Anda di halaman 1dari 37

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkah limpahan rahmat
dan karunia-Nya, penyusun dapat menyelesaikan laporan serta tugas-tugas pada
Perencanaan Saluran Irigasi.

Penyusun sampaikan terimakasih kepada Bapak Dr. Chairul Muharis selaku dosen
pembimbing, karena kesabaran dan bimbingannya penyusun dapat merencanakan
desain saluran irigasi hingga pembuatan laporan ini. Penyusun mohon maaf bila
dalam mengerjakan laporan serta tugas yang diberikan oleh dosen tidak sesuai yang
diharapkan.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat dipetik manfaatnya sebagai
bahan untuk dikembangkan dan diimplementasikan sesuai dengan keperluannya.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Malang, 15 May 2019


Penyusun

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................1
DAFTAR ISI .......................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................4
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 5
1.3 Tujuan ................................................................................................. 5
1.4 Manfaat ............................................................................................... 5
BAB II DASAR TEORI................................................................................4
2.1 Sistem Irigasi Irigasi...................................................................6
2.1.1 Jenis-jenis Irigasi ..............................................................6
2.2 Klasifikasi Jaringan Irigasi .........................................................6
2.2.1 Jenis-jenis Irigasi ..............................................................6
2.3 Bangunan Irigasi ........................................................................8
2.3.1 Bangunan Utama ..............................................................9
2.3.2 Bangunan Pembawa .........................................................9
2.3.3 Bangunan Terjun ..............................................................10
2.3.4 Bangunan Bagi dan Sadap ...............................................11
2.3.5 Bangunan Pengatur dan Pengukur ...................................11
2.3.6 Bangunan Pembuang dan Penguras .................................12
2.3.7 Bangunan Pelengkap ........................................................12
2.4 Teori Perencanaan Petak, Saluran dan Bangunan Air................13
2.4.1 Teori Perencanaan Petak ..................................................13
2.4.2 Teori Perencanaan Saluran ...............................................14
2.4.3 Teori perencanaan bangunan air ......................................15
2.5 Teori Perhitungan Ketersediaan airi ...........................................16
2.6 Teori Perhitungan Kebutuhan Air ..............................................16
2.6.1 Evapotranspirasi potensial ...............................................17
2.6.2 Curah Hujan Efektif .........................................................17
2.6.3 Pola Tanam.......................................................................17
2.6.4 Koefisien Tanaman ..........................................................17

2
2.6.5 Perkolasi ..................................................................................17
2.6.6 Penggantian Lapisan Air Tanah ..............................................18
2.6.7 Masa Penyiapan Lahan............................................................18
BAB III ANALISIS ........................................................................................19
3.1 Anaisis Kebutuhan Air ...............................................................19
3.1.1 Perhitungan Evapotransportasi Potensial .........................19
3.1.2 Perhitungan Curah HujanAndalanEfektif ........................23
3.1.3 Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi ..................................25
3.2 Analisis Ketersediaan Air...........................................................28
3.2.1 Perhitungan Debit Andalan Sungai ..................................28
3.2.2 Perhitungan Debit KebutuanPetak ...................................28
3.2.3 Perhitungan Debit Kebutuhan Intake ...............................29
3.3 Analisis Saluran Pembawa .........................................................29
3.2.1 Elevasi Saluran Pembawa ................................................29
3.2.2 Dimensi saluran pembawa ...............................................30
3.4 Analisis Saluran Pembuang ........................................................32
BAB IV PENUTUP ............................................................................................35
4.1 Kesimpulan.................................................................................35
4.2 Saran ...........................................................................................35

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris sehingga pembanggunan di


bidang pertanian menjadi prioritas utama. Perkembangan saluran irigasi
merupakan penunjang penyediaan bahan pangan nasional tentu sangat
diperlukan, sehingga ketersediaan air di lahan akan terpenuhi walaupun lahan
tersebut berada jauh dari sumber air permukaan. Hal tersebut tidak terlepas
dari usaha teknik irigasi yaitu memberikan air dengan kondisi tepat mutu,
tepat ruang, dan tepat waktu dengan cara yang efektif, ekonomis, dan efisien.

Kebutuhan air untuk tanaman pada dasarnya dapat diperoleh secara


langsung dari air hujan. Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi akan
mengalir dari hulu ke hilir, meresap ke dalam tanah atau menjadi air
permukaan, dan dimanfaatkan oleh tanaman disekitarnya. Distribusi dan
kecenderungan jumlah hujan yang bersifat seperti random variabel
menyebabkan ketersediaan air hujan tidak dapat selalu memenuhi kebutuhan
tumbuhan . Oleh karena itu, dibutuhkan pengelolaan ketersediaan dan
penyediaan air bagi tumbuhan yang optimal, salah satunya ialah dengan
penggunaan sistem irigasi.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perhitungan Dimensi Saluran Pemberi dan Pembuang

2. Bagaimana menentukan Pola Tanam dan Menghitung Kebutuhan Air

3. Bagaimana perhitungan Debit Andalan

4. Bagaimana merencanakan Skema Jaringan Irigasi dan Skema


Bangunan Irigasi

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui Dimensi Saluran Pembawa dan Pembuang

2. Untuk mengetahui Pola Tanam dan Menghitung Kebutuhan Air

3. untuk mengetahui Debit Andalan

4. Untuk mengetahui Skema Jaringan Irigasi dan Skema Bangunan


Irigasi

1.4 Manfaat

1. Dapat memahami perhitungan Dimensi Saluran Pembawa dan


Pembuang

2. Dapat memehami Pola Tanam dan Menghitung Kebutuhan Air

3. Dapat memahami Debit Andalan

4. Dapat memahami Skema Jaringan Irigasi dan Skema Bangunan Irigasi

5
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Sistem Irigasi

Irigasi merupakan suatu usaha teknis untuk mengontrol kandungan air


pada tanah di dalam zona akar dengan maksud agar tanaman dapat tumbuh
secara baik. Dimana usaha teknis yang dimaksud adalah penyediaan sarana
dan prasarana irigasi untuk membawa, membagi air secara teratur dengan
jumlah yang cukup, waktu yang tepat ke petak irigasi untuk selanjutnya
diberikan dan dipergunakan oleh tanaman.

