Dosen Pengampu :
Ir. Teguh Marhendi,ST.,M.T.,ASEAN.,Eng.,IPM
Disusun Oleh :
Mochammad Anjasta K 1803010033
Ahmad Suseno 1803010034
Yunandar Diaz D 1803010038
Angga Robiansyah 1803010041
1
Kelompok 10
25 November 2020
Pengumpulan layout gambar peta
topografi IBA
1 Desember 2020
Konsep pengerjaan perhitungan bab
3 di excel
Konsep penulisan laporan praktikum
16 Desember 2020
IBA
` Penyusun
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................3
DAFTAR ISI......................................................................... 4
DAFTAR TABEL................................................................. 5
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1..Latar Belakang..........................................................9
1.2..Rumusan Masalah.....................................................9
1.3..Maksud dan Tujuan.................................................. 10
BAB II STUDI PUSTAKA
2.1..Irigasi........................................................................ 11
2.2..Saluran Irigasi...........................................................12
2.3..Tujuan Irigasi............................................................14
2.4..Sumber Air Irigasi.................................................... 15
2.5..Macam Macam Bangunan........................................ 15
2.6..Perhitungan Dimensi................................................ 17
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Kebutuhan Air........................................................... 20
3.2 Perhitungan Luas Petak Skunder...............................21
3.3 Giliran Teknis Saluran Skunder................................ 22
3.4 Saluran Sekundner Dengan Petak Tersier Utuh........ 27
3.5 Saluran Sekundner Dengan Petak Tersier Terbagi... 34
3.6 Data – Data Yang Menentukan Harga Reduksi........ 38
3.7 Menentukan Harga Redusi........................................ 39
3.8 Menentukan Efisiensi Saluran...................................41
3.9 Menentukan Kapasitas Saluran................................. 54
3.10 Menentukan Dimensi Saluran................................. 61
3.11 Perhitungan Elevasi Dasar Saluran
Rencana dan Terjunan..................................................... 65
3.12 Banyaknya Terjunan yang Diperlukan....................76
3.13 Pendimensian Saluran............................................. 76
BAB IV KESIMPULAN.......................................................79
DAFTAR PUSTAKA............................................................92
4
DAFTAR TABEL
1.... Tabel 3.1.1 Kebutuhan Air.............................................. 20
2.... Tabel 3.2.1 Luas Petak Sekunder (Desa 1)..................... 21
3.... Tabel 3.3.1 Giliran Teknis Sekunder 1 (Desa 1).............22
4.... Tabel 3.3.2 Giliran Teknis Sekunder 2 (Desa 1).............22
5.... Tabel 3.3.3 Giliran Teknis Sekunder 3 (Desa 1).............23
6.... Tabel 3.3.4 Giliran Teknis Sekunder 1 (Desa 2).............23
7.... Tabel 3.3.5 Giliran Teknis Sekunder 2 (Desa 2).............24
8.... Tabel 3.3.6 Giliran Teknis Sekunder 3 (Desa 2).............24
9.... Tabel 3.3.7 Saluran Sekunder 3
Petak Tersier (Desa 1)..................................................... 25
10.. Tabel 3.3.8 Saluran Sekunder 3
Petak Tersier (Desa 2)..................................................... 26
11.. Tabel 3.4.1 Saluran Sekunder 1
Petak Tersier Variasi I(Desa 1)....................................... 27
12.. Tabel 3.4.2 Saluran Sekunder 2
Petak Tersier Variasi I Desa 1).......................................28
13.. Tabel 3.4.3 Saluran Sekunder 1
Petak Tersier Variasi I (Desa 2) ..................................... 29
14.. Tabel 3.4.4 Saluran Sekunder 2
Petak Tersier Variasi I (Desa 2)...................................... 30
15.. Tabel 3.4.5 Saluran Sekunder 1
Petak Tersier Variasi II (Desa 1).....................................31
16.. Tabel 3.4.6 Saluran Sekunder 2
Petak Tersier Variasi II (Desa 1).....................................32
17.. Tabel 3.4.7 Saluran Sekunder 1
Petak Tersier Variasi II (Desa 2).....................................33
18.. Tabel 3.4.8 Saluran Sekunder 2
Petak Tersier Variasi II (Desa 2).....................................34
5
19.. Tabel 3.5.1 Saluran Sekunder 1
Petak Tersier Terbagi(Desa 1)........................................35
20.. Tabel 3.5.2 Saluran Sekunder 2
Petak Tersier Terbagi (Desa 1)........................................36
21.. Tabel 3.5.3 Saluran Sekunder 1
Petak Tersier Terbagi(Desa 2)........................................37
22.. Tabel 3.5.4 Saluran Sekunder 2
Petak Tersier Terbagi (Desa 2)........................................38
23.. Tabel 3.7.1 Nilai Reduksi................................................41
24.. Tabel 3.8.1 Panjang Saluran Sekunder 1 (Desa 1).......... 41
25.. Tabel 3.8.2 Efisiensi Saluran Sekunder 1 (Desa 1).........43
26.. Tabel 3.8.3 Panjang Saluran Sekunder 2 (Desa 1).......... 44
27.. Tabel 3.8.4 Efisiensi Saluran Sekunder 2 (Desa 1).........46
28.. Tabel 3.8.5 Panjang Saluran Sekunder 3 (Desa 1).......... 46
29.. Tabel 3.8.6 Efisiensi Saluran Sekunder 3 (Desa 1).........48
30.. Tabel 3.8.7 Panjang Saluran Sekunder 1 (Desa 2).......... 48
31.. Tabel 3.8.8 Efisiensi Saluran Sekunder 1 (Desa 2).........50
32.. Tabel 3.8.9 Panjang Saluran Sekunder 2 (Desa 2).......... 50
33.. Tabel 3.8.10 Efisiensi Saluran Sekunder 2 (Desa 2).......52
34.. Tabel 3.8.11 Panjang Saluran Sekunder 3 (Desa 2)........ 52
35.. Tabel 3.8.12 Efisiensi Saluran Sekunder 3 (Desa 2).......54
36.. Tabel 3.9.1 Kapasitas Saluran Primer (Desa 1)...............55
37.. Tabel 3.9.2 Kapasitas Saluran Sekunder 1 (Desa 1)....... 57
38.. Tabel 3.9.2 Kapasitas Saluran Sekunder 2 (Desa 1)....... 57
39.. Tabel 3.9.3 Kapasitas Saluran Sekunder 3 (Desa 1)....... 58
40.. Tabel 3.9.4 Kapasitas Saluran Primer (Desa 2)...............59
41.. Tabel 3.9.5 Kapasitas Saluran Sekunder 1 (Desa 2)....... 60
42.. Tabel 3.9.6 Kapasitas Saluran Sekunder 2 (Desa 2)....... 60
43.. Tabel 3.9.7 Kapasitas Saluran Sekunder 3 (Desa 2)....... 61
6
44.. Tabel 3.10.1 Nilai m,n,v, dan k
untuk saluran sekunder....................................................62
45.. Tabel 3.11.1 Elevasi Muka Tanah Asli
Bangunan Saluran Primer (Desa 1)................................. 65
46.. Tabel 3.11.2 Elevasi Muka Tanah Asli
Bangunan Saluran Sekunder (Desa1).............................65
47.. Tabel 3.11.3 Elevasi Muka Tanah Asli
Bangunan Saluran Sekunder 2 (Desa 1)..........................66
48.. Tabel 3.11.4 Elevasi Muka Tanah Asli
Bangunan Saluran Sekunder 3 (Desa 1)..........................66
49.. Tabel 3.11.5 Elevasi Muka Tanah Asli
Bangunan Saluran Primer (Desa 2)................................. 66
50.. Tabel 3.11.6 Elevasi Muka Tanah Asli
Bangunan Saluran Sekunder 1 (Desa 2)..........................66
51.. Tabel 3.11.7 Elevasi Muka Tanah Asli
Bangunan Saluran Sekunder 2 (Desa 2).........................67
52.. Tabel 3.11.8 Elevasi Muka Tanah Asli
Bangunan Saluran Sekunder 3 (Desa 2).........................67
53.. Tabel 3.11.9 Perhitungan Elevasi Muka Tanah Asli
Bangunan Saluran Primer (Desa 1)................................. 69
54.. Tabel 3.11.10 Perhitungan Elevasi Muka Tanah Asli
Bangunan Saluran Sekunder 1 (Desa 1)..........................69
55.. Tabel 3.11.11 Perhitungan Elevasi Muka Tanah
Asli Bangunan SaluranSekunder 2 (Desa 1)................... 70
56.. Tabel 3.11.12 Perhitungan Elevasi Muka Tanah Asli
Bangunan SaluranSekunder 3 (Desa 1)...........................70
57.. Tabel 3.11.13 Perhitungan Elevasi Muka Tanah Asli
Bangunan Saluran Primer (Desa 2)................................. 71
58.. Tabel 3.11.14 Perhitungan Elevasi Muka Tanah Asli
Bangun Saluran Sekunder 1 (Desa 2)..............................71
7
59.. Tabel 3.11.15 Perhitungan Elevasi Muka Tanah Asli
Bangunan Saluran Sekunder 3 (Desa 2)..........................73
60.. Tabel 3.11.16 Terjunan Sekunder 1 (Desa 1)..................73
61.. Tabel 3.11.17 Terjunan Sekunder 2 (Desa 1)..................74
62.. Tabel 3.11.18 Terjunan Sekunder 3 (Desa 2)..................74
63.. Tabel 3.11.19 Terjunan Sekunder 1 (Desa 2)..................75
64.. Tabel 3.11.20 Terjunan Sekunder 2 (Desa 2)..................75
65.. Tabel 3.11.21 Terjunan Sekunder 3 (Desa 2)..................76
8
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari–hari manusia tidak dapat dipisahkan dengan air. Banyak
pekerjaan yang dilakukan manusia berhubungan dengan air. Salah satu bidang
pekerjaan yang memerlukan air sebagai komponen utama adalah pertanian. Dalam
perencanaan pertanian para ahli harus memikirakan faktor air yang menjadi
penunjang. Kebutuhan air untuk tanaman harus selalu dikontrol secara berkala.
Tanaman harus mendapatkan suplai air yang sesuai dengan kebutuhan untuk dapat
tumbuh dengan baik sehingga air tidak boleh melampaui batas kebutuhan atau malah
kurang dari kebutuhan.
Kebutuhan akan air yang sesuai membuat para ahli berfikir untuk membentuk suatu
sistem pengairan yang dapat mengatur kebutuhan tanaman terutama untuk areal
pertanian yang cukup luas. Sistem yang dibuat itu dimaksudkan agar seluruh areal
pertanian mendapatkan suplai air yang cukup sehingga tidak ada areal pertanian yang
tidak mendapatkan air. Selain itu juga sistem yang dibentuk itu dimaksudkan untuk
dapat menyalurkan jumlah air yang tersedia untuk selanjutnya dibagikan secara
merata ke seluruh areal pertanian.
