Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah pengelolaan air yang dibimbing oleh Bapak
Ir. Muharram, MP.
Disusun oleh:
3A Agroteknologi
FAKULTAS PERTANIAN
KARAWANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelasaikan tugas makalah yang berjudul “Irigasi
Tetes Pada Bayam Merah” dengan baik tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Pak
Muharam,Ir.MP pada mata kuliah Pengelolaan Air. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Hidroponik Dengan Sistem Irigasi Tetes bagi pembaca dan juga
bagi penyusun.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Pak Muharam, Ir.,MP, selaku dosen mata
kuliah Pengelolaan Air yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penyusun tekuni. Penyusun juga mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penyusun terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1
2.1 Benih..............................................................................................................................3
2.2 Bayam............................................................................................................................3
ii
3.1 Tempat dan Waktu Praktikum.......................................................................................7
.............................................................................................................................................
4.3.1 Penanaman.............................................................................................................15
4.3.2 Pemupukan.............................................................................................................16
4.4.1 Penyiraman............................................................................................................18
4.4.2 Penyulaman............................................................................................................19
4.4.3 Penyiangan.............................................................................................................20
4.6 Panen.............................................................................................................................22
iii
BAB V PENUTUP.......................................................................................................................24
5.1 Kesimpulan....................................................................................................................24
5.2 Saran..............................................................................................................................24
DAFTAR PUSKATA..................................................................................................................25
LAMPIRAN.................................................................................................................................27
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.4 Cara Penyambungan Pipa Pembagi – Pipa Lateral dengan Insert Tee Reducing ....12
v
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.4 Manfaat Praktikum
Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme kerja sistem irigasi tetes
2. Mahasiswa dapat mengetahui komponen irigasi tetes
3. Mahasiswa dapat mengetahui pertumbuhan bayam merah dengan pemberian air sistem
irigasi tetes
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Benih
Benih adalah bahan tanam dalam budidaya. Benih merupakan bahan tanam yang
digunakan untuk memulai awal dari munculnya kehidupan tanaman. Benih memiliki
ukuran kecil dan didapatkan dari bagian tanaman (biji) yang telah dipilih dan diseleksi.
Benih juga berfungsi untuk memperbanyak tanaman.
2.2 Bayam
Bayam (Amaranthus spp.) merupakan tumbuhan yang biasa ditanam untuk
dikonsumsi daunnya sebagai sayuran hijau, dikenal sebagai sayuran dengan sumber zat
besi yang penting. Tanaman bayam berasal dari Amerika dan mudah tumbuh tersebar di
daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia.
Irigasi adalah sistem pengairan ke lahan budidaya. Irigasi atau pengairan menjadi hal
penting dalam pertanian. Dalamarti lain, irigasi adalah penyaluran air secara sistematis
untuk keperluan pertumbuhan tanaman ke tanah yang diolah.
Irigasi tetes merupakan cara pemberian air dengan jalan meneteskan air melalui pipa-
pipa secara setempat di sekitar tanaman atau sepanjang larikan tanaman. Disini hanya
sebagian dari daerah perakaran yang terbasahi, tetapi seluruh air yang ditambahkan dapat
diserap cepat pada keadaan kelembaban tanah yang rendah.
3
2.5.1 Manfaat Irigasi Tetes
Manfaat irigasi tetes antara lain ialah penghematan air, waktu, tenaga kerja,
dan biaya tenaga kerja. Penghematan air karena diberikan ke tanaman sesuai dengan
kebutuhan tanaman. Penyiraman dengan irigasi tetes juga menghemat waktu karena
penyiraman dilakukan secara otomatis dengan hanya membuka kran. Penggunaan
tenaga kerja juga akan menjadi berkurang karena penyiraman dilakukan secara
serentak. Setelah menggunakan irigasi tetes, waktu yang diperlukan untuk menyiram
relatif singkat dan petani bisa melakukan kegiatan pemeliharaan atau cabang usaha
lainnya.
2.5.2 Kelebihan Irigasi Tetes
1. Meningkatkan nilai guna air
Air yang digunakan pada irigasi tetes lebih sedikit dibandingkan dengan irigasi
metode lain. Sehingga penghematan air dapat terjadi karena pemberian air yang
bersifat lokal dan jumlah yang sedikit sehingga akan menekan evaporasi, aliran
permukaan dan perkolasi.
2. Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Dan Hasil
Kelembaban tanah yang terlalu tinggi dapat dihindari dengan irigasi tetes ini.
Karena air yang keluar sedikit demi sedikit akan menekan kelebihan air dan
menekan kelembaban yang tinggi pada tanah. Kelembaban tanah yang optimal
inilah yan akan mempertahankan pertumbuhan tanaman.
3. Mencegah Timbulnya Hama dan Penyakit
Irigasi tetes dapat mengurangi terjadinya hama penyakit tanaman yang
disebabkan kondisi tanah yang terlalu basah karena sistem irigasi tetes hanya
membasahi daerah perakaran. Irigasi tetes juga mencegah timbulnya penyakit
leaf burn (daun terbakar) pada tanaman tertentu, karena hanya daerah perakaran
yang dibasahi sedangkan bagian tanaman lain dibiarkan dalam kondisi kering.
4. Meningkatkan Efisiensi dan Efektifitas Pemberian
Pemberian pupuk atau bahan kimia dengan metode irigasi tetes dapat dicampur
dengan air irigasi melalui tong yang berisi pupuk atau bahan kimia, sehingga
penggunaan pupuk atau bahan kimia yang digunakan dapat diatur sehingga tidak
4
berlebihan karena keluar sedikit demi sedikit, frekuensi distribusinya hanya di
sekitar daerah perakaran atau tanaman saja.
5. Menekan Resiko Penumpukan Garam
Pemberian air yang terus menerus akan melarutkan dan menjauhkan garam dari
daerah perakaran.
6. Menekan Pertumbuhan Gulma
Pemberian air pada irigasi tetes hanya terbatas di daerah sekitar tanaman,
sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan.
7. Menghemat Tenaga Kerja
Sistem irigasi tetes dapat dengan mudah dioperasikan secara otomatis, sehingga
tenaga kerja yang diperlukan menjadi lebih sedikit. Penghematan tenaga kerja
pada pekerjaan pemupukan, pemberantasan hama dan penyiangan juga dapat
dikurangi.
8. Dapat Mencegah Erosi dan Memperbaiki Drainase Tanah
Penyimpanan air di dalam tanah sangat efektif karena pemberian air disesuaikan
dengan kedalaman yang dibutuhkan. Sehingga kelebihan air pada tanah yang
dapat menyebabkan erosi dapat dicegah.
2.5.3 Kekurangan Irigasi Tetes
1. Memerlukan perawatan yang intensif
Penyumbatan pada penetes merupakan masalah yang sering terjadi pada irigasi
tetes yang disebabkan oleh faktor fisik, kimia dan biologi, karena akan
mempengaruhi debit dan keseragaman pemberian air. Untuk itu diperlukan
perawatan yang intesif dari jaringan irigasi tetes agar resiko penyumbatan dapat
diperkecil.
2. Penumpukan Garam
Bila air yang digunakan mengandung garam yang tinggi dan pada daerah yang
kering, resiko penumpukan garam menjadi tinggi. Pengumpulan garam-garam
biasanya terjadi di permukaan tanah.
3. Membatasi Pertumbuhan Tanaman
5
Pemberian air yang terbatas pada irigasi tetes menimbulkan resiko kekurangan
air bila perhitungan kebutuhan air kurang cermat terhadap pengoperasian
jaringan irigasi menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman.
4. Keterbatasan Biaya dan Teknik
Sistem irigasi tetes memerlukan investasi yang tinggi dalam pembangunannya.
Selain itu, diperlukan teknik yang tinggi untuk merancang, mengoperasikan dan
memeliharanya. Irigasi tetes ini kurang tepat apabila diterapkan pada usaha skala
kecil seperti pada tanaman sayuran di lahan pekarangan untuk kebutuhan
keluarga. Irigasi tetes tetap bisa diterapkan pada pemanfaatan lahan pekarangan
dengan alasan kepraktisan. Namun teknologi irigasi ini lebih sesuai diterapkan
pada usahatani komoditas ekonomis dengan skala besar atau pada usahatani
sayuran dengan keterbatasan tenaga kerja.
5. Jaringan Pipa Dapat Dirusak Oleh Binatang
Jaringan atau saluran irigasi dapat rusak oleh binatang-binatang pengerat seperti
tikus, apalagi jika bahan yang digunakan dapat dengan mudah dirusak seperti
penggunaan selang yang terlalu tipis.
