Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

MODIFIKASI FESES SAPI POTONG DENGAN BATANG PISANG SEBAGAI


SUMBER PUPUK ORGANIK YANG DIAPLIKASIKAN PADA TANAMAN
LABU MADU DI DESA PUDAK KECAMATAN KUMPEH ULU
KABUPATEN MUARO JAMBI

OLEH
RINDU RAHMATULLAH
E10020110

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan praktek kerja lapang ini dengan
judul “Modifikasi Feses Sapi Potong Dan Batang Pisang Sebagai Sumber Pupuk
Organik Yang Diaplikasikan Pada Tanaman Labu Madu Di Desa Pudak Kecamatan
Kumpeh Ulu”.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ir. Farizal M.P. selaku pembimbing
lapangan yang memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapang ini dengan baik dan benar. Semoga
tulisan ini dapat berguna bagi mereka yang membutuhkan, namun penulis menyadari
laporan ini masih jauh dari kata sempurna maka dari itu penulis dapat menerima
segala kritik dan saran yang di berikan dan atas perhatianya penulis mengucapkan
terima kasih.

Jambi, 12 September 2022

Rindu Rahmatullah

i
DAFTAR ISI

halaman
KATA PENGANTAR .............................................................. i
DAFTAR ISI .................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ........................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................. 1
1.2. Tujuan ........................................................................ .. 3
1.3. Manfaat ...................................................................... .. 3
BAB II PROSEDUR KERJA....................................................... 4
2.1. Waktu dan Tempat ....................................................... 4
2.2. Materi ........................................................................... 4
2.3. Metode ................................................................ ......... 4
2.4 Prosedur Kerja ......................................................... ..... 4
2.5 Analisis Data ................................................................. 6
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................... 7
3.1. Kondisi Kawasan Ekonomi Masyarakat Pudak Farm. . 7
3.2. Pengalaman Praktek Kerja Lapangan ...................... .... 8
3.3. Pengolahan Feses Sapi Potong dan Batang Pisang
Menjadi Pupuk Organik (Trichokompos) ............... .... 9
3.3.1. Tahap Persiapan Bahan Baku ............................. . 11
3.3.2. Tahap Komposting ............................................... 13
3.3.3. Pasca Komposting ................................................ 15
3.4. Hasil Pengamatan Trichokompos Feses Sapi Potong
dan Batang Pisang................................................................ 15
3.5 Pengaplikasian Trichocompos Untuk Pertumbuhan
Labu madu .................................................................... 16
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ..................................... 21
4.1. Kesimpulan .................................................................. 21
4.2. Saran ............................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Waktu Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ............................... .... 9
2. Pengggunaan bahan-bahan pembuatan kompos........................ .... 10
3. Hasil Pengamatan Trichokompos ............................................ .... 14
4. Hasil Pengamatan Labu Madu ................................................. .... 17

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Pengumpulan bahan baku feses sapi potong .............................. 11
2. Tempat penampungan sementara dan pengeringan
feses sapi potong ...................................................................... 12

iv
0
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Desa Pudak merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Kumpeh Ulu
Kabupaten Muaro Jambi. Desa ini memiliki Kawasan pertanian yang luas serta
peternakan yang cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan perekonomian
masyarakat Desa Pudak dengan dilakukannya pengolahan feses sapi potong, dan di
aplikasikan terhadap tanaman labu madu.
Mata pencaharian masyarakat Desa Pudak, Kecamatan Kumpeh Ulu sebagian
besar adalah petani dan peternak sapi potong seperti sapi bali yang dipelihara secara
tradisional. Jumlah sapi potong yang dipelihara peternak di Desa Pudak sejumlah ±
2000 ekor (Kantor Desa Pudak, 2022). Akan tetapi feses sapi yang di pelihara belum
di kelola dengan baik sehingga dapat berdampak pada lingkungan sekitar sehingga
mengakibatkan tingginya penyebaran penyakit pada ternak sapi potong dan
merugikan peternak, dan seperti yang di ketahui para petani di Desa Pudak juga lebih
banyak menggunakan pupuk kimia dari pada pupuk organik yang sangat ramah
lingkungan dan tidak perlu banyak mengeluarkan biaya. Maka dari itu alternatif
pengelolaan dan pemanfaatan limbah sapi potong adalah pembuatan pupuk organik
berbasis limbah feses sapi potong yang lebih berkualitas, dapat digunakan untuk
mensuplai bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah
(Firmansyah, 2011).

