Disusun oleh:
JURUSAN SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PANCASILA
TAHUN AKADEMIK 2016-2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
serta usaha dari penulis, penulis dapat menyelesaikan Tugas Besar Perencanaan Geometrik
Jalan tahun akademik 2016-2017, dengan baik, walaupun mungkin dalam bentuk ataupun
sistematika penulisannya belum sepenuhnya benar.
Tugas besar ini telah disesuaikan dengan materi-materi yang sudah dipelajari yang
didapat dari penjelasan dosen/asisten dosen maupun dari studi literatur. Tujuannya dibuat
tugas besar ini adalah untuk mengetahui dan memahami bagaimana merancang dan
merencanakan geometrik pada suatu jalan. Selain itu tugas ini diselesaikan atas dasar
kepentingan penulis untuk memenuhi syarat nilai dalam mata kuliah Perencanaan Geometrik
Jalan. Tugas besar ini juga dapat sebagai bahan pembelajaran demi kelangsungan proses
belajar-mengajar di kelas. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Perencanaan Geometrik Jalan yaitu Dr. Ir. A. R. Indra Tjahjani, M.T. serta Asisten Dosen
yaitu Wita Meutia, S.T. yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam
pengerjaan dan penyelesaian tugas besar ini.
Semoga Tugas Besar Perencanaan Geometrik Jalan ini dapat digunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Harapan penulis semoga tugas besar ini
mrmbantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis
dapat memperbaiki bentuk maupun isi dari tugas besar sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman dan pengetahuan yang penulis
miliki belum cukup. Oleh kerena itu penulis harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan tugas besar
ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ............................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Geometrik Jalan .................................................................................... 3
2.2 Standar Perencanaan Geometrik Jalan................................................................ 3
2.3 Elemen Perencanaan Geometrik Jalan................................................................ 3
2.3.1 Perencaan Trase Jalan ............................................................................... 3
2.3.2 Alinemen Horizontal ................................................................................. 4
2.3.3 Alinemen Vertikal ..................................................................................... 9
2.3.4 Profil Memanjang.................................................................................... 12
2.3.5 Profil Melintang ...................................................................................... 13
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Klasifikasi Jalan ................................................................................................ 16
3.2 Perencanaan Alinemen Horizontal ................................................................... 16
3.2.1 Rencana Alternatif Trase ......................................................................... 17
3.2.2 Penentuan Titik Koordinat ...................................................................... 17
3.2.3 Perhitungan Jarak dan Sudut Tikungan ................................................... 17
3.2.4 Perhitungan Lengkung dan Diagram Superelevasi ................................. 20
3.3 Perencanaan Alinemen Vertikal ....................................................................... 29
3.3.1 Rencana Lengkung Vertikal .................................................................... 30
3.3.2 Penentuan Elevasi Lengkung Vertikal .................................................... 34
3.4 Tipikal Potongan Melintang ............................................................................. 34
ii
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 36
4.2 Saran ................................................................................................................. 36
Lampiran
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
Bentuk geometric jalan harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga jalan yang
bersangkutan dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada lalu lintas sesuai
dengan fungsinya, sebab tujuan akhir dari perencanaan geometrik ini adalah
menghasilkan infrastruktur yang aman, efisiensi pelayanan arus lalu lintas dan
memaksimalkan rasio tingkat penggunaan biaya juga memberikan rasa aman dan
nyaman kepada pengguna jalan.
Jaringan jalan raya merupakan penghubung antara desa dengan kota, daerah
dengan daerah, tempat yang satu dengan tempat yang lain. Untuk berlangsungnya
kepentingan ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan sebagainya. Jalan yang
baik adalah jalan yang mampu secara optimal kepada lalu lintas sesuai fungsinya serta
memenuhi syarat-syarat perencanaan yang meliputi:
a. Singkat dan pendek.
b. Ekonomis, menghindari rintangan tertentu yang akan membutuhkan biaya tambahan,
mengusahakan antara galian dan timbunan.
c. Aman, cukup lebar sesuai dengan kelasnya, turunan dan tanjakan tidak terlalu curam
dan tikungan yang memenuhi syarat.
d. Nyaman, hendaknya situasi jalan memberi kesan yang nyaman bagi pengguna jalan
sehingga perjalanan tidak terlalu melelahkan.
