Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN TUGAS BESAR KONSTRUKSI JALAN REL

“ Perencanaan Double Track Kiaracondong Hingga Cicalengka ”

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah
Konstruksi Jalan Rel

Dosen pengampu: Lucky Amperawan Schipper,S.T.,M.T.

Disusun oleh :

Fillah Kusuma Nugraha

4122.3.20.11.0010

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK, PERENCANAAN, DAN ARSITEKTUR
UNIVERSITAS WINAYA MUKTI
BANDUNG 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat tuhan yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya.
Penulis dapat menyelesaikan tugas besar mata kuliah “Konstruksi Jalan Rel”
dengan tepat waktu.

Terima kasih saya ucapkan kepada bapak dosen Lucky Amperawan


Schipper., ST., M.T. yang telah membantu kami baik secara moral maupun
materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang
telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Besar ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karenanya, diharapkan saran dan kritik yang membangun agar
penulis menjadi lebih baik lagi di masa yang akan mendatang.

Semoga Laporan kegiatan ini dapat menambah wawasan dan manfaat untuk
para pembaca tentang perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan
khusunya pada kaitan mata kuliah “Konstruksi Jalan Rel ” .

Bandung,

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................
DAFTAR TABEL..................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN.............................................................................
1.2.1 Maksud................................................................................................
1.2.2 Tujuan.................................................................................................
1.3 RUMUSAN MASALAH................................................................................
1.4 BATASAN MASALAH.................................................................................
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN...................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................
2.1 PENGERTIAN PEMINDAHAN TANAH MEKANIS.................................
2.2 PENGERTIAN ALAT BERAT.....................................................................
2.2.1 Penggunaan Alat Berat Berdasarkan Fungsinya.................................
BAB 3 METODOLOGI.....................................................................................................
3.1 METODE PENYUSUNAN..........................................................................
3.2 METODE PENGUMPULAN DATA..........................................................
3.3 METODE ANALISA DATA.......................................................................
3.3.1 Menganalisa Tanah Pada Area Pengambilan Tanah.........................
3.3.2 Metode Pemlihan Alat Berat untuk Pemindahan Tanah...................
3.3.3 Perhitungan Jumlah Kebutuhan Peralatan........................................
BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA............................................................
4.1 LOKASI DAN KONDISI PERENCANAAN..............................................
4.2 DATA DAN MEKANISME PEKERJAAN................................................
4.3 PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS PERALATAN................................
4.3.1 Produktivitas Pemilihan Excavator...................................................
4.3.2 Produktivitas Pemilihan Dump Truck...............................................
4.3.3 Produktivitas Bulldozer.....................................................................
4.4 PERHITUNGAN JUMLAH KEBUTUHAN PERALATAN......................
4.4.1 Jumlah Kebutuhan Excavator dan Dump Truck...............................
4.4.2 Jumlah Kebutuhan Bulldozer............................................................
4.5 PENJADWALAN PENGGUNAAN ALAT BERAT..................................
4.5.1 Pekerjaan Pembersihan Lahan..........................................................
4.5.2 Pekerjaan Timbunan dan Penghamparan Tanah...............................
4.6 KESIMPULAN ANALISA..........................................................................
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2-1. Crawler Excavator 6


Gambar 2-2. Wheel Excavator 7
Gambar 2-3. Dump Truck 11
Gambar 2-4. Bulldozer KOMATSU D475-8 SERIES 13
Gambar 3-1. Diagram Alir Penyusunan Laporan 14
Gambar 4-1. Lokasi Pekerjaan 25
Gambar 4-2. Gambar Potongan Melintang Bendungan 26
Gambar 4-3. Peta Lokasi Pengambilan Tanah Lempung Ke Lokasi
Timbunan 27
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kapasitas dan Berat Truck..............................................................................