Dalam laporan ini akan dibahas mengenai perencanaan jaringan irigasi yang tentunya
memiliki beberapa rumusan masalah. Rumusan masalah yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
9
2. Bagaimana pemberian nama saluran dan bangunan?.
Maksud dan tujuan pembuatan laporan ini adalah sebagai tugas besar yang menjadi
salah satu syarat kelulusan mata kuliah teknik irigasi dan bangunan air. Namun selain
itu juga terdapat beberapa tujuan lain, yaitu:
10
BAB II
STUDI PUSTAKA
2. 1 Irigasi
Irigasi adalah pemberian air kepada tanah untuk menunjang curah hujan yang tidak
cukup agar tersedia lengas bagi pertumbuhan tanaman. Secara umum pengertian
irigasi adalah sejumlah air yang pada umumnya diambil dari sungai atau bendung
yang dialirkan melalui system jaringan irigasi untuk menjaga keseimbangan jumlah
air didalam tanah. (Suharjono, 1994)
Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 23/1982 Pasal 1, pengertian irigasi, bangunan
irigasi, dan petak irigasi telah dibakukan yaitu sebagai berikut:
a. Irigasi adalah usaha penyediaan dan penyediaan dan pengaturan air untuk
menunjang pertanian.
b. Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan
dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan,
pengambilan, pembagian pemberian dan penggunaannya.
c. Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu jaringan
irigasi.
d. Petak irigasi adalah petak tanah yang memperoleh air irigasi.
Dari butir-butir pengertian tentang irigasi dan jaringan irigasi tersebut di atas maka
irigasi merupakan bentuk kegiatan penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian
dan penggunaan air untuk pertanian dengan menggunakan satu kesatuan saluran dan
bangunan berupa jaringan irigasi.
a. Membasahi Tanaman
Membasahi tanah dengan menggunakan air irigasi bertujuan memenuhi kekurangan
air didaerah pertanian pada saat air hujan kurang atau tidak ada. Hal ini penting sekali
11
karena kekuranggan air yang di perlukan untuk tumbuh dapat mempengaruhi hasil
panen tanaman tersebut.
b. Merabuk
Merabuk adalah pemberian air yang tujuannya selain membasahi juga member zat-zat
yang berguna bagi tanaman itu sendiri.
c. Mengatur Suhu
Tanaman dapat tumbuh dengan baik pada suhu yang tidak terlalu tinggi daan tidak
terlalu rendah, sesuai dengan jenis tanamannya.
e. Kolmatase
Kolmotase adalah pengairan dengan maksud memperbaiki / meninggikan permukaan
tanah.
2. 2 Saluran Irigasi
Air yang dibutuhkan oleh tanaman biasanya akan dialirkan melalui saluran pembawa.
Sedangkan kelebihan air yang ada pada suatu petak akan dibuang melewati saluran
pembuang. Saluran pembawa dan pembuang ini merupakan saluran irigasi yang
paling utama. Apabila dilihat dari segi fungsinya, maka saluran irigasi dapat dibagi
atas:
12
Saluran pembawa berfungsi membawa/mengalirkan air dari sumbernya ke petak
irigasi. Dari tingkat percabangannya, maka saluran pembawa ini dibedakan menjadi:
a. Saluran Primer
Saluran primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang dilayaninya.
Saluran ini berfungsi membawa air dari sumbernya dan membagikannya ke saluran
sekunder atau membawa air dari jaringan utama ke jaringan sekunder untuk
dibagikan ke petak-petak tersier yang akan dialiri. Air yang dibutuhkan untuk irigasi
dapat berasal dari sungai, danau, maupun waduk. Akan tetapi umumnya penggunaan
air sungai lebih baik, karena air sungai mengandung banyak zat lumpur yang
merupakan pupuk bagi tanaman. Batas akhir dari saluran primer adalah bangunan
bagi yang terakhir.
b. Saluran Sekunder
Saluran sekunder sering dinamakan sesuai dengan nama desa yang terletak pada
petak sekunder tersebut. Dari saluran primer air disadap melalui saluran-saluran
sekunder untuk mengaliri daerah yang sedapat mungkin dikitari oleh saluran-saluran
alam yang dapat digunakan untuk membuang air hujan yang berlebihan. Fungsi
utama dari saluran sekunder adalah membawa air dari saluran primer dan
membagikannya ke saluran tersier. Sedapat mungkin saluran pemberi merupakan
saluran punggung sehingga dengan demikian air dapat dibagi untuk kedua belah sisi.
Yang dimaksud dengan saluran punggung adalah saluran yang memotong atau
melintang terhadap garis tinggi sedemikian rupa melalui titik tertinggi daerah
sekitarnya, sehingga dapat mengaliri petak yang ada di bagian kiri dan kanan dari
saluran
c. Saluran Tersier
Fungsi utama dari saluran tersier adalah membawa air dari saluran sekunder dan
membagikannya ke petak-petak sawah yang memiliki luas antara 75 ha- 125 ha. Jika
saluran tersier disadap dari saluran sekuder, maka saluran tersier juga dapat
membagikan air ke sisi kanan-kiri saluran.
13
2.2.2 Saluran Pembuang
Fungsi utama dari saluran pembuang adalah membuang sisa atau kelebihan air yang
terdapat pada petak sawah ke sungai. Biasanya digunakan saluran lembah yaitu
saluran yang memotong atau melintang terhadap garis tinggi sedemikian rupa hingga
melewati titik terendah dari daerah sekitar. Jadi saluran melalui lembah dari
ketinggian tanah setempat.
Pada umumnya jaringan pembuang primer merupakan sungai-sungai alamiah, yang
semuanya akan diberi nama. Apabila ada saluran-saluran pembuang primer baru yang
akan dibuat, maka saluran-saluran diberi nama tersendiri. Jika saluran pembuang
dibagi menjadi ruas-ruas, maka masing-masing akan diberi nama mulai dari ujung
hilir.
Pembuang sekunder pada umunya berupa sungai atau anak sungai yang lebih kecil.
Beberapa diantaranya sudah memiliki nama tetap biasa dipakai, jika sungai akan
ditunjukkan dengan sebuah huruf bersama-sama dan nomor seri, nama-nama ini akan
diawali dengan huruf d (drainase).
Pembuang tersier adalah pembuang kategori terkecil dan akan dibagi-bagi menjadi
ruas-ruas dengan debit seragam, masing-masing diberi nomor. Masing-masing petak
tersier akan mempunyai nomor seri sendiri-sendiri. (Standar perencanaan irigasi KP-
01)
2. 3 Tujuan Irigasi
Secara langsung tujuan irigasi adalah membasahi tanah. Sedangkan tujuan tak
langsung adalah :
b. Membersihkan tanah
c. Memberantas hama
14
e. Menimbun tanah rendah
Sumber air irigasi adalah sungai–sungai kecil, danau–danau, rawa–rawa, mata air
tanah dan lain–lain. Akan tetapi bersarnya air yang terjadi adalah berbeda dan
tergantung dari musim dan lokasinya. Jadi besarnya air yang tersedia menjadi sumber
air daerah yang dirancang adalah besarnya air yang ada dikurangi besarnya air yang
telah digunakan berdasarkan peraturan air.
Harga minimum berat air yang tersedia juga menjadi indeks untuk menelaah
tersedianya sumber air. Jika besarnya air yang diperlukan itu tidak dapat disediakan
oleh sumber air yang tersedia maka untuk meningkatkan harga minimum yang
tersedia harus dipikirkan kemungkinannya mengenai pembangunan waduk yang tidak
menyuplai air yang tidak efektif dari sumber air itu. Lokasi sumber air dan
pengambilan sumber air itu adalah faktor – faktor yang penting akan sangat
mempengaruhi skala dari fasilitas penyaluran air itu harus ditelaah dengan
memperhatikan kondisi – kondisi dasar sebagai berikut:
Banyak bangunan yang diperlukan untuk pengoprasian yang efektif dari sistem
saluran parit yang sulit dalam satu proyek irigasi.
15
Elevasi dari parit lapangan harus cukup untuk memungkinkan aliran gaya berat
lapangan. Oleh karenanya parit - parit jarang digali sepenuhnya, tetapi di buat dalam
tanggul – tanggul yang datar. Dalam pembuatan parit – parit perlu diperhatikan
beberapa hal antara lain :
Dimensi dan bentuk saluran perlu diperhatikan agar dapat saluran yang
stabil.
b. Tanggul Saluran
Tanggul saluran dapat berfungsi sebagai jalan inspeksi untuk melayani lalu lintas
ringan pada daerah layanan di irigasi dan lain – lain. Pada umumnya tanggul saluran
dibutuhkan tinggi cadangan pada freeboard dengan tinggi 0,5 m. namun bila kondisi
sekitar daerah sangat rendah dibandingkan muka air saluran atau pada daerah –
daerah yang sering tergenang banjir diperlukan saluran dengan tinggi lebih besar dari
50 m.
c. Bangunan Pembagi
16
Dengan alat ini maka air pada saluran besar setiap waktu dapat diatur sesuai tinggi
pelayanan yang direncanakan.
Konstruksi ukur
Konstruksi ukur ini berfungsi untuk mengukur debit air yang lewat sedangkan untuk
bangunan pembagi pada saluran kecil bisa dibuat secara sederhana saja , bangunan ini
berupa bak saja atau bak tersier dan kuarter.
Digunakan untuk menghin dari kehilangan air serta biaya tahunan dari biaya tahunan
dari bangunan parit – parit, kebanyakan petani bergeser kepemakaian jaringan
distribusi pipa untuk mengairi lahan pertanian.
Dimensi saluran ditantukan berdasarkan debit air yang lewat. Besar debit air tersebut
harus diperhitungkan juga kehilangan–kehilangan air selama perjalan menuju petak
sawah.
17
Tabel 2.1 Tipe Saluran
V 0.410 Q 0.225
V C 2 RI
V
I
C2R
Keterangan : Q : Debit saluran
V : kecepatan aliran
F Q
R= ;F=
K V
18
I : kemiringan dasar.
Kemiringan dinding saluran disesuaikan dengan jenis pada lokasi atau tempat yang
bersangkutan, seperti :
Dari hasil evaluasi hidrologi dipilih curah hujan terbesar sebagai dasar penentuan
kapasitas saluran. Bila debit sudah diketahui maka luas tampangnya dapat dicari:
Q b2
A A h (h mh) P
V h2 H 2
Selanjutnya dimensi saluran drainase dapat dihitung. Dalam hal ini perlu diperhatikan
dalam memilih kecepatan yang tidak mengganggu stabilitas tanah.