1
1.2 Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam
tugas besar mengenai perencanaan geometrik jalan ini yaitu:
1. Bagaimana merencanakan jalan dari titik A ke titik I?
2. Berapa jumlah dan jenis tikungan yang ada pada perencanaan?
3. Bagaimana cara merencanakan alinemen vertikal dan horizontal?
4. Bagaimana cara membuat profil melintang dan memanjang jalan?
1.3 Tujuan
Tujuannya adalah untuk mendesain suatu penampang jalan yang memadai untuk
keperluan lalu lintas, tidak saja memperhatikan keamanan dan ekonomisnya biaya,
tetapi juga nilai strukturalnya. Kita harus lebih teliti dalam memilih lokasi perencanaan
geometrik sehingga suatu jalan menjadi nyaman dan aman akan stabilitas.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penyusunan tugas besar ini adalah mahasiswa mampu mendesain jalan
raya yang baik, ekonomis, aman, dan nyaman untuk memenuhi unsur keselamatan
pengguna jalan raya dan tidak mengganggu ekosistem.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Selain itu, Perencanaan geometrik jalan dapat juga diartikan sebagai suatu bagian
dari perencanaan konstrusi jalan dimana geometrik atau dimensi yang nyata dari suatu
jalan beserta bagian-bagian disesuaikan dengan tuntutan serta sifat-sifat lalu lintasnya.
Perencanaan tersebut disesuaikan dengan persyaratan parameter pengendara, kendaraan
dan lalu lintas. Parameter tersebutmerupakan penentu tingkat kenyamanan dan
keamanan yang dihasilkan oleh suatu bentuk geometrik jalan( Silvia Sukirman, 1999 ).
Sebelum membuat trase jalan yang akan direncanakan, maka terlebih dahulu kita
melihat beberapa syarat, antara lain:
Syarat Ekonomis
Pertama-tama, dilihat apakah di daerah sekitar yang akan dibuat trase jalan
baru, sudah ada jalan lama atau tidak.
3
Untuk pembuatan jalan, diperlukan beberapa material seperti batu dan pasir
yang banyak, maka perlu diperkirakan tempat penggalian material yang
letaknya berdekatan dengan lokasi pembuatan jalan.
Syarat Teknis
Untuk mendapatkan jalan yang bisa menjamin keselamatan jiwa dan dapat
memberi rasa nyaman berkendara bagi pengemudi kendaraan bermotor maka
perlu diperhatikan beberapa faktor antara lain:
Keadaan Geografi
Keadaan Geografi adalah keadaan permukaan (medan) dari daerah-daerah
yang akan dilalui oleh jalan yang akan dibuat yang dapat dilihat dalam peta
topografi. Peta topografi ini perlu untuk menghindari sejauh mungkin bukit-
bukit, tanah yang berlereng terjal, tanah yang berawa-rawa dan lainnya.
Apabila diperlukan, maka dapat dilakukan survey pengukuran topografi
ulang demi ketelitian kerja.
Keadaan Geologi
Keadaan Geologi dari daerah yang akan dilalui, harus diperhatikan juga
karena banyak fakta yang menunjukan adanya bagian jalan yang rusak
akibat pengaruh keadaan geologi. Dengan adanya data yang menyatakan
keadaan geologi permukaan medan dari daerah yang akan dibuat, dapat
dihindari daerah yang rawan. Contohnya adalah adanya bagian jalan yang
patah atau longsor sebagai akibat dari tidak adanya data geologi saat jalan
direncanakan (RSNI. T-14-2004).
4
Tabel 2.1 Besar R minimum dan D maksimal
5
Alinemen jalan sedapat mungkin dibuat lurus, mengikuti keadaan topografi.