6. Distribusi Tanah Dapat Merupakan Pembatas Bagi Perkembangan Akar
Karena biasanya penggunaan irigasi tetes ini digunakan pada media pot atau
polybag sehingga perkembangan akar atau tanaman terbatas tidak bisa sebesar
tanaman yang ditanam di tanah langsung.
6
BAB III
METODE PRAKTIKUM
7
BAB IV
8
yang disalurkan cukup besar, sehingga air dapat mencapai saluran pipa kecil sampai
akhir. Pengambilan air dari sumber mata air (tanah) diambil dari sumber air terdekat
dengan lahan.
Air dari selang besar (pipa utama) disalurkan menuju ke pipa-pipa yang lebih kecil
(pipa pembagi) dan (pipa lateral). Debit pada pipa pembagi dan pipa lateral lebih
kecil dibanding pipa utama. Sedangkan debit pada pipa pembagi dan pipa lateral
hampir sama, dikarenakan ukuran pipa yang sama. Di pipa lateral air masuk ke
emiter dan keluar dalam bentuk tetesan. Debit yang keluar dari emiter diperkirakan
mendekati 0.
4.1.2 Komponen Irigasi Tetes
Menurut Keller dan Bliesner (1990), komponen sistem irigasi tetes terdiri atas:
1. Penetes
Penetes merupakan komponen yang menyalurkan air dari pipa lateral ke tanah
sekitar tanaman dengan debit yang rendah dan tekanan yang mendekati tekanan
atmosfer.
2. Pipa Lateral
Pipa manifold atau sub utamamerupakan pipa yang menyalurkan air ke pipa-pipa
lateral. Pipa manifold biasanya terbuat dari pipa PVC dengan diameter 50,8 mm
(2 inchi) –76,2 mm (3 inchi).
4. Pipa Utama
9
Pompa dan tenaga penggerak berfungsi mengangkat air dari sumber air menuju
ke jaringan perpipaan untuk irigasi tanaman.
6. Komponen Pendukung
Sumber lain mengatakan komponen irigasi tetes terdiri atas sumber air, sumber
tenaga, pompa, dan pengatur tekanan, katup kendali dan perangkat Back-flow
(antisiphon), saringan, jaringan lateral (distribution lines), emitter, peralatan kontrol
dan monitoring.
Komponen irigasi tetes yang digunakan pada praktikum ini terdiri atas 5
komponen utama yaitu:
Unit utama terdiri dari pompa, tangki injeksi, dan komponen pengendali
(keran/katup) yang tersedia disekitar lahan praktikum.
Pipa utama umumnya terbuat dari selang air bening dengan panjang 20 m dan
berdiameter 8 mm yang ditunjukkan pada gambar 4.1. Pipa utama dipasang di
atas permukaan tanah dan menghubungkan unit utama (keran) dengan pipa
pembagi.
10
Pipa pembagi atau pipa sub-utama terbuat dari selang HDPE atau selang drip
irigasi tetes dengan diameter 5 mm. Pipa utama dengan pipa pembagi
dihubungkan dengan
connector yaitu universal quick connector dan faucet connector seperti yang
ditunjukkan gambar 4.3.
11
Gambar 4.4. Cara Penyambungan Pipa Pembagi - Pipa Lateral dengan Insert Tee
Reducing
12
Gambar 4.7 Irigasi Tetes Kelas 3A
1. Tangki
2. Katup
3. Pipa utama
4. Universal quick connector dan faucet connector
5. Pipa pembagi
6. Connector (nepel tee)
7. Pipa lateral
8. Applicator(emiter)
4.1.3 Perakitan Komponen Irigasi Tetes
1. Pemotongan pipa pembagi sepanjang 60 cm sebanyak 27 buah
13
4. Perakitan pipa lateral dengan nepel tee dan applicator
14
4.2 Persiapan Media Tanam
Menurut Wuryaningsih (2008) media tanam adalah media yang digunakan untuk
menumbuhkan tanaman, tempat akar atau bakal akar akan tumbuh dan berkembang, media
tanam juga digunakan tanaman sebagai tempat berpegangnya akar, agar tajuk tanaman
dapat tegak kokoh berdiri di atas media tersebut dan sebagai sarana untuk menghidupi
tanaman.