2.1.1 Jenis-jenis Irigasi

Dalam perkembangannya sampai saat ini, ada 4 jenis sistem irigasi


yang biasa digunakan.Keempat sistem irigasi itu adalah sebagai berikut :

a. Irigasi Gravitasi

Sistem ini memanfaatkan efek dari gravitasi untuk mengalirkan air.


Bentuk rekayasa initidak memerlukan tambahan energi untuk
mengalirkan air sampah ke petak sawah.

b. Irigasi Bawah Tanah

Tanah akan dialiri dibawah permukaannya. Saluran yang ada disisi


petak sawah akanmengalirkan air melalui pori-pori tanah. Sehingga air
akan sampai ke akar tanaman.

c. Irigasi Siraman

Air akan disemprotkan ke petak sawah melalui jaringan pipa dengan


bantuan pompa air.Penggunaan air akan lebih efektif dan efisien
karena dapat dikontrol dengan sangat mudah.

6
d. Irigasi Tetesan

Sistem ini mirip dengan irigasi siraman. Hanya saja air akan langsung
diteteskan/disemprotkan ke bagian akar. Pompa air dibutuhkan untuk
mengalirkan air.

2.2 Klasifikasi Jaringan Irigasi

Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran aliran air dan lengkapnya


fasilitas, jaringan irigasi dapat dibedakan kedalam tiga jenis yaitu :

a. Jaringan Irigasi Sederhana

Prasarana yang ada seperti bangunan pengatur debit atau pembagi


sama sekali tidakada. Hal ini terjadi karena sumber air sangat
berlimpah sehingga hampir sama sekalitidak diperlukan rekayasa
irigasi. Jaringan utama air hanya perlu disadap sesuaikeinginan
sehingga petak-petak sawah dapat tergenangi air. Selain itu tidak
adapembagi antara saluran pembuang dan irigasi.Kelemahan dari tipe
jaringan ini adalah pemborosan air, karena penyadapan yangsesuka
hati. Selain itu biaya untuk penyadapan sangat mahal karena saluran
tersebutharus dapat mengairi seluruh petak sawah tanpa sebelum
direkayasa sehinggaefisiensinya sangat rendah.

b. Jaringan Irigasi Semi Teknis

Tidak banyak perbedaan dengan jaringan sederhana kecuali bangunan-


bangunan irigasi mulai digunakan pada jaringan ini. Jaringan
pembuangan dan irigasi masih menyatu.Akan tetapi sudah dapat
mengairi petak sawah yang lebih besar daripada irigasi sederhana.

c. Jaringan Irigasi Teknis

Jaringan ini jauh lebih maju daripada 2 jaringan lainnya dalam hal
rekayasa irigasi.Bangunan air banyak digunakan pada jaringan ini.
Sepenuhnya saluran irigasi danpembuang bekerja secara terpisah.

7
Sehingga pembagian air dan pembuangan airoptimum. Selain itu ada
petak tersier yang menjadi ciri khas jaringan teknis. Petaktersier
kebutuhannya diserahkan petani dan hanya perlu disesuaikan dengan
saluranprimer dan sekunder yang ada.

Klasifikasi Jaringan Irigasi


Teknis Semi Teknis Sederhana

Bangunan
1 Bangunan
Bangunan Utama Bangunan permanen atau semi
sederhana
permanen permanen

Kemampuan
2 bangunan dalam Baik Sedang Jelek
mengukur dan
mengatur debit

Saluran irigasi dan


Saluran irigasi Saluran irigasi
3 pembuang tidak
Jaringan saluran dan pembuang dan pembuang
sepenuhnya
terpisah jadi satu
terpisah

Belum Belum ada


4 Dikembangkan dikembangkan atau jaringan
Petak tersier
seluruhnya densitas bangunan terpisah yang
tesier jarang dikembangkan

5 Efesiensi secara
keseluruhan 50 – 60 % 40 – 50 % < 40 %

6 Ukuran Tak ada batasan Sampai 2000 ha < 500 ha

2.3 Bangunan Irigasi

Bangunan irigasi digunakan untuk keperluan dalam menunjang


pengambilan dan pengaturan air irigasi, sehingga air dapat mengalir dengan
baik ke areal persawahan.

8
2.3.1 Bangunan utama

Bangunan utama dapat didefinisikan sebagai kompleks bangunan


yang direncanakan di sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan
air ke dalam jaringan saluran agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi.
Bangunan utama bisa mengurangi kandungan sedimen yang berlebihan serta
mengukur banyaknya air yang masuk.Bangunan terdiri dari bangunan-
bangunan pengelak dengan peredam energi, satu atau dua pengambilan
utama, pintu bilas, kolam olak, dan kantong lumpur, tanggul banjir pekerjaan
sungai dan bangunan-bangunan pelengkap.

Bangunan utama dapat diklasifikasi ke dalam sejumlah kategori, bergantung


kepada perencanaannya. Berikut ini akan dijelaskan beberapa kategori,
antara lain :

a.Bendung atau bendung gera

b. Pengambilan bebas

c.Pengambilan dari waduk

d.Stasiun pompa

2.3.2 Bangunan pembawa

Bangunan pernbawa mempunyai fungsi mernbawa / mengalirkan air


dari sumbernya menuju petak irigasi. Bangunan pembawa meliputi saluran
primer, saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kwarter. Termasuk
dalam bangunan pembawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, dan got
miring. Saluran primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi
yang dilayaninya.

9
a. Talang

Talang dipakai untuk mengalirkan air irigasi lewat di atas saluran


lainnya, saluran pembuang ilmiah atau cekungan dan lembah-lembah.
Aliran di dalam talang adalah aliran bebas. Talang dapat terbuat dari
pasangan, beton, baja atau kayu.

b. Gorong-gorong

Bangunan yang digunakan untuk membawa aliran air (saluran irigasi


atau pembuang) melewati bawah jalan air lainnya (biasanya saluran),
di bawah jalan, atau jalan kereta api.

c. Siphon

Untuk mengalirkan air irigasi dengan menggunakan gravitasi di


bawah saluran pembuang, cekungan, anak sungai atau sungai. Siphon
juga dipakai untuk melewatkan air di bawah jalan, jalan kereta api,
atau bangunan-bangunan yang lain.

d. Got miring

Di buat apabila trase saluran melewati ruas medan dengan


kemiringan yang tajam dengan jumlah perbedaan tinggi energi yang
besar. Got miring berupa potongan saluran yang diberi pasangan
(lining) dengan aliran superkritis, dan umumnya mengikuti
kemiringan medan alamiah.