Hal ini akan memberikan keindahan bentuk, komposisi yang baik antara jalan
dan alam dan biaya yang murah.
Pada alinemen jalan sebaiknya didahului oleh lengkung yang lebih tumpul
pada jalan yang relative lurus dan panjang, agar pengemudi tidak terkejut dan
mempunyai kesempatan memperlambat kecepatannya.
Hindari penggunaan radius minimum untuk kecepatan rencana tertentu
sehingga jalan tersebut lebih mudah disesuaikan dengan perkembangan
lingkungan dan fungsi jalan.
Sedapat mungkin menghindari tikungan ganda, yaitu gabungan dua tikungan
searah dengan jari-jari berlainan (Gambar 1).
Hindari lengkung berbalik yang mendadak (Gambar 2), pada keadaan ini
pengemudi kendaraan sangat sukar mempertahankan diri pada jalur jalannya
dan juga kesukaran dalam pelaksanaan kemiringan melintang jalan.
Pada tikungan gabungan harus dilengkapi lengkung peralihan sepanjang paling
tidak 20 m (Gambar 2.3 dan Gambar 2.4).
(RSNI. T-14-2004)
Spiral – circle – spiral adalah tikungan yang terdiri atas satu lengkung circle
dan dua lengkung spiral.
Full circle adalah tikungan yang berbentuk busur lingkaran secara penuh.
Tikungan ini memiliki satu titik pusat lingkaran dengan jari-jari yang
seragam.
Lengkung peralihan adalah lengkung yang disisipkan diantara bagian lurus dan
bagian lengkung yang berjari-jari tetap.Berdasarkan ketetapan ini, maka panjang
lengkung peralihan:
Berdasarkan waktu tempuh, Ls = (V rencana / 3.6 ) * T
Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal (metode SHORTT),
Ls = 0.022 *(V rencana ³ / R.C ) – 2.727 * (V rencana * e / C )
8
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan alinyemen
horizontal, yaitu :
Penentuan panjang kritis untuk kelandain yang melebihi kelandaian
maksimum standar, berdasarkan tabel 5.2 pada buku Dasar-Dasar Perencanaan
Geometrik Jalan.
Tabel 2.4 Panjang Kritis untuk Kelandaian yang Melebihi Kelandaian
Maksimum Standar
Ada 2 jenis lengkung vertikal dilihat dari letak titik perpotongan kedua bagian
lurus (tangen) adalah :
(RSNI. T-14-2004)
10
Jarak pandang berada seluruhnya dalam daerah lengkung S > L
(RSNI. T-14-2004)
11
Dengan melihat pada Tinggi Tanah Asli (TTA) maka dibuat Tinggi Rencana
(TR), sehingga berdasarkan tinggi rencana tersebut diperoleh elevasi untuk
menghitung luas dan volume galian timbunan.
Landai Jalan
Landai jalan menunjukan besarnya kemiringan dalam suatu jarak horizontal
yang dinyatakan dalam persen. Sebuah kendaraan bermotor akan mampu
menanjak dalam batas-batas landai tertentu. Kemampuan menanjak ini, selain
dipengaruhi oleh besarnya landai jalan juga dipengaruhi oleh panjangnya
landai jalan. Jadi, ada batas landai jalan yang disebut landai maksimum yaitu
besarnya harus disesuaikan dengan panjang landai yang disebut panjang kritis.
Spesifikasi standar untuk Perencanaan Geometrik Jalan untuk jalan luar kota
dari Bina Marga (rancangan Akhir) dengan ketentuan sebagai berikut.
(%)
Datar <3%
Perbukitan 3 – 25 %
Perhitungan landai jalan dalam perancanaan ini, dapat dilihat dalam tabel
perhitungan patok, dimana menggunakan rumus :
BT
Kemiringan * 100 .........................................( 2 )
JL
JL = Jarak Langsung
12
2.3.5 Profil Melintang
Penampang melintang jalan merupakan potongan jalan dalam arah
melintang. Fungsinya, selain untuk memperlihatkan bagian-bagian jalur jalan ,
juga untuk membantu menghitung banyaknya tanah (m3) yang harus digali
maupun banyaknya tanah (m3) yang akan digunakan untuk menimbun jalan agar
jalan yang dibuat itu dapat sesuai dengan jalan yang direncanakan dengan
menghitung luas profil melintang jalan.
