)
DENGAN MENGGUNAKAN PUPUK KANDANG
MAKALAH
Oleh:
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
BUDIDAYA TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)
DENGAN MENGGUNAKAN PUPUK KANDANG
MAKALAH
Oleh:
Diperiksa oleh :
Disahkan oleh :
Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan Kesehatan
bagi penulis segingga penulis dapat menyelesaikan makalah praktikum Budidaya
Tanaman Kakao, Kelapa dan Tebu yang berjudul “Budidaya Tanaman Tebu
(Saccharum officinarum L.) Dengan Menggunakan Pupuk Kandang”
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ayahanda dan Ibunda yang telah membesarkan dan mendidik penulis hingga dapat
seperti ini
2. Ibunda Assoc. Prof. Ir. Efrida Lubis M. P. sebagai Dosen Penanggung Jawab
Praktikum Budidaya Tanaman Kakao, Kelapa dan Tebu Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
3. Dicky Zulkarnain Tanjung S. P. sebagai Asisten Praktikum Budidaya Tanaman
Budidaya Tanaman Kakao, Kelapa dan Tebu Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
4. Aditya Nur Cahyo sebagai Asisten Praktikum Budidaya Tanaman Kakao, Kelapa
dan Tebu Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu
saran dan kritik sangat diharapkan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................... 1
Tujuan Makalah .................................................................................. 2
Rumusan Masalah .............................................................................. 2
Kegunaan Makalah ............................................................................. 3
BAB II ISI ....................................................................................................... 4
Tanaman Tebu .................................................................................... 4
Pemilihan Bibit Tebu.......................................................................... 5
Persemaian Tanaman Tebu ................................................................ 6
Perawatan Tanaman Tebu .................................................................. 6
Pemupukan Tanaman Tebu ................................................................ 8
Pemanenan Tanaman Tebu ................................................................ 9
Pasca Panen Tanaman Tebu ............................................................... 9
Peranan Pupuk Kandang .................................................................... 10
Pupuk Kandang Kambing ......................................................... 10
Pupuk Kandang Sapi ................................................................. 11
Pupuk Kandang Ayam .............................................................. 11
Pupuk Kandang Kuda ............................................................... 12
Pupuk Kandang Bebek .............................................................. 13
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 14
Kesimpulan......................................................................................... 14
Saran ................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tebu (Saccharum officinarum L) termasuk tumbuhan golongan rumput
(Graminae) yang batangnya mampu tumbuh tingggi mencapai lebih 3 m. Bagian batang
inilah yang bernilai ekonomi tinggi karena niranya banyak mengandung sukrosa. Tebu
selain merupakan penghasil pangan pokok (gula), juga merupakan tanaman industri
yang penting yaitu gula sebagai bahan baku industri makanan dan minuman, tanaman
biofuel yaitu menghasilkan bioetanol dan energi dari ampasnya, tanaman pakan ternak
yaitu dari anakan sogolan daun kering dan pucuk hasil tebangan tebu, dan tanaman
bioindustri yang menghasilkan berbagai material dan bahan biokimia untuk industri
(Ardiyansyah, 2019).
Budidaya tebu yang baik dapat mempengaruhi keberhasilan produksi tebu.
Teknik budidaya tersebut meliputi pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan
pemanenan. Penerapan teknik pemeliharaan yang baik akan meningkatkan produktivitas
tebu dan rendemennya. Aspek yang mempengaruhi kualitas tersebut yaitu aspek
tanaman tebu (on farm) dan aspek pabrik (off farm) terkait teknis dan teknologi proses.
Pada aspek on farm, peningkatan produksi per hektar dan peningkatan nilai rendemen
dapat dilaksanakan melalui penataan varietas, penyediaan bibit sehat dan murni,
optimalisasi waktu tanam, pengaturan kebutuhan air, pemupukan berimbang,
pengendalian organisme pengganggu, penentuan awal giling yang tepat, penentuan
kebun tebu yang ditebang dengan menggunakan analisis kemasakan, penebangan tebu
secara bersih dan pengangkutan tebu secara cepat (Hawalid, 2019).