2.3.3 Bangunan Terjun

Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan


permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang
diizinkan. Bangunan semacam ini mempunyai empat bagian fungsional,
masing- masing memiliki sifat-sifat perencanaan yang khas.

1. Bagian hulu pengontrol, yaitu bagian di mana aliran menjadi superkritis

10
2. Bagian di mana air dialirkan ke elevasi yang lebih rendah

3. Bagian tepat di sebelah hilir, yaitu tempat di mana energi diredam

4. Bagian peralihan saluran memerlukan lindungan untuk mencegah erosi

2.3.4 Bangunan Bagi dan Sadap

1.Bangunan bagi terletak disaluran primer dan sekunder pada suatu


titik cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau
lebih.

2. Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder
ke saluran tersier penerima

3.Bangunan bagi dan sadap digabungkan menjadi satu rangkaian bangunan

4. Boks-boks bagi disaluran tersier membagi aliran untuk dua saluran atau
lebih (tersier, subtersier, kuarter)

2.3.5 Bangunan pengatur dan pengukur


Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan,
perlu dilakukan pengaturan dan pengukuran aliran di bangunan sadap
(awal saluran primer), cabang saluran jaringan primer serta bangunan
sadap primer dan sekunder. Bangunan pengatur muka air dimaksudkan
untuk dapat mengatur muka air sampai batas-batas yang diperlukan
untuk dapat memberikan debit yang konstan dan sesuai dengan yang
dibutuhkan. Sedangkan bangunan pengukur dimaksudkan untuk dapat
memberi informasi mengenai besar aliran yang dialirkan. Kadangkala,
bangunan pengukur dapat juga berfungsi sebagai bangunan
pengatur.Peralatan ukur dapat dibedakan menjadi alat ukur aliran-atas bebas
(free overflow) dan alat ukur aliran bawah (underflow). Beberapa dari alat
pengukur dapat juga dipakai untuk mengatur aliran air.

11
No Tipe Alat Ukur Mengukur Kemampuan
1 Ambang Lebar Atas Tidak
2 Parshall Atas Tidak
3 Cipoleti Dengan Aliran
Atas Mengatur
Tidak
4 Romijin Atas Ya
5 Crump de Gruyter Bawah Ya
6 Pipa Sederhana Bawah Ya
7 Constant – Head Orifice Bawah Ya

2.3.6 Bangunan Pembuang dan Penguras


Gorong-gorong adalah bangunan pembuang silang yang paling umum
digunakan sebagai lindungan-luar. Siphon dipakai jika saluran irigasi
kecil melintas saluran pembuang yang besar. Dalam hal ini, biasanya lebih
aman dan ekonomis untuk membawa air irigasi dengan siphon lewat dibawah
saluran pembuag tersebut. Bangunan penguras, biasanya dengan pintu yang
dioperasikan dengan tangan, dipakai untuk mengosongkan seluruh ruas
saluran bila diperlukan. Untuk mengurangi tingginya biaya, bangunan ini
dapat digabung dengan bangunan pelimpah.

2.3.7 Bangunan Pelengkap

Sebagaimana namanya, bangunan pelengkap berfungsi sebagai


pelengkap bangunan-bangunan irigasi yang telah disebutkan sebelumnya.
Bangunan pelengkap berfungsi sebagai untuk memperlancar para petugas
dalam eksploitasi dan pemeliharaan. Bangunan pelengkap dapat juga
dimanfaatkan untuk pelayanan umum. Jenis-jenis bangunan pelengkap
antara lain jalan inspeksi, tanggul, jernbatan penyebrangan, tangga mandi
manusia, sarana mandi hewan, serta bangunan lainnya.

12
2.4 Teori Perencanaan Petak, Saluran dan Bangunan Air

2.4.1 Teori Perencanaan Petak

Petak irigasi adalah petak sawah atau daerah yang akan dialiri dari
suatu sumber air, baikwaduk maupun langsung dari satu atau beberapa sungai
melalui bangunan pengambilanbebas. Petak irigasi dibagi 3 jenis, yaitu
sebagai berikut.

a. Petak Tersier

Petak ini menerima air yang disadap dari saluran tersier.


Karena luasnya yang tergolongkecil maka petak ini menjadi
tanggung jawab individu untuk eksploitasinya. Idealnya daerah
yang ditanami berkisar 50-100 Ha. Jika luas petak lebih dari itu
dikhawatirkan pembagian air menjadi tidak efisien.Petak
tersier dapat dibagi menjadi petak kuarter, masing-masing
seluas 8-15 Ha.Dimana bentuk dari tiap petak kuarter adalah
bujur sangkar atau segi empat.Petak tersier haruslah juga
berbatasan dengan petak sekunder. Yang harus dihindariadalah
petak tersier yang berbatasan langsung dengan saluran irigasi
primer. Selain itudisarankan panjang saluran tersier tidak lebih
dari 1500 m.

b. Petak Sekunder

Petak sekunder adalah petak yang terdiri dari beberapa petak


tersier yang berhubunganlangsung dengan saluran sekunder.
Petak sekunder mendapatkan airnya dari saluran primer yang
airnya dibagi oleh bangunan bagi dan dilanjutkan oleh saluran
sekunder. Batas sekunder pada umumnya berupa saluran
drainase. Luas petak sekunder berbeda-beda tergantung dari
kondisi topografi.

c. Petak Primer

13
Petak primer merupakan gabungan dari beberapa petak
sekunder yang dialiri oleh satusaluran primer. Dimana saluran
primer menyadap air dari sumber air utama. Apabilasaluran
primer melewati daerah garis tinggi maka seluruh daerah yang
berdekatanlangsung dilayani saluran primer.

