Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

PENGELOLAAN LINGKUNGAN BUDIDAYA

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Tugas Laporan Akhir
Praktikum Mata Kuliah Pengelolaan Lingkungan Budidaya Semester Genap

Disusun oleh :

Muhammad Rezal Tanjung 230110160121

Kelas :
Perikanan B/Kelompok 7

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
hidah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaiakan tugas laporan praktikum
Pengelolaan Lingkungan Budidaya. Tidak lupa shalawat serta salam kita limpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, kepada para sahabatnya, keluarganya dan kita
semua sebagai umatnya.
Laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktikum
Pengelolaan Lingkungan Budidaya. Saat penyusunan laporan ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak.yang telah bekerjasama dalam menyelesaikan laporan.
Sehingga pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada pihak yang telah membantu dalam proses praktikum maupun
penyusunan laporan ini.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk
menilai laporan ini, guna membangun dalam membuat laporan bilamana penulis
buat selanjutnya.
Penulis harap laporan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca khususnya
bagi kami selaku pengembangan pengetahuan di bidang perikanan.

Jatinangor, Juni 2019

Muhammad Rezal Tanjung

ii
DAFTAR ISI

BAB Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................... v
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................. 1
1.3 Identifiasi Masalah .............................................................. 2
1.4 Kegunaan ............................................................................ 2
II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kualitas Air Budidaya ........................................................ 3
2.2 Pengelolaan Limbah Perairan Budidaya ............................. 3
2.3 Budidaya Terintegrasi ......................................................... 3
2.4 Budidaya Ramah Lingkungan ............................................ 4
2.5 Kawasan Budidaya Perikanan ............................................ 4
2.6 Minapadi Sistem ................................................................. 5
2.7 Akuaponik Sistem ............................................................... 5
2.8 Resirkulasi Water Sistem .................................................... 5
III BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu .............................................................. 6
3.2 Alat dan Bahan .................................................................... 6
3.2.1 Alat-alat Praktikum ............................................................. 6
3.2.2 Bahan-bahan Praktikum ...................................................... 6
3.3 Tahapan Praktikum .............................................................. 6
3.3.1 Persiapan Praktikum ........................................................... 6
3.3.2 Pelaksanaan Praktikum ........................................................ 7
3.4 Metode Praktikum ............................................................... 7
3.5 Parameter yang Diamati ...................................................... 7
3.5.1 Kualitas Air ......................................................................... 7
3.5.2 Sistem Pemeliharaan dan Buangan Hasil Budidaya ........... 8
3.6 Analisis Data ........................................................................ 8
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Manajemen Hatchery dan Instalasi Pengolahan Air Limbah 9
4.2 Pengeloaan Kawasan Budidaya .......................................... 11
4.3 Budidaya Ramah Lingkungan Terintegrasi
dengan Sistwm Minapadi .................................................... 14
4.4 Akuaponik dan Resirkulasi Water Sistem .......................... 15
4.5 Resirkulasi Water Sistem .................................................... 17
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ......................................................................... 20
5.2 Saran ................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 21

iii
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


1 Alat yang Digunakan dalam Praktikum ......................................... 6
2 Bahan yang Digunakan dalam Praktikum ...................................... 6
3a Jenis Wadah Budidaya di Hatchery ............................................... 9
3b Wadah Pemberokan di Hatchery ................................................... 9
4 Kualitas Air Budidaya Hatchery Gedung 4 ................................... 10
5 Komoditas yang Dipelihara ........................................................... 11
6 Pengukiran Kualitas Air ................................................................. 13
7 Minapadi ......................................................................................... 14
8 Kualitas Air Pada Sistem Akuaponik ............................................. 15
9 Sisa Eksresi dan Metabolisme Pada Sistem Akuaponik ................. 15
10 Data Integrasi Ikan, Filter, dan Tanaman ...................................... 16
11 Kualitas Air Pada Resirkulasi Water Sistem ................................. 17
12 Sisa Ekresi dan Metabolisme Pada Resirkulasi Water Sistem ....... 18
13 Hubungan Sisa Buangan dengan Fiter ........................................... 18

iv
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


1 Eksisting Kawasan Perikanan Darat Ciparanje FPIK Unpad ..... 11
2 Sistem Minapadi .......................................................................... 14

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akuakultur adalah kegiatan budidaya hewan maupun tumbuhan dalam
perairan yang dirancang sesuai dengan kondisi lingkungan yang mirip dengan
habitat asli organisme yang dibudidayakan dengan tujuan meningkatkan
produktivitas perairan. Kegiatan akualkultur sederhana telah lama berkembang di
masyarakat Indonesia dan menjadi salah satu mata pencaharian dominan
masyarakat.
Kegiatan akuakultur (budidaya ikan) terdiri dari pembenihan, pendederan,
dan pembesaran berbagai komoditas ikan konsumsi seperti ikan mas, ikan nila,
gurame, lele, dan ikan patin ataupun ikan hias seperti ikan koki, koi, dan lain-lain.
Kegiatan akuakultur dapat dilakukan pada berbagai wadah atau tempat seperti
kolam tanah, kolam air deras, kolam berlapis plastik/terpal, karamba bambu,
karamba jaring apung (KJA), tambak, bak tembok, bak fiber, dan akuarium.
Seiring perkembangan teknologi dalam bidang perikanan, kegiatan
akuakultur pun turut tumbuh. Teknologi sistem akuakultur yang semakin maju
memungkinkan akuakultur dilakukan di berbagai lini masyarakat di perkotaan
maupun pedesaan. Kegiatan perikanan modern dapat disinergikan dengan kegiatan
lain misalnya integrasi akuakultur dengan peternakan atau pertanian. Selain
meningkatkan produktivitas, perikanan terintegrasi juga mampu mengefisienkan
energi dan bersifat ramah lingkungan karena meminimalkan limbah produksi.