Disisi lain pada sektor pertanian petani banyak belum memanfaatkan limbah
pertanian berupa limbah jagung, jerami padi, dan pelepah pisang sehingga terbuang
sia-sia atau dibakar. Sementara limbah jagung dan jerami padi dapat diberikan kepada
ternak sapi dan batang pisang sebagai pupuk organik karena memiliki kandungan
unsur hara yang baik untuk tanah dan tanaman. Batang pisang jarang dimanfaatkan
oleh manusia dan dibiarkan membusuk secara alami tetapi jika dimanfaatkan dengan
baik maka dapat digunakan sebagai bahan campuran pembuatan kompos karena di

1
lihat dari kandungan unsur hara. Dalam batang pisang kering mengandung protein
dan mineral- mineral penting (Wulandari dkk, 2009). Kandungan hara pada batang
pisang mengandung 14,89% C, 1,05% N, 0,04% P, 2,05 dan 0,76% K0. Batang
pisang mengandung karbohidrat 66%,protein,air dan mineral-mineral tinggi
(Suhasstyo 2011). Batang pisang mengandung mikroba pengurai bahan organik
antara lain Bacillus sp, Aeromonas sp, dan Aspergillus nigger. Mikroba ini yang
biasa menguraikan bahan organik dan bertindak sebagai dekomposer bahan organik
yang akan dikomposkan. Oleh karena itu, untuk memanfaatkan limbah pertanian dan
limbah peternakan dilakukan suatu upaya dengan melakukan pengolahan feses sapi
potong dan batang pisang untuk dapat diolah menjadi pupuk organik berupa
Trichokompos.

Di Desa Pudak juga memiliki lahan yang berpotensi untuk budidaya tanaman
labu madu sebagai pengembangan pangan fungsional. Pangan fungsional adalah
pangan olahan yang mengandung satu atau lebih pangan yang berdasarkan kajian
ilmiah mempunyai fungsi fisiologis tertentu diluar fungsi dasarnya, terbukti tidak
membahayakan dan bermanfaat bagi kesehatan. Labu madu termasuk kedalam
golongan tanaman semusim hortikultura yang memiliki kandungan nutrisi yang baik
untuk kesehatan. Selain itu cita rasa yang manis dengan tekstur daging lembut dan
pulen menjadikan jenis labu madu ini banyak disukai konsumen. Karakteristik (ciri
khas) tanaman labu kuning adalah tumbuh menjalar, buah berbentuk bulat pipih,
lonjong, atau panjang dengan banyak alur (15-30 alur). Panen tanaman labu madu
dilakukan ketika tanaman sudah berusia 85-90 hari dengan ciri-ciri tangkai buah
bagian pangkal sudah berubah warna yang semula hijau berubah menjadi warna
coklat demikian juga buah terlihat berwarrna coklat mengkilap. Labu madu
merupakan pangan lokal yang memiliki bukti ilmiah mampu mengontrol gula darah
(Juniati et al., 2017). Hasil penelitian Marbun et al. (2017) menunjukkan bahwa
ekstrak ethanolic dari labu madu dapat menurunkan gula darah. Menurut Glew et al.
(2006) minyak biji labu madu juga mengandung kromium yang diketahui berperan
dalam metabolisme karbohidrat dengan penyerapan kromium terbaik. Oleh karena itu

2
di lihat dari manfaat dan potensinya tanaman labu madu ini di jadikan target
pengaplikasian kompos berbasis limbah sapi potong dan batang pisang. Kawasan
Ekonomi Masyarakat (KEM) Pudak Farm sebagai tempat yang di gunakan dalam
pembuatan pupuk organik berbasis feses sapi potong dengan penambahan batang
pisang serta menjadi tempat sasaran penanaman tanaman labu madu karena terdapat
lahan yang luas.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktek kerja lapang ini untuk mengetahui proses pembuatan
Trichokompos dengan feses sapi potong yang ditambahkan batang pisang yang di
aplikasikan terhadap tanaman labu madu di Desa Pudak.

1.3 Manfaat

Manfaat dari Praktek Kerja Lapang yang dilakukan antara lain :


1. Menambah wawasan bagi mahasiswa mengenai pengolahan feses sapi potong
menjadi sumber pupuk organik dengan teknologi fermentasi melalui
pemanfaatan Trichoderma Sp.
2. Menambah wawasan bagi mahasiswa dan peternak mengenai penambahan
batang pisang dalam pembuatan pupuk organik berbasis limbah sapi potong.
3. Memberikan inovasi bagi mahasiswa dan peternak untuk mengolah limbah
sapi potong dan batang pisang menjadi sumber pupuk organik sebagai
alternatif untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik yang harganya
relatif mahal dan merusak lingkungan.
4. Menambah pengetahuan tentang pemberian pupuk organik berbasis limbah
sapi potong dengan penambahan batang pisang yang di aplikasikan pada
tanaman labu madu

3
BAB II
PROSEDUR KERJA

2.1. Tempat dan waktu

Kegiatan Praktek Kerja Lapang dilaksanakan di Kem Pudak Farm di Desa Pudak
Kecamatan Kumpe Ulu Kabupaten Muaro Jambi selama 2 bulan 3 minggu yang
dimulai dari tanggal 12 September 2022 sampai 05 Desember 2022.

2.2. Materi

Materi yang digunakan pada Praktek Kerja Lapang ini adalah feses sapi potong
dan batang pisang. Bahan penyusun Trichokompos yaitu serbuk gergaji, arang sekam,
dedak padi, dolomit, Trichoderma Sp dan benih labu madu.