13
Median
Median adalah bagian jalan yang secara fisk memisahkan jalur lalu lintas yang
berlawanan arah. Namun, dalam perencanaan ini tidak digunakan median.
Talud atau Lereng
Talud atau Lereng adalah bagian tepi perkerasan yang diberi kemiringan, untuk
menyalurkan air ke saluran tepi.
Saluran Tepi
Saluran Tepi dalah selokan yang berfungsi menampung dan mengalirkan air
hujan, limpasan permukaan jalan dan sekitarnya.
14
Kemiringan melintang bahu :3-5%
Dari daftar standar perencanaan geometrik jalan yang sudah ditentukan,dapat
digambarkan sebagai berikut:
15
BAB III
PEMBAHASAN
Pada pengerjaan tugas besar perencanaan geometrik jalan, yang menjadi dasar
perencanaan geometrik adalah sifat gerakan dan ukuran kendaraan, sifat pengemudi dalam
mengendalikan gerak kendaraannya dan kareteristik lalu lintas. Hal-hal tersebut haruslah
menjadi dasar pertimbangan perencanaan sehingga dihasilkan bentuk dan ukuran jalan serta
ruang gerak kendaraan yang memenuhi keamanan dan kenyamanan yang diharapkan.
16
3.2.1 Rencana Alternatif Trase
Trase adalah garis lurus yang merupakan rencana sumbu jalan yang akan dibuat,
menghubungkan dari titik awal ke titik akhir yaitu dari titik F ke titik K.
Perencanaan trase jalan pada tugas besar ini tergambar pada Gambar 3.1 yang
digambarkan dengan AutoCAD.
= √(10198-9968)2 + (9740-9680)2
= √52900 + 3600
= √56500
= 237,697 m
17
Jarak PI1 - PI2
= √(10486-10198)2 + (9730-9740)2
= √82994 + 100
= √83044
= 288,174 m
Jarak PI2 – K
= √(10692-10486)2 + (9778-9730)2
= √42436 + 2304
= √211,518
Sudut tikungan PI1
Sudut Pada Tikungan PI1 = αAPI1 + αPI1B
∆y (9740 - 9680)
αAPI1 = tan-1 → tan-1
∆x (10198 - 9968)
59,55
→ tan-1
229,96
αAPI1 = 14,52o
∆y (9730 - 9740)
αPI1PI2 = tan-1 → tan-1
∆x (10486 - 10198)
9,88
→ tan-1
287,50
αAPI1 = 1,97o
Maka sudut tikungan pada PI1 adalah 16,49 o
Sudut tikungan PI2
Sudut Pada Tikungan PI2 = αAPI1 + αPI1B
∆y (9778 - 9730)
αPI2I = tan-1 → tan-1
∆x (10692 - 10486)
48,46
→ tan-1
205,02
αPI2I = 13,30o
∆y (9730 - 9740)
αPI1PI2 = tan-1 → tan-1
∆x (10692 - 10486)
7,09
→ tan-1
205,02
18
αAPI1 = 1,98o
∆
Titik STA Elevasi Jarak Kemiringan
Elevasi
F 0+000 95.30
1 0+050 95.55 50 0.25 0.50%
2 0+100 96.21 50 0.66 1.32%
3 0+150 96.47 50 0.26 0.52%
4 0+200 96.31 50 0.16 0.32%
PI1 0+237.49 95.72 37.49 0.59 1.57%
5 0+250 95.69 50 0.03 0.06%
6 0+300 95.41 50 0.28 0.56%
7 0+350 95.43 50 0.02 0.04%
8 0+400 95.58 50 0.15 0.30%
9 0+450 95.68 50 0.10 0.20%
10 0+500 95.22 50 0.46 0.92%
PI2 0+525.13 94.91 25.13 0.31 1.23%
11 0+550 93.84 50 1.07 2.14%
12 0+600 94.78 50 0.94 1.88%
13 0+650 93.67 50 1.11 2.22%
14 0+700 94.76 50 1.09 2.18%
K 0+735.79 94.23 35.79 0.53 1.48%
Rata-rata kemiringan = 1.03%
19
= 0,1465
VR2
Jari-jari Minimum (Rmin) =
127 (Emaks + f)
702
=
127 (10 % + 0,15)
= 156,52 m = 160 m
Jari-jari Rencana (Rc) = 250 m
Re < 70 = 0,035
Re > 70 = 0,025
Setelah mendapat data-data yang dibutuhkan maka perhitungan tikungan dapat
dimulai. Langkah-langkah perhitungan tikungan sebagai berikut.