1.2 Identifikasi Masalah


Adapun identifikasi masalah pada praktikum ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana cara manajemen hatchery dan Instalasi Pengolahan Air Limbah?
2. Bagaimana pengelolaan kawasan budidaya dan Minapadi di Ciparanje
Unpad?
3. Bagaimana pengelolaan budidaya berbasis ramah lingkungan dengan sistem
akuaponik dan resirkulasi water sistem?

1
2

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktkum ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui cara memanajemen budidaya di hatchery dan Instalasi
Pengolahan Air Limbah.
2. Untuk mengetahui pengelolaan kawasan budidaya dan Minapadi di
Ciparanje FPIK Unpad.
3. Untuk mengethaui pengelolaan budidaya ramah lingkungan dengan sistem
akuaponik dan resirkulasi water sistem.

1.4 Kegunaan
Kegunaan dari kegiatan praktiku ini yaitu sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui cara manajemen budidaya hatchery dan Istalasi
Pengolahan Air Limbah.
2. Dapat mengetahui pengelolaan kawasan budidaya ramah lingkungan
dengan sistem akuaponik dan resirkulasi water sistem.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kualitas Air Budidaya


Kualitas air adalah faktor penting dalam teknik akuakultur. Kualitas air
dipengaruhi oleh dua aspek: jumlah oksigen terlarut dan suhu. Sumber utama
oksigen terlarut dalam air adalah perpindahan udara dan hasil fotosintesis tanaman
atau organisme berklorofil yang hidup di perairan. Tanaman air, terutama
ganggang, menghasilkan oksigen dengan bantuan sinar matahari. Semakin lama
tanaman air disinari matahari, maka kolam akan menerima produksi oksigen yang
semakin tinggi.
2.2 Pengelolaan Limbah Perairan Budidaya
Sumber utama dari limbah budidaya adalah dari sisa pakan yang tidak
termakan, buangan dari proses metabolisme, pupuk, dan bibit penyakit (Khiatuddin,
2003; Millamena, 2002; Beveridge, 1987).
Secara umum, proses pengolahan air limbah terdiri atas tiga tahapan (Smith,
2007) yaitu:
• Primary treatment, yaitu penghilangan partikel-partikel kasar dengan cara
pengendapan.
• Secondary treatment, yaitu penghilangan mikroorganisme patogen, nutrien,
senyawa organik, dan logam berat.
• Tertiary treatment, berupa perlakuan tambahan (bila perlu) sebelum air
dibuang atau dimanfaatkan kembali.
2.3 Budidaya Terintegrasi
Budidaya ikan dapat diintegrasikan dengan peternakan komoditas selain
ikan atau pertanian dalam lahan dan periode yang sama. Tujuan integrasi budidaya
ini adalah memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya lahan dan air serta
meningkatkan efisiensi modal, tenaga, dan waktu guna menghasilkan Iebih dari
satu komoditas. Sebagai contoh, limbah kotoran ikan dapat digunakan sebagai
pupuk tanaman (sistem akuaponik). Kotoran ternak juga dapat digunakan sebagai
pupuk di kolam budidaya ikan untuk meningkatkan produksi ikan.

3
4

Kegiatan akuakultur terintegrasi memberikan beberapa keuntungan.


Keuntungan tersebut di antaranya adalah:
• Pengurangan limbah sehingga dapat menjaga lingkungan;
• pemenuhan kebutuhan pakan buatan sehingga bisa mendapatkan
keuntungan dari penurunan biaya produksi;
• pemenuhan kebutuhan konsumsi masyarakat terhadap ikan dan sayuran
sehingga mendapatkan keuntungan;
• penurunan ketergantungan terhadap input produksi dari perikanan sehingga
meningkatkan stabilitas perikanan;
• peningkatan produktifitas dan efisiensi perikanan.
2.4 Budidaya Ramah Lingkungan
Akuakultur adalah kegiatan pemelihara biota air pada kondisi yang
terkontrol, baik secara intensif maupun semi intensif (Setyono 2004). Akuakultur
yang ada di Indonesia dikenal dengan istilah budidaya air. Dalam budidaya
perairan, yang dipelihara pada prinsipmya adalah lingkungan dalam hal ini air.
Sistem budidaya yang ramah lingkungan yaitu kegiatan pemeliharaan biota perairan
dengan tidak menimbulkan pencemaran bagi lingkungan budidaya maupun
sekitanya. Contoh budidaya ramah lingkungan diantaranya yaitu minapdi,
akuaponik, dan sistem resirkulasi.
2.5 Kawasan Budidaya Perikanan
Berdasarkan UU no 26 Tahun 2008 pasal 1 ayat 10, Kawasan budidaya
adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas
dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya
buatan.
Kawasan perikanan adalah kawasan yang difungsikan untuk kegiatan
perikanan dan segala kegiatan penunjangnya dengan tujuan pengelolaan untuk
memanfaatkan potensi lahan untuk perikanan dalam meningkatkan produksi
perikanan, dengan tetap memperthatikan kelestarian lingkungan. Kawasan
perikanan dibedakan menjadi kawasan budidaya perikanan air tawar, kawasan
budidaya air payau, kawasan perikanan budidaya laut, dan kawasan perikanan
tangkap.
5

