Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN TUGAS

PRAKTIKUM IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Irigasi dan
Bangunan Air
Dosen Pengampu :
Ir Teguh Marhendi, ST.,M.T.,IPM

Disusun oleh :

Suratin 1503010056
Dani Suryana 1503010057
Risky Triono 1503010058

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2017
KATA PENGANTAR

Syukur alkhamdulilah kami panjatkan kehadirat allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan praktikum Irigasi dan Bangunan Air yang telah kami laksanakan melalui
bimbingan dan pembelajaran dari pengampu bersangkutan.

Setelah kami melaksanakan dan menyelesaikan praktikum Irigasi dan


Bangunan Air yang meliputi perhitungan luas petak dan debit maksimum saluran,
harga reduksi, prencanaan terjunan dan pendimensian saluran, dari percobaan dan
penelitian tersebut, maka kami dapat menyusun laporan praktikum tersebut
meskipun dengan keterbatasan – keterbatasan yang ada.

Dalam penyusunan laporan ini, kami banyak mendapatkan bantuan, kerja


sama dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami sampaikan
trimakasih kepada:

1. Ir Teguh Marhendi, ST.,M.T.,IPM selaku dosen pengampu, pembimbing


mata kuliah Praktikum Irigasi dan Bangunan Air.

2. Semua pihak yang telah membantu dalam menyusun laporan ini, semoga
allah SWT memberikan taufik dan hidayahNya kepada kita semua.
Dikarenakan keterbatasan kami, mungkin laporan ini jauh dari sempurna dan
masih banyak kekurangannya. Untuk itu kami selaku penulis mohon maaf
yang sebesar–besarnya.

Purwokerto, 12 Desember 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................iii

DAFTAR TABEL...............................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...................................................................................1
1.3 Maksud dan Tujuan.................................................................................2

BAB II STUDI PUSTAKA

2.1 Irigasi .....................................................................................................3


2.2 Saluran Irigasi..........................................................................................4
2.3 Tujuan Irigasi...........................................................................................6
2.4 Sumber Air Irigasi...................................................................................6
2.5 Macam – Macam Bangunan....................................................................7
2.6 Perhitungan Dimensi...............................................................................9

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Kebutuhan Air.......................................................................................12


3.2 Perhitungan Luas Petak Sekunder.........................................................12
3.3 Galian Teknis Saluran Sekunder 1........................................................13
3.4 Data-data yang Menentukan Harga Reduksi.........................................17
3.5 Menentukan Harga Reduksi..................................................................17
3.6 Menentukan Efisiensi Saluran...............................................................18
3.7 Menentukan Kapasitas Saluran.............................................................23
3.8 Perhitungan Dimensi Saluran................................................................26

iii
3.9 Perhitungan Elevasi Dasar Saluran Rencana dan Terjunan..................29
3.10 Banyaknya Terjunan yang Diperlukan................................................33
3.11 Pendimensian Saluran.........................................................................34
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan............................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................40

iv
DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1 Tipe Saluran..........................................................................10


2. Tabel 3.1 Kebutuhan Air.......................................................................12
3. Tabel 3.2 Luas Petak Sekunder.............................................................12
4. Tabel 3.3 Giliran Teknis Saluran Sekunder 1 ......................................13
5. Tabel 3.4 Giliran Teknis Saluran Sekunder 2.......................................13
6. Tabel 3.5 Saluran Sekunder 2 Petak Tersier ........................................14
7. Tabel 3.6 Saluran Sekunder Petak Tersier Variasi I.............................15
8. Tabel 3.7 Saluran Sekunder Petak Tersier Variasi II............................15
9. Tabel 3.8 Saluran Sekunder Petak Tersier Terbagi...............................16
10. Tabel 3.9 Nilai Reduksi.........................................................................18
11. Tabel 3.10 Panjang Saluran Sekunder 1................................................18
12. Tabel 3.11 Efisiensi Saluran Sekunder 1...............................................20
13. Tabel 3.12 Panjang Saluran Sekunder 2................................................20
14. Tabel 3.13 Efisiensi Saluran Sekunder 2...............................................22
15. Tabel 3.14 Kapasitas Saluran Primer....................................................24
16. Tabel 3.15 Kapasitas Saluran Sekunder 1.............................................25
17. Tabel 3.16 Kapasitas Saluran Sekunder 2.............................................26
18. Tabel 3.17 Nilai n, v dan k Untuk Saluran............................................27
19. Tabel 3.18 Dimensi Saluran Primer......................................................28
20. Tabel 3.19 Dimensi Saluran Sekunder 1...............................................28
21. Tabel 3.20 Dimensi Saluran Sekunder 2...............................................28
22. Tabel 3.21 Elevasi Muka Tanah Asli Bangunan Bagi Saluran Primer. 29
23. Tabel 3.22 Elevasi Muka Tanah Asli Bangunan Bagi Saluran Sekunder 1
...................................................................................................29
24. Tabel 3.23 Elevasi Muka Tanah Asli Bangunan Bagi Saluran Sekunder 2
...................................................................................................30
25. Tabel 3.24 Perhitungan Elevasi Dasar Rencana Saluran Primer...........32
26. Tabel 3.25 Perhitungan Elevasi Dasar Rencana Saluran Sekunder 1...........32
27. Tabel 3.26 Perhitungan Elevasi Dasar Rencana Saluran Sekunder 2...........32

v
28. Tabel 3.27 Terjunan Sekunder 1...........................................................33
29. Tabel 3.28 Terjunan Sekunder 2...........................................................33

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari–hari manusia tidak dapat dipisahkan dengan air. Banyak
pekerjaan yang dilakukan manusia berhubungan dengan air. Salah satu bidang
pekerjaan yang memerlukan air sebagai komponen utama adalah pertanian. Dalam
perencanaan pertanian para ahli harus memikirakan faktor air yang menjadi
penunjang. Kebutuhan air untuk tanaman harus selalu dikontrol secara berkala.
Tanaman harus mendapatkan suplai air yang sesuai dengan kebutuhan untuk dapat
tumbuh dengan baik sehingga air tidak boleh melampaui batas kebutuhan atau
malah kurang dari kebutuhan.

Kebutuhan akan air yang sesuai membuat para ahli berfikir untuk membentuk
suatu sistem pengairan yang dapat mengatur kebutuhan tanaman terutama untuk
areal pertanian yang cukup luas. Sistem yang dibuat itu dimaksudkan agar seluruh
areal pertanian mendapatkan suplai air yang cukup sehingga tidak ada areal
pertanian yang tidak mendapatkan air. Selain itu juga sistem yang dibentuk itu
dimaksudkan untuk dapat menyalurkan jumlah air yang tersedia untuk selanjutnya
dibagikan secara merata ke seluruh areal pertanian.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam laporan ini akan dibahas mengenai perencanaan jaringan irigasi yang
tentunya memiliki beberapa rumusan masalah. Rumusan masalah yang dimaksud
adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pembuatan saluran primer, saluran sekunder, dan bangunan –


bangunannya?

2. Bagaimana pemberian nama saluran dan bangunan?.

3. Bagaimana cara menghitung luas petak tersier? .

1
4. Bagaimana cara menghitung debit setiap petak?.

5. Bagaimana cara merencanakan dimensi saluran irigasi?.

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan pembuatan laporan ini adalah sebagai tugas besar yang
menjadi salah satu syarat kelulusan mata kuliah teknik irigasi dan bangunan air.
Namun selain itu juga terdapat beberapa tujuan lain, yaitu:

1. Pembuatan saluran primer, saluran sekunder, dan bangunan –


bangunannya.