19
BAB III
PEMBAHASAN
20
3.2 Perhitungan Luas Petak Sekunder
21
3.3 Giliran Teknis Saluran Sekunder
22
\
Jumlah 262.875
23
Tabel 3.3.5 Giliran Teknis Sekunder 2 (Desa 2)
Jumlah 187.015
24
Tabel 3.3.7 Saluran Sekunder 3 Petak Tersier (Desa 1)
GOL GOL
GOL I GOL II GOL V Jumlah
Minggu ke- K (lt/dt/ha) III IV
24.19 46.00 76.81 83.56 32.31
1 1.27 30.72 0.00 0.00 0.00 0.00 30.72
2 0.93 22.49 58.42 0.00 0.00 0.00 80.91
3 0.93 22.49 42.78 97.55 0.00 0.00 162.83
4 2.21 53.45 42.78 71.44 106.12 0.00 273.79
5 2.21 53.45 101.66 71.44 77.71 41.04 345.30
6 2.21 53.45 101.66 169.76 77.71 30.05 432.63
7 2.21 53.45 101.66 169.76 184.67 30.05 539.59
8 1.30 31.44 101.66 169.76 184.67 71.41 558.94
9 1.30 31.44 59.80 169.76 184.67 71.41 517.08
10 1.30 31.44 59.80 99.86 184.67 71.41 447.18
11 1.30 31.44 59.80 99.86 108.63 71.41 371.14
12 0.20 4.84 59.80 99.86 108.63 42.01 315.13
13 0.00 0.00 9.20 99.86 108.63 42.01 259.69
14 0.00 0.00 0.00 15.36 108.63 42.01 166.00
15 0.00 0.00 0.00 0.00 16.71 42.01 58.72
16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6.46 6.46
Jumlah 558.94
25
Tabel 3.3.8 Saluran Sekunder 3 Petak Tersier (Desa 2)
GOL GOL
GOL I GOL II GOL V Jumlah
Minggu ke- K (lt/dt/ha) III IV
47.19 41.00 20.06 68.38 10.39
1 1.27 59.93 0.00 0.00 0.00 0.00 59.93
2 0.93 43.88 52.07 0.00 0.00 0.00 95.95
3 0.93 43.88 38.13 25.48 0.00 0.00 107.49
4 2.21 104.28 38.13 18.66 86.84 0.00 247.91
5 2.21 104.28 90.61 18.66 63.59 13.20 290.34
6 2.21 104.28 90.61 44.34 63.59 9.66 312.48
7 2.21 104.28 90.61 44.34 151.11 9.66 400.00
8 1.30 61.34 90.61 44.34 151.11 22.96 370.36
9 1.30 61.34 53.30 44.34 151.11 22.96 333.05
10 1.30 61.34 53.30 26.08 151.11 22.96 314.80
11 1.30 61.34 53.30 26.08 88.89 22.96 252.57
12 0.20 9.44 53.30 26.08 88.89 13.51 191.21
13 0.00 0.00 8.20 26.08 88.89 13.51 136.68
14 0.00 0.00 0.00 4.01 88.89 13.51 106.41
15 0.00 0.00 0.00 0.00 13.68 13.51 27.18
16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.08 2.08
Jumlah 400.00
26
3.4 Saluran Sekunder dengan Petak Tersier Utuh
Tabel 3.4.1 Saluran Sekunder 1 Petak Tersier Variasi I (Desa 1)
Ming GOL
GOL I GOL II GOL IV GOL V Jumlah
gu K (lt/dt/ha) III
ke- 172.63 172.63 172.63 172.63 172.63
1 1.27 219.23 0.00 0.00 0.00 0.00 219.23
2 0.93 160.54 219.23 0.00 0.00 0.00 379.78
3 0.93 160.54 160.54 219.23 0.00 0.00 540.32
4 2.21 381.50 160.54 160.54 219.23 0.00 921.82
5 2.21 381.50 381.50 160.54 160.54 219.23 1303.32
6 2.21 381.50 381.50 381.50 160.54 160.54 1465.59
7 2.21 381.50 381.50 381.50 381.50 160.54 1686.55
8 1.30 224.41 381.50 381.50 381.50 381.50 1750.42
9 1.30 224.41 224.41 381.50 381.50 381.50 1593.33
10 1.30 224.41 224.41 224.41 381.50 381.50 1436.24
11 1.30 224.41 224.41 224.41 224.41 381.50 1279.15
12 0.20 34.53 224.41 224.41 224.41 224.41 932.18
13 0.00 0.00 34.53 224.41 224.41 224.41 707.76
14 0.00 0.00 0.00 34.53 224.41 224.41 483.35
15 0.00 0.00 0.00 0.00 34.53 224.41 258.94
16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 34.53 34.53
Jumlah 1750.42
27
Tabel 3.4.2 Saluran Sekunder 2 Petak Tersier Variasi I (Desa 1)
GOL GOL
GOL I GOL II GOL V
Minggu ke- K (lt/dt/ha) III IV Jumlah
45.88 57.56 66.19 106.44 69.19
1 1.27 58.26 0.00 0.00 0.00 0.00 58.26
2 0.93 42.66 73.10 0.00 0.00 0.00 115.77
3 0.93 42.66 53.53 84.06 0.00 0.00 180.26
4 2.21 101.38 53.53 61.55 135.18 0.00 351.65
5 2.21 101.38 127.21 61.55 98.99 87.87 477.01
6 2.21 101.38 127.21 146.27 98.99 64.34 538.20
7 2.21 101.38 127.21 146.27 235.23 64.34 674.44
8 1.30 59.64 127.21 146.27 235.23 152.90 721.26
9 1.30 59.64 74.83 146.27 235.23 152.90 668.87
10 1.30 59.64 74.83 86.04 235.23 152.90 608.64
11 1.30 59.64 74.83 86.04 138.37 152.90 511.79
12 0.20 9.18 74.83 86.04 138.37 89.94 398.36
13 0.00 0.00 11.51 86.04 138.37 89.94 325.87
14 0.00 0.00 0.00 13.24 138.37 89.94 241.55
15 0.00 0.00 0.00 0.00 21.29 89.94 111.23
16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 13.84 13.84
Jumlah 721.26
28
Tabel 3.4.3 Saluran Sekunder 1 Petak Tersier Variasi I (Desa 2)
GOL GOL
GOL I GOL II GOL V
Minggu ke- K (lt/dt/ha) III IV Jumlah
49.31 49.50 51.44 69.38 106.38
1 1.27 62.63 0.00 0.00 0.00 0.00 62.63
2 0.93 45.86 62.87 0.00 0.00 0.00 108.73
3 0.93 45.86 46.04 65.33 0.00 0.00 157.22
4 2.21 108.98 46.04 47.84 88.11 0.00 290.96
5 2.21 108.98 109.40 47.84 64.52 135.10 465.83
6 2.21 108.98 109.40 113.68 64.52 98.93 495.50
7 2.21 108.98 109.40 113.68 153.32 98.93 584.30
8 1.30 64.11 109.40 113.68 153.32 235.09 675.59
9 1.30 64.11 64.35 113.68 153.32 235.09 630.54
10 1.30 64.11 64.35 66.87 153.32 235.09 583.73
11 1.30 64.11 64.35 66.87 90.19 235.09 520.60
12 0.20 9.86 64.35 66.87 90.19 138.29 369.56
13 0.00 0.00 9.90 66.87 90.19 138.29 305.24
14 0.00 0.00 0.00 10.29 90.19 138.29 238.76
15 0.00 0.00 0.00 0.00 13.88 138.29 152.16
16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 21.28 21.28
Jumlah 675.59
29
Tabel 3.4.4 Saluran Sekunder 2 Petak Tersier Variasi I (Desa 2)
GOL GOL
GOL I GOL II GOL V
Minggu ke- K (lt/dt/ha) III IV Jumlah
40.63 49.75 71.00 33.56 130.44
1 1.27 51.59 0.00 0.00 0.00 0.00 51.59
2 0.93 37.78 63.18 0.00 0.00 0.00 100.96
3 0.93 37.78 46.27 90.17 0.00 0.00 174.22
4 2.21 89.78 46.27 66.03 42.62 0.00 244.70
5 2.21 89.78 109.95 66.03 31.21 165.66 462.63
6 2.21 89.78 109.95 156.91 31.21 121.31 509.16
7 2.21 89.78 109.95 156.91 74.17 121.31 552.12
8 1.30 52.81 109.95 156.91 74.17 288.27 682.11
9 1.30 52.81 64.68 156.91 74.17 288.27 636.84
10 1.30 52.81 64.68 92.30 74.17 288.27 572.23
11 1.30 52.81 64.68 92.30 43.63 288.27 541.69
12 0.20 8.13 64.68 92.30 43.63 169.57 378.30
13 0.00 0.00 9.95 92.30 43.63 169.57 315.45
14 0.00 0.00 0.00 14.20 43.63 169.57 227.40
15 0.00 0.00 0.00 0.00 6.71 169.57 176.28
16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 26.09 26.09
Jumlah 682.11
30
Tabel 3.4.5 Saluran Sekunder 1 Petak Tersier Variasi II (Desa 1)
GOL GOL
GOL I GOL II GOL V
Minggu ke- K (lt/dt/ha) III IV Jumlah
69.19 106.44 66.19 57.56 45.88
1 1.27 87.87 0.00 0.00 0.00 0.00 87.87
2 0.93 64.34 135.18 0.00 0.00 0.00 199.52
3 0.93 64.34 98.99 84.06 0.00 0.00 247.39
4 2.21 152.90 98.99 61.55 73.10 0.00 386.55
5 2.21 152.90 235.23 61.55 53.53 58.26 561.48
6 2.21 152.90 235.23 146.27 53.53 42.66 630.60
7 2.21 152.90 235.23 146.27 127.21 42.66 704.28
8 1.30 89.94 235.23 146.27 127.21 101.38 700.04
9 1.30 89.94 138.37 146.27 127.21 101.38 603.18
10 1.30 89.94 138.37 86.04 127.21 101.38 542.95
11 1.30 89.94 138.37 86.04 74.83 101.38 490.57
12 0.20 13.84 138.37 86.04 74.83 59.64 372.72
13 0.00 0.00 21.29 86.04 74.83 59.64 241.80
14 0.00 0.00 0.00 13.24 74.83 59.64 147.71
15 0.00 0.00 0.00 0.00 11.51 59.64 71.15
16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 9.18 9.18
Jumlah 704.28
31
Tabel 3.4.6 Saluran Sekunder 2 Petak Tersier Variasi II (Desa 1)
GOL GOL
GOL I GOL II GOL V
Minggu ke- K (lt/dt/ha) III IV Jumlah
45.19 55.69 45.13 34.63 40.13
1 1.27 57.39 0.00 0.00 0.00 0.00 57.39
2 0.93 42.02 70.72 0.00 0.00 0.00 112.75
3 0.93 42.02 51.79 57.31 0.00 0.00 151.12
4 2.21 99.86 51.79 41.97 43.97 0.00 237.59
5 2.21 99.86 123.07 41.97 32.20 50.96 348.06
6 2.21 99.86 123.07 99.73 32.20 37.32 392.18