Budidaya tebu merupakan faktor penentu dalam menghasilkan gula yang
maksimal, namun terdapat beberapa masalah yang menghambat budidaya tebu. Salah
satunya yaitu kompetisi tanaman dengan gulma. Kompetisi terutama 4 demi
mendapatkan cahaya matahari, air, unsur hara, CO2, dan ruang tumbuh. Kompetisi
antara gulma dengan tanaman tebu guna memperebutkan komponen-komponen
fotosintat untuk mempertahankan hidupnya. Cahaya matahari merupakan komponen
penting dalam fotosintesis, apabila cahaya yang di terima tumbuhan berkurang maka
fotosisntesis tidak berlangsung secara maksimal (Asriasuri, 2020).
2
Utara.
BAB II
ISI
Tanaman Tebu
Tanaman tebu tumbuh lebih di 200 negara, India adalah produsen gula terbesar
kedua di dunia sedangkan penghasil terbesarnya adalah Brasil. Di negara Karibia tebu
diolah menjadi falernum dan dipergunakan sebagai bahan campuran cocktail. Di
Indonesia tanaman ini banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatera. Selain
Indonesia, tanaman ini juga bisa hidup di daerah beriklim udara sedang sampai
panas.Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan komoditas penting bahan baku
utama pembuatan gula. Dengan luas areal sekitar 458,26 ribu hektar pada tahun 2016,
industri gula berbahan baku tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi ribuan
petani tebu dan pekerja di industri gula. Peningkatan konsumsi gula di Indonesia dari
tahun ke tahun memberikan peluang yang luas bagi peningkatan kapasitas produksi
pabrik gula. Selain itu dari jumlah produksi gula dalam negri saat ini dirasakan belum
mampu mempenuhi kebutuhan gula di Indonesia. Pada masa mendatang, pemerintah
berupaya agar Indonesia dapat mencapai swasembada gula sebagai salah satu langkah
menuju Ketahanan Pangan Nasional (Rosdianingsih, 2018).
Klasifikasi tanaman tebu menurut Cahyani (2021) adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum officinarum L
Kondisi tanah yang mendukung pertumbuhan tebu secara optimal yaitu tanah yang
kering-kering basah. Karakteristik tanah seperti ini meliputi: curah hujan kurang dari
2000 mm pertahun, pH tanah lebih dari 6,4 sehingga tidak terlalu asam, serta posisi
ketinggian tanah atau lahan yang kurang dari 500 meter di bawah permukaan laut. Tebu
memiliki batang yang tinggi, tidak bercabang dan tumbuh tegak. Tinggi tanaman dapat
mencapai 3-5 meter, kulit batang keras berwarna hijau, kuning, unggu, merah tua atau
5
menjaga kualitas dan kuantitas tanaman tebu. Apabila pelaksanaan dilaksanakan sesuai
dengan SOP yang ada, maka pertumbuhan dan perkembangan tanaman tebu dapat
optimum dan menghasilkan TCH dan TSH yang maksimum Oleh sebab itu pengamatan
bibit perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa baik kualitas dari bibit tersebut untuk
ditanam pada kebun produksi, karena baik atau tidak kualitas bibit akan menentukan
besar atau tidaknya produktivitas tebu. Oleh karena itu pula penggunaan bibit pada
kebun produksi tidak boleh asal memilih karena akan mempengaruhi nilai produktivitas
tebu pada saat panen(Thoha 2016).
tanaman tebu (on farm) dan aspek pabrik (off farm) terkait teknis dan teknologi proses.