2.4.2 Teori Perencanaan Saluran

Dalam mengalirkan dan mengeluarkan air ke dan dari petak sawah


dibutuhkan suatusaluran irigasi. Saluran pembawa itu dibagi menjadi 2 jenis
berdasarkan fungsinya, saluranpembawa yang membawa air masuk ke petak
sawah dan saluran pembuang yang akanmengalirkan kelebihan air dari petak-
petak sawah.

a. Saluran Pembawa
Berfungsi untuk mengairi sawah dengan mengalirkan air dari
daerah yang disadap.Berdasarkan hierarki saluran pembawa
dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Saluran Primer
Saluran ini merupakan saluran pertama yang menyadap air
dari sumbernya. Danselanjutnya dibagikan kepada saluran
sekunder yang ada. Saluran ini dapatmenyadap dari sungai,
waduk, atau waduk. Bangunan sadap terakhir yang
terdapatdi saluran ini menunjukan batas akhir dari saluran
ini.
2. Saluran Sekunder
Air dari saluran primer akan disadap oleh saluran sekunder.
Saluran sekundernantinya akan memberikan air kepada
saluran tersier. Akan sangat baik jika saluransekunder
dibuat memotong atau melintang terhadap garis tinggi
tanah. Sehingga airdapat dibagikan ke kedua sisi dari
saluran.

14
3. Saluran Tersier
Merupakan hierarki terendah yang berfungsi mengalirkan
air yang disadap darisaluran sekunder ke petak-petak
sawah. Saluran ini dapat mengairi kurang lebih 75-125 Ha
b. Saluran Pembuang
Fungsinya membuang air yang telah terpakai ataupun
kelebihan air yang terjadi padapetak sawah. Umumnya saluran
ini menggunakan saluran lembah. Saluran lembahtersebut
memotong garis tinggi sampai ketitik terendah daerah sekitar.

2.4.3 Teori perencanaan bangunan air

a. Bangunan Utama

 Bangunan bagi
Bangunan bagi adalah bangunan yang terletak di saluran
utama yang membagi air ke saluran sekunder atau tersier.
Dan juga dari saluran sekunder ke tersier.Bangunan ini
dengan akurat menghitung dan mengatur air yang akan
dibagi kesaluran-saluran lainnya.
 Bangunan sadap
Bangunan sadap adalah bangunan yang terletak di saluran
primer ataupun sekunderyang member air ke saluran tersier
 Bangunan bagi-sadap
Bangunan bagi-sadap adalah bangunan bagi yang juga
bangunan sadap. Bangunanini merupakan kombinasi
keduanya.

b. Bangunan Pelengkap

 Bangunan Pengatur
Bangunan/pintu pengatur akan berfungsi mengatur taraf
muka air yang melaluinyadi tempat-tempat dimana terletak

15
bangunan sadap dan bangunan bagi. Khususnyadi saluran-
saluran yang kehilangan tinggi energinya harus kecil,
bangunan pengaturharus direncanakan sedemikian rupa
sehingga tidak banyak rintangan tinggi energidan sekaligus
mencegah penggerusan, disarankan membatasi kecepatan
dibangunan pengatur sampai + 1,5 m/dt.
 Bangunan Pembawa
Bangunan pembawa adalah bangunan yang digunakan
untuk membawa airmelewati bawah saluran lain, jalan,
sungai, ataupun dari suatu ruas ke ruas lainnya.

2.5 Teori Perhitungan Ketersediaan air

Sumber air yang digunakan untuk pengairan atau untuk irigasi


umumnya berasal dari sungai.Sungai tersebut memperoleh tambahan air dari
air hujan yang jatuh ke sungai dan daerah disekitar sungai tersebut. Daerah di
sekitar sungai yang mempengaruhi jumlah air yang ada disungai dan bilamana
curah hujan yang jatuh di daerah tersebut mengalir ke sungai, makadaerah
tersebut dinamakan daerah aliran sungai.

Untuk menganalisis ketersediaan air diperlukan data-data curah hujan


selama beberpatahun minimal dari tiga stasiun pengamat hujan yang ada di
daerah aliran sungai. Dari data-data tersebut dapat diketahui debit air yang
dapat mengairi luas daerah aliran sungai. Debittersebut merupakan sejumlah
air yang tersdia dan dapat dimanfaaatkan manusia sesuai kebutuhan.

2.6 Teori Perhitungan Kebutuhan Air

Penentuan kebutuhan air ditujukan untuk mengetahui berapa banyak


air yang diperlukan lahan agar dapat menghasilkan produksi optimum.
Dalam penentuan kebutuhan air diperhitungkan juga efisiensi saluran yang
dilalui. Kebutuhan air untuk setiap jenis tanaman adalah berbeda tergantung
koefisien tanaman.

16
Berikut adalah hal yang mempengaruhi kebutuhan air :

2.6.1 Evapotranspirasi potensial

Evapotranspirasi adalah banyaknya air yang dilepaskan ke udara


dalam bentuk uap airyang dihasilkan dari proses evaporasi dan transpirasi.
Dalam penentuan besarevapotranspirasi terdapat banyak metoda yang dapat
dilakukan. Pada laporan ini digunakan metoda Penman Modifikasi. Metoda
tersebut dipilih karena perhitungan yang paling akurat. Akurasinya
diindikasikan melalui parameter-parameter penentuan besarnya
evapotranspirasi yang menggunkan data temperatur, kelembapan
udara,persentase penyinaran matahari, dan kecepatan angin.