2. Pemberian nama saluran dan bangunan.

3. Menghitung luas petak tersier.

4. Pembuatan skema irigasi.

6. Pembuatan skema bangunan.

7. Pembuatan dimensi saluran.

8. Perhitungan muka air.

9. Pembuatan skema muka air.

10. Penggambaran situasi.

2
BAB II
STUDI PUSTAKA

2. 1 Irigasi
Irigasi adalah pemberian air kepada tanah untuk menunjang curah hujan yang
tidak cukup agar tersedia lengas bagi pertumbuhan tanaman. Secara umum
pengertian irigasi adalah sejumlah air yang pada umumnya diambil dari sungai
atau bendung yang dialirkan melalui system jaringan irigasi untuk menjaga
keseimbangan jumlah air didalam tanah. (Suharjono, 1994)

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 23/1982 Pasal 1, pengertian irigasi,


bangunan irigasi, dan petak irigasi telah dibakukan yaitu sebagai berikut:

a. Irigasi adalah usaha penyediaan dan penyediaan dan pengaturan air untuk
menunjang pertanian.
b. Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu
kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari
penyediaan, pengambilan, pembagian pemberian dan penggunaannya.
c. Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu
jaringan irigasi.
d. Petak irigasi adalah petak tanah yang memperoleh air irigasi.
Dari butir-butir pengertian tentang irigasi dan jaringan irigasi tersebut di atas
maka irigasi merupakan bentuk kegiatan penyediaan, pengambilan, pembagian,
pemberian dan penggunaan air untuk pertanian dengan menggunakan satu
kesatuan saluran dan bangunan berupa jaringan irigasi.

Adapun tujuan dari irigasi antara lain:

a. Membasahi Tanaman
Membasahi tanah dengan menggunakan air irigasi bertujuan memenuhi
kekurangan air didaerah pertanian pada saat air hujan kurang atau tidak ada. Hal
ini penting sekali karena kekuranggan air yang di perlukan untuk tumbuh dapat
mempengaruhi hasil panen tanaman tersebut.

3
b. Merabuk
Merabuk adalah pemberian air yang tujuannya selain membasahi juga member
zat-zat yang berguna bagi tanaman itu sendiri.

c. Mengatur Suhu
Tanaman dapat tumbuh dengan baik pada suhu yang tidak terlalu tinggi daan tidak
terlalu rendah, sesuai dengan jenis tanamannya.

d. Membersihkan tanah/memberantas hama


Maksud irigasi juga pertujuan untuk membasmi hama-hama yang berada dan
bersarang dalam tanah dan membahayakan bagi tanaman sehingga pada musim
kemarau sebaiknya sawah diberikan air agar sifat garamnya hilang.

e. Kolmatase
Kolmotase adalah pengairan dengan maksud memperbaiki / meninggikan
permukaan tanah.

f. Menambah Persediaan Air Tanah


Tujuan bermaksud menambah persediaan air tanah untuk keperluan sehari-hari.
Biasanya dilakukan dengan cara menahan air disuatu tempat, sehingga
memberikan kesempatan pada air tersebut untuk meresap kedalam tanah yang
pada akhirnya dimanfaatkan oleh yang memerlukan. (Standar perencanaan
irigasi KP-01)

2. 2 Saluran Irigasi

Air yang dibutuhkan oleh tanaman biasanya akan dialirkan melalui saluran
pembawa. Sedangkan kelebihan air yang ada pada suatu petak akan dibuang
melewati saluran pembuang. Saluran pembawa dan pembuang ini merupakan
saluran irigasi yang paling utama. Apabila dilihat dari segi fungsinya, maka
saluran irigasi dapat dibagi atas:

2.2.1 Saluran Pembawa

4
Saluran pembawa berfungsi membawa/mengalirkan air dari sumbernya ke petak
irigasi. Dari tingkat percabangannya, maka saluran pembawa ini dibedakan
menjadi:
a. Saluran Primer
Saluran primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang
dilayaninya. Saluran ini berfungsi membawa air dari sumbernya dan
membagikannya ke saluran sekunder atau membawa air dari jaringan utama ke
jaringan sekunder untuk dibagikan ke petak-petak tersier yang akan dialiri. Air
yang dibutuhkan untuk irigasi dapat berasal dari sungai, danau, maupun waduk.
Akan tetapi umumnya penggunaan air sungai lebih baik, karena air sungai
mengandung banyak zat lumpur yang merupakan pupuk bagi tanaman. Batas
akhir dari saluran primer adalah bangunan bagi yang terakhir.
b. Saluran Sekunder
Saluran sekunder sering dinamakan sesuai dengan nama desa yang terletak pada
petak sekunder tersebut. Dari saluran primer air disadap melalui saluran-saluran
sekunder untuk mengaliri daerah yang sedapat mungkin dikitari oleh saluran-
saluran alam yang dapat digunakan untuk membuang air hujan yang berlebihan.
Fungsi utama dari saluran sekunder adalah membawa air dari saluran primer dan
membagikannya ke saluran tersier. Sedapat mungkin saluran pemberi merupakan
saluran punggung sehingga dengan demikian air dapat dibagi untuk kedua belah
sisi. Yang dimaksud dengan saluran punggung adalah saluran yang memotong
atau melintang terhadap garis tinggi sedemikian rupa melalui titik tertinggi daerah
sekitarnya, sehingga dapat mengaliri petak yang ada di bagian kiri dan kanan dari
saluran
c. Saluran Tersier
Fungsi utama dari saluran tersier adalah membawa air dari saluran sekunder dan
membagikannya ke petak-petak sawah yang memiliki luas antara 75 ha- 125 ha.
Jika saluran tersier disadap dari saluran sekuder, maka saluran tersier juga dapat
membagikan air ke sisi kanan-kiri saluran.

2.2.2 Saluran Pembuang

5
Fungsi utama dari saluran pembuang adalah membuang sisa atau kelebihan air
yang terdapat pada petak sawah ke sungai. Biasanya digunakan saluran lembah
yaitu saluran yang memotong atau melintang terhadap garis tinggi sedemikian
rupa hingga melewati titik terendah dari daerah sekitar. Jadi saluran melalui
lembah dari ketinggian tanah setempat.
Pada umumnya jaringan pembuang primer merupakan sungai-sungai alamiah,
yang semuanya akan diberi nama. Apabila ada saluran-saluran pembuang primer
baru yang akan dibuat, maka saluran-saluran diberi nama tersendiri. Jika saluran
pembuang dibagi menjadi ruas-ruas, maka masing-masing akan diberi nama mulai
dari ujung hilir.
Pembuang sekunder pada umunya berupa sungai atau anak sungai yang lebih
kecil. Beberapa diantaranya sudah memiliki nama tetap biasa dipakai, jika sungai
akan ditunjukkan dengan sebuah huruf bersama-sama dan nomor seri, nama-nama
ini akan diawali dengan huruf d (drainase).
Pembuang tersier adalah pembuang kategori terkecil dan akan dibagi-bagi
menjadi ruas-ruas dengan debit seragam, masing-masing diberi nomor. Masing-
masing petak tersier akan mempunyai nomor seri sendiri-sendiri. (Standar
perencanaan irigasi KP-01)

2. 3 Tujuan Irigasi

Secara langsung tujuan irigasi adalah membasahi tanah. Sedangkan tujuan tak
langsung adalah :

a. Mengatur suhu tanah

b. Membersihkan tanah

c. Memberantas hama

d. Mempertinggi permukaan tanah

e. Menimbun tanah rendah

2. 4 Sumber Air Irigasi

6
Sumber air irigasi adalah sungai–sungai kecil, danau–danau, rawa–rawa, mata air
tanah dan lain–lain. Akan tetapi bersarnya air yang terjadi adalah berbeda dan
tergantung dari musim dan lokasinya. Jadi besarnya air yang tersedia menjadi
sumber air daerah yang dirancang adalah besarnya air yang ada dikurangi
besarnya air yang telah digunakan berdasarkan peraturan air.

Harga minimum berat air yang tersedia juga menjadi indeks untuk menelaah
tersedianya sumber air. Jika besarnya air yang diperlukan itu tidak dapat
disediakan oleh sumber air yang tersedia maka untuk meningkatkan harga
minimum yang tersedia harus dipikirkan kemungkinannya mengenai
pembangunan waduk yang tidak menyuplai air yang tidak efektif dari sumber air
itu. Lokasi sumber air dan pengambilan sumber air itu adalah faktor – faktor yang
penting akan sangat mempengaruhi skala dari fasilitas penyaluran air itu harus
ditelaah dengan memperhatikan kondisi – kondisi dasar sebagai berikut:

a. Debit air minimum yang tersedia adalah besar .

b. Jumlah air yang tersedia adalah besar.

c. Kualitas dan suhu air yang baik.

d. Pengambilannya yang mudah.

e. Lokasinya didekat daerah yang akan di irigasi.

