Disusun Oleh:
Muhammad Fazrie Al-Akbar
15117098
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah membimbing Penulis dalam
penyusunan laporan ini. Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi mata
kuliah wajib Geologi Lapangan. Penyusunan laporan ini diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan mahasiswa terhadap geologi dan teknik penyusunan
laporan. Kuliah geologi lapangan di daerah Karangsambung ini dilaksanakan
selama kurang lebih 17 hari. Laporan ini membahas mengenai Daerah Pencil,
Karangsambung dengan maksud dan tujuan pembuatan laporan dilakukan dengan
berdasarkan data-data yang didapat selama pemetaan yang dilakukan selama ± 4
hari. Tidak lupa penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Allah SWT, yang telah memberikan serta rahmat dan karunia-Nya.
2. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan baik moral dan meteril.
3. Bapak Mochamad Iqbal, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik
Geologi Institut Teknologi Sumatera.
4. Segenap Bapak/Ibu Dosen pembimbing Kuliah Lapangan Karangssambung
atassemua ilmu yang diturunkan kepada kami.
5. Kelompok pemetaan daerah Pencil atas semangat, canda, tawa tiada habis
selama berlangsunya kegiatan pemetan selama ± 4 hari.
6. Semua teman-teman sekaligus keluarga Teknik Geologi Angkatan 2017
yang saya cintai.
Penulis sadar bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
Penulis berharap ada masukan saran dan kritik dari pembaca agar laporan ini
dapat menjadi lebih baik. Dengan penuh harapan semoga laporan ini kelak
dapat dijadikan sebagai penopang untuk menambah ilmu dan wawasan
pendidikan tentang kebumian di bidangnya tersendiri.
Penulis,
Bandar Lampung, 19 Januari 2021
i
DAFTAR ISI
BAB 2 ..................................................................................................................... 4
STUDI PUSTAKA ................................................................................................. 4
2.1 Fisiografi Regional ........................................................................................ 4
BAB 3 ................................................................................................................... 13
GEOLOGI DAERAH PEMETAAN .................................................................... 13
3.1 Geomorfologi Daerah Pencil ....................................................................... 13
ii
3.2.1 Satuan Batulempung ............................................................................. 18
BAB 4 ................................................................................................................... 26
KESIMPULAN ..................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 28
LAMPIRAN .......................................................................................................... 29
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Tujuan dari kegiatan kuliah lapangan ini adalah untuk mengimplementasikan
pengetahuan geolologi yang telah diperoleh dengan melakukan pengamatan secara
langsung di lapangan, sehingga data pengamatan yang diperoleh nantinya akan
dituangkan dalam sebuah peta untuk menggambarkan tatanan geologi mencakup
geomorfoogi, stratigrafi, geologi struktur serta sejarah geologi daerah
Karangsambung.
2
dengan menggunakan kendaraan roda dua ataupun roda empat, namun lain halnya
ke lokasi singkapan yang harus dicapai dengan berjalan kaki.
Sedangkan untuk lokasi daerah pemetaan ini berjarak 19 km dari pusat Kota
Kebumen. Sehingga akses yang digunakan untuk mencapai daerah pemetaan dapat
dengan menggunakan kendaraan roda dua ataupun roda empat, namun lain halnya
ke lokasi singkapan yang harus dicapai dengan berjalan kaki.
3
BAB 2
STUDI PUSTAKA
Gambar 2.1 Fisiografi Regional Jawa Tengah (Van Bemmelen, 1949 op.cit)
4
2.2 Geomorfologi Regional
Geomorfologi merupakan studi mengenai bentuk-bentuk permukaan bumi dan
semua proses yang menghasilkan bentuk-bentuk tersebut. Morfologi daerah
Karangsambung merupakan perbukitan struktural, disebut sebagi kompleks
melange. Tinggian yang berada di daerah ini antara lain adalah Gunung Waturanda,
bukit Sipako, Gunung Paras, Gunung brujul, serta bukit Jatibungkus. Penyajian
melange di lapangan Karangsambung merupakan dalam bentuk blok dengan skala
ukuran dari puluhan hingga ratusan meter, selain itu juga terdapat melange yang
membentuk sebuah rangkaian pegunungan.