Alat yang digunakan selama kegiatan berlangsung yaitu skop, ember, cangkul,
terpal, alat siram, timbangan 60 kg, lori, boks kompos, mesin chopper multifungs,
tissue, nampan, pottray, koran tali rafia dan kayu.

2.3 Metode

Metode yang di gunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah pengamatan
langsung terhadap penanganan limbah sapi potong berupa feses di Desa Pudak dan
pengamatan langsung terhadap pertumbuhan labu madu yang ada di Kem Pudak
Farm serta wawancara langsung dengan para pekerja yang ada di Kem Pudak Farm
untuk memperoleh informasi-informasi yang di butuhkan dalam Laporan Praktek
Kerja Lapang.

2.4 Prosedur Kerja

Prosedur pengolahan feses sapi potong dan batang pisang menjadi pupuk organik
berupa Trichokompos sebagai berikut:

4
Langkah pertama menyiapkan bahan-bahan seperti feses sapi potong 700 kg, batang
pisang 100 kg, dolomit 20 kg, serbuk gergaji 50 kg, arang sekam 50 kg, dedak padi
30 kg dan Trichoderma Sp. Langkah kedua yaitu masukkan bahan kedalam boks
kompos. pada lapisan pertama masukkan feses sapi potong 500 kg, lapisan kedua
batang pisang 75 kg, lapisan ketiga masukkan feses sapi potong 100 kg, lapisan
keempat batang pisang 75 kg, lalu lapisan kelima masukkan feses sapi potong 100 kg,
lapisan keenam dolomit 20 kg, lapisan ketujuh tambahkan serbuk gergaji sebanyak 50
kg setelah itu, pada lapisan kedelapan arang sekam 50 kg, kemudian untuk lapisan
kesembilan dedak padi 30 kg dan tambahkan trichoderma Sp setiap tujuh hari sekali
sebanyak ½ kg dan dilakukan pengadukan setiap penambahan tricodherma sp sampai
satu bulan.

Metode pembuatan pupuk kompos berbasis feses sapi potong dan


penambahan batang pisang di Kem Pudak Farm sebagai berikut:

Feses sapi potong Batang Pisang Serbuk Gergaji

Dedak Padi dan Trichoderma Dolomit Sekam Bakar

Proses akhir pupuk organik:


Setelah semua bahan telah di masukkan, maka setiap satu minggu sekali di lakukan
pengadukan kompos dan penambahan tricoderma Sp sampai minggu keempat, maka di
lanjutkan dengan pengemasan.
5
Proses penanaman labu madu, pertama siapkan bahan-bahan yang akan
digunakan untuk persiapan bibit yaitu benih labu madu, mangkok, air dengan suhu 30
derajat, pottray, tricokompos, nampan, tisu, alat semprot dan disenfektan. Langkah
kedua masukkan benih ke dalam mangkok yang berisikan air dengan suhu 30 derajat
yang kemudian tunggu hingga 2-3 jam, apabila terdapat benih yang mengapung di
dalam air maka ambil hal ini di karenakan kualitas benih bisa di bilang buruk.
Langkah yang ketiga, siapkan nampan yang beralaskan tisu, kemudian bibit yang
tenggelam di pindahkan ke dalam nampan yang beralaskan tisu. Lalu semprotkan air
dengan menggunakan alat semprot disenfektan selama 3-5 hari sehingga kelembapan
benih tetap terjaga. Langkah keempat yaitu siapkan pottray dan masukkan kompos
feses sapi berbasis batang pisang ke masing-masing lubang pottray, benih yang telah
berkecambah kemudian di pindahkan ke pottray yang berisikan kompos. Saat telah di
pindahkan tutup kembali dengan tisu dan jaga kelembapan bibit selama 3-5 hari.
Sekiranya telah layak untuk di tanam, pindahkan bibit ke lahan yang telah di
gemburkan dan di berikan pupuk kompos feses sapi potong berbasis batang pisang.
Jarak antar setiap tanaman yaitu 25-30 cm dengan pola zig-zag. Lalu berikan
perawatan dan lihat pertumbuhan pada tanaman.

2.5 Analisis Data

Cara pengambilan data yang dihimpun selama kegiatan Praktek Kerja Lapang
berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer di dapatkan dari pengalaman
yaitu praktek kerja lapang yang mengikuti kegiatan pembuatan pupuk kompos dan
perkembangan tanaman labu madu secara langsung, sedangkan data sekunder di
peroleh dengan melakukan wawancara dengan para pekerja yang ada di Kem Pudak
Farm.

6
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kondisi Umum Kawasan Ekonomi Masyarakat Pudak Farm

Usaha Peternakan sapi potong di Desa Pudak yang terletak di Kecamatan


Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi merupakan suatu usaha sampingan ataupun
usaha utama masyarakat, hal ini di karenakan usaha sapi potong ini tidak menunggu
lama. Masyarakat membeli sapi dengan bobot badan yang masih terjangkau
kemudian melakukan penggemukan selama 3-4 bulan yang kemudian di jual dengan
harga yang menjanjikan. Biasanya penggemukan di lakukan sebelum hari raya Idul
Adha dan Idul Fitri. Dapat di ketahui saat ini terdapat ± 500 ekor sapi yang terdapat
di Desa Pudak yang rata-rata berjenis sapi bali, sapi bali kupang dan sapi simental,
kebanyakaan sapi yang di ternak menggunakan sistem perkandangan semi permanen.