2. 5 Macam – macam Bangunan

Banyak bangunan yang diperlukan untuk pengoprasian yang efektif dari sistem
saluran parit yang sulit dalam satu proyek irigasi.

a. Saluran – saluran parit

Elevasi dari parit lapangan harus cukup untuk memungkinkan aliran gaya berat
lapangan. Oleh karenanya parit - parit jarang digali sepenuhnya, tetapi di buat
dalam tanggul – tanggul yang datar. Dalam pembuatan parit – parit perlu
diperhatikan beberapa hal antara lain :

7
 Dimensi dan bentuk saluran perlu diperhatikan agar dapat saluran
yang stabil.

 Perencanaan dimensi dan bentuk memperhitungkan kecepatan


aliran erosi, sedimentasi maupun kelongsoran tebing saluran
irigasi.

 Kecepatan terpakai atau perencanaan harus lebih kecil dari


kecepatan erosi tetapi masih lebih besar dari kecepatan transport
sedimen , tetapi aliran air masih mampu melakukan transport
sedimen yang berarti menghindari pengendapan.

 Rute saluran pada umumnya mencirikan saluran yang tersedia yaitu


kemiringan tanah yang tersedia dalam hal ini saluran dapat berupa
saluran punggung maupun saluran tranche.

b. Tanggul Saluran

Tanggul saluran dapat berfungsi sebagai jalan inspeksi untuk melayani lalu lintas
ringan pada daerah layanan di irigasi dan lain – lain. Pada umumnya tanggul
saluran dibutuhkan tinggi cadangan pada freeboard dengan tinggi 0,5 m. namun
bila kondisi sekitar daerah sangat rendah dibandingkan muka air saluran atau pada
daerah – daerah yang sering tergenang banjir diperlukan saluran dengan tinggi
lebih besar dari 50 m.

c. Bangunan Pembagi

Bangunan pembagi dipergunakan untuk membagi aliran ke berbagai saluran.


Bangunan pada saluran besar terbagi menjadi tiga bagian utama :

 Alat pembendung saluran besar

Dengan alat ini maka air pada saluran besar setiap waktu dapat diatur sesuai tinggi
pelayanan yang direncanakan.

 Perlengkapan untuk jalan air melintasi tanggul saluran besar


menuju saluran cabang.

8
 Konstruksi ukur

Konstruksi ukur ini berfungsi untuk mengukur debit air yang lewat sedangkan
untuk bangunan pembagi pada saluran kecil bisa dibuat secara sederhana saja ,
bangunan ini berupa bak saja atau bak tersier dan kuarter.

 Pintu – pintu air.

 Pipa – pipa irigasi

Digunakan untuk menghin dari kehilangan air serta biaya tahunan dari biaya
tahunan dari bangunan parit – parit, kebanyakan petani bergeser kepemakaian
jaringan distribusi pipa untuk mengairi lahan pertanian.

2.6 Perhitungan Dimensi

Dimensi saluran ditantukan berdasarkan debit air yang lewat. Besar debit air
tersebut harus diperhitungkan juga kehilangan–kehilangan air selama perjalan
menuju petak sawah.

Bentuk saluran yang digunakan umumnya trapesium. Dimensi saluran pemberi


dikelompokan menjadi tujuh tipe saluran. Dalam perencanaan dimensi digunakan
b b
h h
hubungan dengan Q dari steven. Jadi adalah fungsi dari Q.

9
Tabel 2.1 Tipe Saluran

Q (/dt) B/h V (m/dt) M


0,0 – 0,5 1,5 0,30 – 0,45 1
0,5 – 1,5 2,0 0,45 – 0,50 1
1,5 – 3,0 2,5 0,55 – 0,60 1,5
3,0 – 4,5 3,0 0,60 – 0,65 1,5
4,5 – 6,0 3,5 0,65 – 0,70 1,5
6,0 – 7,5 4,0 0,70 – 0,75 1,5
7,5 – 9,0 4,5 0,75 – 0,80 1,5
9,0 – 11 5,0 0,80 – 0,85 1,5
11 – 15 6,0 0,85 – 0,90 1,5
1,5 – 2,5 8,0 0,90 – 0,95 1,5

Kemudian kecepatan alirannya dapat digunakan rumus Steven:


0 .225
V =0.410 Q
Sedangkan kemiringan saluran dapat dihitung dengan menggunakan rumus
Chezy:
V =C √ RI
2
V
I= 2
C R
Keterangan : Q : Debit saluran

V : kecepatan aliran

C : koefisien Chezy ( 45 menit m/detik)

R : jari – jari hidrolik

F Q
K V
R= ;F=

10
K = keliling basah (m)

I : kemiringan dasar.

Kemiringan dinding saluran disesuaikan dengan jenis pada lokasi atau tempat
yang bersangkutan, seperti :

- Untuk tanah cadas

- Untuk tanah lempung

- Untuk tanah liat

- Untuk tanah endapan

- Untuk tanah endapan pasir

- Untuk tanah pasir

Dari hasil evaluasi hidrologi dipilih curah hujan terbesar sebagai dasar penentuan
kapasitas saluran. Bila debit sudah diketahui maka luas tampangnya dapat dicari:

Q b+ 2
A= A=h (h+mh ) P=
V h2 + H 2
Selanjutnya dimensi saluran drainase dapat dihitung. Dalam hal ini perlu
diperhatikan dalam memilih kecepatan yang tidak mengganggu stabilitas tanah

11
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kebutuhan Air

Tabel 3.1 Kebutuhan Air

No. Minggu ke- Jenis Kegiatan Harga k (lt/dt/ha)


1 1 Pengolahan Tanah 1,25
2 2-3 Pembibitan 0,96
3 4-7 Pertumbuhan 2,16
4 8 - 11 Berbunga & Berbuah 1,36
5 12 Pemasakan 0,22
6 13 Panen 0

3.2 Perhitungan Luas Petak Sekunder

Tabel 3.2 Luas Petak Sekunder

Luas Area yang dialiri Oleh


Petak Luas Petak Tersier
No. Saluran Sekunder
Tersier
(ha) (ha)
1 A1 Kiri 50,01
2 A1 Tengah 53,60 170,58
3 A1 Kanan 66,98
4 A2 Kiri 65,90
5 A2 Tengah 67,86 195,60
6 A2 Kanan 61,85
7 A3 Kiri 60,43
8 A3 Tengah 74,77 223,01
9 A3 Kanan 87,81
10 A4 Kiri 68,49
11 A4 Tengah 71,14 189,21
12 A4 Kanan 49,57
13 A5 Kiri 66,21 131,47

12
14 A5 Tengah 42,91
15 A5 Kanan 22,36

3.3 Giliran Teknis Saluran Sekunder 1

Tabel 3.3 Giliran Teknis Saluran Sekunder 1

Luas Petak Total Luas


Golongan Petak Tersier
(ha) (ha)
A1 Kiri 50,01
Golongan I 117,86
A2 Tengah 67,86
A2 Kiri 65,90
Golongan II 119,50
A1 Tengah 53,60
A3 Kiri 60,43
Golongan III 131,57
A4 Tengah 71,14
A4 Kiri 68,49
Golongan IV 143,27
A3 Tengah 74,77

Golongan V A5 Kiri 66,21 109,11


A5 Tengah 42,91

Tabel 3.4 Giliran Teknis Saluran Sekunder 2

Luas Total
Petak
Golongan Petak Luas
Tersier
(ha) (ha)
Golongan I A1 Kanan 66,98 66,98
Golongan II A2 Kanan 61,85 61,85
Golongan III A3 Kanan 87,81 87,81
Golongan IV A4 Kanan 49,57 71,93
Golongan V A5 Kanan 22,36 22,36

