Disusun oleh:
Adityamaspurbo N.W. 2006573576
Dosen Pengampu:
Prof. Sigit Pranowo Hadiwardoyo
Alvinsyah, M.Sc.
Ahmad Septiawan, M.T.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................ v
iii
3.4.3 Hasil Lengkung Horizontal ...................................................................... 14
LAMPIRAN ................................................................................................................... 29
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Ilustrasi Superelevasi pada Ruas Jalan ......................................................... 5
Gambar 2.8 Perhitungan Galian dan Timbunan Menggunakan Average End-Area Method
.......................................................................................................................................... 8
v
Gambar 3.14 Nilai Superelevasi Berdasarkan Stationing Lengkung 3 .......................... 18
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pengelompokan Jalan Berdasarkan Fungsi serta Pemilihan Kelas Jalan ....... 12
vii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jalan raya merupakan salah satu infrastruktur vital negara dalam mendukung
perekonomian, baik di kota maupun di daerah tertinggal. Dalam membuat sebuah jalan
raya, keamanan dan kenyamanan dari pengguna jalan tentu menjadi sebuah perhatian
selain nilai ekonomi dari jalan raya tersebut. Maka dari itu, Indonesia memiliki sebuah
standar desain jalan raya, yaitu Pedoman Desain Geometrik Jalan (PDGJ) untuk
mengoptimasi desain jalan raya agar menjadi jalan raya yang aman, nyaman, dan
ekonomis.
Sebagai calon sarjana teknik sipil, mahasiswa dituntut untuk dapat mendesain
sebuah jalan raya lengkap dengan infrastruktur pendukungnya. Maka, dilakukanlah studi
kasus ini dengan tujuan mengasah kemampuan desain jalan raya dengan menggunakan
pedoman berupa PDGJ sebagai standar nasional dan aplikasi Openroads sebagai alat
bantu desain.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jarak Pandang
Jarak pandang jalan adalah jarak maksimum yang dapat dilihat oleh pengemudi
kendaraan dari posisi duduknya di atas kendaraan sampai dengan ujung jalan atau obyek
yang terlihat di depannya. Jarak pandang jalan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
sekitar, seperti cuaca, waktu, dan kondisi jalan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 13/PRT/M/2011 tentang Pedoman Perencanaan, Perancangan, dan
Pengawasan Jalan, peraturan tersebut juga mengatur tentang persyaratan minimum untuk
jarak pandang pada berbagai jenis jalan dan kondisi lingkungan tertentu, serta
memberikan panduan tentang cara menghitung jarak pandang yang diperlukan untuk
perencanaan jalan yang aman dan nyaman.
Berdasarkan Pedoman Desain Geometri Jalan (PDGJ) 2021, jarak pandang
terbagi menjadi empat jenis, yaitu jarak pandang henti (JPH), jarak pandang mendahului
(JPM), jarak pandang aman (JPA), dan jarak pandang bebas samping di tikungan (JPB).
Adapun, jarak pandang henti adalah panjang jalan di depan pengemudi yang terlihat dan
cukup panjang untuk menghentikan kendaraannya sesaat sebelum kendaraan tersebut
mencapai objek halangan. Berikut merupakan rumus jarak pandang henti pada kelandaian
menanjak atau menurun.
VD 2
JPH = 0,278 VD t + 0,039 a
254 ( ± G)
9,81
Keterangan :
JPH : Jarak pandang henti (m)
VD : Kecepatan desain (km/jam)
t : Waktu reaksi (2,5 detik)
a : perlambatan longitudinal (m2/det)
G : Kelandaian memanjang jalan, e.g. 0,05 (=5%), tanda positif untuk
menanjak dan negatif untuk menurun
2.2 Alinemen Horizontal
Berdasarkan Pedoman Desain Geometri Jalan (PDGJ) 2021, alinemen horizontal
adalah serangkaian bagian-bagian jalan yang lurus dan melengkung berbentuk busur
lingkaran, dan yang dihubungkan oleh peralihan atau tanpa peralihan. Pada studi kasus
3
yang diberikan, akan digunakan lengkung S-C-S (Spiral-Circle-Spiral). Lengkung S-C-S
sendiri merupakan jenis lengkung yang digunakan ketika lengkung full circle tidak dapat
digunakan. Lengkung spiral yang biasa disebut juga lengkung peralihan menjadi zona
transisi pada lengkung horizontal, baik transisi menuju puncak lengkung maupun
superelevasi maksimum. Parameter yang diatur dalam PDGJ untuk alinemen horizontal
merupakan radius minimum serta panjang lengkung minimum untuk lengkung spiral
berdasarkan kecepatan rencana. Tabel 2.1 dan 2.2 menunjukkan nilai radius minimum
untuk lengkung horizontal dan nilai panjang lengkung peralihan minimum.