Luas lahan area KEM Desa Pudak adalah seluas ± 10 Ha, yang terdiri dari dua
buah banguna kandang sapi, satu buah saung pertemuan, satu unit rumah kantor.
Kandang yang terdapat di KEM Pudak Farm ini terbuat dari kayu dan lantai semen
dengan atap yang di susun dari asbes. Saat sapi telah di datangkan di KEM Pudak
Farm maka di lakukan pemeliharaan secara insentif yang di mana ternak di pelihara
secara terus-menerus di dalam kandang dan di berikan hijauan dan kosentrat yang
cukup sebagai upaya untuk proses penggemukan.

Dalam kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) pembuatan kompos di lakukan


di KEM Pudak Farm, karena di KEM belum di datangkan, feses sapi potong di
dapatkan dari salah satu peternak yang ada di Desa Pudak yaitu peternakan milik Pak
Iwan, peternakan miliik Pak Iwan memiliki 10 ternak sapi potong, sapi potong ini
setiap pagi di bersihkan dan di mandikan, di bersihkan kandangnya dan di berikan
pakan berupa hijauan dan konsentrat yang cukup. Feses sapi yang di ambil dari
peternakan milik Pak Iwan terdapat yang sudah kering dan ada pula yang masih

7
basah. Feses sapi yang masih basah masih harus di keringkan dahulu baru dapat di
gunakan dalam pembuatan kompos. Pembuatan kompos di lakukan di KEM Pudak
farm.

Hasil olahan pupuk kompos yang telah di peroleh selama Praktek Kerja
Lapang (PKL) kemudian di aplikasikan pada penanaman labu madu yang terdapat di
lahan belakang KEM Pudak Farm. Pembudidayaan labu madu yang di lakukan
menggunakan sistem para-para sebagai tempat menjalar tanaman labu madu. Dengan
menggunakan sistem ini maka pertumbuhan labu madu dapat terkoordir dengan baik.

3.2 Pengalaman Praktek Kerja Lapang

Praktek Kerja lapang ini di lakukan di Kem Pudak Farm yang berada di Desa
Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi yang di mulai pada tanggal
12 September 2022 Sampai 05 Desember 2022. Kegiatan Praktek Kerja lapang di
laksanakan setiap hari, kegiatan yang di lakukan yaitu kegiatan integrasi limbah
peternakan daan limbah pertanian berupa feses sapi potong dan batang pisang yang di
olah menjadi pupuk organik sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman
seperti labu madu, jagung, rumput gajah, rumput pakhcong, bayam dan kangkung.
Pada pembuatan pupuk organik feses sapi dan limbah batang pisang di dapatkan dari
peternak sapi potong yang ada di Desa Pudak. Kegiatan di mulai dari pengumpulan
feses sapi yang menumpuk di kandang dan batang pisang yang tidak terpakai.
Selanjutnya di lakukan penyiapan bahan penyusun kompos seperti serbuk gergaji,
dedak padi, dolomit dan tricoderma sp sebagai dekomposer. Di lanjutkan pembuatan
biochar berupa sekam bakar yang memakan waktu kurang lebih 12 jam. Setelah
semua bahan telah di siapkan maka di lakukan pembuatan kompos dengan
memasukkan bahan yang telah tersedia sesuai dengan prosedur yang ada. Setelah
semua bahan telah di masukkan maka di lanjutkan dengan penyiraman Tricodherma
Sp dan di lakukan penutupan box menggunakan terpal supaya air tidak masuk ke
dalam box yang berisikan kompos karena dapat memperlama pemmatangan kompos.
Setiap seminggu sekali di lakuakan pengadukan dan penyiraman Trichoderma Sp

8
agar pematangan kompos lebih cepat. Setelah kompos udah matang maka pupuk
organik sudah bisa di aplikasikan pada tanaman labu madu. Pada Praktek Kerja
Lapang terdapat pelaksanaan aktivitas seperti yang tercantum dalam tabel 2.
Tabel 1. Waktu Pelaksanaan Praktek kerja Lapang
No Waktu Kegiatan
1. 10-13 September 2022 Pengumpulan feses dan bahan kompos
lainnya
2. 14 September 2022 Pembuatan Kompos
3. 21 September 2022 Pengadukan bahan kompos dan penyiraman
trichoderma sp
4. 28 September 2022 Pengadukan kompos kembali dan penyiraman
trichoderma sp
5. 5 Oktober 2022 Pengadukan kompos kembali dan penyiraman
tricoderma sp
6. 10 Oktober 2022 Pembibitan labu madu untuk pengaplikasian
hasil dari pupuk organic
7. 13 Oktober 2022 Kompos telah matang dan siap untuk di
chooper serta dilakukan pengemasan
8. 16 Oktober 2022 Penanaman labu madu dan perkembangan
labu madu diukur setiap seminggu sekali
sampai menghasilkan bunga dan buah.