Tabel 3.5 Saluran Sekunder 2 Petak Tersier

Minggu Harga k GOL I GOL II GOL III GOL IV GOL V


Jumlah
ke- (lt/dt/ha) 66,98 61,85 87,81 71,93 22,36

13
1 1,25 83,72 0,00 0,00 0,00 0,00 83,72
2 0,96 64,30 77,31 0,00 0,00 0,00 141,61
3 0,96 64,30 59,38 109,77 0,00 0,00 233,44
4 2,16 144,67 59,38 84,30 89,91 0,00 378,26
5 2,16 144,67 133,60 84,30 69,05 27,95 459,57
6 2,16 144,67 133,60 189,68 69,05 21,46 558,46
7 2,16 144,67 133,60 189,68 155,36 21,46 644,78
8 1,36 91,09 133,60 189,68 155,36 48,29 618,02
9 1,36 91,09 84,12 189,68 155,36 48,29 568,54
10 1,36 91,09 84,12 119,43 155,36 48,29 498,29
11 1,36 91,09 84,12 119,43 97,82 48,29 440,75
12 0,22 14,74 84,12 119,43 97,82 30,41 346,51
13 0,00 0,00 13,61 119,43 97,82 30,41 261,26
14   0,00 0,00 19,32 97,82 30,41 147,55
15   0,00 0,00 0,00 15,82 30,41 46,23
16   0,00 0,00 0,00 0,00 4,92 4,92

Qrendaman penuh=k pertumbuhan × luastotal

= 2,16 ×310,93=671,6088 ¿/dt

Qmax 664,78
α= = =0,989
Qrendaman penuh 671,6088

3.3.1 Saluran Sekunder dengan Petak Tersier Utuh

Tabel 3.6 Saluran Sekunder Petak Tersier Variasi I

14
GOL
Harga k GOL I GOL II GOL III GOL IV
Mingg V Jumla
u ke- (lt/dt/ h
117,86 119,50 131,57 143,27 109,11
ha)
1 1,25 147,33 0,00 0,00 0,00 0,00 147,33
2 0,96 113,15 149,37 0,00 0,00 0,00 262,52
3 0,96 113,15 114,72 164,46 0,00 0,00 392,33
4 2,16 254,58 114,72 126,31 179,08 0,00 674,69
5 2,16 254,58 258,11 126,31 137,53 136,39 912,92
1039,1
6 2,16 254,58 258,11 284,19 137,53 104,75
7
1211,0
7 2,16 254,58 258,11 284,19 309,45 104,75
8
1247,7
8 1,36 160,29 258,11 284,19 309,45 235,68
3
1152,1
9 1,36 160,29 162,51 284,19 309,45 235,68
3
1046,8
10 1,36 160,29 162,51 178,94 309,45 235,68
7
11 1,36 160,29 162,51 178,94 194,84 235,68 932,26
12 0,22 25,93 162,51 178,94 194,84 148,39 710,61
13 0,00 0,00 26,29 178,94 194,84 148,39 548,46
14   0,00 0,00 28,95 194,84 148,39 372,18
15   0,00 0,00 0,00 31,52 148,39 179,91
16   0,00 0,00 0,00 0,00 24,00 24,00

Tabel 3.7 Saluran Sekunder Petak Tersier Variasi II

Mingg Harga k GOL I GOL II GOL III GOL IV GOL V


Jumlah
u ke- (lt/dt/ha) 109,11 143,27 131,57 119,50 117,86
1 1,25 136,39 0,00 0,00 0,00 0,00 136,39
2 0,96 104,75 179,08 0,00 0,00 0,00 283,83
3 0,96 104,75 137,53 164,46 0,00 0,00 406,74
4 2,16 235,68 137,53 126,31 149,37 0,00 648,89
5 2,16 235,68 309,45 126,31 114,72 147,33 933,48
6 2,16 235,68 309,45 284,19 114,72 113,15 1057,19
7 2,16 235,68 309,45 284,19 258,11 113,15 1200,58
8 1,36 148,39 309,45 284,19 258,11 254,58 1254,73
9 1,36 148,39 194,84 284,19 258,11 254,58 1140,12
10 1,36 148,39 194,84 178,94 258,11 254,58 1034,86
11 1,36 148,39 194,84 178,94 162,51 254,58 939,26

15
12 0,22 24,00 194,84 178,94 162,51 160,29 720,59
13 0,00 0,00 31,52 178,94 162,51 160,29 533,26
14   0,00 0,00 28,95 162,51 160,29 351,75
15   0,00 0,00 0,00 26,29 160,29 186,58
16   0,00 0,00 0,00 0,00 25,93 25,93

3.3.2 Saluran Sekunder dengan Petak Tersier Terbagi

Petak dibagi menjadi golongan dengan luas yang sama

Luas total 621,30


1A = = = 310,65 ha
2 2

Tabel 3.8 Saluran Sekunder Petak Tersier Terbagi

Harga k GOL I GOL II GOL III GOL IV GOL V


Minggu
(lt/dt/ Jumlah
ke- 310,65 310,65 310,65 310,65 310,65
ha)
1 1,25 388,32 0,00 0,00 0,00 0,00 388,32
2 0,96 298,23 388,32 0,00 0,00 0,00 686,54
3 0,96 298,23 298,23 388,32 0,00 0,00 984,77
1655,7
4 2,16 671,01 298,23 298,23 388,32 0,00
8
2326,7
5 2,16 671,01 671,01 298,23 298,23 388,32
8
2609,4
6 2,16 671,01 671,01 671,01 298,23 298,23
8
2982,2
7 2,16 671,01 671,01 671,01 671,01 298,23
6
3106,5
8 1,36 422,49 671,01 671,01 671,01 671,01
2
2858,0
9 1,36 422,49 422,49 671,01 671,01 671,01
0
2609,4
10 1,36 422,49 422,49 422,49 671,01 671,01
8
2360,9
11 1,36 422,49 422,49 422,49 422,49 671,01
6
1758,2
12 0,22 68,34 422,49 422,49 422,49 422,49
9
1335,8
13 0,00 0,00 68,34 422,49 422,49 422,49
0
14   0,00 0,00 68,34 422,49 422,49 913,32

16
15   0,00 0,00 0,00 68,34 422,49 490,83
16   0,00 0,00 0,00 0,00 68,34 68,34

3.4 Data – Data yang Menentukan Harga Reduksi

Qmax
α=
Qrendaman penuh

Qrendaman penuh=K × Luas Keseluruhan

K = Kebutuhan air pada saat rendaman penuh (lt/dt/ha)

Dari kebutuhan air/debit/minggu, didapat Qmax dari setiap petak sekunder, yaitu :

 Petak Sekunder
- Sistem penggolongan dengan petak tersier utuh
Q max variasi → I = 1247,73 lt/dt
Q max variasi → II = 1254,73 lt/dt
- Sistem penggolongan dengan petak tersier terbagi
Q max = 3106,52 lt/dt
o Qrendaman penuh=k pertumbuhan × luastotal
= 2,16 ×621,30=1342¿ /dt

3.5 Menentukan Harga Reduksi

 Saluran
a. Petak Tersier Utuh
Variasi I
Qmax 1247,73
α= = =0,929
Qrendaman penuh 1342
Variasi II

17
Qmax 1254,73
α= = =0,934
Qrendaman penuh 1342
b. Petak Tersier Terbagi
Qmax 3106,52
α= = =2,31
Qrendaman penuh 1342

Tabel 3.9 Nilai Reduksi

Nama Petak Petak Tersier Utuh α


Terbagi
Sekunder Variasi I Variasi II max

A 0,929 0,934 2,31 2,31

3.6 Menentukan Efisien Saluran

Tabel 3.10 Panjang Saluran

Saluran Primer Saluran Skunder


Nama Saluran L (cm) Nama Saluran L (cm)
RP1 130750 RS1 62250
RP2 246000 RS2 61750
    RS3 69000
    RS4 58000
    RS5 64000

Jumlah 376750 Jumlah 315000

 
0,88  

 
 
 

18
         
0,52
   
   
         
0 58000 315000

Dari Tabel panjang saluran dapat diketahui:


- Saluran terpanjang = 315000
- Saluran terpendek = 58000
Effisiensi saluran dapat dicari dengan interpolasi linier
F ( x)−0. 88 x −saluran terpendek
=
0,52-0. 88 sal . terpanjang−sal . terpendek

F ( X )−0.88 X−58000
=
0,52−0.88 315000−58000
F ( X )−0.88 X−58000
=
−0.36 257000

( F ( x )−0,88 ) .257000=−0,36. ( x−58000 )


257000. F ( x )−226160=−0,36 x +20880
−0,36 x +20880+226160
F ( x )=
257000

−0,36 x+ 247040
( x )=
257000

Keterangan :