Daerah Karangsambung oleh para ahli geologi sering disebut sebagai lapangan
terlengkap di dunia. Karangsambung merupakan jejak-jejak tumbukan dua
lempeng bumiyang terjadi 117 juta tahun sampai 60 juta tahun yang lalu. Ia juga
merupakan pertemuan lempeng Asia dengan lempeng Hindia. Ia merupakan saksi
dari peristiwa subduksi pada usia yang sangat tua yaitu pada zaman Pra-Tersier. Di
daerah ini terjadi proses subduksi pada sekitar zaman Paleogene (Eosen, sekitar
57,8 juta sampai 36,6 juta tahun yang lalu). Oleh karena itu, pada tempat ini terekam
jejak-jejak proses paleosubduksi yang ditunjukan oleh singkapan-singkapan batuan
dengan usia tua dan merupakan karakteristik dari komponen lempeng samudera.
Karangsambung merupakan tempat singkapan batuan terbesar batuan-batuan dari
zaman Pre-Tersier yang terkenal dengan sebutan Luk Ulo Melange Complex , suatu
melange yang berhubungan dengan subduksi pada zaman Crateceous (145.5 ± 4.0
hingga 65.5 ± 0.3 juta tahun yang lalu) yang diperkirakan berumur 117 juta tahun.
Tersingkapnya batuan melange di daerah Karangsambung ini disebabkan oleh
adanya tektonik kompresional yang menyebabkan daerah tersebut dipotong oleh
sejumlah sesar-sesar naik disamping adanya pengangkatan dan proses erosi yang
intensif. Apabila diperhatikan bahwa posisi batuan melange ini dijumpai di sekitar
inti lipatan antiklin dan di sekitar zona sesar naik dan kenyataannya pada saat
sekarang posisi inti lipatan ini berada di bagian lembah yang didalamnya mengalir
aliran sungai Luk Ulo yang menunjukan bahwa di daerah tersebut proses erosi
berlangsung lebih intensif.
Melange Luk Ulo didefinisikan oleh Asikin (1974) sebagai percampuran tektonik
dari batuan yang mempunyai lingkungan berbeda, sebagai hasil dari proses
5
subduksi antara Lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah Lempeng
Benua Asia Tenggara, yang terjadi pada Kala Kapur Atas-Paleosen. Melange
tektonik ini litologinya terdiri atas batuan metamorf, batuan basa dan ultra basa,
batuan sedimen laut dalam (sedimen pelagic) yang seluruhnya mengambang di
dalam masa dasar lempung hitam yang tergerus (Scally clay). Selanjutnya penulis
ini membagi kompleks melange menjadi dua satuan berdasarkan sifat dominansi
fragmenya, yaitu Satuan Seboro dan Satuan Jatisamit. Kedua satuan tersebut
mempunyai karakteristik yang sama yaitu masa dasarnya merupakan lempung
hitam yang tergerus (Scally clay). Bongkah yang berada di dalam masa dasar
berupa boudin dan pada bidang permukaan tubuh bongkahnya juga tergerus.
Beberapa macam dan sifat fisikkomponen melange tektonik ini, antara lain batuan
metamorf, batuan sedimen dan batuan beku.
Morfologi perbukitan disusun oleh endapan melange, batuan beku, batuan sedimen
dan endapan volkanik Kuarter, sedangkan morfologi pedataran disusun oleh batuan
melange dan aluvium. Seluruh batuan penyusun yang berumur lebih tua dari
Kuarter telah mengalami proses pensesaran yang cukup intensif terlebih lagi pada
batuan yang berumur Kapur hingga Paleosen.
Morfologi perbukitan dapat dibedakan menjadi dua bagian yang ditentukan
berdasarkan bentuknya (kenampakannya), yaitu perbukitan memanjang dan
perbukitan prismatik. Perbukitan memanjang umumnya disusun oleh batuan
sedimen Tersier dan batuan volkanik Kuarter, sedangkan morfologi perbukitan
prismatik umumnya disusun oleh batuan yang berasal dari melange tektonik dan
batuan beku lainnya (Intrusi). Perbedaan kedua morfologi tersebut akan nampak
jelas dilihat, apabila kita mengamatinya di puncak bukit Jatisamit.