2.6 Sistem Minapadi


Minapadi adalah budidaya pertanian dan perikanan secara terintegrasi yang
dapat meningkatkan produktivitas lahan sawah yaitu meningkatkan pendapatan
petani, meningkatkan diversifikasi hasil pertanian dan perikanan meningkatkan
kesuburan tanah dan air serta dapat mengurangi hama penyakit (wereng coklat)
pada tanaman padi. Mina padi merupakan salah satu solusi dalam menangani
rendahnya produktivitas lahan akibat dari perubahan iklim. Minapadi dapat
menyuburkan lahan melalui kotoran ikan dan sebagai pupuk organik yang dapat
menyuburkan lahan persawahan (Nurhayati 2013).
2.7 Sistem Akuaponik
Akuaponik adalah teknik budidaya tanaman yang terintegrasi dengan
budidaya hewan air, seperti ikan, udang serta moluska (Rakocy et al., 2006). Teknik
budidaya akuaponik serupa dengan yang digunakan dalam budidaya hidroponik
secara konvensional (Somerville et al., 2014). Perbedaan keduanya adalah terkait
dengan sumber nutrisi tanaman. Hidroponik konvensional menggunakan sumber
nutrisi kimia, sedangkan akuaponik memanfaatkan feses dan ammonia hasil
metabolisme ikan, sebagai sumber nutrisi (Graber dan Junge, 2007; Lund, 2014).
2.8 Resirkulasi Water Sistem
Akuakultur resirkulasi adalah sebuah sistem sirkulasi air tambak dengan
menggunakan kembali (reuse) air untuk budidaya habitat air, sehingga dapat
mengurangi penggunaan air dari luar sistem. Dimana air budidaya yang telah
digunakan untuk ikan dan telah mengalami penurunan kualitasnya, dapat digunakan
kembali setelah mengalami proses filtrasi (Fadhil, dkk 2010).
BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum dilakasanakan dari tanggal 4 April sampai 9 Mei 2019.
Praktikum mengenai Manajemen Hatchery dan Instalasi Pengolahan Air Limbah
dilaksanakan di Hatchery Gedung 4 FPIK Unpad, Pengolahan Kawasan Budidaya
dan Minapadi serta praktikum Pengelolaan Budidaya Berbasis Ramah Lingkungan
dengan Sistem Akuaponik dan Resirkulasi dilaksanakan di Laboratorium Basah
Ciparanje FPIK Unpad.
3.2 Alat dan Bahan
Dalam pelaksanaan praktikum ini digunakan alat dan bahan sebagai berikut:
3.2.1 Alat-alat Praktikum
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut :
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam praktikum
No Nama Alat Fungsi
1 Alat tulis Sebagai alat untuk mencatat informasi atau
hal penting
2 Bahan referensi Sebagai bahan bacaan dan pembanding
3 Lembar kerja Sebagai bahan evaluasi kegiatan praktikum

3.2.2 Bahan-Bahan Praktikum


Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam praktikum
No Nama Bahan Fungsi
1 Serra test kit Bahan untuk mengukur kualitas air

3.3 Tahapan Praktikum


Pelaksanaan praktikum dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu persiapan
dan pelaksanaan.
3.3.1 Persiapan Praktikum
Pada tahapan persiapan, praktikan terlebih dahulu membaca referensi-
referensi yang telah dicari yang bersangkutan dengan materi praktikum. Tujuannya

6
7

agar mempermudah praktikan dalam menyerap atau memahami ilmu yang


didapatkan selama praktikum.
3.3.2 Pelaksanaan Praktikum
Pada tahap pelaksanaan praktikum, praktikan mendengar, menulis dan
mencari tahu hal-hal yang dibutuhkannya. Pada tahap ini praktikan dibimbing oleh
setiap asisten laboratorium di setiap pos materi.
3.4 Metode Praktikum
Metode yang kami gunakan pada praktikum ini yaitu dengan studi literatur
dan observasi.
3.4.1 Observasi
Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan pengamatan
langsung dan pencatatan terhadap obyek yang akan diteliti. Pada praktikum ini
observasi dilakukan dengan mengamati, mendengar, mencatat dan bertanya
mengenai apa yang dibutuhkan oleh praktikan kepada asisten laboratorium.
3.4.2 Studi Literatur
Studi literatur adalah mencari referensi teori yang relevan dengan kasus atau
permasalahan yang ditemukan. Referensi harus memuat tinjauan pustaka yang bisa
mendukung dari kegiatan praktikum Referensi dapat dicari dari buku, jurnal, artikel
laporan penelitian, dan situs internet. Tujuannya adalah untuk memperkuat
permasalahan serta sebagai dasar teori dalam melakukan studi.
3.5 Parameter yang Diamati
Parameter yang diamati pada praktikum ini meliputi kualitas air dan sistem
pemeliharaan dan buangan hasil budidaya.
3.5.1 Kualitas Air
Kualitas air yang diamati diambil dari beberapa titik kawasan budidaya
seperti inlet, outlet, bak kontrol dan kolam pendederan serta masing-masing di
sistem budidaya yang dituju. Kualitas air yang diamati meliputi salinitas, DO, pH,
kH, gH, Fe, NO2, NO3, NH3, NH4, PO4, Cu, dan alkalinitas. Masing-masing
parameter kualitas air dibandingan dengan standar baku mutu air untuk budidaya
ikan.
8

3.5.2 Sistem Pemeliharaan dan Buangan Hasil Budidaya


Sistem pemeliharaan yang dilakukan pada kegiatan praktikum ini yaitu
dengan menggunakan sistem akuaponik, resirkulasi water sistem, dan minapadi.
Hasil buangan yang diamati yaitu meliputi sisa pakan, telur, eksresi dan
metabolisme.
3.6 Analisis Data
Data yang telah diperoleh dari kegiatan praktikum, dianalisis secara
deskripsi yang dibandingkan dengan pustaka ilmiah atau SNI.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Manajemen Hatchery dan Instalasi Pengolahan Air Limbah