3.3 pengolahan feses sapi potong dan batang pisang menjadi pupuk organik
(Trichokompos)
Pada proses pembuatan pupuk organik yang di laksanakan di KEM Pudak
Farm bahan yang di gunakan adalah feses sapi potong, limbah batang pisang, sekam
bakar,serbuk gergaji,dolomit, dedak padi dan tricodherma sp. Bahan baku ini di
dapatkan dari peternak Desa Pudak yaitu Pak iwan dengan jumlah sapi yang di miliki
sebanyak 10 ekor. Limbah peternakan dan pertanian, bila tidak dimanfaatkan akan
menimbulkan dampak bagi lingkungan berupa pencemaran udara, air dan tanah,
menjadi sumber penyakit, dapat memacu peningkatan gas metan dan juga gangguan

9
pada estetika dan kenyamanan (Nenobesi et al., 2017). Maka dari itu hasil limbah
peternakan dan pertanian ini dapat di olah menjadi pupuk kompos yang ramah
lingkungan apabila di gunakan untuk tanaman.

Dalam pembuatan tricokompos yang terbuat dari feses sapi potong dan batang
pisang menggunakan dekomposer berupa Trichoderma sp, yang di mana
Trichoderma sp dapat menghambat pertumbuhan beberapa jamur penyebab penyakit
pada tanaman lain seperti Rigidiforus lignous, fusarium pxysporu dan rizoctonia
salani. Di samping kemampuan sebagai pengendali hayati, Trichoderma sp
memberikan pengaruh positif terhadap perakaran tanaman, pertumbuhan tanaman,
hasil produksi tanaman. Sifat ini menandakan bahwa Trichoderma sp juga berperan
sebaagai Plant Growth Enhancer (Herlina,dkk 2009). menurut hasil penelitian
Suwahyono (2003), menunjukan bahwa pemberian jamur Trichoderma sp akan
membantu tanaman cepat berbuah serta meningkatkan jumlah daun dan diameter
tanaman. Perkembangbiakan jamur Trichoderma sp akan terjadi bila hifa jamur
mengadakan kontak dengan bahan organik seperti kompos, bekatul atau beras jagung
(Purwantisari dan Hastuti, 2009). Dalam Praktek Kerja Lapang yang di lakukan yaitu
membuat pupuk kopos sebanyak 1.000 kg dengan penggunaan bahan dan formula
seperti yang disajikan pada Tabel 3.
Tabel 2. Pengggunaan bahan-bahan pembuatan kompos
Bahan – bahan Persentase Jumlah
Feses sapi potong 70 % 700 kg
Batang Pisang 15 % 150 kg
Arang sekam 5% 50 kg
Serbuk gergaji 5% 50 kg
Dedak halus 3% 30 kg
Dolomit 2% 20 kg
Total 100% 1.000 kg
Pembuatan Trichokompos dapat dikelompokkan menjadi 3 tahapan, yaitu
persiapan bahan baku, pengomposan dan pasca komposting.

10
3.3.1 Tahap Persiapan Bahan Baku
Pada tahap persiapan bahan baku diawali dengan pengumpulan feses sapi
potong sampai dengan proses komposting.

a. Pengumpulan Feses Sapi Potong


Feses sapi potong dikumpulkan dari beberapa kandang peternak sapi potong yang
ada di Desa Pudak, pada satu tempat penampungan sementara. Pengumpulan feses
sapi potong dilakukan pada saat membersihkan kandang dengan cara menumpuk
limbah padat pada tempat penampungan sementara. Satu ekor sapi setiap harinya
menghasilkan kotoran berkisar 8 – 10 kg per hari atau 2,6 – 3,6 ton per tahun atau
setara dengan 1,5-2 ton pupuk organik sehingga akan mengurangi penggunaan pupuk
anorganik dan mempercepat proses perbaikan lahan (Huda and Wikanta, 2017). Salah
satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak tersebut adalah dengan
mengolah feses menjadi pupuk organik. Bahan baku feses yang di dapatkan berasal
dari peternakan Pak Iwan dengan jumllah ternak sebanyak 10 ekor.

Gambar 1. Pengumpulan bahan baku feses sapi potong

Feses sapi sebagai hasil akhir dari usaha peternakan memiliki potensi untuk
dikelola menjadi pupuk organik seperti kompos yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan daya dukung lingkungan, meningkatkan produksi tanaman,
meningkatkan pendapatan petani dan mengurangi dampak pencemaran terhadap
lingkungan.

11
b. Pengeringan Feses Sapi Potong

Feses sapi potong yang masih basah ini ditumpuk di tempat penampungan
sementara dan jika feses sudah cukup sesuai dengan kebutuhan dalam pengolahan
pupuk organik maka dilakukan pengeringan feses untuk menurunkan kandungan
kadar air pada feses. Feses sapi potong yang telah ditumpuk di tempat penampungan
sementara saat telah kering di pindahkan ke dalam box pembuatan kompos seperti
pada Gambar 2.