Rumus metoda Penman adalah sebagai berikut :

Et0 = (B(H1-H0))+((1-B)Ea)
2.6.2 Curah Hujan Efektif
Untuk irigasi tanaman padi, curah hujan efektif tengah bulanan
diambil 80% dari curahhujan rata-rata tengah bulanan dengan kemungkinan
tak terpenuhi 20%. Sedangkanuntuk palawija nilai curah hujan efektif
tengah bulanan diambil P=50% Curah hujandianalisis dengan analisis curah
hujan. Analisis curah hujan dilakukan dengan maksuduntuk menentukan :
2.6.3 Pola Tanam
Untuk memenuhi kebutuhan air bagin tanaman, penentuan pola tanam
merupakan hal yang perlu dipertimbangkan.
2.6.4 Koefisien Tanaman
Koefisien tanaman diberikan untuk menghubungkan evapotranspirasi
denganevapotranspirasitanaman dan dipakai dalam rumus Penman.Koefisien
yangdipakai harus didasarkan pada pengalaman dalam tempo panjang dari
proyek irigasi didaerah tersebut.
2.6.5 Perkolasi
Perkolasi adalah peristiwa meresapnya air ke dalam tanah dimana
tanah dalam keadaan jenuh. Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat
tanah. Data-data mengenaiperkolasi akan diperoleh dari penelitiian
kemampuan tanah. Tes kelulusan tanah akanmerupakan bagian dari
penyelidikan ini. Apabila padi sudah ditanam di daerah proyekmaka

17
pengukuran laju perkolasi dapat dilakukan langsung di sawah. Laju
perkolasi normal pada tanah lempung sesudah dilakukan penggenangan
berkisar antara 1 sampai3 mm/hari. Didaerah-daerah miring, perembesan
dari sawah ke sawah dapatmengakibatkan banyak kehilangan air. Di
daerah-daerah dengan kemiringan diatas 5%,paling tidak akan terjadi
kehilangan 5mm/hari akibat perkolasi dan rembesan. Pada tanah-tanah
yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi.
2.6.6 Penggantian Lapisan Air Tanah
Penggantian lapisan air tanah dilakukan setengah bulan sekali. Di
Indonesia besarpenggantian air ini adalah 3,3 mm/hari.
2.6.7 Masa Penyiapan Lahan
Untuk petak tersier, jangka waktu yang dianjurkan untuk penyiapan
lahan adalah 1,5bulan. Bila penyiapan lahan terutama dilakukan dengan
peralatan mesin, jangka waktu1 bulan dapat dipertimbangkan.Kebutuhan air
untuk pengolahan lahan sawah (puddling) bisa diambil 200 mm. Inimeliputi
penjenuhan (presaturation) dan penggenangan sawah, pada awal
transplantasiakan ditambahkan lapisan 50 mm lagi.Angka 200 mm diatas
mengandaikan bahwa tanah itu bertekstur berat, cocok digenangidan bahwa
lahan itu belum ditanami selama 2,5 bulan. Jika tanah itu dibiarkan berairlebih
lama lagi maka diambil 250 mm sebagai kebutuhan air untuk penyiapan
lahan.Kebutuhan air untuk penyiapan lahan termasuk kebutuhan air untuk
persemaian

18
BAB III
ANALISIS

3.1 Analisis Kebutuhan Air

3.1.1 Perhitungan Evapotranspirasi Potensial

Untuk menghitung Evapotranspirasi digunakan rumus Penman, yaitu :


Et0= (B(H1-H0))+((1-B)Ea)

Contoh perhitungan evapotranspirasi pada bulan Januari.


Dengan data sebagai berikut :
T h U Z
C % km/hari %
27,64 79,71 72,24 57,68

Penyelesaian :
Untuk temperatur t = 27.64°, mencari ea dengan cara interpolasi.
Suhu 27.64° berada pada diantara suhu 27.6° dan 27.7° dengan nilai
sebagai berikut :
27.6° = 36.9
27.7° = 37.11

Maka nilai ea adalah :


(27.64−27.6)
ea = 36.9 + (27.7−27.6)
× (37.11 − 36.9)

= 36.980 mb
ed = h x ea
79.71
= × 36.98
100

= 29.480 mb
ea ed
mb mb
36,984 29,480

19
Selanjutnya mencari nilai Ea, Untuk mencari nilai Ea harus
mengetahui nilai a1 s/d a9 dengan melihat tabel sesuai ketentuan
Konstanta Penman Standar Indonesia.
a1 a2 a3 a4 a5 a6 a7 a8 a9

0,24 0,41 0,56 0,08 0,28 0,55 0,2 1 0,0063

Makanila Ea adalah :
Ea = (a7) x (ea-ed) x ( a8-a9 x U )
= (0.2) x (36.98–29.48 ) x ( 1-0.0063 x 72.24 )
= 0.818
Ea

0,818

Mencari nilai σTa4 berdasarkan suhu 27.64° dapat dilihat pada


Tabel Radiasi Gelombang Panjang dengan cara menginterpolasi. Suhu
27.64° berada pada diantara suhu 27.6° dan 27.7° dengan nilai sebagai
berikut :

27.6° = 16.34
27.7° = 16.34

Makanilai σTa4 adalah :


(27.64−27.6)
σTa4 = 16.34 + (27.7−27.6)
× (16.34 − 16.34)

= 16.34 mb
σTa4
mm/hari
16,34

Untuk mencari nilai H0,dimana nilai a1 s/d a9 dapat dilihat pada


tabel ketentuan Konstanta Penman Standar Indonesia.Maka nilai H0
adalah :

20
H0 = σTa4 x (a3-(a4 x ed1/2)) x (a5+(a6 x z ))

= 16.34 x ( 0.56-(0.08 x 29.4801/2 )) x ( 0.28 + (0.55 x 57.68 ))


= 1.226 mm/hari
H0
mm/hari
1,226

Untuk nilai Ra menurut tabel didapatkan dengan cara interpolasi. Pada


soal didapat letaklintang 7 ( Lintang Utara), nilai 7 terletak di antara
10 dan 5, sehingga :
10° = 12.80
5° = 13.65

Maka nilai Ra :
(7−10)
Ra = 12.8 + (5−10) × (12.8 − 13.65)

= 13.31 mm/hari
Ra
mm/hari
13,31

Pada soal diketahui r =0.08


Maka nilai H1adalah :
H1 = (1-r) x Ra x (a1 + a2 x Z )
= ( 1-0.08) x 13.31 x ( 0.24 + 0.41 x 57.68./100 )
= 5.771 mm/hari
Hi
mm/hari
5,771