Pada aspek on farm, peningkatan produksi per hektar dan peningkatan nilai rendemen
dapat dilaksanakan melalui penataan varietas, penyediaan bibit sehat dan murni,
optimalisasi waktu tanam, pengaturan kebutuhan air, pemupukan berimbang,
pengendalian organisme pengganggu, penentuan awal giling yang tepat, penentuan
kebun tebu yang ditebang dengan menggunakan analisis kemasakan, penebangan tebu
secara bersih dan pengangkutan tebu secara cepat. Serangan organisme pengganggu
tanamanan seringkali menjadi faktor yang sangat mempengaruhi produksi tebu maupun
gula. Pelepah daun tebu seringkali menjadi tempat berkembangnya beberapa hama,
seperti kutu perisai, kutu bulu putih, atau kutu babi. Klentek merupakan kegiatan
membuka batang tebu dari pelepah-pelepah yang terserang hama dengan menggunakan
gancu. Areal dengan tingkat serangan hama cukup besar menjadi prioritas dalam
kegiatan pengendalian ini. Kebutuhan tenaga kerja rata-rata pada kegiatan ini yaitu 25
orang/hk (Purwantoro, 2018)
Klentek (pelepasan daun kering) bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara
dan kebersihan kebun, memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu
dan meningkatkan kualitas tebangan. Daun yang diklentek adalah daun kering yang
kelopak daunnya sudah membuka 50%. Klentek dilakukan pada saat tanaman berumur
kurang lebih 6 bulan, apabila diperlukan klentek biasa dilakukan lagi pada saat tanaman
berumur kurang lebih 8 bulan. Budidaya tebu merupakan faktor penentu dalam
menghasilkan gula yang maksimal, namun terdapat beberapa masalah yang
menghambat budidaya tebu. Salah satunya yaitu kompetisi tanaman dengan gulma.
Kompetisi terutama 4 demi mendapatkan cahaya matahari, air, unsur hara, CO2, dan
ruang tumbuh. Kompetisi antara gulma dengan tanaman tebu guna memperebutkan
komponen-komponen fotosintat untuk mempertahankan hidupnya. Cahaya matahari
merupakan komponen penting dalam fotosintesis, apabila cahaya yang di terima
tumbuhan berkurang maka fotosisntesis tidak berlangsung secara maksimal
Pengendalian gulma tidak dilakukan dengan memusnahkan namun hanya menekan atau
mengurangi populasinya sampai populasinya tidak merugikan budidaya secara ekonomi
Oleh karena itu pemanfaatan seresah tebu hasil klentek dimanfaatkan sebagai mulsa,
gulma menekan pertumbuhan gulma di sekitar area tanaman untuk pertumbuhan hasil
tebu yang optimal.
8
rendemen, penentuan pol, penentuan brix, proses produksi dan analisis kontrol. Setelah
ditebang tebu akan mengalami kerusakan yang disebabkan oleh enzim, dan mikroba.
Enzim invertase yang terdapat pada tebu akan mengkonversi sukrosa menjadi gula
reduksi (glukosa dan fruktosa) sehingga kemurnian dari nira berkurang. Oleh karena itu,
untuk mengurangi kehilangan gula selama tebang angkut, hendaknya proses tebang
angkut dilakukan secara efisien sehingga tebu setelah ditebang dapat digiling
secepatnya. Tebu diolah menjadi gula kristal sebagai produk utama. Proses tebu menjadi gula
dibagi dalam 6 stasiun proses baik secara kontinyu maupun batch, yang meliputi stasiun
gilingan, pemurnian, penguapan, masakan, puteran, dan pembungkusan. Pengolahan tebu selain
menghasilkan produk utama berupa gula pasir, juga memberikan hasil samping berupa pucuk
daun tebu, ampas tebu, blotong dan tetes yang dapat diubah menjadi produk-produk yang
bermanfaat dan bernilai tinggi. Pucuk daun tebu dimanfaatkan sebagai makanan ternak, ampas
tebu dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan bahan baku industri kertas, blotong dimanfaatkan
sebagai pupuk tanaman tebu, tetes tebu dimanfaatkan sebagai bahan baku industri monosodium
glutamat (MSG), bahan baku alkohol, ragi, makanan ternak dan potensial dikembangkan dalam
pengolahan gula cair, ragi roti, asam sitrat, dan asam asetat. Produk unggulan Pusat Penelitian
Perkebukan Gula Indonesia antara lain sari terbu alami, inola 121, inola 221, bicomplus,
ferotalis, tebu plus, siplus-hs, metastigma (Rifai, 2018).
