Penyusun sampaikan terimakasih kepada Bapak Dr. Chairul Muharis selaku dosen
pembimbing, karena kesabaran dan bimbingannya penyusun dapat merencanakan
desain saluran irigasi hingga pembuatan laporan ini. Penyusun mohon maaf bila
dalam mengerjakan laporan serta tugas yang diberikan oleh dosen tidak sesuai yang
diharapkan.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat dipetik manfaatnya sebagai
bahan untuk dikembangkan dan diimplementasikan sesuai dengan keperluannya.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................1
DAFTAR ISI .......................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................4
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 5
1.3 Tujuan ................................................................................................. 5
1.4 Manfaat ............................................................................................... 5
BAB II DASAR TEORI................................................................................4
2.1 Sistem Irigasi Irigasi...................................................................6
2.1.1 Jenis-jenis Irigasi ..............................................................6
2.2 Klasifikasi Jaringan Irigasi .........................................................6
2.2.1 Jenis-jenis Irigasi ..............................................................6
2.3 Bangunan Irigasi ........................................................................8
2.3.1 Bangunan Utama ..............................................................9
2.3.2 Bangunan Pembawa .........................................................9
2.3.3 Bangunan Terjun ..............................................................10
2.3.4 Bangunan Bagi dan Sadap ...............................................11
2.3.5 Bangunan Pengatur dan Pengukur ...................................11
2.3.6 Bangunan Pembuang dan Penguras .................................12
2.3.7 Bangunan Pelengkap ........................................................12
2.4 Teori Perencanaan Petak, Saluran dan Bangunan Air................13
2.4.1 Teori Perencanaan Petak ..................................................13
2.4.2 Teori Perencanaan Saluran ...............................................14
2.4.3 Teori perencanaan bangunan air ......................................15
2.5 Teori Perhitungan Ketersediaan airi ...........................................16
2.6 Teori Perhitungan Kebutuhan Air ..............................................16
2.6.1 Evapotranspirasi potensial ...............................................17
2.6.2 Curah Hujan Efektif .........................................................17
2.6.3 Pola Tanam.......................................................................17
2.6.4 Koefisien Tanaman ..........................................................17
2
2.6.5 Perkolasi ..................................................................................17
2.6.6 Penggantian Lapisan Air Tanah ..............................................18
2.6.7 Masa Penyiapan Lahan............................................................18
BAB III ANALISIS ........................................................................................19
3.1 Anaisis Kebutuhan Air ...............................................................19
3.1.1 Perhitungan Evapotransportasi Potensial .........................19
3.1.2 Perhitungan Curah HujanAndalanEfektif ........................23
3.1.3 Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi ..................................25
3.2 Analisis Ketersediaan Air...........................................................28
3.2.1 Perhitungan Debit Andalan Sungai ..................................28
3.2.2 Perhitungan Debit KebutuanPetak ...................................28
3.2.3 Perhitungan Debit Kebutuhan Intake ...............................29
3.3 Analisis Saluran Pembawa .........................................................29
3.2.1 Elevasi Saluran Pembawa ................................................29
3.2.2 Dimensi saluran pembawa ...............................................30
3.4 Analisis Saluran Pembuang ........................................................32
BAB IV PENUTUP ............................................................................................35
4.1 Kesimpulan.................................................................................35
4.2 Saran ...........................................................................................35
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
5
BAB II
DASAR TEORI
a. Irigasi Gravitasi
c. Irigasi Siraman
6
d. Irigasi Tetesan
Sistem ini mirip dengan irigasi siraman. Hanya saja air akan langsung
diteteskan/disemprotkan ke bagian akar. Pompa air dibutuhkan untuk
mengalirkan air.
Jaringan ini jauh lebih maju daripada 2 jaringan lainnya dalam hal
rekayasa irigasi.Bangunan air banyak digunakan pada jaringan ini.
Sepenuhnya saluran irigasi danpembuang bekerja secara terpisah.
7
Sehingga pembagian air dan pembuangan airoptimum. Selain itu ada
petak tersier yang menjadi ciri khas jaringan teknis. Petaktersier
kebutuhannya diserahkan petani dan hanya perlu disesuaikan dengan
saluranprimer dan sekunder yang ada.