Gambar 2. Tempat penampungan sementara dan pengeringan feses sapi potong

3.3.2. Tahap Komposting

Tahap komposting dilakukan dengan penyediaan bahan baku utama yang


terdiri dari feses sapi potong danbatang pisang, pemanfaatan batang pisang
merupakan salah satu alternatif untuk substitusi penggunaan pupuk
kimia. Kandungan hara yang terdapat pada batang pisang yaitu mengandung 14,89%
C, 1,05% N, 0,04% P, 2,05 dan 0,76% K0. Batang pisang mengandung karbohidrat
66% , protein, air dan mineral-mineral tinggi (Suhasstyo 2011).

Bahan penyusun lainnya yaitu serbuk gergaji, sekam bakar, dedak padi,
dolomit, Trichoderma harzianum sp dan air. Pengomposan merupakan salah satu
metode pengelolaan sampah organik yang bertujuan mengurangi dan mengubah

12
komposisi sampah menjadi produk yang bermanfaat. Kompos merupakan pupuk
organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan yang telah mengalami
proses dekomposisi atau pelapukan. Menurut subekti, (2015) yang menyatakan
bahwa proses pembuatan kompos (komposting) dapat dilakukan dengan cara aerobik
maupun anaerobik. Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah
satu alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi kelangkaan dan naiknya harga
pupuk. Pupuk kompos merupakan dekomposisi bahan-bahan organik atau proses
perombakan senyawa yang komplek menjadi senyawa yang sederhana dengan
bantuan mikroorganisme. Umumnya dipilih kotoran ternak (sapi) karena selain
tersedia banyak di petani juga memiliki kandungan nitrogen dan potassium dan
merupakan kotoran ternak yang baik untuk kompos. Keunggulan dari pupuk kompos
ini adalah ramah lingkungan, dapat menambah pendapatan peternak dan dapat
meningkatkan kesuburan tanah dengan memperbaiki kerusakan fisik tanah akibat
pemakaian pupuk anorganik (kimia) secara berlebihan. Dengan adanya pupuk
organik maka penggunaan pupuk kimia semakin berkurang dan kerusakan tanah
akibat pemakaian pupuk kimia yang berlebihan dapat teratasi.

Pembuatan Trichokompos feses sapi potong dan batang pisang yang


dilaksanakan di Kem pudak farm sebagai berikut:

13
Dolomit Dedek Padi
Feses Sapi potong dan batang pisang

Serbuk Arang Sekam

Trichoderma Sp

Pengadukan Trichokompos
Penyiraman
Trichokompos dihaluskan
Trichoderma Sp

Hasil Trichokompos

14
3.3.3. Pasca Komposting
Proses komposting akan berlangsung selama 15-21 hari, setelah proses
komposting selesai maka hasilnya akan dilakukan dengan menggunakan copper
multifungsi agar teksturnya lebih halus dan setelah itu dilakukan pengemasan. dan
setelah itu kompos berbasis feses sapi dan batang pisang dilakukan pengemasan di
dalam karung 5 kg dengan harga/kg Rp.10.000,- Jika kompos dijual dalam karung
20 kg dengan harga Rp.40.000,- per karung.

3.4. Hasil Pengamatan Trichokompos Feses sapi potong dan batang pisang

Hasil pengamatan Trichokompos Feses Sapi potong dan batang pisang


ini di sajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil pengamatan Trichokompos Feses dan Batang Pisang
No Karakteristik Hasil

1 Warna Kehitaman

2 Bau Tidak berbau seperti tanah

3 Tekstur Remah-remah dan halus


Pada Tabel 3. Dapat dilihat bahwa hasil dari pengamatan yang dilakukan yaitu
perubahan pada pupuk organik disebabkan oleh mikrobia yang berfungsi dengan baik
selama proses pengomposan. Pembalikan dan pengadukan menggunakan cangkul
dan sekop bertujuan untuk meningkatkan homogenitas dan memberikan suplai
oksigen, setelah 21-30 hari proses pengomposan warna Trichokompos feses sapi
potong dan batang pisang berubah warna menjadi semakin kehitaman, berbau tanah
dan tekstur Trichokompos feses sapi potong dan batang pisang berubah menjadi
sangat lembut atau remah. Batang pisang yang sebelum dilakukan pengomposan
berbentuk seperti kerabang telur yang besar-besar , dengan adanya decomposer
trichoderma sp maka bahan baku tersebut terurai dan menjadi pupuk organik. Dengan
kondisi seperti ini bahan telah dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman pangan
dan buah-buahan yang terdapat di lokasi Kem pudak farm. Trichokompos pada hari
ke 21 memiliki bau seperti tanah, karena materi yang dikandungnya sudah memiliki

15
unsur hara tanah dan warna kehitaman yang terbentuk akibat penguraian
mikroorganisme yang hidup dalam proses pengomposan (Isroi, 2008).
Tekstur Trichokompos yang baik apabila bentuk akhirnya tidak menyerupai
bentuk bahan, karena sudah hancur akibat penguraian alami oleh mikroorganisme
yang hidup didalam trichokompos (Ismayana et al., 2012). Kualitas fisik
trichokompos yang dihasilkan memberikan gambaran kemampuan masing-masing
agen decomposer dalam mendekomposisi materi organik pada sampah.