X = Panjang saluran yang akan dihitung

 Saluran Primer
−0,36 ( 130750 )+ 247040
F ( RP1 )= =0,778
257000

19
 Saluran Sekunder
−0,36 ( 62250 ) +247040
F ( RS 1 a )= =0,87
257000

−0,36 ( 61750 ) +247040


F ( RS 1 b )= =0,87
257000

−0,36 ( 69000 ) +247040


F ( RS 1 c )= =0,86
257000

−0,36 ( 58000 ) +247040


F ( RS 1 d )= =0,88
257000

−0,36 (64000 )+ 247040


F ( RS 1 e ) = =0,8 7
257000

Tabel 3.11 Efisiensi Saluran

Saluran Primer Saluran Skunder


Nama Nama
L (cm) L (cm)
Saluran Saluran
RP1 0,778 RS1 0,87
RP2 0,616 RS2 0,87
    RS3 0,86
    RS4 0,88
    RS5 0,87

Tabel 3.12 Panjang Saluran

20
Saluran Primer Saluran Skunder
Nama Saluran L (cm) Nama Saluran L (cm)
RP1 130750 RS1 62750
RP2 246000 RS2 52000
RS3 68000
RS4 74250
RS5 56750
Jumlah 376750 Jumlah 313750

 
0,88  

 
 
 
         
0,52
   
   
         
0 52000 313750

Dari Tabel panjang saluran dapat diketahui:


- Saluran terpanjang = 313750
- Saluran terpendek = 52000

Effisiensi saluran dapat dicari dengan interpolasi linier


F ( x)−0. 88 x −saluran terpendek
=
0,52-0. 88 sal . terpanjang−sal . terpendek

F ( X )−0.88 X−52000
=
0,52−0.88 313750−52000
F ( X )−0.88 X−52000
=
−0.36 261750

( F ( x )−0,88 ) .261750=−0,36. ( x−52000 )

21
261750. F ( x )−230340=−0,36 x +18720
−0,36 x +18720+230340
F ( x )=
261750

−0,36 x+ 249060
( x )=
261750

Keterangan :

X = Panjang saluran yang akan dihitung

 Saluran Primer

−0,36 ( 246000 ) +249060


F ( RP 2 )= =0,613
261750

 Saluran Sekunder
−0,36 ( 62750 ) +249060
F ( RS 1 a )= =0,86
261750

−0,36 ( 52000 ) +249060


F ( RS 1 b )= =0,88
261750

−0,36 ( 68000 ) +249060


F ( RS 1 c )= =0,86
261750

−0,36 ( 74250 ) +249060


F ( RS 1 d )= =0,85
261750

−0,36 (56750 )+ 249060


F ( RS 1 e ) = =0,87
261750

22
Tabel 3.13 Efisiensi Saluran

Saluran Primer Saluran Skunder


Nama Nama
L (cm) L (cm)
Saluran Saluran
RP1 0,771 RS1 0,86
RP2 0,613 RS2 0,88
    RS3 0,86
    RS4 0,85
    RS5 0,87

3.7 Menentukan Kapasitas Saluran

Diketahui :

Effisiensi kotak tersier = 0.78 ()

Effektifitas luas sawah = 0.91 ()

 max sekunder 1 = 2,31

 max sekunder 2 = 0,99

k rendaman = 2,16

Q petak Sekunder 1 = A x  x  maksimal x k rendaman

= A x 0,78 x 2,31 x 2,16

= A x 3,89 (It/dt)

Q petak Sekunder 2 = A x  x  maksimal x k rendaman

= A x 0,78 x 0,99 x 2,16

= A x 1,67 (It/dt)

Q bangunan = Q petak
β
Q bangun
=
Q effektif eff saluran (Fx )

23
Luas Panjang Panjang Q
Efisiensi Debit (Q) (lt/dt)
Nama Nama Petak Saluran Total saluran
Saluran Petak Q Q Q
(ha) (m) (m) (Fx) (m³/dt)
petak bangun efektif
A1 Kr 50,01 622,5 622,5 0,87 208 239 273 0,273
A1 Tg 53,60 622,5 622,5 0,87 222 256 293 0,565
A1 Kn 66,98 627,5 1250,0 0,87 278 319 366 0,931
A2 Kr 65,90 617,5 1867,5 0,87 273 314 359 1,290
A2 Tg 67,86 617,5 1867,5 0,87 282 324 370 1,660
A2 Kn 61,85 520,0 2387,5 0,87 257 295 337 1,998
A3 Kr 60,43 690,0 3077,5 0,86 251 288 333 2,331
RP1 A3 Tg 74,77 690,0 3077,5 0,86 310 357 413 2,744
A3 Kn 87,81 680,0 3757,5 0,86 364 419 484 3,228
A4 Kr 68,49 580,0 4337,5 0,88 284 327 371 3,599
A4 Tg 71,14 580,0 4337,5 0,88 295 339 386 3,985
A4 Kn 49,57 742,5 5080,0 0,88 206 236 269 4,254
A5 Kr 66,21 640,0 5720,0 0,87 275 316 362 4,616
A5 Tg 42,91 640,0 5720,0 0,87 178 205 235 4,851
A5 Kn 22,36 567,5 6287,5 0,87 93 107 122 4,973
A1 Kn 66,98 627,5 627,5 0,87 114 131 151 0,122
A2 Kn 61,85 520,0 1147,5 0,88 105 121 137 0,260
RP2 A3 Kn 87,81 680,0 1827,5 0,86 149 172 200 0,460
A4 Kn 49,57 742,5 2570,0 0,85 84 97 114 0,574
A5 Kn 22,36 567,5 3137,5 0,87 38 44 50 0,624
Tabel 3.14 Kapasitas Saluran Primer

24
Tabel 3.15 Kapasitas Saluran Sekunder 1
Luas Panjang Panjang Q
Efisiensi Debit (Q) (lt/dt)
Nama Nama Petak Saluran Total saluran
Saluran Petak Q Q Q
(ha) (m) (m) (Fx) (m³/dt)
petak bangun efektif
A1 Kr 50,01 622,5 622,5 0,87 208 239 273 0,273
A1 Tg 67,86 622,5 622,5 0,87 282 324 370 0,643
A2 Kr 65,90 617,5 1240,0 0,87 273 314 359 1,003
A2 Tg 53,60 617,5 1240,0 0,87 222 256 292 1,295
A3 Kr 60,43 690,0 1930,0 0,86 251 288 333 1,628
RS1a
A3 Tg 71,14 690,0 1930,0 0,86 295 339 393 2,021
A4 Kr 68,49 580,0 2510,0 0,88 284 327 371 2,392
A4 Tg 74,77 580,0 2510,0 0,88 310 357 405 2,797
A5 Kr 66,21 640,0 3150,0 0,87 275 316 362 3,160
A5 Tg 42,91 640,0 3150,0 0,87 178 205 235 3,394
A2 Kr 65,90 617,5 617,5 0,87 273 314 359 0,359
A2 Tg 53,60 617,5 617,5 0,87 222 256 292 0,652
A3 Kr 60,43 690,0 1307,5 0,86 251 288 333 0,985
A3 Tg 71,14 690,0 1307,5 0,86 295 339 393 1,378
RS1b
A4 Kr 68,49 580,0 1887,5 0,88 284 327 371 1,749
A4 Tg 74,77 580,0 1887,5 0,88 310 357 405 2,154
A5 Kr 66,21 640,0 2527,5 0,87 275 316 362 2,516
A5 Tg 42,91 640,0 2527,5 0,87 178 205 235 2,751
A3 Kr 60,43 690,0 690,0 0,86 251 288 333 0,333
A3 Tg 71,14 690,0 690,0 0,86 295 339 393 0,726
A4 Kr 68,49 580,0 1270,0 0,88 284 327 371 1,097
RS1c
A4 Tg 74,77 580,0 1270,0 0,88 310 357 405 1,502
A5 Kr 66,21 640,0 1910,0 0,87 275 316 362 1,865
A5 Tg 42,91 640,0 1910,0 0,87 178 205 235 2,100
A4 Kr 68,49 580,0 580,0 0,88 284 327 371 0,371
A4 Tg 74,77 580,0 580,0 0,88 310 357 405 0,777
RS1d
A5 Kr 66,21 640,0 1220,0 0,87 275 316 362 1,139
A5 Tg 42,91 640,0 1220,0 0,87 178 205 235 1,374
A5 Kr 66,21 640 640 0,87 275 316 362 0,362
RS1e
A5 Tg 42,91 640 640 0,87 178 205 235 0,597