Bangunan
1 Bangunan
Bangunan Utama Bangunan permanen atau semi
sederhana
permanen permanen
Kemampuan
2 bangunan dalam Baik Sedang Jelek
mengukur dan
mengatur debit
5 Efesiensi secara
keseluruhan 50 – 60 % 40 – 50 % < 40 %
8
2.3.1 Bangunan utama
b. Pengambilan bebas
d.Stasiun pompa
9
a. Talang
b. Gorong-gorong
c. Siphon
d. Got miring
10
2. Bagian di mana air dialirkan ke elevasi yang lebih rendah
2. Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder
ke saluran tersier penerima
4. Boks-boks bagi disaluran tersier membagi aliran untuk dua saluran atau
lebih (tersier, subtersier, kuarter)
11
No Tipe Alat Ukur Mengukur Kemampuan
1 Ambang Lebar Atas Tidak
2 Parshall Atas Tidak
3 Cipoleti Dengan Aliran
Atas Mengatur
Tidak
4 Romijin Atas Ya
5 Crump de Gruyter Bawah Ya
6 Pipa Sederhana Bawah Ya
7 Constant – Head Orifice Bawah Ya
12
2.4 Teori Perencanaan Petak, Saluran dan Bangunan Air
Petak irigasi adalah petak sawah atau daerah yang akan dialiri dari
suatu sumber air, baikwaduk maupun langsung dari satu atau beberapa sungai
melalui bangunan pengambilanbebas. Petak irigasi dibagi 3 jenis, yaitu
sebagai berikut.
a. Petak Tersier
b. Petak Sekunder
c. Petak Primer
13
Petak primer merupakan gabungan dari beberapa petak
sekunder yang dialiri oleh satusaluran primer. Dimana saluran
primer menyadap air dari sumber air utama. Apabilasaluran
primer melewati daerah garis tinggi maka seluruh daerah yang
berdekatanlangsung dilayani saluran primer.
a. Saluran Pembawa
Berfungsi untuk mengairi sawah dengan mengalirkan air dari
daerah yang disadap.Berdasarkan hierarki saluran pembawa
dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Saluran Primer
Saluran ini merupakan saluran pertama yang menyadap air
dari sumbernya. Danselanjutnya dibagikan kepada saluran
sekunder yang ada. Saluran ini dapatmenyadap dari sungai,
waduk, atau waduk. Bangunan sadap terakhir yang
terdapatdi saluran ini menunjukan batas akhir dari saluran
ini.
2. Saluran Sekunder
Air dari saluran primer akan disadap oleh saluran sekunder.
Saluran sekundernantinya akan memberikan air kepada
saluran tersier. Akan sangat baik jika saluransekunder
dibuat memotong atau melintang terhadap garis tinggi
tanah. Sehingga airdapat dibagikan ke kedua sisi dari
saluran.
14
3. Saluran Tersier
Merupakan hierarki terendah yang berfungsi mengalirkan
air yang disadap darisaluran sekunder ke petak-petak
sawah. Saluran ini dapat mengairi kurang lebih 75-125 Ha
b. Saluran Pembuang
Fungsinya membuang air yang telah terpakai ataupun
kelebihan air yang terjadi padapetak sawah. Umumnya saluran
ini menggunakan saluran lembah. Saluran lembahtersebut
memotong garis tinggi sampai ketitik terendah daerah sekitar.
a. Bangunan Utama
Bangunan bagi
Bangunan bagi adalah bangunan yang terletak di saluran
utama yang membagi air ke saluran sekunder atau tersier.
Dan juga dari saluran sekunder ke tersier.Bangunan ini
dengan akurat menghitung dan mengatur air yang akan
dibagi kesaluran-saluran lainnya.