Bukit Jatisamit terletak di sebelah barat Karangsambung (Kampus LIPI). Tubuh
bukit ini merupakan bongkah batuan sedimen terdiri atas batulempung merah,
rijang, batugamping merah dan chert yang seluruhnya tertanam dalam masa dasar
lempung bersisik. Pada bagian puncak bukit inilah kita dapat melihat panorama
daerah Karangsambung secara leluasa sehingga ada istilah khusus yang sering
digunakan oleh para ahli geologi terhadap pengamatan morfologi di daerah ini yaitu
dengan sebutan “Amphitheatere”. Istilah ini mengacu kepada tempat pertunjukan
6
dimana penonton berada di atas tribune pertunjukan. Istilah ini digunakan karena di
tempat inilah kita dapatmengamati seluruh morfologi secara lebih jelas.
1. Morfologi pendataran terletak di sekitar wilayah aliran Sungai Luk Ulo. Sungai
ini merupakan sungai utama yang mengalir dari utara ke selatan mengerosi
batuan melange tektonik, melange sedimenter, sedimen Tersier (F. Panosogan.
F. Waturanda, F. Halang ). Di sekitar daerah Karangsambung, morfologi
pedataran ini terletak pada inti antiklin sehingga tidak mengherankan apabila di
daerah ini tersingkap batuan melange yang berumur tua, terdiri atas
konglomerat, lava bantal, rijang, lempung merah, chert dan batugamping
fusulina. Bongkah batuan tersebut tertanam dalam masa dasar lempung bersisik
(Scally clay).
2. Morfologi perbukitan tersusun oleh batuan melange tektonik, batuan beku,
batuan sedimen Tersier dan batuan volkanik Kuarter. Perbukitan yang disusun
oleh melange tektonik dan intrusi batuan beku umumnya membentuk morfologi
perbukitan dimana puncak perbukitannya terpotong-potong (tidak
menerus/terpisah-pisah). Hal ini disebabkan karena masing-masing tubuh bukit
tersebut (kecuali intrusi) merupakan suatu blok batuan yang satu sama lainnya
saling terpisah yang tertanam dalam masa dasar lempung bersisik (Scally clay).
Morfologi perbukitan dimana batuan penyusunnya terdiri atas batuan sedimen
Tersier dan batuan volkanik Kuarter nampak bahwa puncak perbukitannya
menerus dan relatif teratur sesuai dengan sumbu lipatannya. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bentuk perbukitan antara batuan
melange dengan batuan sedimen Tersier/volkanik. Satuan morfologi ini dibagi
menjadi beberapa bagian yaitu:
a. Di bagian utara sampai selatan merupakan rangkaian pegunungan seperti
Gunung Paras, Dliwang, Perahu, dan Waturondo. Setelah dilakukan
interpretasi proses pembalikan topografi, secara detail, bentuk bentang alam
dari Gunung Paras ke selatan sampai Gunung Waturondo, direkonstruksi
awalnya merupakan antikline pada lembahnya, dengan memposisikan
kelurusan puncaknya, dan Bukit Bujil sebagai pilarnya. Namun saat ini telah
mejadi puncak Gunung Paras dengan struktur sinkilin dan antikilinnya,
7
tersusun oleh batuan Sedimentasi Breksi Volkanik. Selain itu juga, terdapat
bukit-bukit seperti Bukit Pesanggrahan, Bukit Bujil, dan Bukit Jati Bungkus.
b. Di bagian timur sebelah barat memperlihatkan kenampakan lembah yang
memanjang dan melingkar menyerupai tapal kuda membentuk amphiteatre.
c. Di bagian selatan menunjukkan struktur sinklin pada puncak Gunung Paras.
3. Satuan Perbukitan-Pegunungan Kompleks Melange (Campur Aduk Batuan)
Satuan morfologi ini memperlihatkan bukit-bukit memanjang dengan DAS
Sungai Gebong dan Sungi Cacaban yang membentuk rangkaian Gunung
Wangirsambeng, Gunung Sigedag dan Bukit Sipako. Puncak Gunung
wangirsambeng berupa bentukan panorama bukit memanjang dengan perbedaan
ketinggian antara 100-300 M di atas permukaan laut. Di daerah ini juga, nampak
bentang alam yang memperlihatkan bukit- bukit prismatic hasil proses tektonik.
4. Lajur pegunungan serayu selatan. Pada umumnya daerah ini terdiri atas dataran
rendah hingga perbukitan menggelombang dan perbukitan tak teratur yang
mencapai ketinggian hingga 520 m. Musim hujan di daerah ini berlangsung dari
Oktober hingga Maret, dan musim kemarau dari April hingga September. Masa
transisi diantara kedua musim itu adalah pada Maret-April dan September-
Oktober. Tumbuhan penutup atau hutan sudah agak berkurang, karena di
beberapa tempat telah terjadi pembukaan hutan untuk berladang atau dijadikan
hutan produksi (jati dan pinus).