4.1.1 Hatchery
Berikut adalah data hasil observasi mengenai manajemen hatchery di
Gedung 4 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (Tabel 3a,
Tabel 3b, dan Tabel 4).
Tabel 3a. Jenis wadah budidaya di Hatchery
Kepadata
Lama
Volum Kepadatan & n&
Jenis Wadah Fungsi Pemeliha
e Air Ukuran awal tebar Ukuran
raan
Panen
Wadah Sebgaia tempat 750 75.000 butir telur ± 75.000 ±30 hari
penetasan penetasan liter ikan larva
Wadah Sebagai tempat 2000 20 – 40 ekor, 20-40 ±35 hari
pembesaran pembesaran benih liter ukuran benih ekor,

Tabel 3b. Wadah pemberokan di Hatchery


Lama
Volum
Jenis Wadah Fungsi Kepadatan Penggun
e Air
aan
Wadah Sebagai wadah untuk 4.200 45 – 60 ekor, ukuran benih
±7 hari
pemberokan memberok ikan liter dan induk

Jenis Pakan Yang Digunakan CPP 781

Jumlah Pakan yang Diberikan 3 % dari biomassa

Frekuensi Pemberian Pakan 3 kali sehari

Sistem Resirkulasi dan Dengan menggunakan filter fisik, biologi dan kimia
Pergantian Air
Jenis Limbah Yang di Hasilkan Sisa penetasan, pakan yang tidak termakan dan buangan
metabolisme.

Di hatchery Gedung 4 Fakultas Perikanan dan Ilmu Keluatan terdapat tiga


jenis wadah budidaya yaitu wadah penetasan, pembesaran dan pemberokan dengan
masing-masing jumlah wadahanya sebanyak 16, 20, dan 2 buah kolam.

9
10

Wadah pentesan memiliki kapasitas air sebanyak 750 liter dengan padat
tebar 75.000 liter. Ukuran wadahnya yaitu dengan tinggi 1 meter dan diameter 1,5
meter. Sistem pengairanya menggunakan sistem resirkulasi. Air dari IPAL masuk
melalui pipa-pipa bagian atas kolam. Kemudian, limbah dari wadah penetasan akan
disalurkan melalui pipa-pipa bagian bawah yang kemudian dialirkan ke saluran
IPAL dengan adanya screen di wadahnya agar telur tidak hanyut.
Wadah pembesaran memiliki ukuran dengan tinggi 1,5 meter dan diameter
2 meter. Kapasitas airnya 2000 liter dengan padat tebar 20-40 ekor. Sistem
pengairannya sama seperti wadah penetasan. Pada wadah pendederan air limbah
yang dihasilkan dialiri dengan pipa saluran dibawah menuju saluran IPAL.
Kemudian saluran IPAL terjadi pengelolaan sehingga airnya bias digunakan
kembali. Air dari IPAL ditampung di torn kemudian digunkaan kembali ke hatchery
melalui pipa-pipa yang berada diatas kolam.
Wadah pemberokan memiliki ukuran tinggi 2-3 meter dan diameter 2 meter.
Kapasitas dari wadah ini yaitu 4.200 liter air dengan kepadatan 45-60 ekor. Sistem
pengairannya sama seperti wadah yang lainnya hanya terdapat perbedaan pada
pengelolaan limbah anorganiknya. Limbah anorganik yang dhasilkan pada wadah
pemberokan disalurkan ke pembuangan khusus (seperti septitank).
4.1.2 Instalasi Pengolahan Air Limbah
Berikut adalah data hasil observasi mengenai Instalasi Pengolahan Air
Limbah di Gedung 4 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran
(Tabel 4).
Table 4. Kualitas Air Budidaya di Hatchery Gedung 4
Limbah Standar kualitas air
No Parameter Hasil Setelah diolah di IPAL pemeliharaan patin di
Budidaya hatchery
1 Salinitas - - -
2 Do 1 mg/l 8 mg/l >4 mg/l
3 pH 4,8 8 5,5 – 8,-5
4 kH - - -
5 gH - - -
6 Fe - - -
7 NO2 5 mg/l 0 mg/l < 1 mg/l
8 NO3 50 mg/l 50 mg/l -
9 NH3 0,03 mg/l 0 mg/l < 0,02 mg/l
10 NH4 5 mg/l 0 mg/l -
11

Limbah Standar kualitas air


No Parameter Hasil Setelah diolah di IPAL pemeliharaan patin di
Budidaya hatchery
11 PO4 2 mg/l 2. control panel dihidupkan mg/l -
12 Cu - - -

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dapat menghilangkan atau


menurunkan konsentrasi polutan sehingga air dapat dimanfaatkan kembali atau
dibuang kelingkungan tanpa menyebabkan degradasi lingkungan serta tidak
membahayakan bagi masyarakat lingkungan tersebut. Air yang telah diolah dari
saluran IPAL dapat digunakan kembali untuk budidaya di hatchery karena telah
memenuhi standar, seperti pada Tabel 4.
Filtrasi yang digunakan pada IPAL hatchery Gedung 4, menggunakan filter
biologi, fisik, dan kimia. Air limbah dari hatchery ditampung di kolam penampung.
Kontrol panel dihidupkan untuk menyalurkan air limbah hatchey ke kolam filter
biologi. Di kolam biologi ada alat yaitu bioball untukmenyaring mikroorganisme
dan senyawa (amoniak) menjadi nitrat dan nitrit. Air dari kolam filter 1 akan
dialirkan ke kolam filter 2, kemudian dari filter 2 kembali ke filter 1 (seperti sistem
resirkulasi). Air dari kolam filter biologi akan disalurkan oleh pompa ke kolam filter
kimia dan fisik. Dikolam fisik terdapat alat bantu yaitu filternet, serabut, dan
dakron. Dikolam kimiabterdapat batu zeolite yang fungsinya mengurangi
kandungan kimiadalam air. Air limbah yang telah difilter baik secara biologi,
kimia,dan fisik kemudian disalurkan ke torn yang selanjutnya aair tersebut
digunakan kembali ke hatchery.
Adapun cara lain dalam pengolahan limbah pada referensi lain yaitu dengan
sistem constructed wetland. Perbedaannya hanya pada komponen yang digunakan
pada kedua sistem tersebut. Sistem constructed wetland menggunakan tumbuhan
air dan mikroorganisme sebagai agen yang berperan dalam proses purifikasi air
limbah.
4.2 Pengelolaan Kawasan Budidaya
Berikut adalah gambar tataletak atau denah kolam percobaan Ciparanje
Universitas Padjadjaran (Gambar 1)
12