Bangunan sadap
Bangunan sadap adalah bangunan yang terletak di saluran
primer ataupun sekunderyang member air ke saluran tersier
Bangunan bagi-sadap
Bangunan bagi-sadap adalah bangunan bagi yang juga
bangunan sadap. Bangunanini merupakan kombinasi
keduanya.
b. Bangunan Pelengkap
Bangunan Pengatur
Bangunan/pintu pengatur akan berfungsi mengatur taraf
muka air yang melaluinyadi tempat-tempat dimana terletak
15
bangunan sadap dan bangunan bagi. Khususnyadi saluran-
saluran yang kehilangan tinggi energinya harus kecil,
bangunan pengaturharus direncanakan sedemikian rupa
sehingga tidak banyak rintangan tinggi energidan sekaligus
mencegah penggerusan, disarankan membatasi kecepatan
dibangunan pengatur sampai + 1,5 m/dt.
Bangunan Pembawa
Bangunan pembawa adalah bangunan yang digunakan
untuk membawa airmelewati bawah saluran lain, jalan,
sungai, ataupun dari suatu ruas ke ruas lainnya.
16
Berikut adalah hal yang mempengaruhi kebutuhan air :
Et0 = (B(H1-H0))+((1-B)Ea)
2.6.2 Curah Hujan Efektif
Untuk irigasi tanaman padi, curah hujan efektif tengah bulanan
diambil 80% dari curahhujan rata-rata tengah bulanan dengan kemungkinan
tak terpenuhi 20%. Sedangkanuntuk palawija nilai curah hujan efektif
tengah bulanan diambil P=50% Curah hujandianalisis dengan analisis curah
hujan. Analisis curah hujan dilakukan dengan maksuduntuk menentukan :
2.6.3 Pola Tanam
Untuk memenuhi kebutuhan air bagin tanaman, penentuan pola tanam
merupakan hal yang perlu dipertimbangkan.
2.6.4 Koefisien Tanaman
Koefisien tanaman diberikan untuk menghubungkan evapotranspirasi
denganevapotranspirasitanaman dan dipakai dalam rumus Penman.Koefisien
yangdipakai harus didasarkan pada pengalaman dalam tempo panjang dari
proyek irigasi didaerah tersebut.
2.6.5 Perkolasi
Perkolasi adalah peristiwa meresapnya air ke dalam tanah dimana
tanah dalam keadaan jenuh. Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat
tanah. Data-data mengenaiperkolasi akan diperoleh dari penelitiian
kemampuan tanah. Tes kelulusan tanah akanmerupakan bagian dari
penyelidikan ini. Apabila padi sudah ditanam di daerah proyekmaka
17
pengukuran laju perkolasi dapat dilakukan langsung di sawah. Laju
perkolasi normal pada tanah lempung sesudah dilakukan penggenangan
berkisar antara 1 sampai3 mm/hari. Didaerah-daerah miring, perembesan
dari sawah ke sawah dapatmengakibatkan banyak kehilangan air. Di
daerah-daerah dengan kemiringan diatas 5%,paling tidak akan terjadi
kehilangan 5mm/hari akibat perkolasi dan rembesan. Pada tanah-tanah
yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi.
2.6.6 Penggantian Lapisan Air Tanah
Penggantian lapisan air tanah dilakukan setengah bulan sekali. Di
Indonesia besarpenggantian air ini adalah 3,3 mm/hari.
2.6.7 Masa Penyiapan Lahan
Untuk petak tersier, jangka waktu yang dianjurkan untuk penyiapan
lahan adalah 1,5bulan. Bila penyiapan lahan terutama dilakukan dengan
peralatan mesin, jangka waktu1 bulan dapat dipertimbangkan.Kebutuhan air
untuk pengolahan lahan sawah (puddling) bisa diambil 200 mm. Inimeliputi
penjenuhan (presaturation) dan penggenangan sawah, pada awal
transplantasiakan ditambahkan lapisan 50 mm lagi.Angka 200 mm diatas
mengandaikan bahwa tanah itu bertekstur berat, cocok digenangidan bahwa
lahan itu belum ditanami selama 2,5 bulan. Jika tanah itu dibiarkan berairlebih
lama lagi maka diambil 250 mm sebagai kebutuhan air untuk penyiapan
lahan.Kebutuhan air untuk penyiapan lahan termasuk kebutuhan air untuk
persemaian
18
BAB III
ANALISIS
Penyelesaian :
Untuk temperatur t = 27.64°, mencari ea dengan cara interpolasi.