8
Gambar 2.2 Kolom Stratigrafi Karangsambung (Asikin, 1922).
9
batuan beku basa, batupasir graywacke, serpentinit, rijang, batugamping merah
dan sekis mika. Batuan tersebut membentuk morfologi yang tinggi seperti
Gunung Sipako dan Gunung Bako.
2. Formasi Karangsambung
Karakteristik litologi dari formasi Karangsambung yaitu terdiri dari
batulempung abu-abu yang mengandung concression besi, batugamping
numulites, konglomerat, dan batu pasir kuarsa polemik yang berlaminasi.
Batupasir graywacke sampai tanah liat hitam menunjukkan struktur yang
bersisik dengan irisan ke segala arah dan hampir merata di permukaan. Struktur
tersebut diperkirakan sebagai hasil mekanisme pengendapan yang terjadi di
bawah permukaan air dengan volume besar, estimasi ini didukung oleh gejala
merosot yang dilihat pada inset batupasir. Umur Formasi Karangsambung ini
adalah dari Eosen Tengah (45 juta tahun) sampai Eosen Akhir (36 juta tahun)
dilihat dari adanya foraminifera plankton.
3. Formasi Totogan
Formasi Totogan mempunyai karakteristik yang sama dengan Formasi
Karangsambung. Ditandai dengan litologi berupa batulempung dengan warna
coklat, dan kadang-kadang ungu dengan struktur scaly (menyerpih). Juga
terdapat fragmen berupa batukarang yang terperangkap pada batulumpur,
batupasir, batukapur fossil dan batuan beku. Umur dari Formasi Totogan
adalah Oligosen (36-25 juta tahun), yang didasarkan pada keberadaan
Globoquadrina Praedehiscens dan Globigeriona Binaensis.
4. Formasi Waturanda
Usia formasi Waturanda ini hanya dapat ditentukan secara langsung
berdasarkan posisi statigrafi ke bawah diperkirakan sebagai usia Meocene
(25,2-5,2 juta tahun) yang terdiri dari breksi vulkanik dan batupasir wacke
dengan sisipan batu lempung dibagian atas. Masa dasar batupasir berwarna
abu-abu dengan butir sedang hingga kasar, terdiri atas kepingan batuan beku
dan obsidian.
5. Formasi Penosogan
Formasi Penosogan diendapkan diatas Formasi Waturanda dengan litologi
berupa perubahan secara berangsur dari satuan breksi ke arah atas menjadi
10
perselingan batupasir tufan dan batulempung merupakan ciri batas dari Formasi
Penosogan yang terletak selaras di atasnya. Secara umum formasi terdiri dari
perlapisan tipis sampai sedang batupasir, batulempung, sebagian gampingan,
kalkanerit, napal-tufan dan tuf.Bagian bawah umumnya dicirikan oleh
pelapisan batupasir dan batulempung, ke arah atas kadar karbonatnya semakin
tinggi. Bagian atas terdiri atas perlapisan batupasir gampingan, napal dan
kalkanerit. Bagian atas didomonasi oleh batulempung tufan dan tuf.
6. Formasi Halang
Formasi Halang selaras di atas Formasi Penosogan dengan litologi terdiri dari
perselingan batu pasir, batu lempung, napal, tufa dan sisipan breksi. Formasi
ini memiliki umur Miosen Awal hingga Pliosen.
11
Gambar 2.3 Tatanan tektonik Pulau Jawa (Sujanto dan Sumantri, 1977).
Dari data stratigrafi dan tektonik diketahui bahwa Pola Meratus merupakan pola
yang paling tua. Sesar-sesar yang termasuk dalam pola ini berumur Kapur sampai
Paleosen dan tersebar dalam Jalur Tinggian Karimun Jawa menerus melalui
Karangsambung hingga di daerah Cimandiri Jawa Barat. Sesar ini teraktifkan
kembali oleh aktivitas tektonik yang lebih muda. Pola Sunda lebih muda dari Pola
Meratus. Data seismik menunjukkan Pola Sunda telah mengaktifkan kembali sesar-
sesar yang berpola Meratus pada Eosen Akhir hingga Oligosen Akhir. Pola Jawa
menunjukkan pola termuda dan mengaktifkan kembali seluruh pola yang telah ada
sebelumnya (Pulunggono, 1994).