Peranan Pupuk Kandang
Pupuk Kandang Kambing
Kotoran kambing mengandung bahan organik yang dapat menyediakan zat hara
bagi tanaman melalui proses penguraian. Proses ini terjadi secara bertahap dengan
melepaskan bahan organik yang sederhana untuk pertumbuhan tanaman. Feses kambing
mengandung sedikit air sehingga mudah terurai. Pupuk organik cair ini dapat dibuat dari
kotoran kambing (feses) disebut biokultur ataupun biourine (urine kambing). Pada
biokultur dan biourine diberikan aktivator yang sama yaitu EM4. Karena EM4
mengandung Azotobacter sp, Lactobacillus sp, ragi, bakteri fotosintetik, dan jamur
pengurai sellulosa. Yang mana keunggulan dari EM4 ini adalah akan mempercepat
fermentasi bahan organik sehingga unsur hara yang terkandung akan cepat terserap dan
tersedia bagi tanaman, didapat bahwa kadar N, P, K, dan C-organik pada biokultur lebih
tinggi dibandingkan urine atau feses yang belum difermentasi. Pupuk cair dari Kotoran
kambing (feses) memiliki kandungan unsur hara relatif lebih seimbang dibandingkan
pupuk alam lainnya karena kotoran kambing bercampur dengan air seninya
11
(mengandung unsur hara), hal tersebut biasanya tidak terjadi pada jenis pupuk kandang
lain seperti kotoran sapi (Hidayah, 2019).
Pupuk Kandang Sapi
Pupuk kandang sapi mengandung unsur N, P, dan K yang relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan pupuk kandang lainnya sehingga dapat memperbaiki sifat fisik,
diantaranya kemantapan agregat, bobot volume, total ruang pori dan daya ikat air
Penggunaan pupuk kandang sapi merupakan paket teknologi yang mampu memperbaiki
lingkungan tanah, sehingga mampu memberikan suplay unsur hara makro dan mikro
bahkan hormon tumbuh dari golongan auksin, sitokinin yang dapat memperbaiki
kesuburan tanah dalam meningkatkan produksi tanaman kedelai edamame. Auksin yang
terdapat pada atonik bahkan dapat meningkatkan pertumbuhan bibit jeruk. Pupuk
kandang sapi adalah pupuk yang dihasilkan dari kotoran ternak atau limbah sampah
yang ada di alam. Semestinya pengenalan tentang pupuk kandang sapi sudah lama
dikenal oleh petani, oleh karena proses penguraiannya lama, maka pemakaian pupuk
organik berkurang. Hasil penelitian Suastana menunjukaan bahwa pemberian pupuk
kandang dengan Dosis 20 ton/ ha-1 memberikan jumlah bintil akar per tanaman
terbanyak pada tanaman kacang tanah. Salah satu limbah yang dapat dimanfaatkan
kembali sebagai pelengkap pupuk yaitu kotoran sapi. Kandungan unsur hara di dalam
kotoran sapi bermanfaat besar untuk menutrisi tanaman sehingga pertumbuhan tanaman
akan lebih optimal. Kotoran sapi mengandung unsur hara berupa Nitrogen (N)
28,1%,Fosfor (P) 9,1%, dan Kalium (K) 20%, kandungan tersebut dapat membantu
pertumbuhan tanaman (Rochmah, 2021).
Pupuk Kandang Ayam
Jenis dari pupuk organik adalah pupuk kandang, pupuk kandang adalah pupuk
yang berasal dari kotoran hewan. Hewan yang kotorannya sering digunakan untuk
pupuk kandang adalah hewan yang bisa dipelihara oleh masyarakat, seperti kotoran
sapi, kambing, dan ayam. Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi
pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan
meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dalam
jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi
lahan. Disamping itu, dengan pemberian pupuk organik dalam jangka panjang mampu
meningkatkan kandungan humus di dalam tanah. Dengan adanya humus tersebut air
12
akan banyak terserap dan masuk ke dalam tanah, sehingga kemungkinan untuk
terjadinya pengikisan tanah dan unsur hara yang ada di dalam tanah sangat kecil. Pupuk
organik juga memiliki fungsi kimia yang penting seperti penyediaan hara makro
(karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur)
dan hara mikro seperti zink, tembaga, kobalt, barium, mangan, dan besi meskipun
dalam jumlah yang kecil, meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, dan membentuk
senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti aluminium, besi,
mangan. Kandungan unsur hara dari kotoran ayam memiliki kandungan Nitrogen
sebesar 1%, Phospor 0,8%, dan Kalium 0,4% (Prayogo, 2019).