Tabel 3.1. Prestasi Operator dan Mekanik Terhadap Cuaca............................................
Tabel 3.2. Alat dan Medan...............................................................................................
Tabel 3.3. Faktor Material (Em).......................................................................................
Tabel 3.4. Faktor Manajemen (Em).................................................................................
Tabel 3.5. Waktu Siklus (Ct)............................................................................................
Tabel 3.6. Faktor Kedalaman Galian................................................................................
Tabel 3.7. Faktor Bucket...................................................................................................
Tabel 3.8. Faktor waktu buang dan waktu tunggu...........................................................
Tabel 3.9. Faktor Sudu.....................................................................................................
Tabel 4.1. Faktor Kembang..............................................................................................
Tabel 4.2. Faktor Konversi Tanah....................................................................................
Tabel 4.3. Waktu Siklus (Ct)............................................................................................
Tabel 4.4. Perhitungan Produktivitas Dumptruck dengan kapasitas 5 dan 8...................
Tabel 4.5. Jumlah Kebutuhan Excavator dan Dumptruck................................................
Tabel 4.6. Penjadwalan Pekerjaan Pekerjaan Timbunan dan Penghamparan
Tanah...............................................................................................................
Tabel 4.7. Tabel Kesimpulan Kebutuhan Excavator dan Dumptruck..............................
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Teknik Sipil merupakan cabang ilmu teknik yang mempelajari tentang


merancang, membangun, mereonovasi tidak hanya gedung dan infrastruktur tetapi
juga mencakup lingkungan untuk kemaslahatan hidup manusia. Pada ilmu teknik
sipil juga mencakup transportasi yang merupakan bagian penting dari kehidupan
manusia.

Kereta api merupakan metode transportasi darat berbasis jalan rel yang
efisien dan efektid. Hal ini dibuktikan dengan daya angkutnya baik berupa ,
manusia ataupun barang, yang lebih besar di bandingkan dengan moda
transportasi darat lainnya.

Kereta api saat merupakan sarana yang paling di minati khusunya di pulau
jawa. Selain itu kereta api merupakan sarana yang memiliki waktu perjalanan
yang lebih efisien.

Pembangunan perkereta apian ditujukan untuk meningkatkan kemampuan


angkut dan meningkatkan mutu pelayanan kereta api agar berfungsi sebagai
angkutan umum yang murah, tertin, dan aman. Untuk mencapai tujuan
pembangunan pekeretaapian diperlukan dukungan prasana yang memadai
prasarana kereta api antara lain jembatan, terowongan, dan sebagainya

Dalam perencanaan jalan rel di lakukan merencanakan Trase Jalan,


Menganailis perancangan geometri jalan, perancangan struktur jalan rel,
menganalisi kebutuhan material jalan rel.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

1.2.1 Maksud

Maksud dari penyusunan tugas jalan rel ini adalah untuk meningkatkan
pemahaman mahasiswa menganai mata kuliah jalan rel

1.2.2

Tujuan dari penyususnan tugas jalan rel adalah :

1. Setiap mahasiswa mampu untuk membuat suatu rancangan jalan rel.


2. Setiap mahasiswa dapat menerapkan teori yang di ajarkan di perkuliahan jalan
rel.
3. Sebagai syarat kelulusan mata kuliah jalan rel

1.3 RUMUSAN MASALAH

Dari penjelasan yang tertuang dalam latar belakang diatas dapat


diidentifikasi beberapa masalah yaitu bagaimana Merencanakan geometri jalan
rel, menganalisis struktur jalan rel, bangunan jalan rel, desain drainase, dan
analisa volume kebutuhan material .

1.4 BATASAN MASALAH

Batasan masalah dalam tugas besar ini adalah terkait tugas besar jalan rel
adalah perencanaan konstruksi jalan rel .

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN

Untuk memudahkan dalam penulisan dan pemahamannya, maka penulisan


membuat sistematika laporan adalah sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan penulisan
laporan, Rumusan masalah, batasan masalah, serta sitematika penulisan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan teori-teori yang menjadi dasar pemikiran penulisan


dalam menganalisis masalah yang terjadi dan mencari cara
pemecahannya.

BAB 3 METODOLOGI
Bab ini berisikan tentang metode pembuatan laporan, bagan alir rencana
pembuatan laporan, metode pengumpulan data, metode perencanaan
geometri jalan rel, metode struktur untuk jalan rel, dan merencanakan
drainase jalan rel.