Suhu 27.64° berada pada diantara suhu 27.6° dan 27.7° dengan nilai
sebagai berikut :
27.6° = 36.9
27.7° = 37.11
= 36.980 mb
ed = h x ea
79.71
= × 36.98
100
= 29.480 mb
ea ed
mb mb
36,984 29,480
19
Selanjutnya mencari nilai Ea, Untuk mencari nilai Ea harus
mengetahui nilai a1 s/d a9 dengan melihat tabel sesuai ketentuan
Konstanta Penman Standar Indonesia.
a1 a2 a3 a4 a5 a6 a7 a8 a9
Makanila Ea adalah :
Ea = (a7) x (ea-ed) x ( a8-a9 x U )
= (0.2) x (36.98–29.48 ) x ( 1-0.0063 x 72.24 )
= 0.818
Ea
0,818
27.6° = 16.34
27.7° = 16.34
= 16.34 mb
σTa4
mm/hari
16,34
20
H0 = σTa4 x (a3-(a4 x ed1/2)) x (a5+(a6 x z ))
Maka nilai Ra :
(7−10)
Ra = 12.8 + (5−10) × (12.8 − 13.65)
= 13.31 mm/hari
Ra
mm/hari
13,31
21
Nilai G = 0.00066 x P
G = 0.00066 x 1001,39
= 0.66091 mb/°C
P G
mb/°C
1001,39 0,660914
27.6° = 2.16
27.7° = 2.16
Jika nilai anatara suhu tersebut sama, maka tidak perlu diinterpolasi.
𝐷
Nilai B = 𝐷+𝐺
2.16
= 2.16+0.66091
= 0.76571
Sehingga nilai
Et0 = (0.76571(5.771-1.226))+((1-0.76571)0.818)
= 13.567 mm/hari
Eto
mm/hari
3,672
22
3.1.2 Perhitungan Curah Hujan Andalan dan Efektif
Perhitungan curah hujan andalan diambil dari curah hujan bulanan.
Data yang digunakan adalah data hujan selama 10 tahun dari tahun 2009-
2018. Pada contoh perhitungan kali ini diambil contoh pada bulan Januari.
Langkah perhitungan sebagai berikut :
Jumlah curah hujan harian tiap bulan pertahun.
2009 243
2010 560
2011 292
2012 295
2013 482
2014 476
2015 171
2016 275
2017 336
2018 577
Pada bulan Januari jumlah hujan di tahun 2009 = 243, 2010 = 560,
2011 = 44, 2012 = 295, 2013 = 482, 2014 = 476, 2015 = 171, 2016 =
616, 2017 = 336, 2018 = 557.
Untuk mendapatkan tahun dasar perencanaan dari curah hujan andalan
diurutkan dari nilai terkecil sampai nilai yang terbesar. Berikut urutan
ranking jumlah curah hujan pada bulan Januari. Data yang
dipergunakan untuk perhitungan curah hujan andalan adalah :
𝑛
R80% = +1
5
10
= +1
5
=3
Maka tahun yang dipilih urutan ke 3 terendah.
23
1 171
2 243
3 275
4 292
5 295
6 336
7 476
8 482
9 560
10 577
Tahun Dasar 2011
24
Pada tahun 2011 curah hujan di bulan Januari 15 hari pertama
berjumlah 151, dan 15 hari ke 2 berjumlah 124.
Perhitungan curah hujan efektif pada bulan Januari tahun 2011 adalah
sebagai berikut :
15 hari pertama :
Hujan 15 hari = 172 mm/ 15 hari
Jumlah hari hujan = 11 hari
CH andalan = 151/11 = 13.7272 mm/hari
CH efektif = 13.7272 x 0.5
= 6.8636 mm/hari
Karena menanam palawi jadi kali 0.5
= 13.7272 x 0.7
= 9.6090 mm/hari
Karena menanam padi dikali 0.7
15 harikedua:
Hujan 15 hari = 124 mm/ 15 hari
Jumlah hari hujan = 11 hari
CH andalan = 124/11 = 11.3 mm/hari
CH efektif = 11.3 x 0.5
= 5.6363 mm/hari
Karena menanam palawija dikali 0.5
= 11.3 x 0.7
= 7.8909 mm/hari
Karena menanam padi dikali 0.7
Untuk perhitungan curah hujan bulan Februari dan seterusnya
perhitungan sama.