3.5 Pengaplikasian Trichocompos Untuk Pertumbuhan Labu madu

Pada proses penanaman tanaman labu madu di mulai pada tanggal 11 Oktober
2022 dengan mengkombinasikan pupuk organik berbasis feses sapi potong dan
batang pisang dan penambahan pupuk kimia yang di tanam di lahan belakang KEM
Desa Pudak Farm.
Tanaman labu madu (curcubita moschata) atau di sebut juga dengan butternut
squash, labu madu berbentuk unik seperti lampu bohlam yang memiliki cita rasa
manis dengan tekstur yang lembut. Buah dari tanaman labu mengandung serat yang
tinggi,antioksidan, beta karoken, vitamin A dan B kompleks. Labu madu dengan
tekstur yang lembut dan mudah di cerna, mengandung karoten (pro-vitamin A)
tingkat tinggi, yang menambah warna menarik pada makanan olahan lainnya. Selain
itu labu madu memiki nilai jual yang tinggi, sehingga dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat, pasar labu madu juga gampang, karena banyak pasar
tradisional dan supermarket.
Pada pengaplikasian Tricokompos untuk penanaman labu madu memerlukan
beberapa persiapan seperti lahan tanam. Pada persiapan lahan tanam yang harus di
lakukan pertama yaitu lahan yang akan di gunakan harus di gemburkan dahulu,
kemudian lahan di buat bedengan atau galangan dengan panjang sekitar 4 meter dan
luas 30 cm dan di buat paritann aliran air di sekitaran galangan dengan tujuan agar
lahan tidak terendam air hujan. Sebelum melakukan penanaman lahan juga di berikan
penambahan dolomit dan tricokompos dengan di inkubasi selama 3 hari supaya

16
meninngkatkan pH pada tanah dan membuat kadar asam dalam tanah menjadi netral
dan penambahan tricokompos yaitu agar menambah unsur hara pada tanah.
Pemberian dolomit setiap lubang pada galangan sebanyak 200 gram sementara
tricokompos yaitu sebanyak ½ kg agar dapat menjaga kesuburan pada tanah.
Selanjutnya yaitu proses penyemaian benih, pada proses ini penyemaian di lakukan di
dalam nampan yang di lapisi tisu dengan di lakukan penyiraman setiap hari dengan
tidak terlalu basah, tujuan nya agar menjaga kelembapan benih. Setelah berkecambah,
benih di masukkan ke dalam pottray yang berisi tricokompos berbasis feses sapi
potong dan batang pisang agar dapat tumbuh dengan baik. Setelah 3 hari masa
perkecambahan, bibit di pindahkan ke galanngan yang telah di siapkan. Pada
galangan praktek kerja lapang saya terdapat sebanyak 40 lubang dengan jarak tanam
30 cm antar lubang dengan pola zigzag untuk menghindari perambatan jarak antar
tanaman. Kemudian pada sistem pemeliharaan menggunakan sistem para-para agar
pertumbuhan lebih baik dan pemeliharaan mudah di lakukan.
Pada pemeliharaan yang di lakukan adalah pemberian pupuk tricokompos di
awal penanaman dan di hari ke 36 setelah buah pertama tumbuh dengan
mengkombinasikan pupuk kimia setiap 10 hari sekali. Pemupukan bertujuan
mengganti unsur hara yang hilang dan menambah persediaaan unsur hara yang di
butuhkan tanaman untuk meningkatkan produksi dan mutu tanaman. Pada
pemeliharaan labu madu selain pemberian pupuk organik juga di berikan pupuk
kimia dengan jumlah yang minimalis seperti NPK, KNO3 dan mulan yang berperan
menjadikan tanaman lebih hijau,pertumbuhan tanaman secara keseluruhan menjadi
lebih cepat serta meningkatkan pertumbuhan akar, memacu perkembangan jaringan,
merangsang pertumbuhan bunga, pematangan buah dan meningkatkan daya tahan
terhadap penyakit. Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki struktur
tanah,menaikan bahan serap tanah terhadap air, menaikan kondisi kehidupan di dalam
tanah, dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman, sedangkan pemberian pupuk
anorganik dapat merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya
cabang,batang,daun dan berperan penting dalam pembentukan hijau daun (Lingga,
2008). Ketersediaan unsur hara yang lengkap dan berimbang dapat di serap oleh

17
tanaman merupakan faktor yang menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman
(Nyanjang, 2003).
Pada penanaman labu madu yang di laksankan dengan menggunakan
Tricokompos berbasis feses sapi potong dan batang pisang di depan hasil sebagai
berikut.
Tabel 4. Pengamatan Labu Madu
No Bagian Tanaman Karakteristik Jumlah rata-rata
1 Batang Tinggi 4,2 meter
2 Daun Lebar dan Hijau 50 daun/tanaman
3 Buah Berbentuk bohlam dan hijau 3 buah/tanaman