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KERETA API

Kereta api didefinisikan sebagai sarana transportasi berupa kendaraan


dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan
kendaraan lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di rel. Dengan demikian,
kereta api hanya dapat bergerak/berjalan pada lintasan/jaringan rel yang sesuai
dengan peruntukannya, hal ini menjadi keunggulannya karena tidak terganggu
dengan lalu lintas lainnya, tetapi dilain pihak menjadikan kereta api menjadi
angkutan yang tidak fleksibel karena jaringannya terbatas tapi nyaman.

Kereta api merupakan alat transportasi massal yang umumnya terdiri dari
lokomotif (kendaraan dengan tenaga gerak yang berjalan sendiri) dan rangkaian
kereta atau gerbong (dirangkaikan dengan kendaraan lainnya). Rangkaian kereta
api atau gerbong tersebut berukuran relatif luas sehingga mampu memuat
penumpang maupun barang dalam skala besar. Untuk angkutan barang dalam
jumlah yang besar dapat digunakan rangkaian lebih dari 50 kereta yang ditarik
dan/atau didorong dengan beberapa buah lokomotif.

Kereta api merupakan angkutan yang efisien untuk jumlah penumpang yang
tinggi sehingga sangat cocok untuk angkutan massal kereta api perkotaan pada
koridor yang padat, tetapi juga digunakan untuk angkutan penumpang jarak
menengah sampai dengan 3 atau 4 jam perjalanan ataupun untuk angkutan barang
dalam jumlah yang besar dalam bentuk curah, seperti untuk angkutan batu bara.
Karena sifatnya sebagai angkutan massal efektif, beberapa negara berusaha
memanfaatkannya secara maksimal sebagai alat transportasi utama angkutan darat
baik di dalam kota, antarkota, maupun antarnegara.
Sumber : Wikipedia, Lokomotif_dan_Kereta_Penumpang

Gambar 2-1. Kereta Api Indonesia


2.2 JALAN REL

Rel adalah logam batang untuk landasan jalan kereta api atau kendaraan
sejenis seperti trem dan sebagainya. Rel mengarahkan/memandu kereta api tanpa
memerlukan pengendalian. Rel merupakan dua batang logam kaku yang sama
panjang dipasang pada bantalan sebagai dasar landasan. Rel-rel tersebut diikat
pada bantalan dengan menggunakan paku rel, sekrup penambat, atau penambat
"e" (seperti penambat pandrol).

Jenis penambat yang digunakan bergantung kepada jenis bantalan yang


digunakan. Puku ulir atau paku penambat digunakan pada bantalan kayu,
sedangkan penambat "e" digunakan untuk bantalan beton atau semen.

Rel biasanya dipasang di atas badan jalan yang dilapis dengan batu kericak
atau dikenal sebagai Balast. Balast berfungsi pada rel kereta api untuk meredam
getaran dan lenturan rel akibat beratnya kereta api. Untuk menyeberangi
jembatan, digunakan bantalan kayu yang lebih elastis ketimbang bantalan beton.

Sumber : https://hajjapradana.wordpress.com/2016/04/23/struktur-jalan-rel/

Gambar 2-1. Jalan rel


Sumber : https://hajjapradana.wordpress.com/2016/04/23/struktur-jalan-rel/

Gambar 2-2. Skematik Potongan melintang jalan rel


2.3 PERENCANAAN TRASE JALAN REL

Dalam merencanakan jalan rel, menarik trase jalan adalah hal yang pertama
dilakukan. Trase jalan rel atau bisa disebut sumbu jalan rel yaitu berupa garis-
garis lurus yang saling berhubungan pada peta topografi suatu muka tanah yang
telah diketahui titik-titk koordinatnya. Trase jalan digunakan sebagai acuan
membentuk lengkung jalan rel hingga struktur jalan rel. Penetapan trase jalur
kereta api bertujuan untuk mewujudkan keharmonisan antara jaringan jalur kereta
api dan perencanaan tata ruang dan wilayah sesuai tatarannya.