4
2.3 Superelevasi
Setiap ruas jalan memiliki kemiringan normal, umumnya sebesar -2% yang
digunakan untuk mengalirkan air ke drainase yang ada. Pada saat adanya lengkung
horizontal, kemiringan melintang ini akan berubah berdasarkan lengkung horizontalnya
dengan sumbu rotasi berupa garis tengah atau centerline. Kemiringan melintang yang ada
pada lengkung horizontal disebut superelevasi berdasaran Pedoman Desain Geometrik
Jalan (PDGJ) tahun 2021.
5
yang diperlukan dalam persamaan parabola lengkung vertikal adalah panjang lengkung.
Gambar 2.2-2.7 menunjukkan berbagai metode untuk menghitung panjang lengkung
minimum untuk suatu lengkung vertikal.
6
Gambar 2.4 Rumus Lmin Berdasarkan Nilai JPH (Cembung)
Sumber: Kuliah PJR 1 (2022)
𝐿 = 0,6𝑉
Gambar 2.6 Rumus Lmin Berdasarkan Gambar 2.7 Rumus Lmin Berdasarkan
Comfort Criteria (Cekung) Comfort Criteria (Cembung)
Sumber: Kuliah PJR 1 (2022) Sumber: Kuliah PJR 1 (2022)
7
Gambar 2.8 Perhitungan Galian dan Timbunan Menggunakan Average End-Area
Method
Sumber: Faculty of Applied Engineering and Urban Planning, University of Palestine (2008)
8
datang, serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan. Rumija paling sedikit memiliki
lebar sebagai berikut:
a. JBH 30 m,
b. JRY 25 m,
c. JSD 15 m, dan
d. JKC 11 m.
9
Gambar 2.10 Tipikal Bentuk Saluran Samping dan Lokasi
Sumber: Pedoman Desain Geometrik Jalan (2021)
10
BAB 3
HASIL DESAIN
3.1 Wilayah Studi Kasus
Studi kasus yang diambil kali ini adalah perencanaan konstruksi jalan raya yang
menghubungkan Desa Walata Dafa dan Dusun Wayasel di Provinsi Maluku. Pada kondisi
eksisting, sudah ada sebuah jalan yang menghubungkan kedua wilayah tersebut. Namun,
jalan tersebut melewati sebuah tambang emas dan tergolong tidak nyaman karena berliku-
liku dan memiliki kemiringan maksimum sebesar 17%, melebihi kemiringan maksimum
untuk jalan raya. Selain itu, perjalanan antara kedua wilayah ini tergolong cukup lama,
yaitu selama 45 menit menggunakan mobil melalui jalan eksisting sepanjang 12,6 km.
Oleh karena itu, kami memilih untuk merancang jalan baru dengan tujuan meningkatkan
kenyamanan pengendara serta mempercepat waktu tempuh antara kedua wilayah.
11
maksimum sebesar 6%. Kriteria ini akan digunakan dalam desain lengkung horizontal,
lengkung vertikal, superelevasi, serta digambarkan pada penampang melintang jalan.
Tabel 3.1 Pengelompokan Jalan Berdasarkan Fungsi serta Pemilihan Kelas Jalan
12
Gambar 3.2 Alternatif Trase
13
3.4.3 Hasil Lengkung Horizontal
Berdasarkan parameter dan hasil yang sudah didapatkan pada tabel 3.1,
didapatkan hasil trase horizontal sebagai berikut.