Dari tabel di atas maka pertumbuhan labu madu dengan menggunakan


Tricokompos dan penggunaan pupuk kimia yang secukupnya dapat menghasilkan
produksi labu madu yang maksimal. Dapat di lihat dari bentuk batang yang tinggi di
karenakan nutrisi yang di butuhkan tercukupi dan pemeliharaan yang baik. Kemudian
daun yang lebar dan bewarna hijau di karenakan mendapat pencahayaan matahari dan
juga penyiraman yang baik sehingga fotosintesis dapat berlangsung dengan baik.
Pada tanaman labu madu buah yang di hasilkan pertama kali muncul pada hari ke 35,
seiring berjalannya waktu buah yang di hasilkan dapat mencapai 3 buah dalam satu
tanaman sehingga produksi yang di hasislkan maksimal dan buah yang di hasislkan
mirip seperti bohlam berukuran besar dengan berat rata-rata 1 kg setiap buah. Buah
labu madu dapat diolah menjadi berbagai olahan makanan, seperti kue bolu, keripik,
kue kering,sayur gulai dan lainnya. Pada buah labu madu yang tidak bisa di pasarkan
karena busuk dapat di jadikan pakan cacing sutra.

18
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari hasil Praktek Kerja lapang yang di laksanakan di KEM Pudak Farm
kecamatan kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi dapat di simpulkan bahwa
pengolahan kompos berbasis feses sapi potong dan batang pisang dapat menghasilkan
Tricokompos sebagai sumber pupuk organik yang ramah lingkungan sehingga dapat
memperbaiki unsur hara tanah. Tricokompos pada tanaman labu madu dapat
menghasilkan pertumbuhan yang sangat baik pada tanaman khususnya labu madu
seperti jumlah daun labu yang banyak dan lebar dengan warna hijau pekat, batang
yang tingggi, akar yang kuat serta buah yang besar. Tricokompos ini juga pupuk
organik yang ramah lingkungan, murah dan dapat memperbaiki unsur hara tanah.
Dalam usaha tanaman labu madu ini juga terbilang sangat baik karena dengan harga
jual yang tinggi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

4.3 Saran

Tricokompos berbasis feses sapi potong dan batang pisang dapat di jadikan
suatu alternatif yang tergolong sangat baik karena tricokompos ini sangat ramah
lingkungan dan sangat terjangkau untuk harganya. Begitupun dengan usaha
penanaman labu madu yang juga sangat menguntungkan bagi masyarakat sehingga
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

19
DAFTAR PUSTAKA

Firmansyah. M. Anang,, (2011). Peraturan tentang pupuk, Klasifikasi Pupuk


Alternatif dan Peranan Pupuk Organik dalam peningkatan produksi pertanian,
Makalah (disampaikan pada apreasi pengembangan pupuk organik, di dinas
pertanian). Palangkaraya.
Glew, R.H,, Glew, R.S,, Chuang LT., Huang, YS., Millson,M.,Constans,D, and
Vanderjagt. D.L. 2006. Amino acid, mineral and fatty acid content of pumpkin
seeds (Curcubia spp).and Cyperus esculentus Nuts in The Republic of Niger.
Plant foods for Human Nutrition 61(2):49-54,doi: 10.1007/s1130-006-0010.
Juniati, D, Setiawan,B, Anwar, F, dan Muhandri,T. 2017. Komponen gizi, aktivitas
antioksidan dan karakteristik sensori bubuk fungsional labu kuning (Cucurbita
moschata) dan tempe, J. Gizi Pangan 12(2):109-116
Marbun N, Sitorus,P. Dan Sinaga. S.M. 2018, Antidiabetic effects of pumpkin
(Cucurbita moschata Durch) flech and seeds extracts in Streptozotocin induced
mice. Asian J Pharm Clin Res. Vol 11(2):91-93.
Suhastyo AA, Anas I, Santosa DA, & Lestari Y. (2013). Studi Mikrobiologi dan Sifat
Kimia Mikroorganisme Lokal (MOL), yang di gunakan pada Budidaya Padi
Metode SRI (System of Rice Intensification). Saintek, 10 (2).
Wulandari D, Fatmawati E, Qolbaini K, & Praptinasari S. (2009). Penerapan MOL
(Mikro-organisme-lokal) Bonggol Pisang sebagai Biostater Pembuatan
Kompos. PKM-P Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.

20
LAMPIRAN

pengumpulan feses sapi potong pembuatan biochar

Pengumpulan limbah batang pisang pengumpulan serbuk gergaji

21
Pengeringan feses sapi potong pemasukan feses ke box pembuatan
kompos

Tahap proses pemasukan bahan pembuatan kompos organik

22
Tahap pengadukan kompos tahap penyiraman Trichoderma sp

Pembukaan lahan penanaman labu madu lahan labu madu siap di gunakan

23
Proses pembibitan Labu madu kompos telah siap di jual dan di
gunakan

Proses penanaman labu madu proses pengikatan labu madu

24
Proses pembuatan paritan Proses pengikatan labu madu

Tanaman labu madu telah berbuah

25

Anda mungkin juga menyukai