2.3.1 Pemilihan Trase Jalan Rel

Pemilihan trase jalur kereta api harus mempertimbangkan beberapa hal


seperti keamanan, kenyamanan bagi pengguna kereta api dan biaya pelaksanaan
konstruksi. Kementerian Perhubungan Republik Indonesia (2012)
menyatakantrase jalur kereta api paling sedikit memuat :

1. Titik-titik koordinat,
2. Lokais Stasiun,
3. Rencana Kebutuhan lahan, dan
4. Skala Gambar

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan dan


memilih trase yang baik adalah sebagai berikut:

1. Memilih trase dengan jalur terpendek akan menimbulkan biaya pembangunan


yang relatif kecil, sehingga aspek ekonomis bisa tercapai tanpa
menghilangkan dan menjamin keamanan dan kenyamanannya,
2. Salah satu aspek lain dalam merencanakan jalan rel yang perlu dipenuhi
adalah memberikan kenyamanan bagi pengguna kereta api, dan
3. Jumlah tikungan juga perlu diperhatikan dalam mendesain jalan rel. Karena
semakin sedikit tikungan maka berpengaruh terhadap kenyamanan.
4. Sudut tikungan dalam menentukan sudut tikungan untuk jalan rel adalah
dengan sudut tikungan yang paling kecil. Karena dengan sudut tikungan yang
kecil maka akan menghasilkan lengkung horizontal yang kecil pula sehingga
dapat meningkatkan kenyamanan dan akan memperkecil kemungkinan akan
terjadinya Kecelakaan.
5. Galian (cut) dan timbunan (fill) merupakan hal penting dalam merencanakan
trase jalan rel. Volume galian dan timbunan yang terlalu besar mengakibatkan
tingginya biaya pembangunan.
6. Landai Penentu adalah suatu kelandaian (Pendakian) yang terbesar yang dada
pada suatu lintas kusus, Besar landai penentu terutama berpengaruh pada
kombinasi daya tarik lokomotif dan rangkaian yang dioperasikan. Untuk
mesing-masing kelas jalan rel, besar landai penentu adalah seperti pada 2.4 :

Tabel 2.1. Landai Penentu Maksimum


KELAS JALAN REL LANDAI PENENTU MAKSIMUM

1 10 %

2 10 %

3 20 %

4 25 %
5 25 %
Sumber : PD No.10Tahun 1986 Tentang Perencanaan Konstruksi Rel

7. Menentukan Kecepatan Rencana Kereta Api terlebih dahulu untuk


menentukan geometri jalan yang akan di buat.

2.4 ANALISIS PERANCANGAN GEOMETRI JALAN REL

Geometrik jalan rel direncanakan berdasarkan kecepatan rencana dan beban


kereta yang melewatinya dengan mempertimbangkan faktor keamanan,
kenyamanan, dan ekonomi.

2.4.1 Lengkung Horizontal

Alinyemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan rel pada bidang


horizontal. Untuk berbagai kecepatan rencana besar jari jari minimum lengkung
lingkaran yang di ijinkan adalah seperti pada Tabel 2.1..

Tabel 2.1. Jari-jari Minimum Lengkung Horizontal


Kecepatan Jari-jari minimum Jari-jari minimum
Rencana lengkung lingkaran lengkung lingkaran yang
tanpa lengkung diijinkan dengna
peralihan lengkung peralihan

(Km/jam) (m) (m)


120 2370 780
110 1990 660
100 1650 550
90 1330 440
80 1050 350
70 810 270
60 600 200
Sumber: Peraturan Menteri Perhubungan No. 60 Tahun 2012

Sumber: Modul 8 , Geometrik Jalan Rel

Gambar 2-2. Geometrik Jalan Rel di Lengkung


Pada Alinyemen horizontal terdapat beberapa lengkung. Ada 2 tipe
lengkung pada alinyemen horizontal yaitung Spiral-Circle-Spiral (SCS) Seperti
pada Gambar 2-3. dan Full Circel (FC) Seperti pada .

Sumber : Kajian Peraturan Perencanaan Geometri Jalan Kereta Api , oleh Hafidz Haryo Kurniawan dan Sofyan Triana

Gambar 2-3. Alinyemen Horizontal Circle Spiral Circle (SCS)