7 2.21 99.86 123.07 99.73 76.52 37.32 436.50
8 1.30 58.74 123.07 99.73 76.52 88.68 446.74
9 1.30 58.74 72.39 99.73 76.52 88.68 396.06
10 1.30 58.74 72.39 58.66 76.52 88.68 355.00
11 1.30 58.74 72.39 58.66 45.01 88.68 323.49
12 0.20 9.04 72.39 58.66 45.01 52.16 237.27
13 0.00 0.00 11.14 58.66 45.01 52.16 166.98
14 0.00 0.00 0.00 9.03 45.01 52.16 106.20
15 0.00 0.00 0.00 0.00 6.93 52.16 59.09
16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 8.03 8.03
Jumlah 446.74
32
Tabel 3.4.7 Saluran Sekunder 1 Petak Tersier Variasi II (Desa 2)
GOL GOL
GOL I GOL II GOL V
Minggu ke- K (lt/dt/ha) III IV Jumlah
106.38 69.38 51.44 49.50 49.31
1 1.27 135.10 0.00 0.00 0.00 0.00 135.10
2 0.93 98.93 88.11 0.00 0.00 0.00 187.04
3 0.93 98.93 64.52 65.33 0.00 0.00 228.77
4 2.21 235.09 64.52 47.84 62.87 0.00 410.31
5 2.21 235.09 153.32 47.84 46.04 62.63 544.91
6 2.21 235.09 153.32 113.68 46.04 45.86 593.98
7 2.21 235.09 153.32 113.68 109.40 45.86 657.34
8 1.30 138.29 153.32 113.68 109.40 108.98 623.66
9 1.30 138.29 90.19 113.68 109.40 108.98 560.53
10 1.30 138.29 90.19 66.87 109.40 108.98 513.72
11 1.30 138.29 90.19 66.87 64.35 108.98 468.67
12 0.20 21.28 90.19 66.87 64.35 64.11 306.79
13 0.00 0.00 13.88 66.87 64.35 64.11 209.20
14 0.00 0.00 0.00 10.29 64.35 64.11 138.74
15 0.00 0.00 0.00 0.00 9.90 64.11 74.01
16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 9.86 9.86
Jumlah 657.34
33
Tabel 3.4.8 Saluran Sekunder 2 Petak Tersier Variasi II (Desa 2)
GOL GOL
GOL I GOL II GOL V
Minggu ke- K (lt/dt/ha) III IV Jumlah
130.44 33.56 71.00 49.75 40.63
1 1.27 165.66 0.00 0.00 0.00 0.00 165.66
2 0.93 121.31 42.62 0.00 0.00 0.00 163.93
3 0.93 121.31 31.21 90.17 0.00 0.00 242.69
4 2.21 288.27 31.21 66.03 63.18 0.00 448.69
5 2.21 288.27 74.17 66.03 46.27 51.59 526.33
6 2.21 288.27 74.17 156.91 46.27 37.78 603.40
7 2.21 288.27 74.17 156.91 109.95 37.78 667.08
8 1.30 169.57 74.17 156.91 109.95 89.78 600.38
9 1.30 169.57 43.63 156.91 109.95 89.78 569.84
10 1.30 169.57 43.63 92.30 109.95 89.78 505.23
11 1.30 169.57 43.63 92.30 64.68 89.78 459.96
12 0.20 26.09 43.63 92.30 64.68 52.81 279.51
13 0.00 0.00 6.71 92.30 64.68 52.81 216.50
14 0.00 0.00 0.00 14.20 64.68 52.81 131.69
15 0.00 0.00 0.00 0.00 9.95 52.81 62.76
16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 8.13 8.13
Jumlah 667.08
34
Luas Total 220,750
A (Sekunder 2 Desa 1) = 2
= 2
= 110,375 ha
Luas Total 262,875
A (Sekunder 1 Desa 2) = 2
= 2
= 163,0001ha
Luas Total 187,015
A (Sekunder 2 Desa 2) = 2
= 2
= 162,688 ha
GOL
Minggu K GOL I GOL II GOL IV GOL V Jumlah
III
ke- (lt/dt/ha)
172.63 172.63 172.63 172.63 172.63
1 1.27 219.23 0.00 0.00 0.00 0.00 219.23
2 0.93 160.54 219.23 0.00 0.00 0.00 379.78
3 0.93 160.54 160.54 219.23 0.00 0.00 540.32
4 2.21 381.50 160.54 160.54 219.23 0.00 921.82
5 2.21 381.50 381.50 160.54 160.54 219.23 1303.32
6 2.21 381.50 381.50 381.50 160.54 160.54 1465.59
7 2.21 381.50 381.50 381.50 381.50 160.54 1686.55
8 1.30 224.41 381.50 381.50 381.50 381.50 1750.42
9 1.30 224.41 224.41 381.50 381.50 381.50 1593.33
10 1.30 224.41 224.41 224.41 381.50 381.50 1436.24
11 1.30 224.41 224.41 224.41 224.41 381.50 1279.15
12 0.20 34.53 224.41 224.41 224.41 224.41 932.18
13 0.00 0.00 34.53 224.41 224.41 224.41 707.76
14 0.00 0.00 0.00 34.53 224.41 224.41 483.35
15 0.00 0.00 0.00 0.00 34.53 224.41 258.94
16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 34.53 34.53
Jumlah 1750.42
35
Tabel 3.5.2 Saluran Sekunder 2 Petak Tersier Terbagi (Desa 1)
GOL
Minggu K GOL I GOL II GOL III GOL V Jumlah
IV
ke- (lt/dt/ha)
110.38 110.38 110.38 110.38 110.38
1 1.27 140.18 0.00 0.00 0.00 0.00 140.18
2 0.93 102.65 140.18 0.00 0.00 0.00 242.83
3 0.93 102.65 102.65 140.18 0.00 0.00 345.47
4 2.21 243.93 102.65 102.65 140.18 0.00 589.40
5 2.21 243.93 243.93 102.65 102.65 140.18 833.33
6 2.21 243.93 243.93 243.93 102.65 102.65 937.08
7 2.21 243.93 243.93 243.93 243.93 102.65 1078.36
8 1.30 143.49 243.93 243.93 243.93 243.93 1119.20
9 1.30 143.49 143.49 243.93 243.93 243.93 1018.76
10 1.30 143.49 143.49 143.49 243.93 243.93 918.32
11 1.30 143.49 143.49 143.49 143.49 243.93 817.88
12 0.20 22.08 143.49 143.49 143.49 143.49 596.03
13 0.00 0.00 22.08 143.49 143.49 143.49 452.54
14 0.00 0.00 0.00 22.08 143.49 143.49 309.05
15 0.00 0.00 0.00 0.00 22.08 143.49 165.56
16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 22.08 22.08
Jumlah 1119.20
36
Tabel 3.5.3 Saluran Sekunder 1 Petak Tersier Terbagi (Desa 2)
GOL
Minggu K GOL I GOL II GOL IV GOL V Jumlah
III
ke- (lt/dt/ha)
163.00 163.00 163.00 163.00 163.00
1 1.27 207.01 0.00 0.00 0.00 0.00 207.01
2 0.93 151.59 207.01 0.00 0.00 0.00 358.60
3 0.93 151.59 151.59 207.01 0.00 0.00 510.19
4 2.21 360.23 151.59 151.59 207.01 0.00 870.42
5 2.21 360.23 360.23 151.59 151.59 207.01 1230.65
6 2.21 360.23 360.23 360.23 151.59 151.59 1383.87
7 2.21 360.23 360.23 360.23 360.23 151.59 1592.51
8 1.30 211.90 360.23 360.23 360.23 360.23 1652.82
9 1.30 211.90 211.90 360.23 360.23 360.23 1504.49
10 1.30 211.90 211.90 211.90 360.23 360.23 1356.16
11 1.30 211.90 211.90 211.90 211.90 360.23 1207.83
12 0.20 32.60 211.90 211.90 211.90 211.90 880.20
13 0.00 0.00 32.60 211.90 211.90 211.90 668.30
14 0.00 0.00 0.00 32.60 211.90 211.90 456.40
15 0.00 0.00 0.00 0.00 32.60 211.90 244.50
16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 32.60 32.60
Jumlah 1652.82
37
Tabel 3.5.4 Saluran Sekunder 2 Petak Tersier Terbagi (Desa 2)
Minggu GOL I GOL II GOL III GOL IV GOL V Jumlah
K (lt/dt/ha)
ke- 162.69 162.69 162.69 162.69 162.69
1 1.27 206.61 0.00 0.00 0.00 0.00 206.61
2 0.93 151.30 206.61 0.00 0.00 0.00 357.91
3 0.93 151.30 151.30 206.61 0.00 0.00 509.21
4 2.21 359.54 151.30 151.30 206.61 0.00 868.75
5 2.21 359.54 359.54 151.30 151.30 206.61 1228.29
6 2.21 359.54 359.54 359.54 151.30 151.30 1381.22
7 2.21 359.54 359.54 359.54 359.54 151.30 1589.46
8 1.30 211.49 359.54 359.54 359.54 359.54 1649.65
9 1.30 211.49 211.49 359.54 359.54 359.54 1501.61
10 1.30 211.49 211.49 211.49 359.54 359.54 1353.56
11 1.30 211.49 211.49 211.49 211.49 359.54 1205.51
12 0.20 32.54 211.49 211.49 211.49 211.49 878.51
13 0.00 0.00 32.54 211.49 211.49 211.49 667.02
14 0.00 0.00 0.00 32.54 211.49 211.49 455.53
15 0.00 0.00 0.00 0.00 32.54 211.49 244.03
16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 32.54 32.54
Jumlah 1649.65
38
Q Rendaman Penuh = k Pertumbuhan x Luas Total
K = Kebutuhan air pada saat rendaman penuh (l/dtk/ha) Dari kebutuhan
air/debit/minggu, didapat Qmax dari setiap petak sekunder, yaitu :
Petak Sekunder
Sistem penggolongan dengan petak tersier utuh
Q max saluran sekunder 1 variasi I (Desa 1) = 747,00 lt/dt
Q max saluran sekunder 2 variasi I (Desa 1) = 452,99 lt/dt
Q max saluran sekunder 1 variasi I (Desa 2) = 484,03 lt/dt
Q max saluran sekunder 2 variasi I (Desa 2) = 845,54 lt/dt
39
= 2,21 x 410,156 = 906,445 lt/dt 3.7 3.7
Menentukan Harga Reduksi
a. Petak Tersier Utuh
- Saluran Sekunder 1 Variasi I (Desa 1)
Qmax 747,00
α = Q rendaman penuh = 813,142 = 0,92
Qmax 452,99
α = Q rendaman penuh = 486,2
= 0,93
Qmax 484,03
α= = 522,62 = 0,93
Q rendaman penuh
Qmax 845,54
α= =