Pupuk Kandang Kuda
Pupuk kotoran kuda segar mengandung biji gulma kadar tinggi. Jadi, jika anda
hanya menambahkan pupuk kandang segar ke tanah anda, tanaman anda akan menderita
dari kehadiran gulma tersebut, bersama dengan kekurangan lainnya. Namun, kotoran
kuda yang membusuk dengan baik adalah sumber bahan organik yang sangat baik. Ini
bisa menjadi pembenah tanah yang ideal untuk pohon, sayur, herbal dan taman bunga,
jika ditambahkan pada jumlah yang sesuai pada tanah. Feses padat kuda memiliki
kandungan hara yang baik digunakan pada tanaman. Menurut, feses kuda memiliki
kandungan unsur hara yaitu 0,55% N, 0,30% P, 0,40 Ca dan 75% air. Feses cair (urine)
kuda mengandung senyawa-senyawa aktif yang memungkinkan bakteri berkembang
baik. Selain hara makro, feses kuda juga memiliki nilai karbon (C) yang tinggi dalam
bentuk abu hasil pembakaran. abu dapat mengikat unsur hara yang tersedia di dalam
pasir dan meningkatkan retensi air karena partikel abu bermuatan negatif sehingga
molekul air mudah diikat. Menurut (Bungay, 1981) feses kuda merupakan bahan
penghantar energi dengan kandungan energi 1/3 dari batubara per unit massa dan ¼
energi batubara per unit volume jika dalam bentuk media briket. Adanya kandungan
energi tersebut, sehingga feses kuda dikategorikan sebagai hot manure. Pemanfaatan
feses kuda sebagai pupuk organik pada tanaman masih belum terlalu diminati oleh
sebagian petani. Petani masih mengalami beberapa kendala untuk menggunakannya
secara langsung pada tanaman. Masalahnya adalah masih banyak terdapat serasah dan
bahan organik pada feses kuda sehingga membutuhkan proses dekompisisi lanjutan di
dalam tanah dalam waktu yang cukup lama untuk di serap oleh tanaman. Selain itu,
jumlah biomassa yang dibutuhkan cukup banyak untuk memenuhi kebutuhan hara
13
makro dan mikro pada tanaman karena kebutuhan input hara tidak sebanding dengan
kandungan hara tersedia dalam tanah. Masalah tersebut membuat petani cenderung
memilih pupuk kimia untuk digunakan pada tanamannya. Oleh karena itu, diperlukan
model pengolahan lain untuk mempercepat proses penguraian serasah pada feses kuda
dan meningkatkan kandungan unsur hara sehingga dapat dimanfaatkan langsung pada
tanaman (Hanudin, 2019).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Budidaya tebu yang baik dapat mempengaruhi keberhasilan produksi tebu.
Teknik budidaya tersebut meliputi pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan
pemanenan.
2. Pemberian pupuk kandang merupakan solusi tepat untuk membudidayakan
tanaman tebu
3. Pemupukan yang dilakukan dengan jumlah dan kombinasi tertentu dapat
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tebu. Pemberian pupuk pada tanaman
tebu bergantung pada varietas, iklim,hama penyakit, serta tingkat produktivitas.
4. Salah satu metode dari single bud planting yaitu bud set. Bud set merupakan
perbanyakan bibit tebu yang menggunakan satu mata tunas yang dipindahkan ke
kebun dalam bentuk tunas pada umur 2,5 – 3 bulan.
Saran
Sebaiknya dalam pembudidayaan tanaman tebu mesti memiliki keahlian dalam
merawat serta mengelola pasca panen tanaman tebu untuk mendapatkan hasil serta
produktivitas yang berkualitas.
15
DAFTAR PUSTAKA
Rochmah, H. F. 2021. Integrasi Pembibitan Tanaman Tebu Tunas Tunggal dan Budi
Daya Ikan Lele. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 26(4), 591-596.
Hidayah, A. R. 2019. Potensi jamur entomopatogen Metarhizium anisopliae,
Beauveria bassiana dan Streptomyces sp. terhadap mortalitas Lepidiota stigma
pada tanaman tebu. Plumula: Berkala Ilmiah Agroteknologi, 7(2), 64-72.