25
Tabel 3.16 Kapasitas Saluran Sekunder 2
Luas Panjang Panjan Q
Efisiensi Debit (Q) (lt/dt)
Nama Nama Petak Saluran g Total saluran
Saluran Petak Q Q Q
(ha) (m) (m) (Fx) (m³/dt)
petak bangun efektif
66,9
A1 Kn 627,5 627,5 0,87 114 131 151 0,151
8
61,8
A2 Kn 520,0 1147,5 0,88 105 121 137 0,289
5
87,8
RS2a A3 Kn 680,0 1827,5 0,86 149 172 200 0,489
1
49,5
A4 Kn 742,5 2570,0 0,85 84 97 114 0,603
7
22,3
A5 Kn 567,5 3137,5 0,87 38 44 50 0,653
6
61,8
A2 Kn 520,0 520,0 0,88 105 121 137 0,137
5
87,8
A3 Kn 680,0 1200,0 0,86 149 172 200 0,337
1
RS2b
49,5
A4 Kn 742,5 1942,5 0,85 84 97 114 0,451
7
22,3
A5 Kn 567,5 2510,0 0,87 38 44 50 0,501
6
87,8
A3 Kn 680,0 680,0 0,86 149 172 200 0,200
1
49,5
RS2c A4 Kn 742,5 1422,5 0,85 84 97 114 0,314
7
22,3
A5 Kn 567,5 1990,0 0,87 38 44 50 0,364
6
49,5
A4 Kn 742,5 742,5 0,85 84 97 114 0,114
7
RS2d
22,3
A5 Kn 567,5 1310,0 0,87 38 44 50 0,164
6
22,3
RS2e A5 Kn 567,5 567,5 0,87 38 44 50 0,050
6

3.8 Perhitungan Dimensi Saluran

26
Dimensi kecepatan aliran dicari dengan menggunakan rumus steven, V = 0,41 .
Q0.225.
sedangkan
kemiringan saluran dapat dicari dengan menggunakan rumus Chezy :

V
2

CR
2

√ Ri
V=C ,I=

A = (b + m.h) h

√ m
2
1+
P = b + 2h

A
R=
P

Dimana : Q = debit saluran

C = koefisiensi Chezy (45 m/dt)

V = kecepatan aliran

R = jari – jari hidrolis

I = kemiringan

P = keliling basah

Tabel 3.17 Nilai n,v dan k untuk Saluran Sekunder

27
Q (m³/dt) m n = b/h v k
0,00 - 0,15 1 1 0,25 - 0,30 35
0,15 - 0,30 1 1 0,30 - 0,35 35
0,30 - 0,40 1 1,5 0,35 - 0,40 35
0,40 - 0,50 1 1,5 0,40 - 0,45 35
0,50 - 0,75 1 2 0,50 - 0,55 35
0,75 - 1,50 1 2 0,55 - 0,60 35
1,50 - 3,00 1 2,5 0,60 - 0,65 40
3,00 - 4,50 1,5 3 0,65 - 0,70 40
4,50 - 6,00 1,5 3,5 0,7 40
6,00 - 7,50 1,5 4 0,7 42,5
7,50 - 9,00 1,5 4,5 0,7 42,5
9,00 - 11,00 1,5 5 0,7 42,5
11,00 - 15,00 1,5 6 0,7 45
15,00 - 25,00 2 8 0,7 45
25,00 - 40,00 2 10 0,75 45
40,00 - 80,00 2 12 0,8 45

Tabel 3.18 Dimensi Saluran Sprimer

Debit
Nama Dari Tabel 3. A
No (Q)
h b A V P R I
. Salura (m³/ (m²
m n k vo
n dt) )
1, 3, 4 0, 7,1 1,1 2,9 5,6 0,8 7,2 0,7 0,00034
1 RP1 4,97
5 5 0 7 0 9 4 3 8 3 8 9
3 0, 1,2 0,6 3,1 2,4 0,2 4,9 0,4 0,00002
2 RP2 0,62 1 2
5 5 5 4 0 2 6 3 9 1

Tabel 3.19 Dimensi Saluran Sekunder 1

28
Debit
Nama Dari Tabel 3. A
No (Q)
h b A V P R I
. Salura (m³/ (m²
m n k vo
n dt) )
1, 4 0, 5,2 1,0 2,7 4,7 0,7 6,6 0,7 0,00020
1 RS1a 3,39 3
5 0 7 2 8 8 4 2 7 1 3
2, 4 0, 4,5 1,1 2,1 3,8 0,7 5,4 0,7 0,00020
2 RS1b 2,75 1
5 0 6 9 4 8 1 2 2 0 4
2, 4 0, 3,5 1,0 2,5 3,5 0,6 5,3 0,6 0,00012
3 RS1c 2,10 1
5 0 6 0 0 0 0 0 3 6 8
3 0, 2,5 0,9 2,1 2,8 0,4 4,7 0,5 0,00009
4 RS1d 1,37 1 2
5 6 0 1 9 3 8 7 9 6
3 0, 1,1 0,6 3,1 2,4 0,2 4,9 0,4 0,00001
5 RS1e 0,60 1 2
5 5 9 3 7 0 5 5 8 9

Tabel 3.20 Dimensi Saluran Sekunder 2


Debit
No Nama Dari Tabel 3. A
(Q) h b A V P R I
.
Saluran (m³/dt) m n k vo (m²)
0,6 0,5
1 RS2a 0,65 1 2 35 0,5 1,31 3,03 2,44 0,27 4,90 0,00002310
6 0
0,5 0,4
2 RS2b 0,50 1 2 35 0,5 1,00 3,46 2,33 0,21 5,09 0,00001330
8 6
0,6 0,4
3 RS2c 0,36 1 1,5 35 0,4 1,04 2,33 1,92 0,19 4,15 0,00001052
5 6
0,5 0,3
4 RS2d 0,16 1 1 35 0,3 0,55 1,91 1,27 0,13 3,39 0,00000367
2 8
0,3 0,2
5 RS2e 0,05 1 1 35 0,3 0,20 3,16 1,10 0,05 4,06 0,00000030
2 7

3.9 Perhitungan Elevasi Dasar Saluran Rencana dan Terjunan


Rencana penampang saluran

29
1. Tinggi air hilang

- genangan air dipetak sawah = 0.1

- antara muka air petak sawah dengan muka air = 0.05

saluran sekunder

- antara saluran air tersier dengan asluran kuarter = 0.1

- bangunan pemberi = 0.15 +

= 0.45

2. Stripping = 0.2

3. Free Board = 0.4 m

Tabel 3.21 Elevasi Muka Tanah Asli Bangunan Bagi Saluran Primer

No. Bangunan Elevasi Muka Tanah Asli


1 P1* 82
2 P2* 80

Tabel 3.22 Elevasi Muka Tanah Asli Bangunan Bagi Saluran Sekunder 1

No. Bangunan Elevasi Muka Tanah Asli


1 S1a 81
2 S1b 75
3 S1c* 70
4 S1d 65
5 S1e 60

Tabel 3.23 Elevasi Muka Tanah Asli Bangunan Bagi Saluran Sekunder 2

No. Bangunan Elevasi Muka Tanah Asli


1 S2a* 80

30
2 S2b 75
3 S2c 70
4 S2d 65
5 S2e 60
Note : * Dihitung dimensinya

1. Menghitung elevasi dasar saluran rencana untuk RP 1


- Tinggi air pada saluran = 1,19 m
- Elevasi muka tanah asli = 82 m
- Elevasi muka air minimum = 82 + 0,45 = 82,45 m
- Elevasi dasar saluran minimum = 82 – 1,19 = 80,81 m
- Elevasi muka air minimum = 82 – 0,2 = 81,8 m
- Elevasi dasar saluran maksimum = 81,8 + 1,19 = 82,99 m
82,45 + 82,99
- Elevasi muka air rencana = = 82,72 m
2
- Elevasi dasar saluran rencana = 82,72 – 1,19 = 81,53 m
- Elevasi muka tanggul = 81,53 + 1,19 + 0,4 = 83,12m