Q rendaman penuh 906,44
= 0,93
Qmax 762,35
α= = 813,142 = 0,94
Q rendaman penuh
Qmax 439,48
α= Q rendaman penuh
= 486,2
= 0,90
40
- Saluran Sekunder 1 Variasi II (Desa 2)
Qmax 468,34
α= Q rendaman penuh
= 522,62 = 0,90
Qmax 820,77
α= Q rendaman penuh
= 906,44
= 0.91
41
3.8 Menentukan Efisiensi Saluran
0,85
0,55
0 20460 135660
42
Effisiensi saluran dapat dicari dengan interpolasi linier :
Saluran Primer
−0.30 (20380)+104058
F(RP1) = 115200
= 0.8650
−0.30 (51910)+ 104058
F(RP2) = 115200
= 0.768
−0.30 (111020)+104058
F(RP3) = − 115200
= 0.802
Saluran Sekunder
−0.30 (20460)+104058
F(RS1.1) = 115200
= 0.850
−0.30 (30480)+104058
F(RS2.1) = 115200
= 0.824
−0.30 (20480)+104058
F(RS3.1) = 115200
= 0.85
−0.30 (23610)+104058
F(RS4.1) = 115200
= 0.842
−0.30 (40630)+104058
F(RS5.1) = 115200
= 0.797
43
Tabel 3.8.2 Efisiensi Saluran Sekunder 1 (Desa 1)
Saluran Primer Saluran Sekunder
Nama Saluran L (cm) Nama Saluran L (cm)
RP1 0,850 RS1.1 0,850
RP2 0,768 RS2.1 0,824
RP3 0,802 RS3.1 0,850
RS4.1 0,842
RS5.1 0,797
44
Grafik 3.8.2 Efisiensi Saluran Sekunder 2 (Desa 1)
0,85
0,55
0 10050 155680
45
Saluran Sekunder
−0.30 (24440)+126800,5
F(RS1.2) = 145630
= 0.820
−0.30 (25850)+126800,5
F(RS2.2) = 145630
= 0.817
−0.30 (34860)+126800,5
F(RS3.2) = 145630
= 0,799
−0.30 (26150)+126800,5
F(RS4.2) = 145630
= 0.817
−0.30 (10050)+126800,5
F(RS5.2) = 145630
= 0,850
−0.30 (34330)+126800,5
F(RS6.2) = 145630
= 0.800
46
Tabel 3.8.5 Panjang Saluran Sekunder 3 (Desa 1)
Saluran Primer Saluran Sekunder
Nama Saluran L (cm) Nama Saluran L (cm)
RP1 20380 Sekunder 1.2 23630
RP2 51910 Sekunder 2.2 22740
RP 3 38730 Sekunder 3.2 18140
Jumlah 111020 Sekunder 4.2 31400
Sekunder 5.2 28710
Jumlah 124620
0,55
0 18140 124620
47
(F(x) – 0,85)( 106480) = (x-18140)(-0,30)
108200 F(x) –90508= -0,30 x + 5442
108200 F(x) = -0.30 x + 95950
−30x − 95950
F(x) = 108200
Keterangan : x = panjang saluran yang akan dihitung
Saluran Primer
−0.30 (20380)+95950
F(RP1) = 108200
= 0.830
−0.30 (51910)+95950
F(RP2) = 108200
= 0.743
−0.30 (38730)+95950
F(RP3) = − 108200
= 0.779
Saluran Sekunder
−0.30 (23630)+95950
F(RS1.2) = 108200
= 0.821
−0.30 (22740)+95950
F(RS2.2) = 108200
= 0.824
−0.30 (18140)+95950
F(RS3.2) = 108200
= 0,836
−0.30 (31400)+95950
F(RS4.2) = 108200
= 0.800
−0.30 (28710)+95950
F(RS5.2) = 108200
= 0,807
48
Tabel 3.8.6 Tabel Efisiensi Saluran Sekunder 3 (Desa 1)
49
Grafik 3.8.4 Efisiensi Saluran Sekunder 1 (Desa 2)
0,85
0,55
0 13920 123570
Saluran Primer
−0.30 (20320)+97378,5
F(RP1) = 109650
= 0,832
−0.30 (39270)+97378,5
F(RP2) = 109650
= 0.781
50
−0.30 (107680)+97378,5
F(RP3) = − 109650
= 0.593
Saluran Sekunder
−0.30 (13920)+97378,5
F(RS1.2) = 109650
= 0.850
−0.30 (26080)+97378,5
F(RS2.2) = 109650
= 0.817
−0.30 (24030)+97378,5
F(RS3.2) = 109650
= 0,822
−0.30 (25990)+97378,5
F(RS4.2) = 109650
= 0.817
−0.30 (33550)+97378,5
F(RS5.2) = 109650
= 0,796
51
Tabel 3.8.9 Panjang Saluran Sekunder 2 (Desa 2)
Saluran
Saluran Primer
Sekunder
Nama Saluran L (cm) Nama Saluran L (cm)
RP1 20320 Sekunder 1.2 14470
RP2 39270 Sekunder 2.2 30820
RP 3 107680 Sekunder 3.2 30320
Jumlah 167270 Sekunder 4.2 18400
Sekunder 5.2 23980
Jumlah 117990
0,85
0,55
0 14470 117990
52
F(x) − 0.85 x − 14470
−30
= 103520
Saluran Primer
−0.30 (20320)+92338
F(RP1) = 103520
= 0,833
−0.30 (39270)+92338
F(RP2) = 103520
= 0.778
−0.30 (107680)+92338
F(RP3) = − 103520
= 0.580
Saluran Sekunder
−0.30 (14470)+92338
F(RS1.2) = 103520
= 0.850
−0.30 (30820)+92338
F(RS2.2) = 103520
= 0.803
−0.30 (30320)+92338
F(RS3.2) = 103520
= 0,804
−0.30 (18400)+92338
F(RS4.2) = 103520
= 0.839
−0.30 (23980)+92338
F(RS5.2) = 103520
= 0,822
53
Tabel 3.8.10 Tabel Efisiensi Saluran Sekunder 2 (Desa 2)
Saluran
Saluran Primer
Sekunder
Nama Saluran L (cm) Nama Saluran L (cm)
RP1 20320 Sekunder 1.3 26980
RP2 39270 Sekunder 2.3 19080
RP 3 107680 Sekunder 3.3 24320
Jumlah 167270 Sekunder 4.3 31320
Sekunder 5.3 26380
Jumlah 128080
54
Grafik 3.8.6 Efisiensi Saluran Sekunder 3 (Desa 2)
0,85
0,55
0 19080 128080
Saluran Primer
−0.30 (20320)+98382,5
F(RP1) = 109010
= 0,847
−0.30 (39270)+98382,5
F(RP2) = 109010
= 0.795
55
−0.30 (107680)+98382,5
F(RP3) = − 109010
= 0.606
Saluran Sekunder
−0.30 (26980)+98382,5
F(RS1.3) = 109010
= 0.828
−0.30 (19080)+98382,5
F(RS2.3) = 109010
= 0.850
−0.30 (24320)+98382,5
F(RS3.3) = 109010
= 0,836
−0.30 (31320)+98382,5
F(RS4.3) = 109010
= 0.816
−0.30 (26380)+98382,5
F(RS5.3) = 109010
= 0,830
Diketahui :
Efektifitas petak persier = 0.77 (γ)
Efektifitas sawah yang dapat diairi = 0.92 (β)
α max Sekunder 1: Desa 1 = 2,29 ; Desa 2 = 2,29
α max Sekunder 2: Desa 1 = 2,29 ; Desa 2 = 2,29
56
α max Sekunder 3: Desa 1 = 0,956 ; Desa 2 = 0,943
Q Petak sekunder 1
Desa 1 = A x γ x α max x k rendaman
= A x 0,77 x 2,29 x 2,21
= A x 3,89 lt/dt
Desa 2 = A x γ x α max x k rendaman
= A x 0,77 x 2,29 x 2,21
= A x 3,89 lt/dt
Q Petak sekunder 2
Desa 1 = A x γ x α max x k rendaman
= A x 0,77 x 2,29 x 2,21
= A x 3,89 lt/dt
Desa 2 = A x γ x α max x k rendaman
= A x 0,77 x 2,29 x 2,21
= A x 3,89 lt/dt
Q Petak sekunder 3
Desa 1 = A x γ x α max x k rendaman
= A x 0,77 x 0,956 x 2,21
= A x 1,62 lt/dt
Desa 2 = A x γ x α max x k rendaman
= A x 0,77 x 0,943 x 2,21
= A x 1,60 lt/dt
57
Tabel 3.9.1 Kapasitas Saluran Primer (Desa 1)
58
Tabel 3.9.2 Kapasitas Saluran Sekunder 1 (Desa 1)
59
Tabel 3.9.3 Kapasitas Saluran Sekunder 2 (Desa 1)
60
Tabel 3.9.4 Kapasitas Saluran Sekunder 3 (Desa 1)
61
Tabel 3.9.5 Kapasitas Saluran Primer
(Desa2)
62
Tabel 3.9.6 Kapasitas Saluran Sekunder 1 (Desa 2)
63
Tabel 3.9.7 Kapasitas Saluran Sekunder 2
(Desa2)
64
3.10 Menentukan Dimensi Saluran
Dimensi kecepatan aliran dicari dengan menggunakan rumus steven,
V = 0,41 . Q0,025 , sedangkan kemiringan saluran dapat dicari dengan
menggunakan rumus Chezy :
V²
V = C Ri, i = C²R
A = (b+m.h) h
P = b + 2.h 1 m²
R=��
Dimana :
Q = debit saluran
C = koefisiensi Chezy (45 m/dt)
V = kecepatan aliran
R = jari – jari hidrolis
I = kemiringan
P = keliling basah
65
Tabel 3.10.1 Nilai m,n,v, dan k untuk saluran sekunder (Desa 1)
Q (m³/dt) m n = b/h v k
0,00 - 0,15 1 1 0,25 - 0,30 35
0,15 - 0,30 1 1 0,30 - 0,35 35
0,30 - 0,40 1 1.5 0,35 - 0,40 35
0,40 - 0,50 1 1.5 0,40 - 0,45 35
0,50 - 0,75 1 2 0,50 - 0,55 35
0,75 - 1,50 1 2 0,55 - 0,60 35
1,50 - 3,00 1 2.5 0,60 - 0,65 40
3,00 - 4,50 1.5 3 0,65 - 0,70 40
4,50 - 6,00 1.5 3.5 0.7 40
6,00 - 7,50 1.5 4 0.7 42.5
7,50 - 9,00 1.5 4.5 0.7 42.5
9,00 - 11,00 1.5 5 0.7 42.5
11,00 - 15,00 1.5 6 0.7 45
15,00 - 25,00 2 8 0.7 45
25,00 - 40,00 2 10 0.75 45
40,00 - 80,00 2 12 0.8 45
66
67
3.11 Perhitungan Elevasi Dasar Saluran Rencana dan Terjunan
Rencana penampang saluran :
1. Tinggi air hilang
- genangan air dipetak sawah = 0.1
- antara muka air petak sawah dengan muka air = 0.05
- antara saluran air tersier dengan asluran kuarter = 0.1
- bangunan pemberi = 0.15
Total = 0.45 m
2. Stripping = 0.2 m
3. Free Board = 0.4 m
68
Tabel 3.11.1 Elevasi Muka Tanah Asli Bangunan Saluran Primer (Desa 1)
No. Bangunan Elevasi Muka Tanah Asli
1 P1 113,18
2 P2 112,15
3 P3 114,44
Tabel 3.11.2 Elevasi Muka Tanah Asli Bangunan Saluran Sekunder 1 (Desa 1)
No. Bangunan Elevasi Muka Tanah Asli