Media tanam yang baik harus memenuhi persyaratan tertentu seperti tidak
mengandung bibit hama dan penyakit, bebas gulma, mampu menampung air, tetapi juga
mampu membuang atau mengalirkan kelebihan air, remah dan porous sehingga akar bisa
tumbuh dan berkembang menembus media tanam dengan mudah dan derajat keasaman
(pH) antara 6-6,5 (Anonim, 2007). Sedangkan menurut Wira (2000) bahan-bahan untuk
media tanam dapat dibuat dari bahan tunggal ataupun kombinasi dari beberapa bahan,
asalkan tetap berfungsi sebagai media tumbuh yang baik. Menurut Prastowo dan Roshetko
(2006) syarat media pembibitan yang baik adalah ringan, murah, mudah didapat, porus
(gembur) dan subur (kaya unsur hara).
15
Proses pemindahan ini tidak boleh di lakukan dengan sembarangan, perlu adanya
metode agar tanaman dapat belangsung hidup di media dan lingkuanganya yang
baru. Pada umumnya kegagalan dalam proses penanaman adalah saat memindahkan
bibit dari polybag ke media tanah di lahan. Maka dari itu perlu di ketahui prosedur
dalam memindahkan.
1. Penanaman bibit bayam merah dilakukan pada kondisi lahan tanam yang sudah
terpupuki dan disiram dengan baik, sehingga tanah sudah gembur dan sedikit
lembab
2. Setelah benih bertunas dan memiliki ukuran 3-6 cm, maka bibit tersebut sudah
layak untuk di tanam
3. Gunakan bibit yang sudah bertunas dan kondisi baik
4. Buat lubang tanam untuk menanam bibit tersebut dengan jarak 10-15 cm/lubang
5. Gunakan bibit bayam merah dari tray atau polybag. Ambil bibit dengan hati- hati
agar akar tidak rusak
6. Pindahkan bibit ke dalam lubang tanam yang telah disiapkan, lalu tutup lubang
tanam dengan campuran pupuk yang telah disiapkan
16
Pemupukan dilakukan setiap 2 hingga 3 minggu sekali menggunakan pupuk
kompos ataupun pupuk kandang. Sembari memupuk, harus melakukan penyiangan di
sekitar lahan tanam serta sedikit menggemburkan tanah pada lahan tanam agar pupuk
mudah diserap akar bayam merah. Proses pemupukan dapat dihentikan seminggu
sebelum panen. Dosisnya satu kepal kompos atau pupuk kandang kambing.
Pada praktikum ini dilakukan pemupukan dengan memberikan pupuk NPK dengan
dosis 1 gram per polybag. Terdapat 30 polybag yang ditanami bayam merah
sehingga pupuk yang diperlukan sebanyak 1 gram × 30 polybag= 30 gram
17
pamangkasan dan pengendalian hama penyakit (Arifin dan Nurhayati 2000).Untuk
mendapatkan suatu tegakan yang mempunyai peran yang sangat besar maka setiap
tanaman memerulukan pemeliharaan.
Secara umum pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, pemupukan, dan
pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) serta pemeliharaan spesifik untuk
tanaman tertentu. Namun dalam penerapannya seringkali melakukan pemeliharaan tanpa
melihat kondisi dari tanaman. Waktu dan dosis dari penyiraman, pemupukan dan pestisida
yang tidak sesuai dengan keadaan kelembaban media tanam, dan suhu udara pada
lingkungan tanaman. Bagi tanaman pemeliharaan yang keliru dapat menjadikan tanaman
dalam kondisi tidak baik. Bukan hanya tidak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
namun tanaman bisa layu bahkan mati. Sementara itu tanaman dengan kondisi tidak baik
tersebut dapat membawa petaka bagi pemilik tanaman karena hasil produksi yang gagal.
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan pemeliharaan
tanaman, yaitu: Kondisi kelembaban media tanam, dan suhu udara pada lingkungan
tanaman serta waktu dan dosis dalam penerapan pemeliharaan yang dibutuhkan tanaman
sesuai dengan jenis tanaman tersebut. Kelembaban media tanam adalah jumlah partikel-
partikel air yang berada pada media tanam yang berpengaruh pada tingkat kelembaban
tanah, dan suhu udara adalah kadar uap di udara yang juga mempengaruhi proses
pertumbuhan tanaman, sedangkan komposisi merupakan kuantitas untuk dosis pemberian
air, pupuk dan pestisida, Serta waktu adalah jadwal dan frekuensi pada pemeliharaan
tanaman tersebut.