Tinggi elevasi (Y) = 101


Nilai P = 1013 – 0.115 x Y
P = 1013 – 0.115 x 101
= 1001,39

21
Nilai G = 0.00066 x P
G = 0.00066 x 1001,39
= 0.66091 mb/°C
P G
mb/°C
1001,39 0,660914

Nilai D didapat dengan cara menginterpolasi berdasarkan suhu 28.64°


dapat dilihat pada Tabel Kemiringan Kurva Tekanan Uap Jernih
dengan cara menginterpolasi.Suhu 27.64° berada pada diantara suhu
27.6° dan 27.7° dengan nilai sebagai berikut :

27.6° = 2.16
27.7° = 2.16

Maka nilai D adalah :


D = 2.16+ ((27.64-27.6))/((27.7-27.6))×(2.16-2.16)
= 2.16 mb/°C
D
mb/°C
2,16

Jika nilai anatara suhu tersebut sama, maka tidak perlu diinterpolasi.
𝐷
Nilai B = 𝐷+𝐺
2.16
= 2.16+0.66091

= 0.76571
Sehingga nilai
Et0 = (0.76571(5.771-1.226))+((1-0.76571)0.818)
= 13.567 mm/hari
Eto
mm/hari
3,672

22
3.1.2 Perhitungan Curah Hujan Andalan dan Efektif
Perhitungan curah hujan andalan diambil dari curah hujan bulanan.
Data yang digunakan adalah data hujan selama 10 tahun dari tahun 2009-
2018. Pada contoh perhitungan kali ini diambil contoh pada bulan Januari.
Langkah perhitungan sebagai berikut :
 Jumlah curah hujan harian tiap bulan pertahun.
2009 243
2010 560
2011 292
2012 295
2013 482
2014 476
2015 171
2016 275
2017 336
2018 577

Pada bulan Januari jumlah hujan di tahun 2009 = 243, 2010 = 560,
2011 = 44, 2012 = 295, 2013 = 482, 2014 = 476, 2015 = 171, 2016 =
616, 2017 = 336, 2018 = 557.
 Untuk mendapatkan tahun dasar perencanaan dari curah hujan andalan
diurutkan dari nilai terkecil sampai nilai yang terbesar. Berikut urutan
ranking jumlah curah hujan pada bulan Januari. Data yang
dipergunakan untuk perhitungan curah hujan andalan adalah :
𝑛
R80% = +1
5
10
= +1
5

=3
Maka tahun yang dipilih urutan ke 3 terendah.

23
1 171
2 243
3 275
4 292
5 295
6 336
7 476
8 482
9 560
10 577
Tahun Dasar 2011

Sehingga pada bulan Januari nilai ke 3 terendah adalah pada tahun


2011.
 Setelah mengetahui tahun dasar, jumlahkan curah hujan tiap 15 hari.
JAN
Tanggal
2011
1 4
2 56
3 0
4 4
5 5
6 0
7 8
8 25
9 3
10 10
11 0
12 0
13 8
14 3
15 25
Jumlah 151
16 20
17 15
18 0
19 2
20 15
21 3
22 8
23 1
24 0
25 8
26 0
27 0
28 0
29 9
30 40
31 3
Jumlah 124
jumlah 1 bulan 275

24
Pada tahun 2011 curah hujan di bulan Januari 15 hari pertama
berjumlah 151, dan 15 hari ke 2 berjumlah 124.
Perhitungan curah hujan efektif pada bulan Januari tahun 2011 adalah
sebagai berikut :
15 hari pertama :
Hujan 15 hari = 172 mm/ 15 hari
Jumlah hari hujan = 11 hari
CH andalan = 151/11 = 13.7272 mm/hari
CH efektif = 13.7272 x 0.5
= 6.8636 mm/hari
Karena menanam palawi jadi kali 0.5
= 13.7272 x 0.7
= 9.6090 mm/hari
Karena menanam padi dikali 0.7
15 harikedua:
Hujan 15 hari = 124 mm/ 15 hari
Jumlah hari hujan = 11 hari
CH andalan = 124/11 = 11.3 mm/hari
CH efektif = 11.3 x 0.5
= 5.6363 mm/hari
Karena menanam palawija dikali 0.5
= 11.3 x 0.7
= 7.8909 mm/hari
Karena menanam padi dikali 0.7
Untuk perhitungan curah hujan bulan Februari dan seterusnya
perhitungan sama.
3.1.3 Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi
Perhitungan air konsumtif pada bulan April didapatkan dengan rumus

Etc = ETo x K

25
Dimana K adalah koefisien tanaman yang didasarkan jenis tanaman d
an periode bulan dari awal masa tanam. Jadi dengan melihat grafik
untuk memperoleh K pada tanaman padi nedesco prosida periode 15
hari pertam aadalah 1.12
Dari perhitungan diatas didapatkan : Etc = Eto x K
= 4.936 x 1.12
= 5.528 mm/hari
 Perkolasi
Pada soal telah ditetapkan bahwa kehilangan air di dalam tanah atau
Perkolasi adalah 3 mm/hari
 Perhitungan Kebutuhan air untuk penyiapan lahan & pembibitan (Pd)
Berdasarkan soal ditetapkan bahwa lama waktu penyiapan lahan
adalah 45 hari. Waktu penyiapan lahan adalah bulan Juli tahap ke 1
sampai bulan Juli tahap ke 2.
Maka kebutuhan air adalah sebagai berikut :

Pd = (M-ek’)/(ek’-1)

Dimana :
Eo = Evaporasi air terbuka (mm/hari)
= 1,1 x ETo pada bulan penyiapan lahan
= 1,1 x ETo bulan Juli
= 1,1 x 4.646
= 5.1107 mm/hari
M = penggantian air yang hilang karen aevaporasi dan perkolasi
= Eo+P
= 5.1107 + 3
= 8.1107 mm/hari

26
S = air untuk penjenuhan, yaitu 250 mm jika tidak ada bero, dan
300 mm jika adabero. Maka digunakan 300 mm.
k’ = (M x T)/S
= (8.1107 x 30)/300
= 0.8110
T = waktu penyiapan lahan (hari)
= 30 Hari
Maka didapatkan :
Pd = (M-ek’)/(ek’-1)
= (8.1107-2,71820.8110)/(2,71820.8110-1)
= 12.33 mm/hari
 PenggantianLapisanGenangan (WLR)
waktu WLR ditentukan 1 bulan setelah tanam dan 2 bulan setelah
tanam selama 15 hari, dengan kebutuhan air 3,333 mm/hari.
 Perhitungan kebutuhan kotor air di sawah
Kebutuhan kotor air dapat diperoleh darirumus berikut:
GFR = Etc+P+Pd+WLR
= 5.528 + 3 + 0 + 0
= 8.528 mm/hari
 Perhitungan Kebutuhan Bersih Air di sawah
Kebutuhan kotor air dapat diperoleh dari Kebutuhan kotor air – Curah
hujan efektif (Re)
NFR = GFR – Re
= 8.528 – 0
= 8.528 mm/hari
= 8.528 x 0.1157
= 0.987 l/dt/ha