1 S1.1 113,87
2 S2.1 110,72
3 S3.1 104,59
4 S4.1 104,47
5 S5.1 95,4
Tabel 3.11.3 Elevasi Muka Tanah Asli Bangunan Saluran Sekunder 2 (Desa 1)
No. Bangunan Elevasi Muka Tanah Asli
1 S1.2 113,74
2 S2.2 109,43
3 S3.2 104,42
4 S4.2 97,9
5 S5.2 95
69
Tabel 3.11.4 Elevasi Muka Tanah Asli Bangunan Saluran Sekunder 3 (Desa 1)
No. Bangunan Elevasi Muka Tanah Asli
1 S1.3 114,36
2 S2.3 110,00
3 S3.3 105
4 S4.3 99,92
5 S5.3 94,84
Tabel 3.11.5 Elevasi Muka Tanah Asli Bangunan Saluran Primer (Desa 2)
No. Bangunan Elevasi Muka Tanah Asli
1 P1 113,36
2 P2 114,1
3 P3 113,41
Tabel 3.11.6 Elevasi Muka Tanah Asli Bangunan Saluran Sekunder 1 (Desa 2)
No. Bangunan Elevasi Muka Tanah Asli
1 S1.1 111,28
2 S2.1 109,74
3 S3.1 103,42
4 S4.1 98,11
5 S5.1 93,64
Tabel 3.11.7 Elevasi Muka Tanah Asli Bangunan Saluran Sekunder 2 (Desa 2)
No. Bangunan Elevasi Muka Tanah Asli
1 S1.2 114,28
2 S2.2 111,88
3 S3.2 107,91
4 S4.2 101,63
5 S5.2 95,55
70
Tabel 3.11.8 Elevasi Muka Tanah Asli Bangunan Saluran Sekunder 3 (Desa 2)
71
- Elevasi dasar saluran maksimum = 98,11 + 0,65 = 98,76 m
98,11+98,76
- Elevasi muka air rencana = 2
= 98,43m
Tabel 3.11.9 Perhitungan Elevasi Muka Tanah Asli Bangunan Saluran Primer
(Desa 1)
Perhitungan Elvasi Dasar Nama Bangunan
No
Saluran Rencana untuk : P1 P2 P3
1 Tinggi Air Pada Saluran 1,219 0,691 0,98
2 Elevasi Muka Tanah Asli 113,18 112,15 114,44
3 Elevasi Muka Air Minimum 113,63 112,60 114,89
4 Elevasi Dasar Saluran Minimum 111,96 111,46 113,46
5 Elevasi Muka Air Maksimum 112,98 111,95 114,24
6 Elevasi Dasar Saluran Maksimum 114,20 112,64 115,22
7 Elevasi Muka Air Rencana 113,91 112,62 115,06
8 Elevasi Dasar Saluran Rencana 112,70 111,93 114,07
9 Elevasi Muka Tanggul 114,31 113,02 115,46
72
Tabel 3.11.10 Perhitungan Elevasi Muka Tanah Asli Bangunan Saluran
Sekunder 1 (Desa 1)
Perhitungan Elvasi
Nama Bangunan
Dasar
No
Saluran Rencana
S1.1 S2.1 S3.1 S4.1 S5.1
untuk :
1 Tinggi Air Pada Saluran 1,01 1,01 0,94 0,65 0,58
Elevasi Muka Tanah
2 113,87 110,72 104,59 104,47 95,40
Asli
Elevasi Muka Air
3 114,32 111,17 105,04 104,92 95,85
Minimum
Elevasi Dasar Saluran
4 112,86 109,71 103,65 103,82 94,82
Minimum
Elevasi Muka Air
5 113,67 110,52 104,39 104,27 95,20
Maksimum
Elevasi Dasar Saluran
6 114,68 111,53 105,33 104,92 95,78
Maksimum
Elevasi Muka Air
7 114,50 111,35 105,18 104,92 95,81
Rencana
Elevasi Dasar Saluran
8 113,49 110,34 104,25 104,27 95,24
Rencana
9 Elevasi Muka Tanggul 114,90 111,75 105,58 105,32 96,21
73
Tabel 3.11.11 Perhitungan Elevasi Muka Tanah Asli Bangunan Saluran
Sekunder 2 (Desa 1)
Perhitungan Elvasi
Nama Bangunan
No Dasar
Saluran Rencana untuk : S1.2 S2.2 S3.2 S4.2 S5.2
1 Tinggi Air Pada Saluran 0,79 0,71 0,63 0,61 0,43
2 Elevasi Muka Tanah Asli 113,74 109,43 104,42 97,90 95,00
Elevasi Muka Air
3 114,19 109,88 104,87 98,35 95,45
Minimum
Elevasi Dasar Saluran
4 112,95 108,72 103,79 97,29 94,57
Minimum
Elevasi Muka Air
5 113,54 109,23 104,22 97,70 94,80
Maksimum
Elevasi Dasar Saluran
6 114,33 109,94 104,85 98,31 95,23
Maksimum
Elevasi Muka Air
7 114,26 109,91 104,86 98,33 95,34
Rencana
Elevasi Dasar Saluran
8 113,47 109,20 104,23 97,72 94,91
Rencana
9 Elevasi Muka Tanggul 119,46 115,11 110,06 103,53 100,54
74
Tabel 3.11.12 Perhitungan Elevasi Muka Tanah Asli Bangunan Saluran
Sekunder 3 (Desa 1)
Perhitungan Elvasi
Nama Bangunan
No Dasar
Saluran Rencana untuk : S1.3 S2.3 S3.3 S4.3 S5.3
1 Tinggi Air Pada Saluran 0,859 0,975 0,90 0,73 0,49
2 Elevasi Muka Tanah Asli 114,36 110,00 105,00 99,92 94,84
Elevasi Muka Air
3 114,36 110,00 105,00 99,92 94,84
Minimum
Elevasi Dasar Saluran
4 113,50 109,03 104,10 99,19 94,35
Minimum
Elevasi Muka Air
5 114,36 110,00 105,00 99,92 94,84
Maksimum
Elevasi Dasar Saluran
6 115,22 110,97 105,90 100,65 95,33
Maksimum
7 Elevasi Muka Air Rencana 114,79 110,49 105,45 100,28 95,08
Elevasi Dasar Saluran
8 113,93 109,51 104,55 99,56 94,60
Rencana
9 Elevasi Muka Tanggul 115,19 110,89 105,85 100,68 95,48
Tabel 3.11.13 Perhitungan Elevasi Muka Tanah Asli Bangunan Saluran Primer
(Desa 2)
75
Tabel 3.11.14 Perhitungan Elevasi Muka Tanah Asli Bangunan Saluran
Sekunder 1 (Desa 2)
Perhitungan Elvasi
Nama Bangunan
Dasar
No
Saluran Rencana
S1.1 S2.1 S3.1 S4.1 S5.1
untuk :
1 Tinggi Air Pada Saluran 0,92 0,87 0,77 0,65 0,66
Elevasi Muka Tanah
2 111,28 109,74 103,42 98,11 93,64
Asli
Elevasi Muka Air
3 111,28 109,74 103,42 98,11 93,64
Minimum
Elevasi Dasar Saluran
4 110,36 108,87 102,65 97,46 92,98
Minimum
Elevasi Muka Air
5 111,28 109,74 103,42 98,11 93,64
Maksimum
Elevasi Dasar Saluran
6 112,20 110,61 104,19 98,76 94,30
Maksimum
Elevasi Muka Air
7 111,74 110,17 103,80 98,43 93,97
Rencana
Elevasi Dasar Saluran
8 110,82 109,31 103,04 97,79 93,31
Rencana
9 Elevasi Muka Tanggul 112,14 110,57 104,20 98,83 94,37
76
Tabel 3.11.15 Perhitungan Elevasi Muka Tanah Asli Bangunan Saluran
Sekunder 2 (Desa 2)
Perhitungan Elvasi
No Nama Bangunan
Dasar
Saluran Rencana
S1.2 S2.2 S3.2 S4.2 S5.2
untuk :
1 Tinggi Air Pada Saluran 1,07 0,96 0,92 1,11 0,68
2 Elevasi Muka Tanah Asli 114,28 11,88 107,91 101,63 95,55
Elevasi Muka Air
3 114,28 11,88 107,91 101,63 95,55
Minimum
Elevasi Dasar Saluran
4 113,21 10,92 106,99 100,52 94,87
Minimum
Elevasi Muka Air
5 114,28 11,88 107,91 101,63 95,55
Maksimum
Elevasi Dasar Saluran
6 115,35 12,84 108,83 102,74 96,23
Maksimum
Elevasi Muka Air
7 114,82 12,36 108,37 102,18 95,89
Rencana
Elevasi Dasar Saluran
8 113,74 11,40 107,45 101,08 95,21
Rencana
9 Elevasi Muka Tanggul 115,22 12,76 108,77 102,58 96,29
77
Tabel 3.11.16 Perhitungan Elevasi Muka Tanah Asli Bangunan Saluran
Sekunder 3 (Desa 2)
Perhitungan Elvasi
No Nama Bangunan
Dasar
Saluran Rencana
S1.3 S2.3 S3.3 S4.3 S5.3
untuk :
1 Tinggi Air Pada Saluran 0,62 0,63 0,57 0,58 0,52
2 Elevasi Muka Tanah Asli 114,00 109,67 105,68 99,71 93,46
Elevasi Muka Air
3 114,00 109,67 106,13 99,71 93,46
Minimum
Elevasi Dasar Saluran
4 113,38 109,04 105,11 99,13 92,94
Minimum
Elevasi Muka Air
5 114,00 109,67 105,48 99,71 93,46
Maksimum
Elevasi Dasar Saluran
6 114,62 110,30 106,05 100,29 93,98
Maksimum
Elevasi Muka Air
7 114,31 109,99 106,09 100,00 93,72
Rencana
Elevasi Dasar Saluran
8 113,69 109,35 105,52 99,42 93,20
Rencana
9 Elevasi Muka Tanggul 114,71 110,39 106,49 100,40 94,12
78
Tabel 3.11.18 Terjunan Sekunder 2 (Desa 1)
Nama Beda Tinggi
Nama Tinggi Air Banyaknya
Ruas Tinggi Terjunan
Vh
yang
Saluran Bangunan Saluran Maksimum Terjunan
Dihilangkan
S1.2 dan
RS1.2 0,0139 4,3 4,26 0,79 5
S2.2
S2.2 dan
RS2.2 0,0097 5,0 4,96 0,71 7
S3.3
S3.2 dan
RS3.2 0,0080 6,5 6,50 0,63 10
S4.2
S4.2 dan
RS4.2 0,0059 2,8 2,80 0,61 5
S5.2
S5.2 dan
RS5.2 0,0005 3,9 3,91 0,43 9
D2.2
79
Tabel 3.11.20 Terjunan Sekunder 1 (Desa 2)
Beda Tinggi
` Nama Tinggi Air Banyaknya
Tinggi Terjunan
Vh
yang
Saluran Bangunan Saluran Maksimum Terjunan
Dihilangkan
S1.2 dan
RS1.2 0,0258 2,3 2,32 1,07 2
S2.2
S2.2 dan
RS2.2 0,0374 4,0 3,91 0,96 4
S3.2
S3.2 dan
RS3.2 0,0331 6,4 6,34 0,92 7
S4.2
S4.2 dan
RS4.2 0,0364 5,9 5,83 1,11 5
S5.2
S5.2 dan
RS5.2 0,0068 3,2 3,20 0,68 5
D2.2
80
Tabel 3.11.22 Terjunan Sekunder 3 (Desa 2)
Jadi, diperlukan 7 buah bangunan terjunan pada ruas saluran RS4.1 Desa 2.