3.1.3 Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi
Perhitungan air konsumtif pada bulan April didapatkan dengan rumus
Etc = ETo x K
25
Dimana K adalah koefisien tanaman yang didasarkan jenis tanaman d
an periode bulan dari awal masa tanam. Jadi dengan melihat grafik
untuk memperoleh K pada tanaman padi nedesco prosida periode 15
hari pertam aadalah 1.12
Dari perhitungan diatas didapatkan : Etc = Eto x K
= 4.936 x 1.12
= 5.528 mm/hari
Perkolasi
Pada soal telah ditetapkan bahwa kehilangan air di dalam tanah atau
Perkolasi adalah 3 mm/hari
Perhitungan Kebutuhan air untuk penyiapan lahan & pembibitan (Pd)
Berdasarkan soal ditetapkan bahwa lama waktu penyiapan lahan
adalah 45 hari. Waktu penyiapan lahan adalah bulan Juli tahap ke 1
sampai bulan Juli tahap ke 2.
Maka kebutuhan air adalah sebagai berikut :
Pd = (M-ek’)/(ek’-1)
Dimana :
Eo = Evaporasi air terbuka (mm/hari)
= 1,1 x ETo pada bulan penyiapan lahan
= 1,1 x ETo bulan Juli
= 1,1 x 4.646
= 5.1107 mm/hari
M = penggantian air yang hilang karen aevaporasi dan perkolasi
= Eo+P
= 5.1107 + 3
= 8.1107 mm/hari
26
S = air untuk penjenuhan, yaitu 250 mm jika tidak ada bero, dan
300 mm jika adabero. Maka digunakan 300 mm.
k’ = (M x T)/S
= (8.1107 x 30)/300
= 0.8110
T = waktu penyiapan lahan (hari)
= 30 Hari
Maka didapatkan :
Pd = (M-ek’)/(ek’-1)
= (8.1107-2,71820.8110)/(2,71820.8110-1)
= 12.33 mm/hari
PenggantianLapisanGenangan (WLR)
waktu WLR ditentukan 1 bulan setelah tanam dan 2 bulan setelah
tanam selama 15 hari, dengan kebutuhan air 3,333 mm/hari.
Perhitungan kebutuhan kotor air di sawah
Kebutuhan kotor air dapat diperoleh darirumus berikut:
GFR = Etc+P+Pd+WLR
= 5.528 + 3 + 0 + 0
= 8.528 mm/hari
Perhitungan Kebutuhan Bersih Air di sawah
Kebutuhan kotor air dapat diperoleh dari Kebutuhan kotor air – Curah
hujan efektif (Re)
NFR = GFR – Re
= 8.528 – 0
= 8.528 mm/hari
= 8.528 x 0.1157
= 0.987 l/dt/ha
27
3.2 Analisis Ketersediaan Air
3.2.1 Perhitungan Debit Andalan Sungai
Debit andalan sungai adalah ketersediaan air yang dapat diandalkan di
sungai sepanjang tahun. Nilai peluang debit andalan sungai untuk kebutuhan
air irigasi adalah 80% sehingga didapatkan nilai debit andalan sungai
R80% = (n/5) + 1 ; dengan jumlah n = 10 (10 tahun data)
= (10/5) +1
=3
Maka nilai debit andalan sungai adalah nilai debit urutan ketiga (ke-3) untuk
setiap bulan jika sudah diurutkan mulai dari yang terkecil hingga yang
terbesar.