Pada saat ini pemeliharaan tanaman masih dilakukan secara manual dengan
menggunakan tenaga manusia, dimana pemilik tanaman biasanya melakukan penyiraman
menggunakan gembor dan mencampur pupuk atau pesitisida dengan air untuk melakukan
pemupukan dan pestisida.
4.4.1 Penyiraman
Pengairan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengatur dan
memanfaatkan air yang tersedia baik dari sungai maupun dari sumber air yang lain
dengan menggunakan sistem tata saluran untuk kepentingan pertanian. Pengairan
juga dapat didefinisikan sebagai usaha untuk memberikan air pada suatu lahan
pertanian yang bertujuan untuk menciptakan kondisi lembab pada daerah perakaran
18
tanaman untuk memenuhi kebutuhan air bagi pertumbuhan tanaman. Usaha tersebut
menyangkut pembuatan sarana dan prasarana untuk membagi-bagikan air ke sawah-
sawah secara teratur, apabila air di dalam tanah berlebihan dan tidak diperlukan lagi
maka dilakukan pembuangan (drainase) agar tidak mengganggu kehidupan tanaman.
(Hakas Prayudha, 2013).
Pada praktikum irigasi tetes atau pemberian air dengan cara tetesan ini.
Pemberian airnya dengan cara dialirkan menggunakan pipa-pipa yang pada tempat
tertentu diberi perlengkapan jalur keluarnya air (lubang-lubang). Lubang tersebut
diletakkan sedikit di atas tanah tetapi tidak terlalu tinggi, sehingga air dapat menetes
terus-menerus, cara ini biasa disebut trickle irrigation.
4.4.2 Penyulaman
Penyulaman tanaman merupakan tindakan pemeliharaan untuk
meningkatkan presentase tanaman hidup dengan cara menanami kembali pada
lubang tanam yang tanamannya mati sehinggaterpenuhi jumlah tanaman normal
dalam satu kesatuan luas tertentu sesuai dengan jarak tanamnya.
Penyulaman dilakukan apabila presentase hidup tanaman kurang dari 80%.
Penyulaman pertama dilakukan pada umur satu bulan setelah penanaman. Penyulama
n kedua, dilakukan pada umur satu tahun setelah penanaman. Penyulaman
tanaman harus dilakukan pada waktu musim penghujan sebagaimana waktu layak
untuk penanaman
19
Adapun manfaat dari penyulaman tanaman diantaranya:
1. Melengkapi tanaman yang rusak atau mati dengan tanaman yang baru, sehingga
tanaman akan panen dalam waktu serentak.
2. Mempertahankan jumlah tanaman atau kerapatan lahan.
3. Mengganti tanaman yang tidak sehat dan pertumbuhannya buruk.
4. Mengganti tanaman yang patah.
5. Hasil panen juga akan lebih bagus dan berkualitas jika diimbangi dengan
perawatan tumbuhan yang baik dan benar.
Pada praktikum yang telah dilakukan tidak terjadi kerusakan atau tanaman
bayam mati sehingga tidak dilakukan penyulaman
4.4.3 Penyiangan
Penyiangan tanaman adalah pengendalian gulma yang bertujuan untuk
mengurangi jumlah gulma sehingga populasinya berada di bawah ambang ekologis.
Gulma yang diprioritaskan seperti alang-alang, rumput-rumputan dan liana.
Penyiangan bertujuan untuk memberi ruang tumbuh yang lebih baik bagi tanaman
pokok dengan cara memberantas tanaman pengganggu. Tanaman perlu disiangi jika
40-50% tanaman tertutup oleh gulma atau tumbuhan liar. Penyiangan dilakukan pada
waktu musim hujan atau musim kemarau. Penyiangan dilaksanakan minimal 3-4
bulan sekali dalam satu tahun sampai tanaman berumur 3 tahun tergantung pada
kondisi gulma. Penyiangan dihentikan jika tanaman pokok sudah mampu bersaing
dengan tanaman liar dalam memperoleh cahaya matahari (over-topping ).