81
Keterangan Saluran R.P2 Desa 1
Lebar Saluran (b) m 2,89
Lebar Tanggul (a) m 1,5
Elevasi Dasar Saluran m 111,93
Elevasi Muka Tanah m 112,15
Elevasi Muka Tanggul m 113,02
Kemiringan Talud (m) m 1
Panjang Saluran (L) m 519,1
112,15-111,93
h1 m
0,22
113,2-112,15
h2 m
0,87
(b + m.h1).h1.L
Luas Galian (2.39+ (1 x 0.29)) x 0.29 x 519.1
(m²)
356,56
2.(a + m.h2).h2.L
LuasTimbunan 2 x (1.5 + (1 x 0.94)) x 0.94 x 519,1
(m²)
2142,47
82
a. Saluran RS.4.1 (Desa 2)
Elevasi RS.4.1 = 98,11 m
Panjang RS.4.1 = 259,900 m
83
BAB IV
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan, pengerjaan, penelitian dalam soal yang ada pada laporan tugas
praktikum Irigasi dan Bangunan Air, maka dapat kami simpulkan beberapa hal dan
hasil dari sebuah laporan yaitu sebagai berikut:
1. Hasil perhitungan debit setiap petak pada saluran primer 1 (RP1) adalah
sebagai berikut:
a. Petak A1A memiliki luas (A) yaitu 48,688 ha dan debit (Q) yaitu 0.3
m3 /dt
b. Petak A1B memiliki luas (A) yaitu 28,25 ha dan debit (Q) yaitu 0.5
m3 /dt
c. Petak A1C memiliki luas (A) yaitu 17,625 ha dan debit (Q) yaitu 0.6
m3 /dt
d. Petak A1D memiliki luas (A) yaitu 23,063 ha dan debit (Q) yaitu 0.7
m3 /dt
e. Petak A1E memiliki luas (A) yaitu 28,5 ha dan debit (Q) yaitu 0.9
m3 /dt
f. Petak A2A memiliki luas (A) yaitu 17,5 ha dan debit (Q) yaitu 1.0
m3 /dt
g. Petak A2B memiliki luas (A) yaitu 24 ha dan debit (Q) yaitu 1.1
m3 /dt
h. Petak A2C memiliki luas (A) yaitu 17,688 ha dan debit (Q) yaitu 1.2
m3 /dt
i. Petak A2D memiliki luas (A) yaitu 18,875 ha dan debit (Q) yaitu 1.4
m3 /dt
j. Petak A2E memiliki luas (A) yaitu 35,688 ha dan debit (Q) yaitu 1.6
m3 /dt
84
k. Petak A3A memiliki luas (A) yaitu 65,5 ha dan debit (Q) yaitu 2.0
m3 /dt
l. Petak A3B memiliki luas (A) yaitu 78,25 ha dan debit (Q) yaitu 2.4
m3 /dt
m. Petak A3C memiliki luas (A) yaitu 14,438 ha dan debit (Q) yaitu 2.5
m3 /dt
n. Petak A3D memiliki luas (A) yaitu 21,625 ha dan debit (Q) yaitu 2.6
m3 /dt
o. Petak A3E memiliki luas (A) yaitu 93,75 ha dan debit (Q) yaitu 3.2
m3 /dt
p. Petak A4A memiliki luas (A) yaitu 26,625 ha dan debit (Q) yaitu 3.4
m3 /dt
q. Petak A4B memiliki luas (A) yaitu 23,313 ha dan debit (Q) yaitu 3.5
m3 /dt
r. Petak A4C memiliki luas (A) yaitu 27 ha dan debit (Q) yaitu 3.7
m3 /dt
s. Petak A4D memiliki luas (A) yaitu 26,25 ha dan debit (Q) yaitu 3.8
m3 /dt
t. Petak A4E memiliki luas (A) yaitu 60,563 ha dan debit (Q) yaitu 4.2
m3 /dt
u. Petak A5A memiliki luas (A) yaitu 28,688 ha dan debit (Q) yaitu 4.4
m3 /dt
v. Petak A5B memiliki luas (A) yaitu 27,125 ha dan debit (Q) yaitu 4.5
m3 /dt
w. Petak A5C memiliki luas (A) yaitu 22,75 ha dan debit (Q) yaitu 4.7
m3 /dt
x. Petak A5D memiliki luas (A) yaitu 30,688 ha dan debit (Q) yaitu 4.9
m3 /dt
y. Petak A5E memiliki luas (A) yaitu 49,438 ha dan debit (Q) yaitu 5.2
m3 /dt
85
2. Hasil perhitungan debit setiap petak pada saluran primer 2 (desa 1)
adalah sebagai berikut:
a) Petak A1C memiliki luas (A) yaitu 17,625 ha dan debit (Q) yaitu 0.1
m3/dt
b) Petak A1D memiliki luas (A) yaitu 623,063 ha dan debit (Q) yaitu 0.3
m3/dt
c) Petak A1E memiliki luas (A) yaitu 28,5 ha dan debit (Q) yaitu 0.4
m3/dt
d) Petak A2C memiliki luas (A) yaitu 17,688 ha dan debit (Q) yaitu 0.1
m3/dt
e) Petak A2D memiliki luas (A) yaitu 18,875 ha dan debit (Q) yaitu 0.2
m3/dt
f) Petak A2E memiliki luas (A) yaitu 35,688 ha dan debit (Q) yaitu 0.4
m3/dt
g) Petak A3C memiliki luas (A) yaitu 14,438 ha dan debit (Q) yaitu 0.1
m3/dt
h) Petak A3D memiliki luas (A) yaitu 21,625 ha dan debit (Q) yaitu 0.2
m3/dt
i) Petak A3E memiliki luas (A) yaitu 93,75 ha dan debit (Q) yaitu 0.8
m3/dt
j) Petak A4C memiliki luas (A) yaitu 27 ha dan debit (Q) yaitu 0.2
m3/dt
k) Petak A4D memiliki luas (A) yaitu 26,25 ha dan debit (Q) yaitu 0.3
m3/dt
l) Petak A4E memiliki luas (A) yaitu 60,563 ha dan debit (Q) yaitu 0.7
m3/dt
m) Petak A5C memiliki luas (A) yaitu 22,75 ha dan debit (Q) yaitu 0.1
m3/dt
n) Petak A5D memiliki luas (A) yaitu 30,688 ha dan debit (Q) yaitu 0,3
86
m3/dt
o) Petak A5E memiliki luas (A) yaitu 49,438 ha dan debit (Q) yaitu 0,6
m3/dt
3. Hasil perhitungan debit setiap petak pada saluran primer 3 (desa 1)
adalah sebagai berikut:
a. Petak A1E memiliki luas (A) yaitu 28,5 ha dan debit (Q) yaitu 0.2
b. m3/dt
c. Petak A2E memiliki luas (A) yaitu 35,688 ha dan debit (Q) yaitu 0.4
m3/dt
d. Petak A3E memiliki luas (A) yaitu 93,75 ha dan debit (Q) yaitu 1.0
m3/dt
e. Petak A4E memiliki luas (A) yaitu 60,563 ha dan debit (Q) yaitu 1.4
m3/dt
f. Petak A5E memiliki luas (A) yaitu 49,438 ha dan debit (Q) yaitu 1.7
m3/dt
4. Hasil perhitungan debit setiap petak pada saluran primer 1 (desa 2)
adalah sebagai berikut:
a. Petak A1A memiliki luas (A) yaitu 17,681 ha dan debit (Q) yaitu 0.11
m3 /dt
b. Petak A1B memiliki luas (A) yaitu 11,931 ha dan debit (Q) yaitu 0.18
m3 /dt
c. Petak A1C memiliki luas (A) yaitu 23,113ha dan debit (Q) yaitu 0.31
m3 /dt
d. Petak A1D memiliki luas (A) yaitu 60,013 ha dan debit (Q) yaitu 0.67
m3 /dt
e. Petak A1E memiliki luas (A) yaitu 39,606 ha dan debit (Q) yaitu 0.91
m3 /dt
f. Petak A2A memiliki luas (A) yaitu 20,094 ha dan debit (Q) yaitu 1.03
m3 /dt
g. Petak A2B memiliki luas (A) yaitu 24,731 ha dan debit (Q) yaitu 1.19
87
m3 /dt
h. Petak A2C memiliki luas (A) yaitu 43,788 ha dan debit (Q) yaitu 1.46
m3 /dt
i. Petak A2D memiliki luas (A) yaitu 43,819 ha dan debit (Q) yaitu 1.73
m3 /dt
j. Petak A2E memiliki luas (A) yaitu 44,531 ha dan debit (Q) yaitu 2.01
m3 /dt
k. Petak A3A memiliki luas (A) yaitu 20,955 ha dan debit (Q) yaitu 2.14
m3 /dt
l. Petak A3B memiliki luas (A) yaitu 15,75 ha dan debit (Q) yaitu 2.23
m3 /dt
m. Petak A3C memiliki luas (A) yaitu 0 ha dan debit (Q) yaitu 2.23
m3 /dt
n. Petak A3D memiliki luas (A) yaitu 41,875 ha dan debit (Q) yaitu 2.49
m3 /dt
o. Petak A3E memiliki luas (A) yaitu 73,475 ha dan debit (Q) yaitu 2.94
m3 /dt
p. Petak A4A memiliki luas (A) yaitu 30,594 ha dan debit (Q) yaitu 3.13
m3 /dt
q. Petak A4B memiliki luas (A) yaitu 21,881 ha dan debit (Q) yaitu 2.27
m3 /dt
r. Petak A4C memiliki luas (A) yaitu 34,931 ha dan debit (Q) yaitu 3.49
m3 /dt
s. Petak A4D memiliki luas (A) yaitu 45,413 ha dan debit (Q) yaitu 3.77
m3 /dt
t. Petak A4E memiliki luas (A) yaitu 69,219 ha dan debit (Q) yaitu 4.20
m3 /dt
u. Petak A5A memiliki luas (A) yaitu 47,256 ha dan debit (Q) yaitu 4.50
m3 /dt
v. Petak A5B memiliki luas (A) yaitu 25,638 ha dan debit (Q) yaitu 4.66
88
m3 /dt
w. Petak A5C memiliki luas (A) yaitu 37,9 ha dan debit (Q) yaitu 4.90
m3 /dt
x. Petak A5D memiliki luas (A) yaitu 79,306 ha dan debit (Q) yaitu 5.41
m3 /dt
y. Petak A5E memiliki luas (A) yaitu 58,519 ha dan debit (Q) yaitu 5.78
m3 /dt
5. Hasil perhitungan debit setiap petak pada saluran primer 2 (desa 2)
adalah sebagai berikut:
a. Petak A1C memiliki luas (A) yaitu 23,113ha dan debit (Q) yaitu 0.14
m3 /dt
b. Petak A1D memiliki luas (A) yaitu 60,013 ha dan debit (Q) yaitu 0.50