12
BAB 3
GEOLOGI DAERAH PEMETAAN
13
Besarnya kemiringan lereng juga berbeda antara bagian utara dan selatan
punggungan ini, yang mana lereng bagian utara lebih terjal dibandingkan lereng
bagian selatan yang lebih landai. Litologi penyusun satuan ini adalah batupasir
breksi dan breksi volkanik dengan resistensi yang sangat tinggi terhadap pelapukan.
Pola kelurusan punggungan berarah barat-timur dan pola aliran sungai yang
berkembang adalah trellis.
14
tektonik serta proses eksogen dikendalikan akibat pelapukan dan erosi. Umumnya
material penyusun dari satuan ini berupa pasir-lempung.
15
Gambar 3.3 Dataran Aluvial Lok Ulo (18/12/20)
16
3.1.5 Pola Aliran Sungai
Pola aliran sungai yang terdapat pada daerah pemetaan memiliki empat pola aliran
yaitu, pola aliran dendritik, parallel, trellis, dan radial sentrifugal.
1. Pola Aliran Dendritik
Pola aliran dendritic merupakan pola aliran yang memiliki cabang anak sungai
yang kelihatan seperti ranting pohon atau penampang daun. Sungai induk pada
pola ini memiliki percabangan yang menuju ke segala arah dan alirannya
membentuk sudut yang tidak teratur. Pola aliran ini pada daerah pemetaan dapat
ditemukan disekitar daerah Bukit Salaranda.
2. Pola Aliran Paralel
Pola aliran parallel merupakan pola aliran sungai yang sejajar diantara beberapa
anak sungai yang umumnya terbentuk di daerah lereng yang curam. Karena
lereng yang curam, alirannya cukup deras dan lurus. Pada daerah pemetaan pola
aliran ini dapat dijumpai di bagian Selatan yaitu, Kali Wadas, Kali Sosogan.
3. Pola Aliran Trellis
Pola aliran trellis merupakan pola aliran sungai yang berbentuk pagar (trellis)
dan dikendalikan oleh struktur geologi berupa pelipatan sinklin dan antiklin.
Pola aliran trellis dicirikan oleh pola saluran-saluran air yang sejajar, mengalir
searah kemiringan lereng dan tegak lurus dengan saluran utamanya yang berarah
searah dengan sumbu lipatan. Bagian ini ditemukan di barat daya Sungai Lok-
Ulo.
4. Pola Aliran Radial Sentrifugal
Pola aliran radial sentrifugal merupakan pola aliran sungai yang arah alirannya
menyebar secara sentrifugal dari suatu titik ketinggian, seperti puncak gunung
api atau bukit intrusi. Pada daerah pemetaan, bagian ini ditemukan didaerah
Gunung Brujul.
17
Gambar 3.5 Pola Aliran Sungai Daerah Pencil dan Sekitarnya
18
Gambar 3.6 Batulempung Non Karbonatan (Bukit Jatibungkus, 17/12/20)
19
3.2.3 Satuan Breksi Vulkanik
Bongkah breksi dengan warna tanah coklat kemerahan. Singkapan batuan ini
memang ada dan sudah lapuk sehingga singkapan ini berubah menjadi bongkah.
Ukuran singkapan yang ditemukan di daerah Pencil adalah sekitar 2mx3m.
merupakan ukuran bongkah yang besar. Breksi, abu-abu terang, fragmen ukuran
kerikil sampai dengan kerakal, fragmen andesitic dan basaltik, kemas terbuka,
matrik pasir sedang-kasar, porositas baik, non karbonatan.
20
Gambar 3.9 Batupasir (Kaligending, 20/12/20)
21
3.2.6 Endapan Aluvial
Satuan Endapan Aluvial terbentuk ketika semua satuan batuan yang ada di daerah
Karangsambung mengalami pengangkatan oleh gaya tektonik ke permukaan.
Seiring berjalannya waktu dan proses gaya eksogen, Sungai Luk Ulo mengalami
pelebaran dan terbentuklah endapan aluvial di sekitar sungai tersebut.
Satuan Aluvial ini memiliki penyebaran di sekitar sungai bermeander seperti
Sungai Luk Ulo dan sungai sungai kecil yang bermuara di Kali Luk Ulo. Endapan
ini memiliki jenis fragmen beragam dari ukuran kerikil hingga bongkah meliputi
batupasir, batulempung, basalt, kuarsit, sekis, filit, konglomerat, dasit, rijang dan
batugamping.