2. Menghitung elevasi dasar saluran rencana untuk RP2


- Tinggi air pada saluran = 0,64 m
- Elevasi muka tanah asli = 80 m
- Elevasi muka air minimum = 80 + 0,45 = 80,45 m
- Elevasi dasar saluran minimum = 80 – 0,64 = 79,36 m
- Elevasi muka air minimum = 80 – 0,2 = 79,80 m
- Elevasi dasar saluran maksimum = 79,8 + 0,64 = 80,44 m
80,45 + 80,44
- Elevasi muka air rencana = = 80,45 m
2
- Elevasi dasar saluran rencana = 80,45 – 0,64 = 79,81 m
- Elevasi muka tanggul = 79,81 + 0,64 + 0,4 = 80,85 m

3. Menghitung elevasi dasar saluran rencana untuk RS1c


- Tinggi air pada saluran = 1,00 m
- Elevasi muka tanah asli = 70 m
- Elevasi muka air minimum = 70 + 0,45 = 70,45 m

31
- Elevasi dasar saluran minimum = 70 – 1,00 = 69,00 m
- Elevasi muka air minimum = 70 – 0,2 = 69,80 m
- Elevasi dasar saluran maksimum = 69,8 + 1,00 = 68,8 m
70,45 + 68,8
- Elevasi muka air rencana = = 69,62 m
2
- Elevasi dasar saluran rencana = 69,62 – 1,00 = 68,62 m
- Elevasi muka tanggul = 68,62 + 1,00 + 0,4 = 70,02 m

4. Menghitung elevasi dasar saluran rencana untuk RS2c


- Tinggi air pada saluran = 0,66 m
- Elevasi muka tanah asli = 80 m
- Elevasi muka air minimum = 80 + 0,45 = 80,45 m
- Elevasi dasar saluran minimum = 80 – 0,66 = 79,34 m
- Elevasi muka air minimum = 80 – 0,2 = 79,80 m
- Elevasi dasar saluran maksimum = 79,8 + 0,66 = 80,46 m
80,45 + 80,4 6
- Elevasi muka air rencana = = 80,45 m
2
- Elevasi dasar saluran rencana = 80,45 – 0,66 = 79,79 m
- Elevasi muka tanggul = 79,79 + 0,66 + 0,4 = 80,85 m

Tabel 3.24 Perhitungan Elevasi Dasar Rencana Saluran Primer


Perhitungan Elvasi Dasar Nama Bangunan
No
Saluran Rencana untuk : P1* P2*
1 Tinggi Air Pada Saluran 1,19 0,64
2 Elevasi Muka Tanah Asli 82,00 80,00

32
3 Elevasi Muka Air Minimum 82,45 80,45
4 Elevasi Dasar Saluran Minimum 80,81 79,36
5 Elevasi Muka Air Maksimum 81,80 79,80
6 Elevasi Dasar Saluran Maksimum 82,99 80,44
7 Elevasi Muka Air Rencana 82,72 80,45
8 Elevasi Dasar Saluran Rencana 81,53 79,80
9 Elevasi Muka Tanggul 83,12 80,85

Tabel 3.25 Perhitungan Elevasi Dasar Rencana Saluran Sekunder 1


Perhitungan Elvasi Dasar Nama Bangunan
No
Saluran Rencana untuk : S1a S1b S1c* S1d S1e
1 Tinggi Air Pada Saluran 1,08 1,14 1,00 0,91 0,63
65,0
2 Elevasi Muka Tanah Asli 81,00 75,00 70,00 60,00
0
65,4
3 Elevasi Muka Air Minimum 81,45 75,45 70,45 60,45
5
64,0
4 Elevasi Dasar Saluran Minimum 79,92 73,86 69,00 59,37
9
64,8
5 Elevasi Muka Air Maksimum 80,80 74,80 69,80 59,80
0
65,7
6 Elevasi Dasar Saluran Maksimum 81,88 75,94 70,80 60,43
1
65,5
7 Elevasi Muka Air Rencana 81,66 75,70 70,62 60,44
8
64,6
8 Elevasi Dasar Saluran Rencana 80,59 74,55 69,63 59,81
7
65,9
9 Elevasi Muka Tanggul 82,06 76,10 71,02 60,84
8

Tabel 3.26 Perhitungan Elevasi Dasar Rencana Saluran Sekunder 2


Perhitungan Elvasi Dasar Nama Bangunan
No
Saluran Rencana untuk : S2a* S2b S2c S2d S2e
1 Tinggi Air Pada Saluran 0,66 0,58 0,65 0,52 0,32
2 Elevasi Muka Tanah Asli 80,00 75,00 70,00 65,00 60,00
3 Elevasi Muka Air Minimum 80,45 75,45 70,45 65,45 60,45
4 Elevasi Dasar Saluran Minimum 79,34 74,42 69,35 64,48 59,68
5 Elevasi Muka Air Maksimum 79,80 74,80 69,80 64,80 59,80
6 Elevasi Dasar Saluran Maksimum 80,46 75,38 70,45 65,32 60,12
7 Elevasi Muka Air Rencana 80,45 75,41 70,45 65,39 60,28
8 Elevasi Dasar Saluran Rencana 79,80 74,84 69,80 64,86 59,97
9 Elevasi Muka Tanggul 80,85 75,81 70,85 65,79 60,68

33
3.10 Banyaknya Terjunan yang Diperlukan

Tabel 3.27 Terjunan Sekunder 1

Nama Beda Tinggi


Nama Tinggi Air Banyaknya
Ruas Tinggi Terjunan
Vh yang
Saluran Bangunan Saluran Dihilangka Maksimum Terjunan
n
RS1a S1a dan S1b 0,13 6,03 5,91 1,08 5
RS1b S1b dan S1c 0,13 4,93 4,80 1,14 4
RS1c* S1c dan S1d 0,09 4,96 4,87 1,00 5
RS1d S1d dan S1e 0,06 4,86 4,80 0,91 5
RS1e S1e dan D2 0,01 4,41 4,40 0,63 7

Tabel 3.28 Terjunan Sekunder 2

Nama Beda Tinggi


Nama Tinggi Air Banyaknya
Ruas Tinggi Terjunan
Vh yang
Saluran Bangunan Saluran Dihilangka Maksimum Terjunan
n
RS2a* S2a dan S2b 0,01 4,96 4,94 0,66 7
RS2b S2b dan S2c 0,006 5,03 5,03 0,58 9
RS2c S2c dan S2d 0,007 4,94 4,93 0,65 8
RS2d S2d dan S2e 0,002 4,90 4,89 0,52 9
RS2e S2e dan D2 0,000 -0,03 -0,03 0,32 0

Tinjauan pada ruas saluran RS2a :

- Vh = I . L = 0,00002310. 627,5 m = 0,01 m


- Beda tinggi dasar saluran antara 2 buah bangunan (S2a dan S2b)
= 79,80 – 74,84 = 4,96 m
- Tinggi air yang harus dihilangkan
(ht) = 4,96 – 0,01 = 4,95 m
- Tinggi terjunan Maksimum = 0,66 m
- Banyaknya Terjunan :

34
ht 4,95
n= = = 7,5 = 7 buah
h 0,66
Jadi, diperlukan 7 buah bangunan terjunan pada ruas saluran RS2a.