27
3.2 Analisis Ketersediaan Air
3.2.1 Perhitungan Debit Andalan Sungai
Debit andalan sungai adalah ketersediaan air yang dapat diandalkan di
sungai sepanjang tahun. Nilai peluang debit andalan sungai untuk kebutuhan
air irigasi adalah 80% sehingga didapatkan nilai debit andalan sungai
R80% = (n/5) + 1 ; dengan jumlah n = 10 (10 tahun data)
= (10/5) +1
=3
Maka nilai debit andalan sungai adalah nilai debit urutan ketiga (ke-3) untuk
setiap bulan jika sudah diurutkan mulai dari yang terkecil hingga yang
terbesar.
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2009 679 582 400 376 242 240 260 244 389 503 531 600
2010 632 582 410 322 251 276 212 268 363 612 559 618
2011 601 503 391 375 200 259 291 283 354 530 588 658
2012 621 532 397 385 253 275 263 235 323 567 578 690
2013 618 534 393 364 290 284 265 279 349 577 579 649
2014 609 550 375 307 260 265 231 286 383 555 589 658
2015 666 581 324 345 258 272 271 202 324 562 539 609
2016 622 559 377 399 258 287 286 276 306 506 565 698
2017 639 566 354 381 300 211 300 271 382 565 523 691
2018 616 549 354 307 244 284 271 236 368 539 530 655

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
601 503 324 307 200 211 212 202 306 503 523 600
609 532 354 307 242 240 231 235 323 506 530 609
616 534 354 322 244 259 260 236 324 530 531 618
618 549 375 345 251 265 263 244 349 539 539 649
621 550 377 364 253 272 265 268 354 555 559 655
622 559 391 375 258 275 271 271 363 562 565 658
632 566 393 376 258 276 271 276 368 565 578 658
639 581 397 381 260 284 286 279 382 567 579 690
666 582 400 385 290 284 291 283 383 577 588 691
679 582 410 399 300 287 300 286 389 612 589 698

3.2.2 Perhitungan Debit Kebutuhan Petak


Dari pembagian petak-petak didapatkan terdapat tiga (3) petak tersier
dengan masing-masing luas :
1. Petak 1 = 77 ha
2. Petak 2 = 53 ha
Sehingga total luas petak tersier adalah 130 ha. Sementara kebutuhan air
bersih di sawah yang digunakan adalah yang terbesar dari semua bulan,
sehingga didapatkan NFR max adalah 1.498lt/dt/ha. Dengan nilai efisiensi

28
petak dari soal adalah 80%. Untuk mencari nilai debit (Q) dalam masing-
masing petak, digunakan persamaan berikut :
𝑁𝐹𝑅𝑚𝑎𝑥 𝑥 𝐿 𝑃𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑟𝑠𝑖𝑒𝑟
QPetak = 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑟𝑠𝑖𝑒𝑟
1.498 𝑥 77
QJ1ka = 0.8

= 144.182lt/dtk
1.498 𝑥 53
QJ1ki = 0.8

= 99.242lt/dtk
3.2.3 Perhitungan Debit Kebutuhan Intake
Debit kebutuhan intake setiap bulannya didapatkan dari persamaan
sebagai berikut :
(Contoh perhitungan di Bulan September)
𝑄𝑗1𝑘𝑎+ 𝑄𝑗1𝑘𝑖
Q intake = 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟
144.182+99.242
= 0.87

= 279.797lt lt/detik
Dengan demikian kesimpulan kecukupan air yang telah diperhitungkan untuk
Bulan September adalah debit andalan sungai > debit kebutuhan intake, maka
dapat dinyatakan cukup, yang mana berarti ketersediaan air di sungai yang
dapat diandalkan dapat mencukupi kebutuhan air di intake untuk irigasi
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Q andalan 616 534 354 322 244 259 260 236 324 530 531 618
NFR 0 0 0 0 0,73 0,659 0,889 0,987 1,498 1,344 0,000 0
A 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130
E primer 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87
Q intake 0,000 0,000 0,000 0,000 136,350 123,088 166,049 203,405 279,797 251,034 0,000 0,000
Kesimpulan Mencukupi Mencukupi Mencukupi Mencukupi Mencukupi Mencukupi Mencukupi Mencukupi Mencukupi Mencukupi Mencukupi Mencukupi

3.3 Analisis Saluran Pembawa


3.3.1 Elevasi Saluran pembawa
Elevasi Intake = 186,5
Elevasi BJ 1 = 175
L = 960,865 m
∆H = Elevasi Intake – Elevasi titik BJ 1
= 186,5 – 175

29
= 11,650
s = ΔH/ L
=1,21 %
3.3.2 Dimensi Saluran Pembawa
Diketahui Q. Intake yang paling besar adalah pada bulan September
Direncanakan :
Bahan saluran = beton
Lebar (b) = 1,5 m
Kemiringan (S) = 0,01212
Kekasaran aluran Manning (n) = 0,026
Kemiringan talud (m) =0
Tinggi (h) = 0,5 m
Perhitungan :
A = (b + ( m x h)) x h
A = (1 + ( 1 x 0,5)) x 1
A = 0,75 m2

P = b + (2 x h) x √(m^2+1)
P = 1+ (2 x 0,5) x √(0^2+1)
P = 2,500 m

R = A/P
R = 0,75 / 2,500
R = 0,300 m

1
V = n R2/3 S1/2
1
𝑉 = 0,026 0,3002/3 0,012121/2

V = 1,898 m/det

30
Qhit =VxA
Qhit = 1,898 x 0,75
Qhit = 1,423 m3/det
Q. rencana = 0,279 m3/det
Kontrol
Q = 1,423 > 0,279 → OK
V. Min = 1,898 > 0,61 → OK
V. Max = 1,898 < 2 → OK
𝑉
𝐹𝑟 =
√𝑔.ℎ