Keterangan
PI : Point of intersection
R : Jari - jari
ɣ : Sudut tangen
Lc : Panjang bagian tikungan circle
Ln : Panjang bagian spiral atau peralihan
E : Jarak antara titik PI ke lengkung tikungan
T : Jarak tangen
TS : Tangen ke spiral
ST : Spiral ke tangen
SC : Spiral ke circle
CS : Circle ke spiral
M : Titik pertemuan R
Untuk gambar dan notasi tidak ada dan tidak dijelaskan pada peraturan PD
10 tahun 1986 dan PM 60 tahun 2012. Oleh karena itu, dibuat gambar dan notasi
untuk dapat melengkapi peraturan dalam perencanaan geometri jalan rel. Untuk
lengkung horizontal SCS dan FC diambil dari sumber yaitu perpaduan antara
Caltrain dan modul ajar kereta api Institut Teknologi Nasional (Pangestu) seperti
pada Gambar 2-3. dan

Sumber : Kajian Peraturan Perencanaan Geometri Jalan Kereta Api , oleh Hafidz Haryo Kurniawan dan Sofyan Triana

Gambar 2-4. Alinyemen Horizontal Full Circle (FC)


Keterangan
PI : Point of intersection
R : Jari - jari
: Sudut tangen
L : Panjang bagian tikungan
E : Jarak antara Titik PI ke lengkung tikungan
T : Jarak tangen
PC : Titik lengkung
PT : Titik tangen
M : Titik pertemuan R
1. Lengkung Peralihan

Lengkung peralihan adalah lengkung yang jari-jarinya berubah secara


beraturan. Panjang minimum dari lengkung peralihan ditetapkan dengan
rumus berikut.
Lh=0.01× h× v Pers-2-1
Dimana :
Lh = Panjang minimum lengkung peralihan (m)
h = Peninggian relatif antara dua baigan yang
dihubungkan (m)
V = Kecepatan rencana untuk lengkung peralihan (km/jam)
2. Sudut Spiral

Sudut spiral adalah sudut yang dibentuk pada titik SC dan CS.

90 Lh
S= Pers-2-2
R
Dimana:
Lh = panjang lengkung peralihan (m)
R = jari-jari lengkung horizontal (m)
3. Panjang busur lingkaran

Panjang busur lingkaran adalah panjang lengkung titik SC dan CS.

( ∆−2 s ) R
Lc= Pers-2-3
180
Dimana:
R = jari-jari lengkung horizontal (m)
s = sudut spiral yang dibentuk
Δ = sudut tikungan
4. Panjang proyeksi titik P

Titik P adalah panjang proyeksi antara garis bantu PI tegak lurus


terhadap pusat lingkaran.

Lh2
P= −R ¿ Pers-2-4
6R
Dimana:
Lh = panjang lengkung peralihan (m)
R = jari-jari lengkung horizontal (m)
s = sudut spiral yang dibentuk
5. Panjang k
K adalah panjang proyeksi datar antara titik TS dengan SC.

Lh3
k =Lh− 2
−R sin s Pers-2-5
40 R
Dimana:
Lh = panjang lengkung peralihan (m)
R = jari-jari lengkung horizontal (m)
s = sudut spiral yang dibentuk
6. Panjang Ts

Panjang Ts adalah panjang dari titik TS ke titik PI.

Ts=( R+ P ) tg ( 12 ∆ )+ k Pers-2-6

Dimana:
R = jari-jari lengkung horizontal (m)
P = panjang proyeksi garis bantu PI (m)
k = panjang antara titik TS dengan SC (m)
Δ = sudut tikungan
7. Panjang titik E

Panjang titik E adalah titik yang menghubungkan PI ke pusat lingkaran.

(R + P)
E= −R
1 Pers-2-7
cos ( ∆)
2
Dimana:
R = jari-jari lengkung horizontal (m)
P = panjang proyeksi garis bantu PI (m)
Δ = sudut tikungan
8. Panjang Xs dan Ys

Merupakan koordinat peralihan dari circle ke spiral.

LH 2
YS= Pers-2-8
6R
hV
Xs= Pers-2-9
144
Dimana:
R = jari-jari lengkung horizontal (m)
Lh = panjang peralihan (m)
h = peninggian rel (m)
V = kecepatan rencana (km/jam)

BAB 3
METODOLOGI
BAB 4

4.1.1 Merencanakan Trase Jalan Rel Kiaracondong - Cicalengka

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7. Kecepatan Maksimum Rencana

Pada Lintasan Jalan Rel untuk stasiun Kiaracondong menuju Cicalengka


Kecepatan Kereta Api direncanakan 100 km/jam.

Anda mungkin juga menyukai