20
dari permukan tanah. Hasil tebasan/babadan dapat dijadikan sebagai mulsa yang
ditumpuk di sekeliling tanaman
Hama dalam arti luas adalah semua bentuk gangguan baik pada manusia,
ternak dan tanaman. Pengertian hama dalam arti sempit yang berkaitan dengan
kegiatan budidaya tanaman adalah semua hewan yang merusak tanaman atau
hasilnya yang mana aktivitas hidupnya ini dapat menimbulkan kerugian secara
ekonomis. Hama juga sering dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan
sehari-hari manusia.
Hama yang sering menyerang tanaman bayam yaitu ulat perusak daun.
Pengendalian secara mekanis yaitu dengan melakukan sanitasi lahan dan secara
kimia yaitu dengan menggunakan insektisida berbahan aktif Deltametrin, sipermetrin
seperti Decis dengan dosis 10 ml/15 liter air
Pengendalian organisme tanaman ini diharapkan agar tanaman dapat tercegah,
terlindungi dan terhindar dari suatu gangguan, kerusakan, kematian, kemerosotan
hasil ataupun memperkecil kerugian yang ditimbulkannya. Pengendalian OPT
dilakukan apabila tanaman terkena hama dengan menggunakan bahan kimia berupa
pestisida seperti insektisida,fungisida dan herbisida. Jika perlakuan dengan
menggunakan pestisida dilakukan sesuai prosedur yang baik,maka hasilnya pun akan
cepat terlihat dan maksimal.
Dalam penanaman bayam merah sering terjadi masalah yang muncul seperti
kematian tanaman dan timbulnya ciri tanaman terserang hama yang biasanya
diakibatkan oleh faktor:
1. Terjadinya anomaly musim
2. Penggunaan pestisida yang salah
3. Media tanam yang kurang tepat
Faktor-faktor tersebut dapat diatasi dengan beberapa cara, diantaranya:
21
3. Selalu mengecek tanaman setiap hari
Panen adalah pekerjaan terakhir dari budidaya tanaman. Tujuan panen sendiri adalah
mengumpulkan komoditas dari lahan dengan kematangan yang tepat dan kerusakan yang
22
minimal. Untuk menentukan waktu panen yang tepat dapat dilakukan dengan cara melihat
warna kulit, bentuk, ukuran, dan perubahan buah serta bagian tanaman lainnya. Kemudian,
bisa dilihat dengan menghitung umur tanaman sejak tanam pertama.
Bayam merah membutuhkan waktu panen 20-25 hari sejak ditanam. Pada usia
tersebut, bayam merah masih segar dan belum sempat terkena hama atau penyakit. Itu
sebabnya, sayuran ini baik bagi tubuh. Panen bayam merah ini tergolong lebih cepat
dibandingkan bayam biasa yang membutuhkan waktu panen sekitar 30 hari. Saat dipanen,
bayam merah sudah memiliki tinggi sekitar 20 sentimeter (cm). Namun, untuk dapat
berbunga dan menghasilkan biji, bayam merah harus dibiarkan sampai usia 45-50 hari.
Pada pemanenan bayam merah ini diharapkan dapat menghasilkan bayam merah
yang tumbuh subur dan tidak ada kerusakan pada tanamannya, memiliki ukuran daun yang
besar dan banyak, dan baun bayam segar- segar. Untuk mendapat hasil tersebut,
pemanenan bayam dilakukan dengan cara mencabut seluruh bagian tanaman termasuk
akarnya. Pencabutan bayam dilakukan dengan menarik batang tanaman pada bagian
bawah. Penyabutan harus dilakukan dengan hati-hati agar tanaman tidak rusak, patah, atau
merusak tanaman yang lain, terutama yang masih kecil.
Pemanenan dilakukan pada sore hari sehingga tanaman bayam masih segar. Apabila
bayam dipanen saat panas, daun bayam akan cepat layu. Dari pemanenan yang pertama
akan diperoleh daun-daun bayam yang relatif lebih besar dengan batang yang besar pula
karena merupakan batang utama tanaman
Pada praktikum ini, dalam proses pemanenan terdapat masalah yang muncul seperti
ukuran daun bayam tidak besar-besar karena dalam satu polybag terlalu banyak benih yang
ditanam. Selain itu, kerusakan daun dapat terjadi karena cara pemanenan yang salah dan
kurang hati-hati.