Gambar 1. Eksisting Kawasan Perikanan Darat Ciparanje FPIK UNPAD


Berikut adalah data hasil observasi mengenai komoditas yang dipelihara di
Ciparanje FPIK Unpad.
Tabel 5. Komoditas yang Dipelihara

Ukuran (luas dan


No Wadah Ikan yang dipelihara Jumlah (kg)
volume)
1 Kolam hasil panen 5m x 10m x 0,7m Koi, komet, dan nilem 1000 ekor
2 Kolam induk 10m x 10m x 0,7m Ian nila 100 ekor / ± 30 kg
Patin 20 ekor;
Patin, baung, dan grass grass carp 5 ekor;
3 Kolam indukan 8m x 8m x 1m carp baung 5 ekor
4 Kolam pendederan (tengah) 36m x 32mx 0,7m nilem 100.000 ekor
5 Green house - - -
6 Kolam induk 8m x 8m x 1m Kapiat 200 ekor
7 Kolam induk 4m x 8m x 0,8m Nilem jantan fungsional 100 ekor
8 Pendederan bawah 43m x 62m x 1,8m Nilem, komet, dan tawes 100 kg
9 Kolam pendedera 50m 45m x 1m Nilem dan koi 50 kg
10 Reservoir 6m x 5mx 1m - -
Lele 700
gram/ekor ;
Nilem 200-400
11 Bak control pemeliharaan 2m x 3m x 1,2m Induk lele dan nilem gram
12 Kolam pemeliharaan 3m x 4,5m x 1m komet 3 kg
13 Kolam pemeliharaan 3m x 4,5m x 1m Nilem jantan 7-10 kg
14 Kolam pemeliharaan 3m x 4,5m x 1m Nilem betina 7-10 kg
15 Kolam pemeliharaan 3m x 4,5m x 1m Nilem betina 7-10 kg
13

Adapun data pengukuran kualitas air pada beberapa titik di Kawasan budidaya
Ciparanje FPIK Unpad.
Tabel 6. Pengukran Kualitas Air
No Parameter Inlet Kawasan Bak kontrol 1 Kolam pendederan Otlet Kawasan
1 Salinitas 0 0 0 0
2 Do 5 mg/l 11 mg/l 8 mg/l 6 mg/l
3 pH 8,5 4,5 7,5 7,5
4 kH 4 4 5 5
5 gH 5 4 5 5
6 Fe 1 mg/l 1 mg/l 0,5 mg/l 0,25 mg/l
7 NO2 0 mg/l 0 mg/l 0 mg/l 0 mg/l
8 NO3 10 mg/l 0 mg/l 0 mg/l 0 mg/l
9 NH2 0,5 mg/l 5 mg/l 10 mg/l 0 mg/l
10 NH3 0,08 mg/l 2 mg/l 0,17 mg/l 0 mg/l
11 PO4 2 mg/l 1 mg/l 1 mg/l 1 mg/l
12 Cu 0 mg/l 0,1 mg/l 0 mg/l 0 mg/l
120 mg/l 90 mg/l 105 mg/l
13 92 mg/l CaCO3
Alkalinitas CaCO3 CaCO3 CaCO3

Lokasi budidaya Ciparanje ialah 835 mdpl. Sumber air pada kawasan
budidaya Ciparanje berasa dari air mata gunung manglayang, reservoir dan artesis.
Debit airnya sitar 7-8 liter/ detik. Saaat kemarau debit airnya 4-6 liter/ detik. Saat
hujan deras banyak masuk polutan seperti lumpur dan batu-batuan, sehingga pintu
air dari inlet ditutup dan saluran masuk selokan dibuka. Material-material terebut
berasal dari perkebunan dan proyek di daerah Manglayang.
Air dari air mata gunung manglayang sebelum dialirkan ke kolam-kolam
budidaya, ditampung terlebih dahulu di bak kontrol. Sedangkan air dari reservoir
langsung dialirkan ke hatchery.
Menurut baku mutu air di BBPBAT, kualitas air yang baik untuk budidaya
ikan air tawar yaitu sengan suhu sekitar 22-27oC, CO2 kurang dari 10 mg/l; salinitas
0-3 ppm; pH 6,5 – 8,5; NO2 dan NO3 kurang dari 0,5 ppm dan 0,1 ppm; NH3 1-1,5
ppm; dan NH4 tidak lebih dari 3 ppm.
Berdasarkan data baku mutu, kualitas air atau kondisi lingkungan budidaya
di Ciparanje sebagian besar sudah memenuhi standar. Akan tetapi, kualitas air pada
bak kontol terdapat beberapa parameter air yang belum sesuai dengan standar.
Masukan buat kawasan budidaya Ciparanje, alangkah baiknya jika air dari
sumber air sebelum disalurkan ke setiap kolam dilakukan penyringan atau
14

pengelolaan kualitas air. Tujuannya agar meminimalisir pencemaran yang


ditimbulkan dari sumber mata air tersebut.