3.3.1 Sesar
Data sesar yang ada pada daerah pemetaan adalah data - data sesar minor yang
nantinya akan digabungkan untuk menentukan arah tegasan utamanya. Sesar - sesar
minor yang berkembang di daerah ini ditunjang dengan adanya struktur slickenside
(gores - garis) pada bidang sesar dan offset minor di lapangan.
Sesar pertama terdapat di daerah Kalilangkung dengan koordinat UTM 352925,
9161236. Pada sesar ini dicirikan dengan adanya perlapisan batuan yang memotong
22
perlapisan lain. Kedudukan dari sesar ini yaitu N159°E/79° dengan kekar yang
diukur sebanyak 10 kekar. Sesar ini termasuk kedalam sesar normal karena
kemiringannnya >45°.
23
3.3.2 Lipatan
Struktur lipatan ditemukan di daerah Kalipenggung memiliki sumbu utama
N31˚E/69˚ dan sumbu sayap satu N188˚E/21˚, sumbu sayap dua N22˚/44˚ Pada
lipatan ini merupakan hasil dari perselingan batulempung dan batupasir tetapi tetap
dominan batupasir, dengan ukuran butir sedang, miliki warna abu-abu terang,
matriks berupa lempung, semen lempung dan salah satu jenis lipatan sinklin.
3.3.3 Kekar
Daerah pemetaan ditemukan struktur lain berupa kekar - kekar yang berkembang
Kekar gerus yang berkembang merupakan struktur penyerta pada indikasi sesar
yang ditemukan di daerah pemetaan.
24
3.4 Sejarah Geologi Daerah Pemetaan
Dari semua data yang didapat, kita dapat mengetahi sejarah geologi yang terjadi di
daerah pemetaan tersebut yaitu Pencil dan sekitarnya. Dimulai dari sejarah
pengendapan batuan, stratigrafi daerah penelitian, dan struktur geologi yang
terdapat pada daerah pemetaan.
Dimulai dari Eosen dimana batulempung formasi Karangsambung yang terdapat di
bagian utara lokasi pemetaan terbentuk. Satuan Batulempung ini adalah satuan
batuan pertama yang diendapkan di laut dalam yang sudah melewati batas zona
CCD dengan arus suspensi yang mengendapkan mineral yang berukuran lempung
yang mengakibatkan karbonat sudah terurai, sehingga pada batulempung ini
bersifat non karbonat. Setelah batulempung terbentuk, kemudian diendapkan
selaras diatasnya batugamping di laut dalam dan sudah masuk kedalam zona CCD,
sehingga pada satuan batu ini bersifat karbonatan.
Memasuki Miosen Awal dimana breksi formasi waturanda yang terdapat di bagian
utara lokasi pengamatan terbentuk. Breksi ini diendapkan di laut dalam dengan arus
turbidit yang dicirikan oleh fragmen batuan yang menyudut, fragmen menghalus
kearah yang lebih muda, kemas terbuka dan sortasi nya yang buruk. Pengendapan
breksi ini terjadi dengan tenang tanpa adanya gejala tektonik yang berarti yang
mengganggu pengendapan tersebut. Dari Miosen Awal sampai Miosen Tengah
diendapakan satuan batulempung bersifat karbonatan, karena diendapkan di laut
neritik paling dalam (outer neritik) dimana karbonat blom terurai. Batulempung
karbonat ini diendapkan selaras diatas batupasir, pada satuan batulempung ini sudah
mulai memasuki anggota formasi Penosogan.
Pengendapan batuan yang terjadi pada daerah pengamatan berlangsung selaras,
tanpa adanya gejala tektonik yang berarti, sehingga perlapisan ini diendapkan
sesuai dengan hukum superposisi. Deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari
gaya tegasan sehingga batuan pindah dari kedudukannya semula membentuk
lengkungan. Selain itu, lipatan adalah lapisan kulit bumi yang mendapat tekanan
yang arahnya mendatar. Lipatan dapat dibagi menjadi dua berdasarkan bentuk
lengkungan, yaitu antiklin dan sinklin.
25
BAB 4
KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil pemetaan yang telah dilakukan pada Daerah Pencil dan
sekitarnya, didapatkan satuan geomorfologi yang dapat diamati berdasarkan
peta observasi pengamatan geomorfologi juga saat dibuktikan di lapangan.