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2009 679 582 400 376 242 240 260 244 389 503 531 600
2010 632 582 410 322 251 276 212 268 363 612 559 618
2011 601 503 391 375 200 259 291 283 354 530 588 658
2012 621 532 397 385 253 275 263 235 323 567 578 690
2013 618 534 393 364 290 284 265 279 349 577 579 649
2014 609 550 375 307 260 265 231 286 383 555 589 658
2015 666 581 324 345 258 272 271 202 324 562 539 609
2016 622 559 377 399 258 287 286 276 306 506 565 698
2017 639 566 354 381 300 211 300 271 382 565 523 691
2018 616 549 354 307 244 284 271 236 368 539 530 655
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
601 503 324 307 200 211 212 202 306 503 523 600
609 532 354 307 242 240 231 235 323 506 530 609
616 534 354 322 244 259 260 236 324 530 531 618
618 549 375 345 251 265 263 244 349 539 539 649
621 550 377 364 253 272 265 268 354 555 559 655
622 559 391 375 258 275 271 271 363 562 565 658
632 566 393 376 258 276 271 276 368 565 578 658
639 581 397 381 260 284 286 279 382 567 579 690
666 582 400 385 290 284 291 283 383 577 588 691
679 582 410 399 300 287 300 286 389 612 589 698
28
petak dari soal adalah 80%. Untuk mencari nilai debit (Q) dalam masing-
masing petak, digunakan persamaan berikut :
𝑁𝐹𝑅𝑚𝑎𝑥 𝑥 𝐿 𝑃𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑟𝑠𝑖𝑒𝑟
QPetak = 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑟𝑠𝑖𝑒𝑟
1.498 𝑥 77
QJ1ka = 0.8
= 144.182lt/dtk
1.498 𝑥 53
QJ1ki = 0.8
= 99.242lt/dtk
3.2.3 Perhitungan Debit Kebutuhan Intake
Debit kebutuhan intake setiap bulannya didapatkan dari persamaan
sebagai berikut :
(Contoh perhitungan di Bulan September)
𝑄𝑗1𝑘𝑎+ 𝑄𝑗1𝑘𝑖
Q intake = 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟
144.182+99.242
= 0.87
= 279.797lt lt/detik
Dengan demikian kesimpulan kecukupan air yang telah diperhitungkan untuk
Bulan September adalah debit andalan sungai > debit kebutuhan intake, maka
dapat dinyatakan cukup, yang mana berarti ketersediaan air di sungai yang
dapat diandalkan dapat mencukupi kebutuhan air di intake untuk irigasi
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Q andalan 616 534 354 322 244 259 260 236 324 530 531 618
NFR 0 0 0 0 0,73 0,659 0,889 0,987 1,498 1,344 0,000 0
A 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130
E primer 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87
Q intake 0,000 0,000 0,000 0,000 136,350 123,088 166,049 203,405 279,797 251,034 0,000 0,000
Kesimpulan Mencukupi Mencukupi Mencukupi Mencukupi Mencukupi Mencukupi Mencukupi Mencukupi Mencukupi Mencukupi Mencukupi Mencukupi
29
= 11,650
s = ΔH/ L
=1,21 %
3.3.2 Dimensi Saluran Pembawa
Diketahui Q. Intake yang paling besar adalah pada bulan September
Direncanakan :
Bahan saluran = beton
Lebar (b) = 1,5 m
Kemiringan (S) = 0,01212
Kekasaran aluran Manning (n) = 0,026
Kemiringan talud (m) =0
Tinggi (h) = 0,5 m
Perhitungan :
A = (b + ( m x h)) x h
A = (1 + ( 1 x 0,5)) x 1
A = 0,75 m2
P = b + (2 x h) x √(m^2+1)
P = 1+ (2 x 0,5) x √(0^2+1)
P = 2,500 m
R = A/P
R = 0,75 / 2,500
R = 0,300 m
1
V = n R2/3 S1/2
1
𝑉 = 0,026 0,3002/3 0,012121/2
V = 1,898 m/det
30
Qhit =VxA
Qhit = 1,898 x 0,75
Qhit = 1,423 m3/det