14
3.5 Perencanaan Alinemen Vertikal
3.5.1 Parameter yang Digunakan
Pada desain alinemen vertical, lengkung vertical akan didesain sebagai lengkung
parabola. Parameter yang dibutuhkan untuk desain adalah kecepatan rencana dan gradien
dari profil rencana untuk menghitung jarak pandang henti(JPH) serta panjang lengkung
yang dibutuhkan.
• Nilai K
Lengkung A K L
Lengkung 1 0,76% 18 13,68 m
Lengkung 2 0,92% 11 10,12 m
• Comfort Criteria
Lengkung A V L
Lengkung 1 0,76% 60 km/jam 6,93 m
Lengkung 2 0,92% 60 km/jam 36 m
15
3.5.3 Hasil Lengkung Vertikal
16
3.6 Diagram Superelevasi
Diagram superelevasi dibuat menggunakan aplikasi Openroads dengan parameter
desain berdasarkan AASHTO 2018 Metric dengan kecepatan rencana 60 km/jam dan
superelevasi maksimum sebesar 6%.
Berdasarkan input berupa superelevasi maksimum dan standar yang digunakan,
berikut merupakan hasil diagram superelevasi yang didapatkan melalui Openroads.
17
Gambar 3.13 Nilai Superelevasi Berdasarkan Stationing Lengkung 2
18
kondisi penampang jalan saat superelevasi maksimum pada lengkung horizontal 1 (T1),
lengkung horizontal 2 (T2), lengkung horizontal 3 (T3), dan lengkung horizontal 4 (T4).
19
Gambar 3.17 Penampang Melintang Sta. PI pada T1
20
Gambar 3.20 Penampang Melintang Sta. PI pada T2
21
Gambar 3.22 Penampang Melintang Sta. CS pada T3
22
Gambar 3.24 Penampang Melintang Sta. SC pada T3
23
Gambar 3.26 Penampang Melintang Sta. PI pada T4
24
3.8 Penampang Melintang Drainase
Pada bagian samping kanan dan kiri trase jalan yang dibangun terdapat saluran
drainase selebar 1,5 meter dan setinggi 0,5 meter yang diperoleh dari pengolahan data
hujan di Provinsi Maluku dengan metode Gumbell. Detail lebih lengkap mengenai
penampang melintang dapat dilihat pada gambar 3.28.
25
Gambar 3.29 Laporan Hasil Perhitungan Galian dan Timbunan
26
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan serta pengambilan keputusan yang sudah dilakukan,
berikut hal yang dapat disimpulkan dari laporan tugas besar ino:
1. Jalan raya Walata Dafa-Dusun Wayasel dibuat untuk meningkatkan
kenyamanan pengendara serta mempersingkat waktu perjalanan.
2. Jalan raya didesain sebagai jalan lokal primer 2 lajur 2 arah tak terbagi dengan
lebar lajur 4 meter.
3. Pertimbangan dari desain trase jalan yang dibuat adalah kondisi eksisting yaitu
tambang emas serta galian dan timbunan yang tidak boleh terlalu besar.
4. Proses perhitungan alinemen berdasarkan PDGJ sudah dilakukan pada bab 3,
dengan jari-jari 140 m dan panjang lengkung spiral 40 m untuk lengkung
horizontal, serta panjang lengkung sebesar 80 m untuk lengkung vertikal.
5. Jumlah galian untuk konstruksi jalan raya tersebut sebesar 234.317 m3,
timbunan 463.436 m3, dan selisih galian dan timbunan sebesar 229.119 m3.
4.2 Saran
Walaupun telah mengikuti langkah-langkah desain dari PDGJ, masih terdapat
kesalahan yang dapat terjadi pada fase pengambilan keputusan dan pembulatan angka.
Selain itu, pemilihan trase vertikal dan horizontal juga masih dapat dioptimalisasi lebih
lanjut sehingga menghasilkan jumlah galian dan timbunan yang minimal. Hal ini akan
menjadi evaluasi bagi penulis dalam desain jalan raya ke depannya, baik untuk tugas
kuliah maupun pekerjaan di dunia profesional.
27
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Bina Marga. (2021). Pedoman Desain Geometrik Jalan. DKI Jakarta:
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
28
LAMPIRAN
29