Satuan geomorfologi daerah Pencil dapat dibedakan menjadi empat satuan
geomorfologi, yaitu:
• Perbukitan Homoklin
• Perbukitan Denudensional Krakal
• Dataran Aluvial Lok Ulo
• Bukit Terisolir Gunung Perwaton
2. Pola aliran yang terdapat pada daerah Pencil dan sekitarnya dapat dibedakan
menjadi empat pola aliran, yaitu pola aliran dendriti, parallel, trellis, dan
adial sentrifugal.
3. Stratigrafi daerah pemetaan terdapat 6 satuan batuan tidak resmi, yaitu
satuan batulempung, batugamping, breksi vulkanik, batupasir, batulempung
karbonatan, dan endapan alluvial. Pada daerah pemetaan ini juga terdapat
satuan batuan beku intrusi yaitu basalt.
4. Struktur geologi pada daerah pemetaan berupa sesar minor, lipatan antiklin,
dan kekar.
5. Sejarah geologi daerah pemetaan (Pencil) dimulai sejak kala Eosen
menghasulkan zona subduksi yang menyusun batuan mélange sedimen dan
mengendapkan batulempung berfragmen formasi Karangsambung dibagian
utara daerah pemetaan terbentuk. Kemudian pada Miosen Awal dimana
penegndapan satuan Breksi formasi Waturanda dimulai, satuan ini
diendapkan di laut dalam. Memasuki Miosen Tengah pengendapan
Batulempung karbonat ini diendapkan selaras diatas Batupasir, pada satuan
batulempung karbonatan dan batupasir ini termasuk kedalam anggota
formasi Penosogan. Pada kala Miosen Akhir batuan mulai tersesarkan
karena orogenesa yang masih terus berlangsung. Pada kala Pliosen daerah
26
peneletian sudah menjadi daratan dan proses eksogenik mulai terjadi dan
endapan alluvial mulai berlangsung hingga saat ini.
27
DAFTAR PUSTAKA
Asikin, S., 2013. Buku Pedoman Geologi Lapangan. Matasak, T., Handoyo, A.,
Sapiie, B., Priadi, B., editor. Bandung (ID): Program Studi Teknik
Gelogi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB.
Asikin, S., Harsolumakso, A. A., Busono H., dan Gafoer S, 1992. Geologic Map Of
Kebumen Quadrangle, Java, Scale 1:100.000. Geologycal Research and
Development Centre, Bandung.
Bemmelen, van, R.W., 1949. The Geology of Indonesia, Martinus Nyhoff, The
Haque, Nederland.
Simandjuntak, T.O. & Barber, A.J., 1996. Contrasing tectonic style in the Neogene
orogenic belts of Indonesia, in: Tectonic Evolution of Southeast Asia, eds.
Hall & Blundell, Geological Society Spec. Publ. No. 106: 185 - 201.
.
28
LAMPIRAN
29
3. MFA Singkapan terdiri dari perlapisan
1.3
batupasir, dan batulempung. Kedudukan
N105°E/25°. Batupasir : abu-abu gelap,
well sorted, ukuran butir pasir halus,
ompak, rounded.
Batulempung :abu-abu kehijauan,
kompak, kemas tertutup, sortasi baik
30
6. MFA Singkapan terdiri dari perlapisan
1.6
batupasir, dan batulempung. Kedudukan
N90°E/20°. Batupasir : abu-abu gelap,
well sorted, ukuran butir pasir halus,
ompak, rounded.
Batulempung :abu-abu kehijauan,
kompak, kemas tertutup, sortasi baik
31
9. MFA Singkapan berada di lokasi yang tidak
2.3
jauh dari singkapan sebelumnya dan pada
daerah yang masih sama.
Deskripsi : abu-abu gelap, afanitik,
ekigranular, butir anhedral, dominan
mafik, biotit cukup terlihat.
32
13. MFA 3.1 Pada bagian bawah tersingkap litologi
batulempung yang sebagian lapuk.
Kedudukan batulempung N320°E/18°,
Deskripsi batulempung : abu-abu,
sebagian lapuk, ukuran butir 1/256 mm,
tidak ada mineral campuran.
33
16. MFA 3.4 Tersingkap litologi batulempung.
Singkapan segar. Kedudukan
N245°E/12°,
Deskripsi : abu-abu kehijauan, kompak,
bereaksi dengan HCl, ukuran butir
1/256 mm.