23
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Mekanisme kerja irigasi tetes, sumber air yang diambil dari tanah menggunakan
pompa air lalu disalurkan ke selang besar melalui katup, pada pipa utama ini debit air yang
disalurkan cukup besar sehingga air dapat mencapai saluran pipa kecil sampai akhir.
Adapun komponen yang digunakan ada 5 komponen utama yaitu pompa tangki
injeksi, komponen pengendali atau katup, pipa utama seperti selang air bening dengan
panjang 20 m dan berdiameter 8 mm, lalu pipa pembagi dengan diameter 5 mm, pipa
lateral yang dipasangkan di tempat alat aplikasi yang terbuat dari selang yang sama dan
yang dipakai pada pipa berbagi selang drip irigasi tetes dengan diameter 5 mm, juga alat
aplikasi yang terdiri dari penetes, pipa kecil, dan katup.
Pertumbuhan bayam merah dengan pemberian air sistem irigasi tetes tumbuh dengan baik
dan mendapatkan hasil panen yang berkualitas dan segarkarena kebutuhan air terpenuhi
dengan dilakukan penyiraman yang rutin juga dilakukan pemupukan dengan dosis 1 gram
per polybag dan pemeliharaan seperti penyulaman dan penyiangan serta dilakukan
pengendalian organisme penganggu tanaman (OPT)
5.2 Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, Kevin. 2019. Manfaat Bayam Merah Yang Perlu Diketahui. Daring. Tersedia:
https://www.alodokter.com/3-potensi-manfaat-bayam-merah-berikut-patut-diapresiasi. [9
Januari 2022].
Anonim. 2021. Yuk, Budidaya Bayam Merah Di Rumah Dengan Cara Ini. [Daring]. Tersedia:
https://paktanidigital.com. [2021, 26 Desember].
Anonim. 2015. Empat Prinsip Dasar Dalam Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Tersedia: https://balitsa.litbang.pertanian.go.id. [2021, 29 Desember].
Bui, Florentina dkk. 2015. “Pengaruh Komposisi Media Tanam Dan Ukuran Polybag Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tomat (Licopercicum escelentum, Mill). Jurnal Pertanian
Konservasi Lahan Kering. 1 (1), 1-7.
Fajar, Taufik. 2020. Apa Sih Bedanya Benih dan Bibit?. Daring. Tersedia:
https://economy.okezone.com/read/2020/06/16/320/2230924/apa-sih-bedanya-benih-dan-
bibit.[9 Januari 2022].
Fitriana, Nur dkk. Irigasi Tetes: Solusi Kekurangan Air Pada Musim Kemarau. Semarang:
Litbang Pertanian
Hana, Iqrima. 2020. Metode Irigasi Curah Dan Irigasi Tetes. Daring. Tersedia:
http://digilib.uinsgd.ac.id/4999/1/Pengelolaan%20Air%20pdf%20%28KL%24%29.pdf . [9
Januari 2022].
25
Nuraeni, Siti Nur. 2021. Mengenal Irigasi Dari Pengertian Sampai Jenis-Jenisnya. Daring.
Tersedia: https://katadata.co.id/sitinuraeni/berita/6166bf4b9fda0/mengenal-irigasi-dari-
pengertian-sampai-jenis-jenisnya. [9 Januari 2022].
Nurhayati, Winda. 2018. Laporan Praktikum Teknik Irigasi Tetes Dan Drainase (9 Kinerja
Irigasi Tetes). [Daring]. Tersedia: https://toaz.info/doc-viewer. [2021, 29 Desember]
Samosir, Febriani. 2019. Laporan Praktikum Irigasi Dan Drainase (3. Pengukuran Karakteristik
Fisik Tanah). [Daring]. Tersedia: https://www.coursehero.com. [2021, 29 Desember]
Sumarna, Agus. 1988. Irigasi Tetes Pada Budidaya Cabai. Bandung: Balai Penelitian Tanaman
Sayuran
Triana, A.N dkk. 2018. “Aplikasi Irigasi Tetes (Drip Irrigation) dengan Berbagai Media Tanam
Pada Pakcoy (Brassica rapa L.). Jurnal Keteknikan Pertanian. 6 (1), 93-100.
Udiana, M.I dkk. 2014. “Perencanaan Sstem Irigasi Tetes (Drip Irrigation) Di Desa Besmarak
Kabupaten Kupang”. Teknik Sipil. 3 (1), 63-74.
26
LAMPIRAN
27
28