m3 /dt
c. Petak A1E memiliki luas (A) yaitu 39,606 ha dan debit (Q) yaitu 0.73
m3 /dt
d. Petak A2C memiliki luas (A) yaitu 43,788 ha dan debit (Q) yaitu 0.28
m3 /dt
e. Petak A2D memiliki luas (A) yaitu 43,819 ha dan debit (Q) yaitu 0.55
m3 /dt
f. Petak A2E memiliki luas (A) yaitu 44,531 ha dan debit (Q) yaitu 0.83
m3 /dt
g. Petak A3C memiliki luas (A) yaitu 0 ha dan debit (Q) yaitu 0
m3 /dt
h. Petak A3D memiliki luas (A) yaitu 41,875 ha dan debit (Q) yaitu 0.26
m3 /dt
i. Petak A3E memiliki luas (A) yaitu 73,475 ha dan debit (Q) yaitu 0.73
m3 /dt
j. Petak A4C memiliki luas (A) yaitu 34,931 ha dan debit (Q) yaitu 0.21
m3 /dt
k. Petak A4D memiliki luas (A) yaitu 45,413 ha dan debit (Q) yaitu 0.49
89
m3 /dt
l. Petak A4E memiliki luas (A) yaitu 69,219 ha dan debit (Q) yaitu 0.9
m3 /dt
m. Petak A5C memiliki luas (A) yaitu 37,9 ha dan debit (Q) yaitu 0.23
m3 /dt
n. Petak A5D memiliki luas (A) yaitu 79,306 ha dan debit (Q) yaitu 0.72
m3 /dt
o. Petak A5E memiliki luas (A) yaitu 58,519 ha dan debit (Q) yaitu 1.08
m3 /dt
6. Hasil perhitungan debit setiap petak pada saluran primer 3 (desa 1)
adalah sebagai berikut:
a. Petak A1E memiliki luas (A) yaitu 39,606 ha dan debit (Q) yaitu 0.24
m3 /dt
b. Petak A2E memiliki luas (A) yaitu 44,531 ha dan debit (Q) yaitu 0.52
m3 /dt
c. Petak A3E memiliki luas (A) yaitu 73,475 ha dan debit (Q) yaitu 0.98
m3 /dt
d. Petak A4E memiliki luas (A) yaitu 69,219 ha dan debit (Q) yaitu 1.4
m3 /dt
e. Petak A5E memiliki luas (A) yaitu 58,519 ha dan debit (Q) yaitu .76
m3 /dt
7. Perhitungan dimensi saluran (desa 1)
a. Saluran RP1 memiliki lebar (b) yaitu 2,872 m dan kedalaman (h) yaitu
1,219 m
b. Saluran RP2 memiliki lebar (b) yaitu 2,894 m dan kedalaman (h) yaitu
0,982 m
c. Saluran RP3 memiliki lebar (b) yaitu 2,037 m dan kedalaman (h) yaitu
0,982 m
d. Saluran RS1.1 memiliki lebar (b) yaitu 2,476 m dan kedalaman (h)
yaitu 1,010 m
90
e. Saluran RS2.1 memiliki lebar (b) yaitu 1,974 m dan kedalaman (h)
yaitu 1,013 m
f. Saluran RS3.1 memiliki lebar (b) yaitu 2,135 m dan kedalaman (h)
yaitu 0,937 m
g. Saluran RS4.1 memiliki lebar (b) yaitu 3,1 m dan kedalaman (h) yaitu
0,645 m
h. Saluran RS5.1 memiliki lebar (b) yaitu 2,596 m dan kedalaman (h)
yaitu 0,578 m
i. Saluran RS1.2 memiliki lebar (b) yaitu 3,175 m dan kedalaman (h)
yaitu 0,787 m
j. Saluran RS2.2 memiliki lebar (b) yaitu 3,518 m dan kedalaman (h)
yaitu 0,711 m
k. Saluran RS3.2 memiliki lebar (b) yaitu 3,946 m dan kedalaman (h)
yaitu 0,634 m
l. Saluran RS4.2 memiliki lebar (b) yaitu 3,26 m dan kedalaman (h)
yaitu 0,613 m
m. Saluran RS5.2 memiliki lebar (b) yaitu 34,653 m dan kedalaman (h)
yaitu 0,43 m
n. Saluran RS1.3 memiliki lebar (b) yaitu 1,747 m dan kedalaman (h)
yaitu 0,859 m
o. Saluran RS2.3 memiliki lebar (b) yaitu 1,026 m dan kedalaman (h)
yaitu 0,975 m
p. Saluran RS3.3 memiliki lebar (b) yaitu 1,111 m dan kedalaman (h)
yaitu 0,9 m
q. Saluran RS4.3 memiliki lebar (b) yaitu 1,378 m dan kedalaman (h)
yaitu 0,725 m
r. Saluran RS5.3 memiliki lebar (b) yaitu 2,061 m dan kedalaman (h)
yaitu 0,485 m
91
8. Perhitungan dimensi saluran (desa 2)
a. Saluran RP1 memiliki lebar (b) yaitu 2,723 m dan kedalaman (h) yaitu
1,285 m
b. Saluran RP2 memiliki lebar (b) yaitu 2,524 m dan kedalaman (h) yaitu
0,792 m
c. Saluran RP3 memiliki lebar (b) yaitu 2,787 m dan kedalaman (h) yaitu
0,923 m
d. Saluran RS1.1 memiliki lebar (b) yaitu 2,166 m dan kedalaman (h)
yaitu 0,866 m
e. Saluran RS2.1 memiliki lebar (b) yaitu 2,309 m dan kedalaman (h)
yaitu 0,767 m
f. Saluran RS3.1 memiliki lebar (b) yaitu 2,606 m dan kedalaman (h)
yaitu 0,937 m
g. Saluran RS4.1 memiliki lebar (b) yaitu 3,1 m dan kedalaman (h) yaitu
0,645 m
h. Saluran RS5.1 memiliki lebar (b) yaitu 2,27 m dan kedalaman (h) yaitu
0,661 m
i. Saluran RS1.2 memiliki lebar (b) yaitu 2,329 m dan kedalaman (h)
yaitu 1,074 m
j. Saluran RS2.2 memiliki lebar (b) yaitu 2,598 m dan kedalaman (h)
yaitu 0,962 m
k. Saluran RS3.2 memiliki lebar (b) yaitu 2,165 m dan kedalaman (h)
yaitu 0,924 m
l. Saluran RS4.2 memiliki lebar (b) yaitu 2,258 m dan kedalaman (h)
yaitu 1,107 m
m. Saluran RS5.2 memiliki lebar (b) yaitu 2,953 m dan kedalaman (h)
yaitu 0,677 m
n. Saluran RS1.3 memiliki lebar (b) yaitu 3,216 m dan kedalaman (h)
yaitu 0,622 m
92
o. Saluran RS2.3 memiliki lebar (b) yaitu 3,172 m dan kedalaman (h)
yaitu 0.631 m
p. Saluran RS3.3 memiliki lebar (b) yaitu 3,513 m dan kedalaman (h)
yaitu 0,569 m
q. Saluran RS4.3 memiliki lebar (b) yaitu 2,567 m dan kedalaman (h)
yaitu 0,584 m
r. Saluran RS5.3 memiliki lebar (b) yaitu 1,926 m dan kedalaman (h)
yaitu 0,519 m
9. Penggolongan giliran teknis pemberian air pada saluran sekunder 1
(desa 1)
a. Golongan 1 terdiri dari petak A1A dan A2B
b. Golongan 2 terdiri dari petak A2A dan A1B
c. Golongan 3 terdiri dari petak A3A dan A4B
d. Golongan 4 terdiri dari petak A4A dan A3B
e. Golongan 5 terdiri dari petak A5A dan A5B
10. Penggolongan giliran teknis pemberian air pada saluran sekunder 2
(desa 1)
a. Golongan 1 terdiri dari petak A1C dan A2D
b. Golongan 2 terdiri dari petak A2C dan A1D
c. Golongan 3 terdiri dari petak A3C dan A4D
d. Golongan 4 terdiri dari petak A4C dan A3D
e. Golongan 5 terdiri dari petak A5C dan A5D
11. Penggolongan giliran teknis pemberian air pada saluran sekunder 3
(desa 1)
a. Golongan 1 terdiri dari petak A1E
b. Golongan 2 terdiri dari petak A2E
c. Golongan 3 terdiri dari petak A3E
d. Golongan 4 terdiri dari petak A4E
e. Golongan 5 terdiri dari petak A5E
93
12. . Penggolongan giliran teknis pemberian air pada saluran sekunder 1
(desa 2)
a. Golongan 1 terdiri dari petak A1A dan A2B
b. Golongan 2 terdiri dari petak A2A dan A1B
c. Golongan 3 terdiri dari petak A3A dan A4B
d. Golongan 4 terdiri dari petak A4A dan A3B
e. Golongan 5 terdiri dari petak A5A dan A5B
13. Penggolongan giliran teknis pemberian air pada saluran sekunder 2
(desa 2)
a. Golongan 1 terdiri dari petak A1C dan A2D
b. Golongan 2 terdiri dari petak A2C dan A1D
c. Golongan 3 terdiri dari petak A3C dan A4D
d. Golongan 4 terdiri dari petak A4C dan A3D
e. Golongan 5 terdiri dari petak A5C dan A5D
14. Penggolongan giliran teknis pemberian air pada saluran sekunder 3
(desa 2)
a. Golongan 1 terdiri dari petak A1E
b. Golongan 2 terdiri dari petak A2E
c. Golongan 3 terdiri dari petak A3E
d. Golongan 4 terdiri dari petak A4E
e. Golongan 5 terdiri dari petak A5E
94
95
96
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Pemerintah No. 23/1982 Irigasi. Jakarta
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Pengairan. 1986. Standar
Perencanaan Irigasi, KP-01 Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi. Kementrian
Pekerjaan Umum: Jakarta.
Pailalah, J. 2010. Teori Dasar Irigasi. Tersedia di:
https://jeisenpailalah.wordpress.com/2010/12/20/teori-dasar-irigasi/
Putra, MR. 2014. Pengertian Irigasi. Tersedia di:
eprints.polsri.ac.id/1205/3/BAB%20II.pdf
97