3.11 Pendimensian Saluran

a. Saluran RP1

Elevasi P1 = 82 m

Panjang RP1 = 1307,5 m

83,12

h2
82,00
h1
81,53

Keterangan Saluran RP1


Lebar Saluran (b) m 2,94
Lebar Tanggul (a) m 1,5
Elevasi Dasar Saluran m 81,53
Elevasi Muka Tanah m 82,00
Elevasi Muka Tanggul m 83,12
Kemiringan Talud (m) m 1
Panjang Saluran (L) m 1307,5
81,00 - 80,53
h1 m
0,47
82,12 - 81,00
h2 m
1,12
(b + m.h1).h1
(m²
Luas Galian (2,94 + 1 . 0,47) . 0,47
)
1,60

(m² 2.(a + m.h2).h2


LuasTimbunan
)
2.(1,5 + 1.1,12). 1,12

35
5,88

b. Saluran RP2

Elevasi P2 = 80 m

Panjang RP2 = 2460 m

80,85

h2
80,00
h1
79,80

Keterangan Saluran RP2


Lebar Saluran (b) m 3,10
Lebar Tanggul (a) m 1,5
Elevasi Dasar Saluran m 79,80
Elevasi Muka Tanah m 80,00
Elevasi Muka Tanggul m 80,85
Kemiringan Talud (m) m 1
Panjang Saluran (L) m 2460,000
80,00 - 79,80
h1 m
0,20
80,85 - 80,00
h2 m
0,85
(b + m.h1).h1
(m²
Luas Galian (3,10 + 1 . 0,20) . 0,20
)
0,65
2.(a + m.h2).h2
(m²
LuasTimbunan 2.(1,5 + 1. 0,85). 0,85
)
3,98

36
c. Saluran RS1c

Elevasi S1c = 70 m

Panjang RS1c = 690 m

71,02

h2
70,00
h1
69,63

Keterangan Saluran RS1c


Lebar Saluran (b) m 2,50
Lebar Tanggul (a) m 1,5
Elevasi Dasar Saluran m 69,63
Elevasi Muka Tanah m 70,00
Elevasi Muka Tanggul m 71,02
Kemiringan Talud (m) m 1
Panjang Saluran (L) m 690,000
70,00 - 69,63
h1 m
0,37
71,02 -70,00
h2 m
1,02
(b + m.h1).h1
(m²
Luas Galian (2,50 + 1 . 0,37) . 0,37
)
1,08
2.(a + m.h2).h2
(m²
LuasTimbunan 2.(1,5 + 1. 1,02). 1,02
)
5,18

37
d. Saluran RS2a

Elevasi S2a = 80 m

Panjang RS2a = 627,5 m

70,85

h2
70,00
h1
69,80

Keterangan Saluran RS2a


Lebar Saluran (b) m 3,03
Lebar Tanggul (a) m 1,5
Elevasi Dasar Saluran m 69,80
Elevasi Muka Tanah m 70,00
Elevasi Muka Tanggul m 70,85
Kemiringan Talud (m) m 1
Panjang Saluran (L) m 680,00
70,00 - 69,80
h1 m
0,20
70,85 -70,00
h2 m
0,85
(b + m.h1).h1
(m²
Luas Galian (3,03 + 1 . 0,20) . 0,20
)
0,64
2.(a + m.h2).h2
(m²
LuasTimbunan 2.(1,5 + 1. 0,85). 0,85
)
3,98

38
BAB IV
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan, pengerjaan, penelitian dalam soal yang ada pada laporan
tugas praktikum Irigasi dan Bangunan Air, maka dapat kami simpulkan beberapa
hal dan hasil dari sebuah laporan yaitu sebagai berikut:
1. Hasil perhitungan debit setiap petak pada saluran primer 1 (RP1) adalah
sebagai berikut:
1) Petak A1 kiri memiliki luas 50.01 ha dan debit (Q) yaitu 0,273 m3/dt
2) Petak A1 tengah memiliki luas 53.60 ha dan debit (Q) yaitu 0,293 m3/dt
3) Petak A1 kanan memiliki luas 66.98 ha dan debit (Q) yaitu 0,366 m3/dt
4) Petak A2 kiri memiliki luas 65.90 ha dan debit (Q) yaitu 0.359 m3/dt
5) Petak A2 tengah memiliki luas 67.86 ha dan debit (Q) yaitu 0.370 m3/dt
6) Petak A2 kanan memiliki luas 61,85 ha dan debit (Q) yaitu 0.337 m3/dt
7) Petak A3 kiri memiliki luas 60.43 ha dan debit (Q) yaitu 0.333 m3/dt
8) Petak A3 tengah memiliki luas 74.77 ha dan debit (Q) yaitu 0.413 m3/dt
9) Petak A3 kanan memiliki luas 87.81 ha dan debit (Q) yaitu 0.484 m3/dt
10) Petak A4 kiri memiliki luas 68.49 ha dan debit (Q) yaitu 0.371 m3/dt
11) Petak A4 tengah memiliki luas 71.14 ha dan debit (Q) yaitu 0.386 m3/dt
12) Petak A4 kanan memiliki luas 49,57 ha dan debit (Q) yaitu 0.269 m3/dt
13) Petak A5 kiri memiliki luas 66,21 ha dan debit (Q) yaitu 0,362 m3/dt
14) Petak A5 tengah memiliki luas 42.91 ha dan debit (Q) yaitu 0,235 m3/dt
15) Petak A5 kanan memiliki luas 22.36 ha dan debit (Q) yaitu 0,122 m3/dt

2. Hasil perhitungan debit setiap petak pada saluran primer 2 (RP2) adalah
sebagai berikut :
1) Petak A1 kanan memiliki luas 66,98 ha dan debit (Q) yaitu 0,151 m3/dt
2) Petak A2 kanan memiliki luas 61,85 ha dan debit (Q) yaitu 0,137 m3/dt
3) Petak A3 kanan memiliki luas 87,81 ha dan debit (Q) yaitu 0,200 m3/dt

39
4) Petak A4 kanan memiliki luas 49,57 ha dan debit (Q) yaitu 0,114 m3/dt
5) Petak A5 kanan memiliki luas 22,36 ha dan debit (Q) yaitu 0,50 m3/dt
3. Perhitungan dimensi saluran
1) Saluran RP1 memiliki lebar 2,94 m dan kedalaman 1,19 m
2) Saluran RP2 memiliki lebar 3,10 m dan kedalaman 0,64 m
3) Saluran RS1a memiliki lebar 2,78 m dan kedalaman 1,08 m
4) Saluran RS1b memiliki lebar 2,18 m dan kedalaman 1,14 m
5) Saluran RS1c memiliki lebar 2,50 m dan kedalaman 1,00 m
6) Saluran RS1d memiliki lebar 2,19 m dan kedalaman 0,91 m
7) Saluran RS1e memiliki lebar 3,17 m dan kedalaman 0,63 m
8) Saluran RS2a memiliki lebar 3,03 m dan kedalaman 0,66 m
9) Saluran RS2b memiliki lebar 3,46 m dan kedalaman 0,58 m
10) Saluran RS2c memiliki lebar 2,33 m dan kedalaman 0,65 m
11) Saluran RS2d memiliki lebar 1,91 m dan kedalaman 0,52 m
12) Saluran RS2e memiliki lebar 3,16 m dan kedalaman 0,32 m

4. Penggolongan giliran teknis pemberian air pada saluran sekunder 1


1) Golongan I terdiri dari petak A1 kiri dan petak A2 tengah
2) Golongan II terdiri dari petak A1 tengah dan petak A2 kiri
3) Golongan III terdiri dari petak A3 kiri dan petak A4 tengah
4) Golongan IV terdiri dari petak A3 tengah dan petak A4 kiri
5) Golongan V terdiri dari petak A5 kiri dan petak A5 tengah

5. Penggolongan giliran teknis pemberian air pada saluran sekunder 2


1) Golongan I terdiri dari petak A1 kanan
2) Golongan II terdiri dari petak A2 kanan
3) Golongan III terdiri dari petak A3 kanan
4) Golongan IV terdiri dari petak A4 kanan
5) Golongan V terdiri dari petak A5 kanan

40
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah No. 23/1982 Irigasi. Jakarta.


Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Pengairan. 1986. Standar
Perencanaan Irigasi, KP-01 Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi. Kementrian
Pekerjaan Umum: Jakarta.
Pailalah, J. 2010. Teori Dasar Irigasi. Tersedia di:
https://jeisenpailalah.wordpress.com/2010/12/20/teori-dasar-irigasi/
Putra, MR. 2014. Pengertian Irigasi. Tersedia di: eprints.polsri.ac.id/1205/3/BAB
%20II.pdf

Suhardjono. 1994. Kebutuhan Air Tanaman. Institut Teknologi Nasional: Malang.


Supratman, Odih. 2014. Laporan Perencanaan Irigasi. Universitas Pendidikan
Indonesia. . Bandung.

41

Anda mungkin juga menyukai