Menetukan tipe tikungan pada PI1
1. Menentukan Panjang Lengkung Peralihan
Lengkung Peralihan (kondisi 3 detik)
VR
Ls = ×T
3,6
70
= ×3
3,6
= 58,333 m
Lengkung Peralihan (Gaya Sentrifugal)
VR3 VR × e
Ls = 0,022 - 2,727
Rc .C C
703 70 × 0,1
= 0,022 - 2,727
250 × 0,4 0,4
= 27,737 m
20
2. Menentukan Tipe Tikungan
Ls 2
P =
24 Rc
58,3332
=
24 × 250
= 0,567
Karena nilai P lebih dari 0,25 m maka tipe tikungan yang dipakai adalah
SS/SCS.
3. Menentukan Tipe Tikungan SS Atau SCS Pada PI1
90 Ls
θS =
π Rc
90 × 58,333
=
3,14 × 250
= 6,687
∆c = ∆ - 2θS
= 16,49 – 2 (6,687)
= 3,116
∆c
Lc = × 2πRc
360
3,116
= × 2 × 3,14 × 250
360
= 13,589
Karena Lc < 25 maka tipe tikungan yang dipakai adalah SS.
4. Perhitungan Tikungan SCS Pada PI1
Ls 2
Yc =
6 Rc
58,3332
=
6 × 250
= 2,268 m
Ls 3
Xc = Ls -
40 Rc2
58,3333
= 58,333 -
40 × 2502
= 58,253 m
21
k = Xc - Rc sin θS
= 58,253 – 250 sin 6,687
= 29,141 m
P = Yc – Rc (1 – cos θS )
= 2,268 – 250 (1 – cos 6,687)
= 0,567 m
∆
TS = (Rc – p) tan +k
2
16,49
= (250 – 0,567) tan + 29,141
2
= 65,449 m
(Rc + p)
ES = ∆ - Rc
cos 2
(250 + 0,567)
= 16,49 - 250
cos 2
= 3,184 m
Ltotal = Lc + 2 Ls
= 13.589+ 2 × 58,333
= 130,255
22
Gambar 3.2 Tikungan Spiral-Circle-Spiral pada PI1
703 70 × 0,02
= 0,022 - 2,727
250 × 0,4 0,4
= 27,737 m
23
Lengkung Peralihan (Tingkat Perubahan Kelandaian)
em - en
Ls = VR
3,6 Re
0,1 - 0,02
= × 70
3,6 × 0,035
= 44,444 m
Dari hasil perhitungan di atas, diambil nilai Ls maksimum yaitu 108,36 m
2. Menentukan Tipe Tikungan
Ls 2
P =
24 Rc
58,3332
=
24 × 250
= 0,567 m
Karena nilai P > 0,25 m maka tipe tikungan yang dipakai adalah SS/SCS.
3. Menentukan Tipe Tikungan SS atau SCS pada PI2
90 Ls
θS =
π Rc
90 × 58,333
=
3,14 × 250
= 6,687 m
∆c = ∆ - 2θS
= 15,28 – 2 (6,687)
= 1,906
∆c
Lc = × 2πRc
360
1,906
= × 2 × 3,14 × 250
360
= 8,312
Karena Lc < 25 maka tipe tikungan yang dipakai adalah SS.