Q. rencana = 0,279 m3/det
Kontrol
Q = 1,423 > 0,279 → OK
V. Min = 1,898 > 0,61 → OK
V. Max = 1,898 < 2 → OK
𝑉
𝐹𝑟 =
√𝑔.ℎ
1,898
𝐹𝑟 =
√9,81 𝑥 0,5
Fr = 0,857
Fr = 0,857 < 1,00 → OK
Beda Ketinggian = Elevasi Atas – Elevasi Bawah
= 186,65 – 175,00
= 11,650 m
Tebal air sawah = 0,1 m
Losses :
Sawah = 0,05 m
Boks kuarter = 0,05 m
Boks tersier = 0,10 m
Sadap = 0,10 m
Bang. Bagi/bagi sadap = 0 m
Bang. Irigasi =0m
Variasi h = 0,05 m +
Jumlah = 0,35 m
Elevasi muka air :
Bawah = el. Tanah asli bawah + Tinggi (h) + Tebal air sawah
= 175,00 + 0,5 + 0,10
31
= 175,600 m
Perhitungan :
D (n) = R(n) T + n (I-ET-P)-DS
= 110 + 3(0 x 3) – 50
= 51 mm
𝐷 (𝑛)
Dm = 3 ×8,64
51
= 3 ×8,64
= 1,968 l/dt/ha
32
Qd = F x Dm x A
= 1,62 x 1,968 x 130
= 280,723 l/dt
= 0,281 m3/dt
Direncanakan :
Saluran = Saluran Pembuang 1
Q. Kapasitas = 0,281 m3/det
Elevasi tanah asli :
- Bawah = 157,239
- Atas = 162,500
Panjang (L) = 1252 m
S. Asli = 0,00420 → 0,4202 %
Kekasaran aluran Manning (n) = 0,026
Lebar (b) = 1,5 m
Tinggi (h) =1m
Kemiringan talud (m) =0
Perhitungan :
A = (b + ( m x h)) x h
A = (1,5 + ( 0 x 1)) x 1
A = 1,500 m2
P = b + (2 x h) x √m2 + 1
P = 1,5 + (2 x 1) x √02 + 1
P = 3,500 m
R = A/P
R = 1,500/ 3,500
R = 0,429 m
33
V = k R2/3 S1/2
𝑉 = 35 x 0,4292/3 0,004201/2
V = 1,290 m/det
Qhit =VxA
Qhit = 1,290 x 1,500
Qhit = 1,935 m3/det
Q. kapasitas = 0,281 m3/det
Kontrol = 1,935 > 0,281 → OK
𝑉
𝐹𝑟 =
√𝑔. ℎ
1,290
𝐹𝑟 =
√9,8 𝑥 1
𝐹𝑟 = 0,412
Kontrol = 0,412< 1,00 → OK
34
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Evapotranspirasi potensial untuk daerah irigasi berkisar antara 3,248 –
4,936 mm/hari, yaitu minimum pada bulan Desember dan maksimum
pada bulan Agustus.
2. Ketersediaan air untuk semua bulan mencukupi
3. Untuk saluran pembawa tinggi bendung dengan tinggi 0,6 m, karena
selisih dasar saluran (tanah asli) dengan muka air lebih dari 0,5 m.
4. Untuk saluran pembawa kontrol pada Q, Vmin, Vmax, Fr OK
4.2 Saran
1. Untuk memperoleh perencanaan dan perhitungan yang lebih akurat,
maka perlu diperhitungkan kebutuhan air yang lebih teliti, mengingat
pada kenyataan di lapangan sulit sekali menemukan kondisi ideal, di
mana semua kebutuhan air untuk semua areal sawah bisa dipenuhi
secara bersamaan.
2. Data - data yang digunakan sebaiknya data - data yang aktual dan
lengkap, sehingga penyimpangan dapat diperkecil.
3. Waktu pengerjaan sebaiknya diperpanjang sehingga nantinya
perencanaannya dapat menghasilkan suatu perencanaan yang benar
35
Pintu Sorong
Pintu sorong ini umumnya digunakan sebagai pintu pengatur pada
bangunan bendung maupun pada bangunan bagi, serta bangunan air lainnya.
Aliran melalui pintu sorong secara skematis adalah seperti
pada gambar berikut ini.
perencanaan hidrolis.
Q =Kµab 2 .g h1
dimana :
Q = debit, m3/detik.
K = faktor aliran tenggelam.
µ = koeffisien debit
a = bukaan pintu, m.
b = lebar pintu, m.
g = percepatan gravitasi, m/dt2 ( 9,8 )
h1 = kedalaman air didepan pintu diatas ambang, meter.
Besarnya koeffisien K dapat diambil dari grafik V. berikut ini.
36
Rechbok
Diambil anggapan bahwa :
Qaktual = K . Q hitung
dengan Q aktual = Q takar
Q hitung = Q rechbok
K = Q koefisien kalibrasi
37