4.3 Budidaya Ramah Lingkungan Terintegrasi dengan Sistem Minapadi

Gambar 2. Sistem Minapadi


Berikut adalah data hasil observasi minapadi di Laboratorium Ciparanje
FPIK Unpad.
Tabel 7. Minapadi
Jenis Padi Padi Ciherang, padai GH
Karakteristik Padi Kokoh, tahan genangan air, akar serabutnya banyak
Jumlah tanaman dan jarak 10 – 15 batang, jarak 20 cm
Lama Pemeliharaan Padi 3 – 4 bulan
Jumlah gabah panen 1 petakan 200 m2 = ± 1 kwintal / 100 kg
Jenis ikan Nila, ikan mas
ukuran tanam 7-9 cm ( 1kg 8 ekor / 100 gram lebih)
Kepadatan 2 ekor / m2 – 10 ekor/ m2 (ukuran 7-9 cm)
ukuran panen Tergantungan tujuan, biasanya untuk konsumsi
jumlah panen 200 m2 = 50 kg
lama pemeliharaan Tergantung jenis ikan (biasanya 3-4 bulan)
jumlah dan pengunaan pupuk 60 kg pupuk organic untuk 200 m2.
Jumlah Pakan 3% dari biomassa

Integrasi padi-ikan merupakan pemeliharaan ikan di sawah yang dilakukan


bersama tanaman padi. Lamanya pemeliharaan tergantung pada tujuan penanaman
ikan itu sendiri, untuk pendederan atau ikan siap konsumsi.
15

Agro ekonomi integrasi padi-ikan dapat menggurangi pemakaian


insektisida maupun tumbuhnya rumput. Hal in terjadi karena terciptanya hubungan
yang harmonis antara padi, ikan, air, dan tanah sehingg tercapai kondisi
keseimbangan ekologis yang baik, dengan demikian serangan hama dan rumput
menjadi berkurang, dan menggurangi biaya produksi dalam pertumbuhan padi.
Rendahnya pemakaian pupuk oleh petani karena adanya korelasi ekologis
antara penanaman ikan dan makanan yang tidak termakan akan menjadi pupuk bagi
tanah dan air secara alami. Komponen biaya yang digunakan untuk pemeliharaan
ikan di sawah relatif murah, sebab biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan lahan,
pengairan dan pengolahan tanah sudah termasuk kedalam biaya penanaman padi.
4.4 Akuaponik dan Resirkulasi Water Sistem
Berikut adalah data hasil observasi mengenai kualitas air pada sistem
akuaponik Ciparanje FPIK Unpad.
Tabel 8. Kualitas Air pada Sistem Akuaponik
No Parameter Sisa ekresi dan metabolisme Aquaponik Sistem
1 Do 2,2 mg/l 3,5 mg/l
2 pH 7 8
3 kH - -
4 gH 9 8
5 Fe 0 0
6 NO2 5 mg/l 5 mg/l
7 NO3 >100 mg/l 50 mg/l
8 NH4 1 mg/l 5 mg/l
9 NH3 0,006 0,27 mg/l
10 PO4 1 mg/l 2 mg/l
11 Cu - -
12 Alkalinitas 174 mg/l CaCO3 171 mg/l CaCO3

Adapun analisis sisa eksresi dan metabolisme ikan dengan mengukur


kandungan kualitas uji pada media uji sebagai berikut.
Tabel 9. Sisa Eksresi dan Metabolisme pada Sistem Akuaponik
Ikan yang digunakan Ikan nila
Jumlah air media 35 liter
pemeliharaan
Jumlah ikan 17 ekor
Biomasa ikan 0,5 kg = 500 gram
16

jenis dan kandungan pakan CPP 781


yang di berikan Protein 30-33%; Lemak 2-3%; Serat kasar 4-
6%; kadar air dan abu 11-13%.
Jumlah Pakan Yang di 3% dari biomassa
berikan dalam 1 hari
Jenis buangan yang Hasil metabolisme dan pakan yang tersisa
dihasilkan

Berikut data integrasi ikan, filter dan tanaman pada sistem akuaponik di Ciparanje
FPIK Unpad.
Tabel 10. Data Integrasi Ikan, Filter, dan Tanaman
Ikan yang digunakan Ikan nila
Jumlah air media 70 liter
pemeliharaan
Jumlah ikan 32 ekor
Biomasa ikan 1 kg
Jenis dan kandungan pakan CPP 781
yang di berikan Protein 30-33%; Lemak 2-3%; Serat kasar 4-
6%; kadar air dan abu 11-13%.
Jumlah Pakan Yang di 3% dari biomassa
berikan dalam 1 hari
Jenis buangan yang Eksresi dan pakan yang tidak termakan
dihasilkan
Sistem Aquaponik Yang NFT (Nutrient Film Technique)
digunakan
Jenis Filter yang digunakan Fisik = japmat
Biologi = caldnesse helix
Jumlah Filter yang 8 liter
digunakan
Jenis sayuran yang di tanam Pakcoy
Umur sayuran ketika uji 12 hari
Jenis dan jumlah bakteri • Nirobac : 1 ha/kg atau 75 liter = 0,07 gram.
yang di gunakan • Biotope : 5-10 ml/m3.
• Nirobacter serbuk : 5 gram / 0,06 m3

Sistem akuaponik yang digunakan di Ciparanje FPIK Unpad ialah NFT


(Nutrient Film Technique). Model NFT adalah model akuaponik yang
menggunakan pipa yang dipasang secara horizontal (Somerville et al., 2014). Pada
pipa tersebut dialirkan secara tipis air yang berasal dari kolam pemeliharaan ikan.
17