4. Perhitungan Tikungan SS pada PI2
1
θS = ×∆
2
1
= × 15,28
2
= 7,64
24
Ls 2
Yc =
6 Rc
58,3332
=
6 × 250
= 2,268 m
Ls 3
Xc = Ls -
40 Rc2
58,3333
= 58,333 -
40 × 2502
= 57,992 m
k = Xc - Rc sin θS
= 57,992 – 250 sin 6,687
= 28,880 m
P = Yc – Rc (1 – cos θS )
= 2,268 – 250 (1 – cos 6,687)
= 0,567 m
∆
TS = (Rc – p) tan +k
2
15,28
= (250 – 0,567) tan + 28,880
2
= 62,490 m
(Rc + p)
ES = ∆ - Rc
cos 2
(250 + 0,567 )
= 15,28 - 250
cos 2
= 2,811 m
Ltotal = 2 Ls
= 2 × 58,333
= 116,666
25
Gambar 3.3 Tikungan Spiral-Spiral pada PI2
Berikut adalah gambar diagram superelevasi tikungan 1 (PI1) dan tikungan 2 (PI2).
26
Gambar 3.4 Diagram Superelevasi PI1
27
Tabel 3.3 Stasioning dan Elevasi
Elevasi
Titik STA 10 (m) Ke Garis 10 (m) Ke
Kiri As Kanan
F 0+000 94.30 95.30 96.30
1 0+050 94.55 95.55 96.55
2 0+100 95.13 96.13 97.13
3 0+150 95.45 96.45 97.45
TS1 0+172.1505 95.42 96.42 97.42
4 0+200 95.37 96.37 97.37
SC1 0+230.22 94.45 95.45 96.45
PI1 0+237.49 95.14 96.14 97.14
SC2 0+244.68 95.08 96.08 97.08
5 0+250 95.00 96.00 97.00
6 0+300 94.61 95.61 96.61
ST1 0+302.94 94.70 95.70 96.70
7 0+350 94.23 95.23 96.23
8 0+400 93.85 94.85 95.85
9 0+450 93.47 94.47 95.47
TS2 0+462.64 93.37 94.37 95.37
10 0+500 93.09 94.09 95.09
PI2 0+525.13 92.90 93.90 94.90
11 0+550 92.71 93.71 94.71
ST2 0+587.62 92.83 93.83 94.83
12 0+600 93.03 94.03 95.03
13 0+650 93.20 94.20 95.20
14 0+700 93.26 94.26 95.26
K 0+735.79 93.31 94.31 95.31
28
lengkung vertikal cembung didasarkan pada jarak pandang henti dan jarak pandang
mendahului.
Dari keadaan dataran yang ada, direncanakan dataran sedemikian rupa agar terbentuk
jalan yang memenuhi syarat.
29
3.3.1 Rencana Lengkung Vertikal
Lengkung Vertikal Cekung
Pada perencanaan lengkung vertikal cekung terdapat parameter J h yaitu jarak
pandang henti yang dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 3.5 Jarak Pandang Henti (Jh)
Vr 120 100 80 60 50 40 30 20
(km/jam)
Jh
250 175 120 75 55 40 27 16
minimun
(m)
Jika dilihat dari tabel di atas untuk kecepatan rencana 70 km/jam nilai jarak
pandang henti tidak tersedia. Maka dari itu lakukanlah interpolasi untuk
mendapatkan nilah Jh pada kecepatan rencana 70 km/jam.
Perhitungan interpolasi.
