
menjadikan tanaman porang terhindar dari adanya kekurangan dari segi
budidayanya, seperti rentan terhadap serangan hama dan penyakit, memerlukan
perawatan intensif, pertumbuhan lambat, ketergantungan pada faktor lingkungan,
keterbatasan Pasar, dan pengelolaan limbahnya.
18
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pertanian Tulang Bawang. (2021). Budidaya Porang. Retrieved from


https://distani.tulangbawangkab.go.id/news/read/3551/budidaya-porang
Faridah, A., Widjanarko, S. B., Sutrisno, A., & Susilo, B. (2012). Optimasi
Produksi Tepung Porang Dari Chip Porang Secara Mekanis Dengan
Metode Permukaan Respons. Teknik Industri, 12(2), 155-166.
Hidayah, N. R. (2016). Budidaya Umbi Porang Secara Intensif.
Hidayat, R., Dewanti, & Hartojo. (2012). Mengenal Karakter, Manfaat, dan
Budidaya Tanaman Porang (Amorphopallus oncophyllus P.).
Istomo, Adisti, P. P., & Sri, R. (2023). Peningkatan Pengetahuan Kelompok Tani
Melalui Pelatihan Budidaya Porang di Desa Sugiwaras, Magetan, Jawa
Timur. Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat, 9(1), 1-9.
Masniawati, A., & et al. (2023). Sosialisasi dan Pelatihan Budidaya Porang
Berbasis Agroforestry Untuk Warga Desa Garuntungan Kabupaten
Bulukumba. Jurnal Pengembangan Komunitas, 4(4), 9475-9480.
Purwanto, A. (n.d.). Pembuatan Brem padat dari Umbi Porang (Amorphophallus
Omcophyllus Prain). (1), 16-28.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Porang Indonesia. (2013). Modul Diseminasi
Budidaya dan Pengembangan Porang (Amorphophallus muelleri Blume)
Sebagai Salah Satu Potensi Bahan Baku Lokal).
Rahayuningsih, Y., & Sulastri, I. (2021). Analisis Usahatani Porang
(Amorphophallus Mulleri B.) Di Kecamatan Mancak, Kabupaten Serang,
Provinsi Banten. Jurnal Kebijakan Pembangunan Daerah, 5(1), 47-56.
Reyhan. (2023). Panduan Lengkap Budidaya Tanaman Porang. Retrieved from
https://www.dgwfertilizer.co.id/panduan-lengkap-budidaya-tanaman-
porang/
Sari, R., & Suhartati. (2015). Tumbuhan Porang: Prospek Budidaya Sebagai Salah
Satu Sistem Agroforestry. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi
Kehutanan, 12(2), 97-110.
Sukartono, Suwardji, Kusumo, B. H., Bakti, A. A., & Edwin. (2020). Penguatan
Kapasitas Kelompok Tani Dalam Budidaya Porang Berbasis Pertanian
Konservasi-Agroferstry Di Desa Sambi Elen, Lombok Utara. Jurnal SIAR
ILMUWAN TANI, 1(2), 67-74.
Sulistiyo, Rico, H., Lita, S., & Damanhuri. (2015). Eksplorasi dan Identifikasi
Karakter Morfologi Porang (Amorphophallus Muelleri B.) di Jawa Timur.
20

Suwardji. (2020). Laporan Bulanan Kegiatan Desa Sejahtera Astra-


Pengembangan Porang.
Suwardji, Kusnarta, I., Yasin, I., & Fahrudin. (2020). Sosialisasi Penanaman
Porang di KLU.

Anda mungkin juga menyukai