Rifai, A. 2018. Nilai kesetaraan lahan budidaya tumpangsari tanaman tebu dengan
kedelai: Studi kasus di Desa Karangharjo, Kecamatan Sulang, Kabupaten
Rembang. Widyariset, 17(1), 59-70.
Putri, A. D. 2019. Pengaruh komposisi media tanam pada teknik bud chip tiga
varietas tebu (Saccharum officinarum L.) (Doctoral dissertation, Brawijaya
University).
Nita, C. E. 2019. Pengaruh pengolahan tanah dan pemberian bahan organik (blotong
dan abu ketel) terhadap porositas tanah dan pertumbuhan tanaman tebu pada
ultisol. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan, 2(1), 119-127.
Purwantoro, D. 2018. Analisis penggunaan alat mesin pertanian berbasis traktor
tangan pada kegiatan perawatan budidaya tebu. Agritech, 38(3), 313-319.
Mulyono, D. 2020. Analisis Kesesuaian Lahan dan Evaluasi Jenis Tanah dalam
Budidaya Tanaman Tebu untuk Pengembangan Daerah Kabupaten
Tegal. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, 13(2).
Brilliyana, Y. M. 2018. Pengaruh berbagai media tanam terhadap pembibitan bud
chip tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) varietas BL (Doctoral
dissertation, Brawijaya University).
Cahyani, S. 2021. Respons pertumbuhan vegetatif tanaman tebu
(Saccharum officinarum L.) ratoon 1 terhadap pemberian kombinasi pupuk
organik dan pupuk anorganik. Jurnal Agro Industri Perkebunan, 69-78.
Rosdianingsih, D. 2018. Budidaya tebu (Saccharum officinarum L.) lahan kering di
PG Madukismo PT Madubaru Yogyakarta dengan aspek khusus pemupukan
beberapa kategori tanaman tebu lahan kering.
Mastur, M. 2019. Peran dan pengelolaan hara nitrogen pada tanaman tebu untuk
peningkatan produktivitas tebu. Perspektif: Review Penelitian Tanaman
Industri, 14(2), 73-86.
Sudiarso, S. 2019. Optimalisasi Budidaya Tanaman Tebu
(Saccharum Officinarum. L) di Lahan Kering Berbasis Varietas dan
Perbanyakan Bibit Berorientasi Hamparan, Mekanisasi dan
Kebijakan. CAKRAWALA, 10(1), 67-79.
16
Asriasuri, H. 2020. Kebutuhan Air Tanaman Tebu dan Hubungannya dengan Cara
Pemberian Air secara Curah dan Tetes. Sumber, 170, 1994.
Hawalid, H. 2019. Pengaruh jenis dan takaran pupuk organik terhadap pertumbuhan
bibit tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) di polybag. Klorofil: Jurnal
Penelitian Ilmu-Ilmu Pertanian, 13(2), 99-103.
Ardiyansyah, B. 2019. Mempelajari Pertumbuhan dan Produktivitas Tebu
(Saccharum Officinarum. L) dengan Masa Tanam Sama pada Tipologi Lahan
Berbeda. Buletin Agrohorti, 3(3), 357-365.
Prayogo, S. A. 2019. Pengaruh jenis pupuk organik dan sistem tanam terhadap
pertumbuhan bibit tanaman tebu (Saccharum officinarum L.). Klorofil: Jurnal
Penelitian Ilmu-Ilmu Pertanian, 11(1), 51-55.
Kusumawati, A. 2019. KADAR HARA DALAM JARINGAN TANAMAN
SEBAGAI RESPON BUDIDAYA MONOKULTUR DAN
HUBUNGANNYA DENGAN HASIL PADA TANAMAN TEBU. Jurnal
Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia, 24(1), 39-48.
Sebayang, H. T. 2019. Pengaruh Aplikasi Herbisida Ametrin Dan 2, 4-D Dalam
Mengendalikan Gulma Tanaman Tebu (Saccharum Officinarum L.) The
Effect Of Herbicide Ametrin And 2, 4-D Application In Weed Control Of
Sugar Cane (Saccharum Officinarum L.). Jurnal Produksi Tanaman, 1(2), 72-
80.