34
19. MFA Singkapan berada di pinggi Kali Curug,
3.7
kondisi singkapan lapuk. Litologi yang
terlihat adalah batupasir. Kedudukan
N95°E/21°.
Deskripsi : coklat, well sorted, sub
rounded, lapuk, ukuran butir 1/16 1/8
mm.
35
23. MFA Tersingkap perlapisan antara batupasir,
4.4
dan batulempung yang tegas.
Kedudukan N101°E/40°,
36
26. MFA 4.7 Tersingkap litologi perlapisan antara
batulanau dengan batupasir. Kedudukan
-
N102°E/15°.
Batulanau : krem, fragmen litik, gamping
kristalin, semen kalsit, matriks lanau.
Batupasir : coklat terang, fragmen litik,
ukuran butir pasir kasar, matriks pasir
kasar, semen kalsit.
27. MFA 4.8 Tersingkap litologi perlapisan antara
batulanau dengan batupasir. Kedudukan
-
N87°E/29°.
Batupasir : coklat terang, fragmen litik,
ukuran butir pasir kasar
28. MFA 4.9 Tersingkap litologi perlapisan antara
batulanau dengan batupasir. Kedudukan
N231°E/28°. -
Batulanau : krem, fragmen litik, semen
kalsit, matriks lanau.
Batupasir : abu-abu terang, ukuran butir
pasir kasar-sedang, matriks pasir kasar,
semen kalsit.
29. MFA Tersingkap litologi batulempung.
4.10
Deskripsi : krem gelap, semen karbonat,
ukuran butir lempung, kompak.
37
30. MFA Singkapan terdiri dari batugamping
4.11
kontak dengan batulempung. Batas
kontak terlihat di bagian bawah air terjun.
Batugamping : abu-abu terang, well
sorted, rounded, semen kalsit, fragmen
karbonatan, kompak.
Batulempung : abu-abu, 1/256 mm,
bereaksi dengan HCl.
38
32. MFA Litologi yang tersingkap adalah batupasir
4.13
dan batulempung. Kedudukan
N101°E/31°. -
Deskripsi
batulempung : abu-abu kehijauan, ukuran
butir lempung, kompak, kemas tertutup,
semen karbonatan.
Batupasir : abu-abu terang, ukuran butir
pasir kasar-sedang, matriks pasir kasar,
semen kalsit.
39
34. MFA Singkapan berada di daerah Sumbersari.
4.15
Singkapan yang diamati adalah
singkapan alluvium. Material lepas yang
terdiri dari batupasir, batulempung,
konglmerat dan batugamping.
40
36. MFA Singkapan berada di Kali Sana.
5.1
Tersingkap litologi batupasir. Deskripsi :
abu-abu gelap, ukuran butir pasir kasar, -
kemas tertutup, butir seragam, rounded.
41
39. MFA . Tersingkap litologi breksi. Deskripsi :
5.4
abu-abu gelap, kompak, semen kalsit,
matriks pasir kasar, fragmen basalt
vulkanik, kemas terbuka, sub-angular,
sortasi buruk.
-
42
41. MFA Tersingkap litologi yang kontak antara
5.5
breksi dengan batulempung. Kedudukan
Batulempung : coklat terang, tidak
kompak, semen kalsit.
Batupasir : abu-abu terang, ukuran butir
pasir kasar-sedang, matriks pasir kasar,
semen kalsit.
43
44. MFA Tersingkap litologi breksi. Deskripsi :
5.8
abu-abu, matriks pasir kasar, semen
silika, kemas terbuka, kompak, fragmen
basalt dan andesit.
45. MFA
Tersingkap litologi breksi. Deskripsi : abu-
5.9
abu, matriks pasir kasar, semen silika,
kemas terbuka, kompak, fragmen basalt
dan andesit.
44
47. MFA Singkapan batulempung dan
5.11
batuhamping dengan keudukan
N90°E/40°.
Batugamping : abu-abu terang, well
sorted, rounded, semen kalsit, fragmen
karbonatan, kompak.
Batulempung : abu-abu, 1/256 mm,
45
Tabel 2 Kolom Stratigrafi Daerah Pemetaan
KOLOM STRATIGRAFI
46
Shear Joint 1 = N174°E/87°.
Shear Joint 1 = N198°E/86°.
Sigma = 2°, N185°E.
Sigma 2 = 86°, N315°E
Sigma 3 = 2°, N88°E
48