1,898
𝐹𝑟 =
√9,81 𝑥 0,5
Fr = 0,857
Fr = 0,857 < 1,00 → OK
Beda Ketinggian = Elevasi Atas – Elevasi Bawah
= 186,65 – 175,00
= 11,650 m
Tebal air sawah = 0,1 m
Losses :
Sawah = 0,05 m
Boks kuarter = 0,05 m
Boks tersier = 0,10 m
Sadap = 0,10 m
Bang. Bagi/bagi sadap = 0 m
Bang. Irigasi =0m
Variasi h = 0,05 m +
Jumlah = 0,35 m
Elevasi muka air :
Bawah = el. Tanah asli bawah + Tinggi (h) + Tebal air sawah
= 175,00 + 0,5 + 0,10

31
= 175,600 m

Atas = el. Muka air bawah + (panjang x kemiringan)


= 175,600 + (960,865 x 1,21%)
= 187,250 m
Tinggi Bendung :
T. Bendung = Elevasi muka air (atas) – Elevasi muka tanah asli (atas)
= 187,250 – 186,650
= 0,6 m
Maka dibutuhkan bendung dengan tinggi 0,6 m, karena selisih dasar
saluran (tanah asli) dengan muka air lebih dari 0,5 m.
3.4 Analisis Saluran Pembuang
Mencari nilai debit drainase rancangan (Qd), maka :
Diketahui :
Kala Ulang = 110 mm/hari
A = 130 ha
n = 3 hari
T = 5 tahun
I =0
DS = 50 mm/hari
P =3

Perhitungan :
D (n) = R(n) T + n (I-ET-P)-DS
= 110 + 3(0 x 3) – 50
= 51 mm
𝐷 (𝑛)
Dm = 3 ×8,64
51
= 3 ×8,64

= 1,968 l/dt/ha

32
Qd = F x Dm x A
= 1,62 x 1,968 x 130
= 280,723 l/dt
= 0,281 m3/dt

Direncanakan :
Saluran = Saluran Pembuang 1
Q. Kapasitas = 0,281 m3/det
Elevasi tanah asli :
- Bawah = 157,239
- Atas = 162,500
Panjang (L) = 1252 m
S. Asli = 0,00420 → 0,4202 %
Kekasaran aluran Manning (n) = 0,026
Lebar (b) = 1,5 m
Tinggi (h) =1m
Kemiringan talud (m) =0

Perhitungan :
A = (b + ( m x h)) x h
A = (1,5 + ( 0 x 1)) x 1
A = 1,500 m2

P = b + (2 x h) x √m2 + 1
P = 1,5 + (2 x 1) x √02 + 1
P = 3,500 m

R = A/P
R = 1,500/ 3,500
R = 0,429 m

33
V = k R2/3 S1/2
𝑉 = 35 x 0,4292/3 0,004201/2
V = 1,290 m/det

Qhit =VxA
Qhit = 1,290 x 1,500
Qhit = 1,935 m3/det
Q. kapasitas = 0,281 m3/det
Kontrol = 1,935 > 0,281 → OK

𝑉
𝐹𝑟 =
√𝑔. ℎ
1,290
𝐹𝑟 =
√9,8 𝑥 1
𝐹𝑟 = 0,412
Kontrol = 0,412< 1,00 → OK

Beda Tinggi Energi = elevasi atas – elevasi bawah


= 162,500 – 157,239
= 5,261 m
Tebal air sawah = 0,10 m
Elevasi muka air :
- Bawah = el. Tanah asli bawah + tinggi (h) + tebal air sawah
= 157,239 – 1 – 0,1
= 158,339 m

- Atas = el. Muka air bawah + (panjang x kemiringan)


= 158,339 + (1252 x 0,00420)
= 163,600 m

34
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Evapotranspirasi potensial untuk daerah irigasi berkisar antara 3,248 –
4,936 mm/hari, yaitu minimum pada bulan Desember dan maksimum
pada bulan Agustus.
2. Ketersediaan air untuk semua bulan mencukupi
3. Untuk saluran pembawa tinggi bendung dengan tinggi 0,6 m, karena
selisih dasar saluran (tanah asli) dengan muka air lebih dari 0,5 m.
4. Untuk saluran pembawa kontrol pada Q, Vmin, Vmax, Fr OK

4.2 Saran
1. Untuk memperoleh perencanaan dan perhitungan yang lebih akurat,
maka perlu diperhitungkan kebutuhan air yang lebih teliti, mengingat
pada kenyataan di lapangan sulit sekali menemukan kondisi ideal, di
mana semua kebutuhan air untuk semua areal sawah bisa dipenuhi
secara bersamaan.
2. Data - data yang digunakan sebaiknya data - data yang aktual dan
lengkap, sehingga penyimpangan dapat diperkecil.
3. Waktu pengerjaan sebaiknya diperpanjang sehingga nantinya
perencanaannya dapat menghasilkan suatu perencanaan yang benar

35
 Pintu Sorong
Pintu sorong ini umumnya digunakan sebagai pintu pengatur pada
bangunan bendung maupun pada bangunan bagi, serta bangunan air lainnya.
Aliran melalui pintu sorong secara skematis adalah seperti
pada gambar berikut ini.
perencanaan hidrolis.
Q =Kµab 2 .g h1
dimana :
Q = debit, m3/detik.
K = faktor aliran tenggelam.
µ = koeffisien debit
a = bukaan pintu, m.
b = lebar pintu, m.
g = percepatan gravitasi, m/dt2 ( 9,8 )
h1 = kedalaman air didepan pintu diatas ambang, meter.
Besarnya koeffisien K dapat diambil dari grafik V. berikut ini.

36
 Rechbok
Diambil anggapan bahwa :
Qaktual = K . Q hitung
dengan Q aktual = Q takar
Q hitung = Q rechbok
K = Q koefisien kalibrasi

37

Anda mungkin juga menyukai