Tanaman ditempatkan pada lubang di atas pipa dengan bantuan pot-net yang diisi
dengan media tanam seperti pecahan zeolit, genteng, atau kerikil. Model NFT
biasanya digunakan dalam pengembangan akuaponik secara komersial.
Kualitas air yang telah mengalami sistem resir dalam akuaponik, memiliki
kualitas yang memenuhi standar dibanding air buangan limbah budidaya. Hal ini
terjadi karena, air budidaya akuaponik telah mengalami berbagai filter seperti yang
digunakan di Ciparanje yaitu filter fisik (japmat) dan biologi (caldnesse helix).
Selain itu air limbah dari kegiatan budidaya tersebut dapat terurai oleh bakteri
nitrifikasi yang dapat mengubah ammonia menjadi nitrit dan nitrat. Sehingga
kualitas air dari budidaya dengan sistem akuaponik dan non akuaponik berbeda.
Kelebihan dari sistem akuaponik beberapa diantaranya adalah tidak
memerlukan pupuk serta pestisida; sangat efisien dalam penggunaan air; dapat
dilakukan pada lahan non pertanian; produktivitas tinggi; menghasilkan dua prosuk
sekaligus yakni tanaman dan ikan; produk yang dihasilkan terkategori organic dan
bebas cemaran kimia dan biologi; efisien tenaga kerja serta dapat dilakukan oleh
setiap orang pada berbagai lapisan umur (Somerville et al., 2004). Penerapan
akuaponik juga akan terhindar dari masalah-masalah klasik seperti pemadatan
tanah, salinisasi, polusi, penyakit dan kelelahan tanah akibat pemanfaatan yang
intensif (Pantanella et al., 2012).

4.5 Resirkulasi Water Sistem


Berikut adalah data kualitas air pada sistem resirkulasi di Ciparanje FPIK
Unpad.
Tabel 11. Kualitas Air pada Resirkulasi Water Sistem
No Parameter Sisa ekresi dan metabolisme Resirkulasi Water Sistem
1 Do 2,2 mg/l 3,4 mg/l
2 pH 7 7,5
3 kH - -
4 gH 9 7
5 Fe 0 0
6 NO2 5 mg/l 0,5 mg/l
7 NO3 >100 mg/l 25 mg/l
8 NH2 1 mg/l 2 mg/l
9 NH3 0,006 0,03 mg/l
10 PO4 1 mg/l 2 mg/l
18

No Parameter Sisa ekresi dan metabolisme Resirkulasi Water Sistem


11 Cu - -
12 Alkalinitas 174 mg/l CaCO3 159 mg/l CaCO3

Adapun analisis sisa eksresi dan metabolism pada resirkulasi water sistem
di Ciparanje FPIK Unpad.
Tabel 12. Sisa Ekresi dan Metabolisme pada Resirkulasi Water Sistem
Ikan yang digunakan Ikan nila
Jumlah air media 35 liter
pemeliharaan
Jumlah ikan 17 ekor
Biomasa ikan 0,5 kg = 500 gram
jenis dan kandungan pakan CPP 781
yang di berikan Protein 30-33%; Lemak 2-3%; Serat kasar 4-
6%; kadar air dan abu 11-13%.
Jumlah Pakan Yang di 3% dari biomassa
berikan dalam 1 hari
Jenis buangan yang Hasil metabolisme dan pakan yang tersisa
dihasilkan

Adapun analisis pengelolaan air pada budidaya dengan resirkulasi water


sistem dan hubungan limbahnya di Ciparanje FPIK Unpad.
Tabel 13. Hubungan Sisa Buangan dengan Filter
Ikan yang digunakan Ikan nila
Jumlah air media 245 liter
pemeliharaan
Jumlah ikan 105 ekor
Biomasa ikan 3,5 kg = 3500 gram
jenis dan kandungan pakan CPP 781
yang di berikan Protein 30-33%; Lemak 2-3%; Serat kasar 4-
6%; kadar air dan abu 11-13%.
Jumlah Pakan Yang di 3% dari biomassa
berikan dalam 1 hari
Jenis buangan yang Feses, sisa metabolism dan sisa pakan
dihasilkan
spesifikasi dan Jenis fiter Filter canister
resirkulasi yang digunakan
Susunan dan filter yang 1. Chamber 1 karbon dakron
digunakan 2. Chamber 2 filer net
19