80 = 120
70 = Jh
60 = 75
60 - 70 75 – Jh
=
70 - 80 Jh – 120
75 - Jh
1 =
Jh - 120
Jh - 120 = 75 - Jh
2 Jh = 195
Jh = 97,5 m
Jadi nilai jarak pandang henti pada saat kecepatan 70 km/jam adalah sebesar 97,5
m. Setelah mendapatkan nilai Jh langkah selanjutnya adalah menghitung panjang
lengkung vertikal berdasarkan pertimbangan di bawah ini yaitu:
Jarak Penyinaran Lampu
A = g2 - g1
= 0,14 – 0,17
= -0,03
Jika Jh < L, maka:
30
A Jh 2
L =
120 + 3,5 Jh
0,03 (70)2
=
395
= 0,372
Panjang Maksimum
L = 50A
= 50 × 0,03
= 1,5
Didapat nilai panjang lengkung vertikal cekung sebesar 1,5 m.
31
Vr
120 100 80 60 50 40 30 20
(km/jam)
Jd
800 670 550 350 250 200 150 100
minimun
(m)
0,10 × 97,52
= 2
100 (√2 ×1,05+ √2 ×0,6 )
32
= 1,468
Jika Jh > L, maka:
2
200 (√h1 + √h2 )
L = 2Jh -
A
2
200 (√1,05 + √0,6 )
= 2 × 97,5 -
0,10
= - 6279,902
Jarak Pandang Mendahului
Jika Jd < L, maka:
A Jd 2
L = 2
100 (√2h1 + √2h2 )
0,10 × 4502
= 2
100 (√2 × 1,08+ √2 × 0,6 )
= 23,438
Jika Jd > L, maka:
2
200 (√h1 + √h2 )
L = 2Jd -
A
2
200 (√1,08 + √1,08 )
= 2 × 450 -
0,10
= -7740
Panjang Minimum
L = 0,6V
= 0,6 × 70
= 42
Panjang Maksimum Terkait Drainase
L = 50A
= 50 × 0,10
= 5
Didapat nilai panjang lengkung vertikal cembung sebesar 5 m.
33
Setelah menghitung panjang lengkung vertikal berdasarkan tiga kondisi di atas,
hitung elevasi lengkung vertikal cekung.
AL
Ev =
800
0,03 × 1,5
=
800
= 0,00005625
Lengkung Vertikal Cembung
AL
Ev =
800
0,10 × 42
=
800
= 0,00525
Setelah mendapat nilai panjang lengkung vertikal cekung dan cembung serta nilai
Ev maka nilai-nilai tersebut dimasukkan ke dalam gambar perencanaan alinyemen
vertikal secara keseluruhan.
34
Gambar 3.9 Potongan Melintang pada Keadaan Lurus
35
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari pengerjaan perencanaan geometrik jalan
adalah:
Dari perhitungan elevasi pada kasus ini dapat disimpulkan adalah keadaan datar yaitu
2.66 %.
Kecepatan rencana yang direncanakan adalah 70 km/jam.
Berdasarkan perencanaan alinemen horizontal terdapat dua tikungan yaitu spiral-
circle-spiral pada tikungan pertama (PI1) dan spiral-spiral pada tikungan kedua (PI2).
Berdasarkan perencanaan alinemen vertikal hanya terdapat dua lengkung vertikal
yaitu lengkung vertikal cekung pada tikungan pertama (PI1) dan lengkung vertikal
cembung pada tikungan kedua (PI2)
4.2 Saran
Berdasarkan tugas yang telah dikerjakan, penulis ingin memberikan beberapa saran
antara lain:
Dalam merencanakan jalan khususnya pada peta topografi sebaiknya perencana
mampu melihat ataupun membayangkan bagaimana situasi sesungguhnya yang akan
direncanakan sehingga gambar-gambar rencana yang dihasilkan sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya, karena akan sangat berpengaruh pada rencana anggaran
biaya dan kenyamanan serta keamanan pengemudi atau pengguna jalan.
Pada pembuatan potongan memanjang sebisanya mengikuti ketinggian tanah asli
untuk mengurangi biaya pada saat pembuatan jalan.
36
DAFTAR PUSTAKA
Messah, Y. 2012. Bahan Ajar Mata Kuliah Jalan Raya I. Teknik Sipil Universitas Nusa
Cendana, Kupang.
Petunjuk Tertib Pemanfaatan Jalan, 1990. Direktorat Jendral Bina Marga, Jakarta.
37