3. Chamber 3 caldness helix


4. Chamber 4 zeolit

Akaukultur dengan sistem resirkulasi merupakan merupakan


pengembangan dari sistem akuakultur tertutup, mencangkup sistem perkolaman
untuk memelihara biota budidaya, sistem penyaringan untuk menghilangkan
partikel-partikel yang larut dalam air, dan sistem manajemen kualitas air untuk
menjaga dan menstabilkan kualitas air pada kondisi prima sesuai dengan biota yang
dipelihara. Pada budidaya dengan sistem resirkulasi, biota budidaya ditempatkan di
dalam kolam-kolam pemeliharaan, dan air dialirkan masuk dan keluar kolam-kolam
pemeliharaan secara kontinu. Air bersih dipompa dan dialirkan ke kolam-kolam
pemeliharaan, air kotor keluar dari kolam-kolam pemeliharaan melalui filter biologi
dan filter mekanik, kemudian sudah difilter dipompa kembali ke kolam-kolam
pemeliharaan.
Pada sistem sirkulasi, hal yang terpenting dan menjadi nadi bagi sistem ini
adalah biofilter. Karena biofilter yang akan berfungsi sebagai unit pembersihan dan
perbaikan kualitas air kembali. Biofilter besar manfaatnya untuk tempat
membiakkan bakteri atau lebih dekenal dengan sebutan ‘chemotropic bacteria’,
dalam perikanan air tawar dikenal dengan bakteri nitrosomonas dan nitrosobacter.
Tujuan membiakkan bakteri nitrosomonas dan nitrosobakter ini adalah untuk
menetralkan kandungan ammonia yang terlarut dalam air hasil dari kolam ikan.
Ada beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dalam kegiatan budidaya
dengan menggunakan sistem resirkulasi antara lain yaitu dapat memaksimalkan
penggunaan sumberdaya air dan lahan; hampir secara penuh dapat mengontrol
kondisi lingkungan untuk memaksimalkan pertumbuhan biota budidaya sepanjang
tahun; fleksibel di dalam memilih lokasi peralatan budidaya; pemanenan hasil dapat
dilakukan secara mudah dan aman; pengontrolan hama dan penyakit dapat
dilakukan secara cepat dan efektif; dan dapat dipasang sistem biofilter secara efektif
untuk menjaga kestabilan kualaitas air.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Hatchery Gedung 4 FPIK Unpad memiliki tiga wadah budidaya yaitu wadah
penetasan, pembesaran dan pemberokan. Sistem IPAL yang digunakannya
menggunakan filter biologi, fisik dan kimia dengan sistem resirkulasi.
Di Laboratorium Basah Ciparanje FPIK Unpad telah melakukan
pengelolaan kawasan budidaya minapadi dan budidaya ramah lingkungan seperti
akuaponik dan resirkulasi water sistem. Sumber air yang digunakan untuk kegiatan
budidaya berasal dari air mata gunung manglayang, reservoir dan artesis.
Berdasarkan standar baku mutu serta SNI 01-6483.3 – 2000, secara
keseluruhan kegiatan budidaya di Kawasan Perikanan Darat Ciparanje FPIK Unpad
telah memenuhi standar dan layak untuk dijadikan tempat budidaya.
5.2 Saran
Alangkah baiknya pengelolaan sumber air untuk budidaya lebih
diperhatikan agar lebih sesuai dengan standar yang digunakannya. Sarana dan
prasana pun perlu ditingkatkan guna memperlancar kegiatan budidaya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar. 2016. Baku Mutu Air untuk
Budidaya Ikan. http://www.bbpbat.net/index.php/artikel/60-baku-mutu-
kualitas-air-budidaya
Beveridge, M. 1987. Cage Aquaculture. Fishing News Books Ltd. England, 352 pp.
Boyd C. E & F. Linchtkoppler. 1982. Water Quality Development Series No 22.
International Center for Aquaculture. Aquaculture Experiment Station,
Auburn, Alabama.
Effendi, 2003. Metode Biologi Perikanan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Erlania. 2010. Pengendalian Limbah Budidaya Perikanan Melalui Pemanfaatan
Tumbuhan dengan Sistem Constructed Wetland. Media Akuakultur, 5(2) :
129-137
Graber, A., and R. Junge. 2009. Aquaponic System nutrient Recycling form Fish
Wastewater by Vegetable Production. Desalination 246:147-156.
Iskandar. 2016. Pedoman Integrasi Budidaya Ikan Air Tawar dengan Lemna.
Konsorsium Hivos.
Khiatuddin, M. 2003. Melestarikan Sumber Daya Air Dengan Teknologi Rawa
Buatan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta, 253 hlm.
Lund, J. 2004. Aquaculture Effluents as Fertiliizer in Hydroponic Cultivation : A
Case Study Comparing Nutritional and Microbiological Properties. Swedish
University of agricultural Science.
Millamena, O.M. 2002. Introduction to Nutrition in Tropical Aquaculture.
Nutrition in Tropical Aquaculture: Essentials of Fish Nutrition, Feeds, and
Feeding of Tropical Aquatic Species. SEAFDEC. Iloilo, Philippines, p. 1–5.
Nurhayati, Atikah. 2013. Analisis Integrasi Padi Ikan dalam Perspektif Agro
Ekonomi. AGRITECH 15(1) : 53-59.
Pantanella, E, M. Cardarelli, P.P. Danieli, A. MacNiven and G. Colla. 2011.
Integrated Aquaculture - Floating Agriculture: Is It a Valid Strategy to Raise
Livelihood?. Proc. XXVIIIth IHC–IS on Horticulture for Development. Acta
Hort. 921
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. UU No 26 Tahun 2008, Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional.

21
Rakocy, J.E., M.P. Masser, and T.M. Losordo. 2006. Recirculating Aquaculture
TankProduction systems: Aquaponics— Integrating Fish and Plant . SRAC
Publication No. 464.
Sastro, Yudi. 2015. Budidaya Tanaman Terintegrasi dengan Ikan, Permasalahan
Keharaan dan Strategi Mengatasinya.Buletin Pertanian Perkotaan, 5(1) : 33-
42.
Setyono, Dwi. E.D. 2012. Akuakultur dengan Sistem Resir. Oseana 37(3) : 45-50.
Smith, B.R. 2007. Constructed wetland for wastewater treatment : A planning &
design analysis for San Francisco. Department of City & Regional Planning.
Department of Landscape Architecture and Environmental Planning. UC
Berkeley. Presented on September 10th, 2007.
Somerville, C., M. Cohen, E. Pantanella, A. Stankus, and A. Lovatelli. 2014.
Smallscale Aquaponics Food Production : Integrated Fish and Plant
Farming. FAO. Rome.
Standar Nasional Indonesia. SNI : 01-6483.3 – 2000. Produksi Induk Ikan Patin
Siam (Pangasius hyphthalmus) Kelas Induk Pokok.
Sunarma, A. 2004. Peningkatan Produktifitas Usaha Lele Sangkuriang (Clarias
sp.). Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Jendral Perikanan.

22

Anda mungkin juga menyukai